Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nathanael Janong
Abstrak :
Masuknya peristiwa pandemi di Indonesia telah menghasilkan perubahan sistem kerja dari offline menjadi online, yang dianggap mampu membawa fleksibilitas kerja. Walau begitu, nyatanya implementasi “fleksibilitas” ini malah digunakan sebagai alat eksploitasi. Sebagai mahasiswa, magang dapat dinilai sebagai ‘celupan’ pertama kepada dunia kerja. Pengalaman yang didapatkan dari proses magang sangatlah penting terhadap proses, persepsi, ataupun etos kerja mereka kedepannya. Maka, penelitian ini ingin menganalisis proses eksploitasi dalam pekerjaan magang remote. Hasil penelitian menemukan bahwa eksploitasi masih umum dalam pengalaman magang remote; yang terjadi dalam 3 bentuk utama yaitu kerja berlebihan, underpaid, dan ketidakadaan representasi bagi pekerja. Beratnya eksploitasi telah merusak kesehatan fisik dan mental, menyebabkan mahasiswa merasa stres hingga depresi. Akibatnya, terdapat mahasiswa yang mengalami perubahan persepsi signifikan dalam bentuk membatasi kerja dengan kehidupan pribadi, dan bekerja secara independen atau di luar negeri. Di sisi lain, terdapat mahasiswa yang tidak sadar dan bahkan menyetujui tindak eksploitasi yang dialaminya. Adanya persetujuan ini merupakan hasil manufacturing consent yang dilakukan secara aktif (hubungan personal manajemen dengan pekerja) dan pasif (normalisasi eksploitasi, status magang yang sementara, magang yang seringkali diwajibkan). Maka, ditemukan bahwa eksploitasi disebabkan oleh manipulasi struktur magang dan peran manajemen, yang merupakan upaya labour control perusahaan untuk mengatur kehidupan pekerja dan memaksimalisasi profit. ......The entry of the pandemic in Indonesia has resulted in a shift from offline to online work systems, seen as bringing work flexibility. However, in reality, the implementation of this "flexibility" is being used as a tool for exploitation. Internships, as the first exposure to the working world for students, significantly impact their future processes, perceptions, and work ethics. Therefore, this research aims to analyze the process of exploitation in remote internship. Findings shows that exploitation is still prevalent in remote internship, taking three main forms: overwork, underpayment, and lack of representation. The severity of exploitation has resulted in physical and mental health issues, leading students to feel stressed and depressed. Consequently, some students have experienced significant changes in their perceptions, such as limiting their work involvement in personal life, and choosing to work independently or abroad. Meanwhile, some students are unaware and even consent to exploitation, which result from active (personal relationships with management) and passive (normalization of exploitation, temporary internship status, and the often mandatory nature of internships) manufacturing consent. As a result, it is found that exploitation is driven by internship structure manipulation and management roles, serving as labour control to regulate workers' lives and maximize profits.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Learning support sustem is essential for students learning at distance. It is believed that the qualities of learning support will greatly influence the total number of students. This article describes students perseption of the learning supports offered by the Faculty of Mathematics and Natural Science of Universitas Terbuka. The result shows that students were not satisfied with the service of online tutorials due to its accessibility and content.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo
Abstrak :
Pendidikan diploma III keperawatan . merupakan salah satu jenis pendidikan tenaga keperawatan profesional pemula, yang akan mengambil bagian dalarn pelayanan kesehatan, sehingga kualitasnya perlu mendapat perhatian penyelenggara pendidikan. Pendidikan diploma III keperawatan merupakan bagian terbesar (61,74 %) dari jenjang pendidikan diploma III di bidang kesehatan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional tahun 1999, yang sebelumnya adalah kurikulum 1984. Persyaratan mahasiswa diploma III keperawatan adalah dari Sekolah Menengah umum, Madrasah Alliyah dan Sekolah Perawat Kesehatan. Program Studi Keperawatan Tangerang menyelenggarakan kelas dengan dasar SMUTAliyah dan SPK dengan jumlah 40 mahasiswa dari SMU/Alliyah dan 40 mahasiswa dad SPK. Untuk menghasilkan kinerja yang adekuat dalam suatu profesi keperawatan, diperlukan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan. Pencapaian kompetensi yang tidak mencapai target akan menyebabkan kurangnya kemandirian, kurang mampu bersaing dan mutu lulusan kurang baik. Pada tahun 2000 sampai dengan 2002 pencapaian kompetensi mahasiswa D III Keperawatan Program studi keperawatan Tangerang rata-rata berkisar pada 90%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinik dengan pencapaian kompetensi di Program Studi Keperawatan Tangerang tahun 2004. