Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pambudi Bekti Pratiwi
"ABSTRAK
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diatasi karena berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian, terhambatnya perkembangan motorik, dan pertumbuhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran dan faktor dominan kejadian stunting pada balita di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang tahun 2013. Desain penelitain yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 118 balita yang didapat dengan cara total sampling. Penelitiani ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, panjang badan, wawancara dengan kuesioner dan lembar FFQ semikuatitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-36 bulan di Desa Talagamulya sebesar 38,2% dan status gizi TB/U normal sebesar 61,8%. Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat lahir, panjang lahir, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi, riwayat pemberian ASI eksklusif, dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting adalah panjang lahir setelah dikontrol variabel asupan energi, berat lahir, asupan lemak, asupan besi, asupan seng pemberian ASI dan pengetahuan gizi.

ABSTRACT
Stunting is a public health problem that needs to be addressed due to the increased risk of morbidity and mortality, impaired motor development, and mental growth. This study aims to determine and reveal the main factors in the incidence of stunting in children under five Talagamulya village Karawang regency in 2013. This study uses cross sectional research design. Samples in this research were 118 toddlers obtained by total sampling. This research was conducted in April and May 2013. The data was collected by measuring height, body length, questionnaires and interviews with FFQ semikuatitatif sheet. Data were analyzed by chi square test. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 12-36 months was 38.2% Talagamulya village and nutritional status of height for age normal of 61.8%. Statistical analysis showed a significant association between birth weight, birth length, energy intake, protein intake, iron intake, history of exclusive breastfeeding, and maternal education with incidence of stunting. The most dominant factor in the incidence of stunting was birth length after the controlled variable intake of energy, birth weigth, intake of fat, intake of iron, intake of zinc, breastfeeding and nutrition knowledge."
2013
T35447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Fatimah
"Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara.
Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.

Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview.
The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasarus Atamou
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian semua negara di dunia bahkan pada desa lokus stunting di indonesia khususnya di propinsi tertinggi kejadian stunting Nusa Tenggara Timur yang belum pernah diteliti. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui hubungan determinan stunting dengan kejadian stunting di desa lokusstunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 166 ibu balita yang dipilih melalui metode proportional random sampling pada empat desa lokus stunting. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Ditribusi frekuensi digunakan untuk melihat hasil univariat setiap variabel yang diteliti. Uji Chi Square digunakan untuk melihat analisis bivariat dan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,033), pola asuh ibu (p=0,016), pendapatan orang tua (p=0,025), pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,022), rumah tangga sanitasi (p=0,025), jenis kelamin (p=0,036), jarak kelahiran (p=0,000) dan riwayat penyakit infeksi (p=0,025) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting di desa lokus stunting adalah pengetahuan ibu (p=0,000 OR 35,167; CI 95% 6,064-295,438). Pemberian asuhan keperawatan pada komunitas balita stunting sebagai populasi rentan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting sehingga peningkatan pengetahuan dapat berdampak pada pemahaman stunting pada balita dan menurunkan angka kejadianstuntingdi desa lokus stunting

Stunting is a health problem that is of concern to all countries in the world, even in the village of stunting locus in Indonesia, especially in the province with the highest incidence of stunting in East Nusa Tenggara which has never been studied. A cross sectional study was conducted to determine the relationship between the determinants of stunting and the incidence of stunting in the stunting locus village. The number of samples in this study were 166 mothers of children under five who were selected through the proportional random sampling method in four stunting loci villages. The instrument used is a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Frequency distribution is used to see the univariate results of each variable studied. Chi Square test was used to see bivariate analysis and showed that there was a relationship between mother's knowledge (p=0.033), mother's parenting pattern (p=0.016), parents' income (p=0.025), utilization of health services (p=0.022), household sanitation (p=0.025), gender (p=0.036), birth spacing (p=0.000) and history of infectious disease (p=0.025) with stunting. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression showed that the factor most related to the incidence of stunting in the stunting locus village was maternal knowledge (p = 0.000 OR 35.167; 95% CI 6,064-295,438). The provision of nursing care to the stunting toddler community as a vulnerable population can be done by increasing mother's knowledge about stunting so that increased knowledge can have an impact on understanding stunting in toddlers and reduce the incidence of stunting in the stunting locus village."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamalludin Behzad
"this study was aimed to assess factors socioeconomic water and sanitation access to health service and immunization status of the children lees than five years with occurrence of stunting in Sikka and Lombok District in in temore Province .our data was secondary data has been collected By Research center UI after analyzing data with stata 2010 unvariat bivariate analysis in summary we find that from 2593 children under five 54.47 were normal and 45.53 were stunted and in multivariate analysis the male children had1.2 time the risk stunted and had significant association with stunting according age of mother at the age 20-30 year have risk 6.1time to stunted age <20 year had 5 time more risk of stunting and significant association with stunted and in socioeconomic have significant association with stunted poor family had 1.1 time more risk to stunted by going high every level socioeconomic prevalence of stunting going down. Use of soap in hygiene activity non us of soap had 1.5 time risk to stunted than who used soap in hygiene activity had less risk to stunted. Use of soap had significant with stunted. And according health service utilization that family who used form selfmedication had more stunted children than who use community private or government facility and health service utilization in long term illness had significant association with stunting."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar
"Periode golden age atau 1000 HPK merupakan fase penting bagi balita stunting untuk mengejar ketertinggalan pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Ibu sebagai pengasuh utama memiliki peran yang penting dalam menunjang balita untuk dapat mengalami pemulihan menjadi tidak stunting. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman ibu dalam merawat balita stunting usia kurang dari 24 bulan yang mengalami pemulihan. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi deskriptif pada 17 ibu yang memiliki pengalaman merawat balita melalui wawancara mendalam dengan menggunakan analisis collaizi. Hasil penelitian menemukan 7 tema yaitu (1) respon ibu mengenai balita stunting, (2) faktor penyebab stunting pada balita, (3) pandangan ibu mengenai pemulihan stunting, (4) faktor yang mempengaruhi pemulihan pada balita stunting, (5) hambatan merawat balita stunting, (6) cara mengatasi hambatan, (7) harapan ibu pada balita yang telah pulih dari stunting. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memberikan intervensi keperawatan komunitas bagi ibu atau keluarga yang memiliki balita dengan stunting untuk mencapai kondisi pemulihan.

