Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), 1994
R 778.53 SEM m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Chung, Ay-young
Seoul, Korea: Korean Culture and Information Service, 2011
791.457 CHU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Syafruddin
Abstrak :
Penelitian dalam tesis ini membahas mengenai inisiatif dari masyarakat pemirsa televisi untuk melakukan pengawasan terhadap materi siaran televisi. Sebagaimana diketahui dunia pertelevisian Indonesia sampai saat ini belumlah memiliki peraturan perundangan yang pasti. Pedoman-pedoman yang ada sementara ini antara lain beberapa Surat Keputusan Menteri Penerangan RI, tidak hanya membingungkan pemirsa, tetapi juga dianggap "kabur" dan "meraba-raba" oleh para pengelola stasiun televisi dan praktisi media profesional. Situasi seperti ini dikhawatirkan dapat membawa akibat paling merugikan bagi pemirsa, sebagai pihak yang posisinya "paling lemah", karena diasumsikan hanya menerima saja apa yang disajikan media. Ternyata melalui penelitian ini dapat terbukti bahwa pemirsa televisi cukup perduli terhadap kegiatan ekspos media komunikasinya. Pemirsa televisi tentu saja menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul pada tayangan televisinya. Makna dari interpretasinya itu kemudian menghantarkannya untuk memberikan tanggapan terhadap pengelola stasiun atau praktisi media,- antara lain dengan cara mengirim surat pembaca ke media cetak. Dan bisa pula melalui ungkapan pendapat mereka ketika media cetak misalnya mewawancarai atau mencari pendapat pemirsa. Sesuai dengan pendekatan interaksionisme simbolik yang dipilih dalam penelitian ini, unit analisis yang dilakukan adalah melalui "Analisis Tema Fantasi" yang semula dikembangkan Robert Bale dan Ernest Borman, serta "Analisis Dramaturgi" Keneth Burke; mencakup pemeriksaan terhadap serangkaian unsur: karakter dramatislagent, aksilplot, scene (setting, properti, sosiokultural), dan agen-agen "sanctioning'%"agency". Peneliti memeriksa tema fantasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam kasus tertentu, dengan metode kualitatif, serta melakukan perbandingan pula dengan implementasi peraturan etika yang ada seperti berbagai Kode Etik yang berlaku sementara ini di Indonesia dan berbagai belahan dunia lain (sebagai bagian dari agen "sanctioning, atau "agency"). Penemuan utama dari tesis adalah kenyataan bahwa dalam banyak hal pengawasan media yang disampaikan oleh pemirsa dalam bentuk feedback di media cetak telah mampu menyadarkan atau membuka peluang bagi pihak-pihak lain untuk menyadari unsur-unsur dramaturgi dan tema-tema fantasi yang barangkali selama ini membawa makna yang berbeda bagi mereka atau cenderung mereka abaikan. Ini membuktikan bahwa pengawasan itu sendiri pada hakikatnya bernilai efektif.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parantean, Lisa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dan meneliti level interaktifitas program-program televisi yang ada di Indonesia dengan menggali terlebih dahulu konsep dari interaktifitas dan definisi dari televisi interaktif. Kemudian penelitian ini mencoba rnengembangkan atau mengusulkan suatu cara untuk mengukur interaktifitas program-program televisi tersebut. Penelitian ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya pengetahuan terhadap teknologi yang terus berkembang dan berevolusi, dimana sejalan dengan perkembangan tersebut, teknologi informasi semakin lama semakin melaju pada ciri interaktif antara medium dan pemakainya seiring dengan konvergensi yang terjadi pada industri telekomunikasi, media dan komputer. Sehingga dapat dipastikan bahwa interaktif akan menjadi suatu ciri penting bagi media masa depan. Penggunaan kata interaktif pada program-program televisi yang ada di Indonesia sudah sangat menjamur, sedangkan definisi terhadap kedua konsep diatas masih belum terangkat dengan jelas ke permukaan. Sehingga penelitian ini ingin melihat dan mendalami apakah benar konsep interaktif tersebut telah diterapkan di Indonesia dengan meneliti beberapa program televisi yang dipilih berdasarkan fitur-fitur interaktif yang dimiliki. Beberapa program televisi Indonesia yang setidaknya sudah mengandung ciri-ciri interaktif tersebut adalah: AFI (Akaderni Fantasi Indosiar), SMS TV yang sebenarnya merupakan salah satu saluran dari Kabelvision, MTV Start (Play), Power Points Mandiri Visa yang disiarkan oleh Metro TV, sebuah games interactive yang pernah disiarkan oleh Indosiar yaitu dan Dara dan layanan interaktif Electronic Programme Guides milik Indovision. Semua program atau layanan tersebut memiliki level interaktifitas-nya masing-masing. Analisis data yang berupa data hasil wawancara dengan para key-informant, menunjukkan adanya 3 dimensi interaktifitas yang memiliki signifikansi dalam menentukan level interaktifitas sebuah program atau layanan televisi interaktif, ketiga dimensi tersebut adalah: dimensi waktu, dimensi kontrol dan dimensi responsivitas. Dengan merujukkan analisa dari wawancara dengan para key-informant dan bahan kepustakaan yang telah dibahas oleh penulis dalam penelitian ini, maka dari ketiga dimensi tersebut, indikator-indikator yang membentuk pengukuran terhadap level interaktifitas dimensi-dirnensi tersebut dapat terdefinisikan dengan jelas disini. Dengan terbentuknya sebuah ukuran yang bersifat kualitatif ini, maka pemetaan level interaktifitas program-program televisi interaktif di Indonesia dapat dilaksanakan. Maka pengukuran interaktifitas yang sebenamya pada konteksnya di Indonesia dapat tergambarkan dengan jelas dimana melalui pengukuran ini dapat di-analisa potensialitas dari teknologi yang sudah ada sekarang dalam mengembangkan layanan interaktif televisi ke tingkatnya yang lebih jauh.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