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi mahasiswa D III Keperawatan tk III pada Program Studi Keperawatan Tangerang. Pengumpulan data melalui penyebaran angket dengan menggunakan kuesioner dan observasi pencapaian kompetensi oleh tim pengamat (observer). Data diolah dengan program komputer dan dianalisis secara statistik dengan teknik chi square dan Uji r dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (68,76%) mempunyai persepsi yang baik terhadap pengajaran klinis dan (31,24%) berpersepsi kurang baik terhadap pengajaran klinis. Dan hasil analisis bivariat didapatkan 5 variabel yaitu tempat tinggal, persepsi tentang tujuan pengajaran klinis, persepsi tentang metoda pengajaran klinis, persepsi tentang evaluasi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis secara keseluruhan mempunyai hubungan secara statistik bermakna dengan pencapaian kompetensi. Sedangkan variabel-variabel umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, persepsi tentang media pengajaran klinis, persepsi tentang materi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pencapaian kompetensi. Dengan diketahuinya terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinis dengan pencapaian kompetensi, maka penelitian ini memberikan saran sebagai berikut : (a) untuk institusi pendidikan, hendaknya dalam pemberian pengajaran klinis tidak membedakan kepada mahasiswa yang berlatar belakang SMA maupun SPK, perlunya institusi memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mau tinggal di asrama dan memberikan fasilitas yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran. (b) Bagi para pengajar terutama pengajar klinik, perlu meningkatkan strategi pengajaran klinik yang dapat menambah minat mahasiswa terhadap pengajaran klinik yang dapat menunjang pencapaian kompetensi yang baik, perlunya mempersingkat jarak antara pemberian materi dengan praktik klinik sehingga mahasiswa tidak lupa dengan teorinya, perlunya pemberian metoda dan media yang bervariatif serta memberikan evaluasi untuk melihat pencapaian tujuan dan memberikan reward berupa nilai bagi mahasiswa pada seluruh proses pembelajaran.
Analysis Relation Students Perception About Teaching Clinical With Students' Competence Achievement In D III Nursing Program Study Healthy Politecnic Bandung In Tangerang.In Diploma III Nursing Education Constitute is one of education for a professional nurse that will take part in health serve, so they need more attention in education quality. Diploma III Nursing Education is biggest {51,74%) in health. It used national curriculum 1999 before it used curriculum 1984. The requirement for Diploma III Nursing Student are High school, Islamic School, and SPK. Nursing Program Study in Tangerang, they have two classes, 40 students graduated from high school/Islam School and the other class, 40 students graduated from SPK. It produced hard working in nursing profession; they need competence knowledge and skill. If the competence is not get reach target, caused it is not independent, not competitive and the quality is not good. In 2000 until 2002 got reach student competence D III Nursing Program Study average 90%. The purpose of researcher to know relation of teaching clinical between students perception with competence reach in Nusrsing Study Program in Tangerang 2004. The research use plan crossed sectional. Research sample took all students population D III Nursing at third semester in Nursing Study Program in Tangerang. The researcher distributed questionnare and observed to take data for reach competence by observer. Data processing with computer and analysis in a statistics chi square technique and Uji t with 95% degree purpose. The research result indicated that more than half respondents (68,76%) had good perception about teaching clinical and (31,24%) had not good perception about it. From bivariat analysis result got 5 variabels are: place to live, purpose of teaching clinical, perception of teaching clinical method, perception of teaching clinical that has relation meaning in a statistic with competence reaching. In age, sex, education background variabel, perception of teaching clinical aid, perception of teaching clinical material and perception of teaching clinical is not relation meaning in a statistic with competence reaching. It is known get relation students' perception with teaching clinical to competence reaching, so this research gave some suggestions; a. For education institution , in teaching clinical, we cannot discriminate students background education SM.] or SPK, we must give them motivation to live in dormitory and give competence facility in learning support. B. For teaching clinic teacher he/she needs increase teaching clinic strategy for students inters in teaching clinic that can support to reach good competence, need short time to given material with clinic practices so students cannot forget it, given method and variation media to given evaluation for purpose reach and give values reward to students as a whole laerning process.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanis Rusli