The golden age period or 1000 HPK is an important phase for stunting toddlers to catch up on the growth and development process. Mothers as the main caregiver have an important role in supporting toddlers to be able to experience recovery from stunting. The purpose of this study was to obtain a description of the mother's experience in caring for stunted toddlers aged less than 24 months who experienced recovery. This study used descriptive phenomenological methods on 17 mothers who had experience caring for toddlers through in-depth interviews using collaizi analysis. The results of the study found 7 themes, namely (1) mothers‘ responses regarding stunted toddlers, (2) factors that cause stunting in toddlers, (3) mothers’ views on stunting recovery, (4) factors that affect recovery in stunted toddlers, (5) obstacles to caring for stunted toddlers, (6) how to overcome obstacles, (7) mothers' expectations for toddlers who have recovered from stunting. This research is expected to provide an overview in providing community nursing interventions for mothers or families who have toddlers with stunting to achieve recovery conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kustri Suharningsih
"ABSTRAK Dampak yang ditimbulkan dari keadaan stunting adalah terganggunya fungsi kognitif. Masa-masa seribu hari pertama kehidupan adalah waktu kritis pertumbuhan anak. Kondisi stunting pada balita di Indonesia dan dunia masih tinggi. Prevalensi stunting pada baduta di Bojong Kamal mengalami peningkatan dari 18,3% pada tahun 2017 menjadi 30,9% pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui persentase stunting pada baduta dan mencari faktor paling dominan terhadap kasus stunting pada
baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal tahun 2018. Sampel penelitian sebanyak 89 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan antropometri untuk menentukan kasus stunting pada baduta, kuesioner untuk mengumpulkan data riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan kunjungan posyandu, serta
dari kuesioner food recall 24 jam untuk asupan makan. Persentase stunting baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal adalah sebesar 32,6%. Asupan energi menjadi faktor dominan yang membedakan kejadian stunting pada baduta usia
13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal dikontrol oleh riwayat penyakit infeksi, asupan protein dan pendidikan ibu.