Abstrak :
Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi. Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya. Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha. Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten. Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi. Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Noor Saleh
Abstrak :
Program olahraga sangat digemari audiens, untuk itu stasiun TV harus menganggarkan miliaran rupiah untuk memperoleh hak siar program tayangan olahraga. TV7 adalah salah satunya dengan menayangkan acara MotoGP. Meskipun seri MotoGP dapat ditonton langsung di rumah, ada kecenderungan audiens urrtuk mendatangi kafe-kafe yang ada di beberapa kata besar di Indonesia yang secara sengaja menayangkan secara langsung siaran MotoGP bekerja sama dengan stasiun TV7. Teori perilaku konsumen menyatakan motivasi muncul saat ada kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ingin dipuaskan oleh konsumen melalui pembelian dan mengkonsumsi produk (Solomon, 1994; Blackwell et.al , 2001). Motivasi dapat berasal dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) (Antonides, 1996). Pendekatan uses and gratifications tentang media menyatakan bahwa audiens bersifat aktif memilih media spesifik untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan tersebut dapat terpuaskan melalui penggunaan media maupun non-media (Katz, 1974). Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya mempengaruhi pilihan konsumsinya (Kasali, 1998). Gaya hidup adalah faktor yang mempengaruhi motivasi individu di luar kepribadiannya dalam memenuhi keinginan dan minat mereka (Engel et.al, 1994). Pengukurannya melihat Aktivitas, Minat dan Opini (Blackwell eta!, 2001). Penelitian ini menggali motivasi yang mempengaruhi keputusan untuk memilih menonton tayangan MotoGP di kafe, dan profil psikograf pengunjungnya. Penelitian dilakukan pada populasi pengunjung kafe pada acara kumpul GP Mania di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Medan. Sampel dipilih menggunakan two stage cluster sampling dan didapat 200 responden. Hasil pengolahan data menunjukan motivasi pemuasan hobi, motivasi pertemanan dan motivasi bisnis bersama-sama secara signifikan mempengaruhi keputusan pemilihan kafe sebagai tempat menonton tayangan MotoGP. Motivasi pemuasan hobi merupakan motivasi yang paling mempengaruhi keputusan tersebut. Analisa cluster terhadap aktivitas, minat dan opini responden menghasilkan 4 segmen penonton. Segmentasi penonton ini berguna bagi stasiun TV untuk lebih fokus dalam membidik target audiensnya. Alat ukur motivasi yang diadopsi dari beberapa teori motivasi dapat dijadikan acuan bagi penelitian mengenai motivasi, namun demikian masih diperlukan pengkajian dan sampel yang lebih besar.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fajar Ningrum
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan dengan cara mengukur apakah dengan adanya pendidikan dan pelatihan tersebut dapat menghasilkan sasaran organisasi yang dalam hal ini adalah menghasilkan Tenaga Perancang yang berkualitas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan teori efektivitas yang pengukurannya terfokus pada pelaksanaan diklat. Penelitian dilakukan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM selaku unit pelaksana pendidikan dan platinan untuk meningkatkan sumber daya manusia hukum dan HAM yang berkualitas, balk itu dari instansi Departemen Hukum dan HAM maupun instansi lain dengan metode penelitian kualitatif. Dari analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM secara umum belum efektif hal ini bisa dilihat dari pencapaian sasarannya. Sedangkan kendaJa-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Perancang Perundang-undangan adalah dari segi input yaitu penentuan peserta, penentuan kurikulum, sarana dan prasarana, dari segi proses tenaga pengajar yang belum memiliki Satuan Acara Perkuliahan, dan dari segi output evaluasi. Saran-saran untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tersebut adalah pimpinan yang memiliki kompetensi dan pemikiran yang visioner mengenai peningkatan kompetensi sumber daya manusia......This research focuses on the training and education for the functional position of rule and law designers. This research tests how far those trainings and education could output in the organizational target which is creating qualified designers by using Effective approaches by which testing the commencement of the training and education itself. The research, which was conducted by a Qualitative method, was commenced in the Human Resources Bureau of Law and Human Rights as the conducting unit of the training and education to enhance the quality of human resources of the Law and Human Rights personnel, both in the Law and Human Resources Department as well as other institutions. From the analysis of the interviews, we could conclude that the trainings and education for the functional position of rale and law designers conducted by the Human Resources Bureau of Law and Human Rights are generally not effective which could be seen from the target achievements. Furthermore, the obstacles faced in the commencement of the trainings and education for the functional position of the rule and law designers are in terms of the input is the determination of the participants, curriculum, facilities and infrastructures, in terms of the process is the trainers who have not been equipped with the details of the lectures, and in terms of the output evaluation. The suggestion for handling those obstacles in conducting the trainings and education is that we need a leader who has excellent competence and visionary thoughts to enhance the competence of the human resources.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library