Abstrak :
UT merupakan salah satu "Mega Universitas di dunia" , karena UT memiliki mahasiswa lebih dari104 ribu orang. Namun beberapa tahun terakhir UT mengalami penurunan mahasiswa. Di samping itu dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 pasal 31 tersirat bahwa Pendidikan Jarak Jauh tidak lagi dimonopoli UT, dengan demikian di masa yang akan datang UT akan mendapatkan saingan dalam menyelenggarakan pendidikan jarak jauh. Kedua tantangan tersebut memaksa UT untuk membangun citra dan berusaha meningkatkan mutu dan meningkatkan partisipasi mahasiswa. Berangkat dari hal tersebut di atas penulis ingin mengetahui sejauh mana ekuitas merek (brand equity) elemen brand awareness dan brand association Universitas Terbuka . Melalui analisis data dengan bantuan SPSS versi 11 diperoleh informasi : 1. Analisis brand awareness (pengenalan merek) Universitas Terbuka menunjukan bahwa Top of mind dari merek Universitas Terbuka hanya 36 orang atau 10,2 persen dari 352 orang responden, brand recall dari merek Universitas Terbuka yaitu 101 dari 1570 kemungkinan pengenalan merek atau 5,7 persen. Sedangkan tingkat brand recognation adalah 94 orang dari 352 responden atau 26,7 persen belum mengenal akan keberadaan UT sebelum mereka memutuskan masuk ke UT. Dengan demikian 57,4 persen darai 352 responde tidak mengenal UT sebelum mereka memutuskan masuk ke UT. 2. Saluran Komunikasi Hasil penelitian menujukkan saluran informasi yang digunakan sangat minim sekali kecuali saluran komunikasi dari mulut kemulut (dalam hal ini melalui teman). mendominasi 69 persen. 3. Brand Association pembentuk Brand Image Berdasarkan analisis cluster terhadap brand association sebagai pembentuk brand image menghasilkan kesan yang positif. Berdasarkan perhitungan Cochran's Q diperoleh tiga kesan sebagai pembentuk brand image yaitu : a. Waktu belajar tidak mengikat b. Tidak dibatasi umur c. Cocok bagi yang telah bekerja
The Indonesia Open University, called UT, is one the "Mega Universities" worldwide as it has more than a hundred thousand students. However, for the last few years, the number of its students has decreased slightly. In addition, due to the fact that the Regulation No. 20, 2003 article 31 which implies that Distance Education is not merely the UT's monopoly anymore, therefore, UT will compete with other universities in running the distance educational programs. Both challenges force UT to develop its image and make any efforts to improve its quality and also increase the student's volume. Based on these aspects, the writer wish to study the UT's brand equity, particularly brand awareness and brand association. Through data analysis using SPSS version 11, some information has been elicited: 1. Brand awareness analysis 36 respondents or 10,2 per cent out of 352, show top of mind, while 101 respondents or 5.7 per cent out of 1570 represent brand recall. 94 respondents or 26,7 percent out of 352 relate to brand recognition. The last figure indicates that they have not recognized the existence of UT yet before they decided to enroll to UT. In other words, 57,4 percent out of 352 respondents do not know about UT prior to their enrolment. 2. Communication Channels Research findings show that available information channels have been rarely used, except word-of-mouth information channel, that is through friends. This group of respondent dominates (i.e. 69 per cent) the other information channels. 3. Brand Association Creates Brand Image On the basis of cluster analysis, brand association, which creates brand image, leads to positive effects. Based on Cochran's Q calculation, there are three findings in association with brand Image, as follow: a. Candidates can arrange their own learning timetable b. Candidates are not restricted by age c. UT's programs are suitable for those who have jobs
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakira Amirah
Abstrak :