ABSTRACT
The effect of stunting is cognitive disfunction. The first 1000 days period of life is a critical time for child's growth. The number of stunting condition in children in Indonesia and around the world are still high. The prevalence of stunting in children
under 2 years old on Bojong Kamal have been increased from 18.3% in 2017 to 30.9% in 2018. This study is a quantitative research and with cross sectional design. The purpose of this study is to know the persentage of stunting and to find out the most
dominant factor in stunting cases in children age 13-23 month living on the working region of Puskesmas Bojong Kamal. Samples of the study about 89 children were choosen by systematic random sampling. Datas collected from the samples are from ix Universitas Indonesia antopometry examination, questionnaire to collect the history of breast feeding, history of infection disease, education level of the parents, income of the parents, visit to
Posyandu, and questionnaire of food recall 24 hours for food consumption. Percentage of stunting in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal is 32.6%. Energy intake is the dominant factor which differentiate the stunting
cases in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal controlled by history of infection disease, protein intake and mother's education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sagung Seto, 2023
612.65 TUM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Eka Putri
"Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Status gizi erat hubungannya dengan status imunologi seseorang yang berkaitan dengan imunopatogenesis dari DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa. Desain studi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan rancangan kasus control. Sampel kasus akan di ambil dari keseluruhan kasus, dan untuk sampel kontrol akan diambil dengan menggunakan tekhnik sampel acak (Simple Random Sampling). Sehingga dapat disimpulkan jumlah kasus 97 (total kasus) keluarga yang memiliki balita dengan diagnosa DBD selama tahun 2018 sampai Maret 2020 (dari 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah DBD pada balita terbanyak) sedangkan kontrol 194 keluarga yang memiliki balita yang merupakan tetangga kasus. Dari hasil bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa (p value = 0.0001) dengan OR = 3.269 (95% CI: 1.757-6.083). Pada analisis multivariate menunjukkan hal yang sama (p value = 0.0001) dengan OR = 3.22 (95% CI: 1.679-6.174). Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek meningkatkan risiko 3.22 kali terkena DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever is an endemic disease in most parts of Indonesia, including in other tropical regions. Not all infected with dengue virus will show severe DHF manifestations. Nutritional status is closely related to a person's immunological status related to immunopathogenesis of DHF. The purpose of this study was to determine the relationship of stunting with the incidence of DHF in toddlers in Sumbawa Regency. The study design that will be used in this study is an analytic study with a case control design. Case samples will be taken from all cases, and for control samples will be taken by using a random sample technique (Simple Random Sampling). So it can be concluded the number of cases 97 (total cases) of families who have toddlers with DHF diagnoses from 2018 to March 2020 (from 5 working areas of puskesmas with the highest number of DHFs in toddlers) while control of 194 families who have toddlers who are neighboring cases. From the bivariate results it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of DHF in children under five in Sumbawa Regency (p value = 0.0001) with OR = 3,269 (95% CI: 1,757-6,083). In multivariate analysis showed the same thing (p value = 0.0001) with OR = 3.22 (95% CI: 1,679-6,174). This shows that toddlers with short and very short nutritional status increase the risk of 3.22 times getting DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Ferly
"Pengantar: Anemia pada anak adalah masalah nutrisi yang sering dihadap di Indonesia. Stunting adalah salah satu perlambatan tumbuh-kembang anak yang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan kognitif, penurunan tinggi badan, penurunan tingkat produktivitas dan kesulitan bersekolah. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kadar hemoglobin berkaitan erat dengan GH-IGF-1 yang sangat penting dalam proses pertumbuhan anak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara gagal tumbuh dan kadar hemoglobin pada anak berumur 6 sampai 8 bulan.
Bahan dan Metode: Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 55 anak berusia antara 6 sampai 8 bulan di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Indonesia. Pemeriksaan antrophometric berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan menggunakan WHO-Anthro 2005 untuk mendeteksi gagal tumbuh. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode HemoCue. Analisa statistik menggunakan spearman correlation test.
Hasil: Korelasi antara tinggi/umur Z-score sebagai indikator dari tumbuh dapat dilihat di penelitian ini (r:0.394, P<0.05). Selain itu, kita juga melihat korelasi antara berat/umur Z-score dengan kadar hemoglobin (r: 0.332, P<0.05). Tidak ada korelasi yang dapat kita lihat antara tinggi badan/berat badan Z-score dengan kadar hemoglobin (r:0.113, P>0.05).
Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kadar hemoglobin berkorelasi dengan tinggi badan/umur sebagai indikator pertumbuhan kronik yang ada pada anak. Hal ini dimungkinkan dengan kerja IGF-I yang menghambat apoptosis dari sel hematopoetik. Perhatian yang lebih tinggi pada nutrisi anak sangatlah penting. Skrinning terhadap tingkat kadar hemoglobin dan juga menyusui harus dilakukan untuk mencegah anemia.

Introduction: Anemia in infant is a common nutritional problem in Indonesia. Stunting as a form of growth and development retardation that is associated with delayed cognitive development, decreased adult stature, decreased productivity and fewer years of schooling is important to be prevented in early age. Previous study found out that hemoglobin level has association with GH-IGF-I level which is important in growth process. This study aims to find out correlation between stunting and hemoglobin level among infants aged 6 to 8 months old.
Materials and Methods: A cross-sectional study was done on a total of 55 infants aged between six to eight months old at several clinics in Kampung Melayu, East jakarta-Indonesia. Anthropometric measurements of weight and height were done and analyzed using WHO-Anthro 2005 to detect stunting. Hemoglobin level was measured using hemoCue method. Statistical analysis was done using spearman correlation test.
Results: Correlation between height/age Z-score as an indicator of growth with hemoglobin level was observed in this study (r: 0.394, P<0.05). In addition, we also observed the correlation between weight/age Z-score with hemoglobin level (r: 0.332, P<0.05). No correlation was observed between weight/height Z-score with hemoglobin level. (r: 0.113, P>0.05).
Conclusion: The result of this study shows that hemoglobin level correlates with height/age Z-score which is a chronic growth indicator of infants. This is possible due to action of IGF-I which inhibits apoptosis of hematopoietic cells. Therefore, greater concern regarding nutrition, especially in infants is imperative. Steps such as hemoglobin level screening and breastfeeding must be done in order to prevent anemia which correlates with stunting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>