Latar Belakang Persepsi mahasiswa berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang ada. Seiring dengan perubahan dan peralihan sistem pembelajaran menuju sistem pembelajaran bauran, staf pengajar mengalami penyesuaian peran. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi mahasiswa preklinik pendidikan kedokteran FKUI terhadap peran staf pengajar di masa pembelajaran bauran. Metode Pendekatan kualitatif dengan desain studi fenomenologi digunakan untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa preklinik FKUI terhadap peran staf pengajar dalam masa pembelajaran bauran. Focus group discussion (FGD) dilakukan pada mahasiswa preklinik, dengan minimal dua FGD dari setiap tingkatannya. Setelah pengumpulan data, dilakukan member checking dan analisis tematik berdasarkan transkripsi FGD yang dilakukan secara verbatim. Hasil Hasil penelitian ini diperoleh melalui enam FGD yang melibatkan 44 narasumber dari mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UI dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan IPK mahasiswa. Dari hasil penelitian ini didapatkan tiga tema besar, yakni (1) Komunikasi dan interaksi staf pengajar dengan mahasiswa dalam pembelajaran bauran, (2) Faktor staf pengajar dalam memfasilitasi pembelajaran bauran, dan (3) Adaptasi staf mengajar dan mahasiswa dalam pembelajaran bauran. Kesimpulan Pembelajaran bauran memberikan fleksibilitas pada staf pengajar dan mahasiswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Apa pun pendekatan pembelajarannya dan peran staf pengajar yang diterapkan, mahasiswa mengharapkan staf pengajar yang mendorong partisipasi aktif mereka dalam pembelajaran di berbagai kesempatan. ......Introduction Students' perceptions are closely related to the existing learning process. Along with the change and transition of the learning system towards a blended learning system, teaching staff have changing roles. This study aims to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in the blended learning period. Method A qualitative approach with a phenomenological study design will be used to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in blended learning environment. Focus group discussions (FGD) will be conducted for pre-clinical students, with a minimum of two FGDs from each study year. After data collection, member checking and thematic analysis will be carried out based on the FGD verbatim transcripts. Results These research results were obtained through six Focus Group Discussions (FGD) involving 44 informants, including pre-clinical students from the Faculty of Medicine at the University of Indonesia, taking into account the students' gender and GPA. From this research, three major themes were identified, namely (1) Communication and interaction between teaching staff and students in blended learning, (2) Factor of teaching staff in facilitating blended learning, and (3) The adaptation of teaching staff and students in blended learning. Conclusion The blended learning provides flexibility for teaching staff and students in communication and interaction. Regardless of the learning approach and the role of the teaching staff applied, students expect teaching staff to encourage their active participation in learning on various occasions.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kakay Sukayah
Abstrak :
Kampung Nelayan Muara Angke adalah daerah yang kaya akan keanekaragaman organisme dan budaya. Daerah Kampung Nelayan memiliki banyak masalah lingkungan hidup seperti pencemaran laut dan sungai, kerusakan hutan mangrove, banjir akibat pasang air laut dan sistem pengolahan sampah. Salah satu alasan timbulnya masalah-masalah tersebut adalah rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup. Karena itu pendidikan lingkungan hidup di daerah Kampung Nelayan Muara Angke tersebut harus ditingkatkan. Pendidikan lingkungan hidup yang diselenggarakan di sekolah hams bersifat terbuka, memberikan life skill dan memberikan potensi lokal di daerah tersebut. Hal ini menuntut kompetensi guru dan kultur sekolah yang baik, karena siswa akan mempersepsi kompetensi dan kultur sekolah tersebut dan akhirnya merubah sikap dan prilakunya terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kultur sekolah turut menentukan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi guru, persepsi siswa terhadap kultur sekolah, kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup dan hubungan persepsi-persepsi tersebut terhadap kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup. Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dan kultur sekolah, sehingga tujuan lingkungan hidup dapat terpenuhi dengan baik. Alasan penentuan Kampung Nelayan Muara Angke sebagai lokasi penelitian adalah karena penduduk tersebut sebagian besar adalah nelayan. Disamping itu, penulis lebih mengenal wilayah Kampung Nelayan Muara Angke dari wilayah yang mungkin representatif juga sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode wawancara berstruktur dan observasi lapangan, dengan mengambil data pokok secara langsung di lokasi penelitian dan mengacu pada variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian ini. Variabel bebas dari penelitian ini adalah persepsi siwa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah. Variabel terikat adalah keperdulian siswa terhadap lingkungan hidup. Sampel yang diteliti adalah siswa SD kelas VI dari SDN Pluit 03, SDN Pluit 04, SDN Pluit 05 dan SDN Pluit 06. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan stratified proporsional sampling. Penelitian ini dilakukan pada semester dua tahun ajaran 2002/2003. Skor rata-rata dari persepsi siswa terhadap lingkungan hidup adalah 64,42857, skor rata-rata persepsi siswa terhadap kultur sekolah adalah 67,1143 dan skor rata-rata kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup 124,1714. Ketiga skor rata-rata tersebut berkategori baik. Perhitungan statistik dengan menggunakan spearman rho memperlihatkan bahwa hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kepedulian lingkungan hidup cukup berarti (r = 0,6459). Hubungan antara persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup adalah kuat (r = 0,8358). Dan hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup adalah kuat (r 0,8637). Hubungan-hubungan tersebut di atas adalah signifikan pada a = 0,05. Secara deskriptif dengan penjabaran jawaban siswa terhadap butir soal dalam kuesioner menunjukan hasil yang sama. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru berkategori golongan baik 2. Persepsi siswa terhadap kultur sekolah berkategori golongan baik 3. Kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup berkategori golongan baik. 4. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup (r2 = 41,72 %). 5. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian lingkungan hidup (r-2 = 69,87 %). 6. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah secara bersama-sama dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup (r2 = 74,60 %). Rekomendasi bagi SDN Pluit 03, 04, 05 dan 06 dalam meningkatkan Kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup melalui perbaikan kompetensi guru dan kultur sekolah adalah sebagai berikut: a. Kompetensi guru Guru-guru perlu lebih memahami pendidikan lingkungan hidup yang terbuka, memuat potensi lokal yaitu daerah pesisir, memenuhi life skill, dan tidak memisahkan antara lingkungan hidup alami, sosial dan buatan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, baik sebagai pedagang, pengelola, maupun buruh/ABK atau juga pengurus koperasi setempat untuk memberikan pengalamannya kepada siswa-siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan membawa anak berkeliling daerah setempat seperti hutan bakau, pulau Rambut atau pulau Bokor dan lain-lain di daerah pesisir setempat untuk lebih mengenal kehidupan pesisir. Hal ini penting karena walaupun siswa hidup di daerah nelayan, mereka kurang memiliki pengetahuan yang terkait pada daerah tersebut. Disamping itu guru dalam proses belajar mengajar perlu memberikan contoh-contoh tumbuhan, hewan dan lain-lain yang berasal dari daerah nelayan, sehingga siswa lebih mengenal daerah lingkungan hidupnya. Perlu pula guru memberikan tugas atau prakarya yang bahan bakunya di ambil dari daerah pesisir, sehingga siswa belajar memanfaatkan potensi daerah pesisir. Guru dalam menerangkan lingkungan alami, sosial dan butan perlu mengkaitkan lingkungan-lingkungan tersebut sehingga tergambar bahwa lingkungan tersebut tidak dapat dikelola secara terpisah. Pendidikan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan oleh guru dengan menyisipkan pada muatan lokal pendidikan lingkungan kehidupan Jakarta (PLKJ) atau kegiatan pramuka yang merupakan ekstra kurikuler wajib bagi siswa. b. Kultur sekolah Kegiatan-kegiatan sekolah yang berkaitan dengan lingkungan hidup perlu ditingkatkan. seperti pramuka, UKS, P3K, kegiatan kerja bakti bersama dan bakti sosial. Khusus pramuka perlu dikembangkan lagi mengenai pengenalan alam sekitarnya. Mengaktifkan kegiatan-kegiatan tersebut di atas adalah penting, karena nilai-nilai, sikap dan perilaku yang ada pada kegiatan-kegiatan tersebut akan ditiru siswa dan diaplikasikan kepada lingkungannya. Karena hubungan persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah bersinergik terhadap kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup, maka guru hares aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah yang terkait pada PKLH. Untuk mendukung kultur sekolah yang baik perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sarana, prasarana dan tenaga kebersihan sekolah yaitu: 1. Perlu ditambah tempat sampah yang tertutup, sehingga tidak berterbangan tertiup angin. Disamping itu perlu disediakan tempat sampah yang terpisah antara tempat sampah kering dan tempat sampah basalt 2. Perlu ditambah tumbuhan hias atau apotik hidup sehingga dapat menciptakan suasana yang lebih sejuk dan nyaman 3. Perlu penertiban kembali mengenai kantin yang ada di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara pedagang makanan di sekolah dan pihak sekolah untuk membuat kantin yang bersih dan nyaman 4. Perlu ditambah tenaga kebersihan sekolah, mengingat sekoiah cepat kotor setelah dibersihkan karena daerah Kampung Nelayan Muara Angke merupakan daerah pesisir yang hembusan anginnya relatif kencang dan membawa debu-debu yang berasal dari gejaia pasang surut.
Students Perception and Environment Awareness (Case Study: Students Perception toward Teachers Competence, Students Perception toward School Culture and Students Awareness toward Environment In SDN Pluit 03, 04, 05 and 06 Kampung Nelayan Muara Karang, Jakarta)Kampung Nelayan Muara Angke is a coastal area that is rich in diversity of organism and culture. Kampung Nelayan Muara Angke has many environment problems, such as sea and river pollution, damage of mangrove, flood caused by the rise of tide, and garbage management system. One reason of the problems is low society awareness toward environment. Hence environment education in Kampung Nelayan Muara Angke should be increased. Environment education in school should be open, must give life skill, and learn local potential. It needs good teachers' competence and good culture of school, because students will perceive them and finally change their attitude and behavior toward environment. So, students' perception toward teachers' competence and school culture determine students' awareness toward environment. The research is generally aimed at knowing students' perception toward teachers' competence, students' perception toward school culture, students' awareness toward environment and knowing relationship between those perceptions and students' awareness toward environment. Purpose of this research is to increase teachers' competence and school culture, so aim of the environment education can be fulfilled. Kampung Nelayan Muara Angke is selected to be sample area since many of people are fishermen. In addition the researcher knows the representative area in Kampung Nelayan Muara Angke well for survey. The research is designed to adopt structural interview and observation methods by referring to variable being the focus of this survey. Independent variables are students' perception toward teachers' competence and students' perception toward school culture. Dependent variable is students' awareness toward environment. Sample are students of level VI SD from SDN Pluit 03, SDN Pluit 04, SDN Pluit 05 dan SDN Pluit 06. Sampling method are purposive sampling and stratified proportional sampling. The research had been done during the second semester in the academic year 200212003. Average score of students' perception toward teachers' competence is 64,42857. Average score of student's perception toward school culture is 67,1143 and average score of students' awareness toward environment is 124,1714. Average score of them are categorized as good level. Statistic calculation by using Spearman who show that relationship between students' perception toward teacher students' competence and students' awareness towards environment is strong enough (r = 0,6459). Relationship between students' perception toward school culture and students' awareness toward environment is strong (r = 0,8358). And Relationship between students' perception toward teacher students' competence plus students' perception toward school culture and students' awareness towards environment is strong (r - 0,8637). Those relationship are significant with a = 0,05. From the result obtained, it can be concluded that: 1. Students' perception toward teachers' competence is categorized as level good 2. Students' perception toward school culture is categorized as level good 3. Students' awareness toward environment is categorized as level good. 4. There is the positive relationship between students' perception towards teachers' competence and students' awareness toward environment (r2 = 41,72 %). 5. There is the positive relationship between students' perception towards school culture and students' awareness toward environment (r2 = 69,87 %). 6. There is the positive relationship between students' perception toward teachers' competence plus students' perception toward school culture and students' awareness toward environment (r2 = 74,60 %). Recommendation for SDN Pluit 03, 04, 05 dan 06 to increase students' awareness toward environment through improving teachers' competence and school culture are a. Teachers competence Teachers need to understand more about environment education which is open and local potential oriented, and does not separate between natural environment, social environment and handmade environment. This condition can be applied through cooperation with institution of fisheries, fisherman society as trader, processor of sea produce, or fisherman and laborer, and koperasi management to give their experience to students or teachers, so their knowledge can be wide. The other way is taking students to go around this coastal area such as Rambut Island, Bokor Island, etc, to know more the coastal life. It is important; since students live in coastal area do not know much about this coastal life. In the other side, teachers in learning-teaching process need to give coastal plant and animal, so students know much more about their environment. Teacher need to give assignment or vocational subjects in school which has material from coastal area, so students learn to use potential of coastal area. When teacher explain natural environment, social environment and handmade environment, they should explain connection among them so it will be clear that those environments can not be managed separately. This environment education can be carried out by teacher on the local subject of Jakarta life environment education (PLKJ) or scout which is a compulsory extracurricular for students. b. School culture The activities related environment education need to increase to be more active, such as scout, UKS, P3K, together work to clean environment of school, and social work to society. Especially for scout, it is necessary to increase recognition of students? environment. To make all activities functioning is important, because through increasing those activities, the values, attitude and behavior contained in the activities will be imitated and applied by students to their environment. Since students' perception toward teachers' competence and students' perception toward school culture strengthen each other to have correlation with students' awareness toward environment, teacher must be active to get involved in school activities which are related environment education. In order to be good school culture, some improvement on facilities and school servants should be applied. Those improvements are: 1. Necessity to add covered trash bins, so trash can not fly every which way when there is wind. Besides, it is necessary to have trash bins which separately consist of organic and non organic trash bins. 2. Necessity to add garnish plants or medicinal plants, so it can make comfortable atmosphere. 3. Necessity to put in order food trader in school. It can be applied through cooperation between food trader and school management to build a clean canteen. 4. I t is necessary to add servants to clean up school which is easy to dirty, since Kampung Nelayan Muara Angke is coastal area that has relatively fast wind and bring dust from rise of tide phenomenon.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 10895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gegen Sandiko
Abstrak :
Persepsi konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor. Persepsi yang timbul tersebut dapat menumbuhkan minat konsumen terhadap suatu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara atribut produk yang terdiri atas harga, kualitas, desain, dan prestige; serta negara asal suatu produsen, dengan persepsi sivitas akademika Trisakti dalam membeli atau menggunakan suatu ponsel, dan juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi sivitas akademika Trisakti terhadap ponsel Nokia dan Motorola. Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produk atau jasa, tidak terlepas dari lingkup pemasaran. Perusahaan perlu memikirkan suatu strategi dalam melakukan pemasaran produk atau jasanya. Strategi pemasaran sendiri tidak terlepas dari pembentukan persepsi pada konsumen. Perusahaan perlu mengetahui gejala-gejala pembentukan persepsi pada konsumen sehingga perusahaan dapat membentuk dan membawa persepsi konsumen pada produk atau jasa mereka sesuai yang diharapkan. Dari sekian banyaknya teori pemasaran, salah satunya mengenai teori pemasaran produk yang terfokus pada atribut produk serta country of origin atau country of image dari produk tersebut. Dari teori yang ada tentang pemasaran produk, hampir semua berpendapat bahwa country of origin atau country of image, serta atribut produk berhubungan dengan pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu produk. Penelitian ini merupakan studi lapangan (field research) terhadap sivitas akademika Trisakti Grogol, dengan sampel berjumlah 130 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenient sampling. Pengumpulan data menggunakan metode survei, dengan menyebarkan kuesioner yang menggunakan skala liken. Pengolahan data menggunakan program komputer SPSS 10.0 dengan analisis data bivariat yang dipakai yaitu spearman's coefficient correlation serta paired sampled test (uji T). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel negara asal, harga, fitur, durability, serviceability, bentuk desain, kemudahan operasional, inovasi dan prestige dengan persepsi sivitas akademika Trisakti dalam membeli atau menggunakan suatu ponsel. Hal ini terlihat dari p-value yang lebih kecil dari 0.05. Pada uji T, untuk melihat perbedaan persepsi terhadap ponsel Nokia dan persepsi terhadap ponsel Motorola, nilai p-value juga lebih kecil dari 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pula antara persepsi responden terhadap ponsel Nokia dan persepsi responden terhadap ponsel Motorola.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayanti
Abstrak :
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh pemelajar bahasa. Sebagai upaya peningkatan keterampilan menulis, peneliti menggunakan pendekatan Task Based Language Teaching (TBLT). Pendekatan TBLT dilakukan terhadap 19 mahasiswa tingkat 1 program studi Sastra Inggris dalam pembelajaran keterampilan menulis Deskriptif berbahasa Inggris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan berkolaborasi dengan dosen pengajar mata kuliah Menulis 1. Penelitian ini didukung dengan data kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui peningkatan mahasiswa dalam proses belajar menulis Deskriptif dengan menggunakan TBLT. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari hasil tes pembelajaran menulis Deskriptif yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Selain itu, penggunaan TBLT dapat memotivasi mahasiswa dalam proses belajar. Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan nilai tes menulis Deskriptif, observasi dan kuesioner. Dari hasil post-test menunjukkan peningkatan rata-rata nilai mahasiswa menjadi 85,6 yang semula rata-rata nilai pre-test mahasiswa 62,2. Terakhir, hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa hampir seluruh mahasiswa menyetujui penggunaan TBLT sebagai panduan dalam menulis Deskriptif serta terbukti mampu meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa.
Writing skill is one of the skills that must be mastered by language learners. As an effort to improve writing skill, the author uses the Task Based Language Teaching (TBLT) approach. The TBLT approach is carried out on 19 Grade 1 students of the English Literature study program in learning Descriptive writing skill in English. The type of research conducted is Classroom Action Research (CAR) and collaborating with the lecturer of Writing 1. This research is supported by qualitative and quantitative data to determine the increase of students in the process of learning Descriptive writing by using TBLT. The results showed significant increases in the results of Descriptive writing tests conducted in the first cycle and second cycle. In addition, the implementation of TBLT motivates students in the learning process. The results of this study were obtained based on the scores of Descriptive writing tests, observations and questionnaires. The results of the post-test showed an increase in the average student score to 85.6 which previously the average pre-test score was 62.2. Finally, the results of the questionnaire also showed that almost all students agreed to use TBLT as a guide in writing Descriptive text and proved to improve student writing skill.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T52830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Risma Khairani Tjakrawadhana
Abstrak :
Tesis ini membahas upaya peningkatan kosakata dan gramatika bahasa Jerman melalui Total Physical Response TPR . Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas PTK dengan menggunakan metode penelitian kombinasi, yaitu mengumpulkan dan menganalisis data berupa kualitiatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap 10 peserta kursus bahasa Jerman di sebuah lembaga kursus bahasa asing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan untuk hasil tes pembelajaran kosakata bahasa Jerman dengan TPR yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Sementara itu, untuk pembelajaran gramatika dengan TPR, belum ada peningkatan yang signifikan untuk tes I dan II. Namun, untuk tes II dan III terdapat peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, sebagian besar siswa menyatakan bahwa belajar kosakata dengan TPR memudahkan mereka untuk memahami dan mengingat kosakata yang dipelajari. Sementara itu, untuk pembelajaran gramatika, beberapa siswa menyatakan senang belajar dengan TPR, dan beberapa lainnya mengaku lebih memilih untuk mempelajari gramatika dengan cara mencatat. Selanjutnya, hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa siswa menikmati dan tidak tegang selama proses pembelajaran kosakata dan gramatika bahasa Jerman dengan TPR di dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki affective filter yang rendah ketika belajar dengan TPR. ...... This thesis discusses the efforts to improve German vocabulary and grammar through Total Physical Response TPR . The type of research that was conducted in this research is classroom action research CAR using a combination research method, which were collecting and analyzing data in the form of qualitative and quantitative. This research was conducted on 10 German language learners from a foreign language course institute. The results showed that there was a significant improvement for the German language vocabulary learning test with TPR performed on cycle I and cycle II. Meanwhile, for grammatical learning with TPR, there had been no significant increase for tests I and II. However, for tests II and III there was a significant increase. Based on the results of interview with the students, most of the students stated that learning vocabulary with TPR made it easier for them to understand and memorize the vocabulary that had been learned. Meanwhile, for grammatical learning, some students expressed that they enjoyed learning using TPR, while some claimed that they preferref to study grammar using notes. Furthermore, the results of the questionnaire also showed that students enjoyed and did not feel stress during the process of learning vocabulary and grammar of German language with TPR in the classroom. This showed that students had a low affective filter when learning with TPR.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Karmila Sari
Abstrak :
Pemerintah Indonesia membuat kebijakan tentang keharusan pengintegrasian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pengajaran di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi, peneliti menyangsikan bahwa penerapan TIK dalam pengajaran belum sesuai dengan yang dianjurkan oleh pemerintah. Berdasarkan persepsi pengajar dan pemelajar di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), penelitian ini menginvestigasi penggunaan TIK dalam pengajaran bahasa Inggris. Penelitian ini mengambil data melalui kuesioner, observasi dan wawancara di tiga SMA dan tiga SMK bersertifikasi RSBI yang ada di kota Padang. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penggunaan TIK dalam pengajaran bahasa Inggris masih untuk keperluan akses informasi, belum untuk berkomunikasi. Hambatan utama penggunaan TIK adalah kurang tersedianya sarana dan prasarana penunjang sehingga pengajaran bahasa Inggris dengan memanfaatkan TIK tidak berjalan sebagaimana mestinya. Walaupun demikian, pengajar dan pemelajar setuju bahwa TIK sangat bermanfaat bagi pengajaran bahasa Inggris. Selain itu, penelitian ini menemukan pengajaran blended learning telah diimplementasikan di SMK dengan memanfaatkan suatu program pembelajaran online, program DynEd, yang didanai oleh pemerintah ......Although the Indonesian Government has established a policy about the necessity of integrating Information and Communication Technology (ICT) in teaching to upgrade the quality of education, there is a concern that ICT is not utilize as recommended by the government in the implementing schools. Based on the perceptions of both teachers and students in Piloted International Standard Schools, this study investigates the use of ICT in the teaching of English. This study makes use of questionnaires, observations and interviews to collect data in three High Schools and three Vocational Schools which have Piloted International Standard School certification in Padang city. Results show that the use of ICT in teaching English is limited to accessing information and not yet used for communication. The main barrier of using ICT is the lack of infrastructure that supports the utilization of ICT for English teaching. Nevertheless, teachers and students agree that ICT is very beneficial for the teaching of English. However, this study found that blended learning has been implemented in Vocational Schools through online learning program, DynEd program, which provided by the government
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T42707
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>