Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhenne Ivon Treviana
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam upaya menyusun sejarah kuna Indonesia diperlukan sumber_-sumber tertulis seperti prasasti, naskah dan berita asing sebagai sumber penelitian. Prasasti sebagai salah satu data arkeologi memiliki kelebihan dibanding data arkeologi lainnya, yaitu seolah dapat berbicara dan berkisah mengenai perilaku kehidupan manusia dan lingkungannya hingga tidak salah jika dikatakan bahwa prasasti merupakan tulang punggung penulisan sejarah kuna Indonesia.

Prasasti Airpulyan merupakan salah satu prasasti yang baru ditemukan dan belum sempat diteliti secara intensif. Prasasti yang ditemukan di Temanggung ini sekarang ditempatkan di Kantor SPSP Jawa Tengah, dipahatkan di atas batu padas, menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Secara garis besar isinya memuat masalah pertikaian masalah pajak dan merupakan jenis prasasti jayapatra yang sangat sedikit ditemukan.

Tujuan utama penelitian ini adalah 1) membaca, membuat alih aksara dan terjemahan berikut catatannya; dan 2) mengungkap latar historis isi prasasti. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, digunakan tiga tahap penelitian yang lazim digunakan dalam cara kerja ilmu sejarah. Ketiga tahapan kerja itu adalah: Heuristik, tahap pengumpulan data, mengumpulkan keterangan seluas-luasnya mengenai data utama, yaitu Prasasti Airpulyan, pembuatan foto dan abklats dan data bantu lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Kritik teks, merupakan tahap pengolahan data. Terdiri dari kritik ekstern yang mencari kepastian bahwa data yang digunakan autentik sebagai data sejarah; dan kritik intern yang menganalisis isi prasasti untuk mendapatkan detail yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dicocokkan dalam suatu hipotesis dan konteksnya. Interpretasi dan historiografi, sebagai tahap penafsiran data yang diperoleh dari hasil pembacaan dan tafsiran isi prasasti dengan rujukan data bantu lainnya serta asumsi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Walaupun Prasasti Airpulyan tidak memuat dengan jelas latar peristiwa penulisannya, dapat diperoleh sedikit kejelasan isinya. Pihak yang bersengketa adalah seorang pejabat wanua (tuha banua) dan pejabat watak (patih) yang melawan penduduk desa Airpulyan. Persengketaan tersebut diduga berlatar belakang pada masalah pajak, dan perkara ditangani oleh Samgat Puluwatu bernama Pu Mrsi. Atas kesaksian yang diberikan Pu Naga, maka persengketaan dimenangkan oleh penduduk desa Airpulyan, dengan dikukuhkannya kembali dharmnasima di desa Airpulyan.

Akhir dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kehidupan masyarakat atas peristiwa yang terjadi pada waktu prasasti tersebut dikeluarkan, untuk kemudian ditempatkan dalam susunan rangkaian panjang rekonstruksi sejarah kuna Indonesia secara kronologis.
2001
S11570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresiana Ani Larasati
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
394.4 THE u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sutopo
Abstrak :
Sistem administrasi PBB sebelum diberlakukan Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan menimbulkan masalah ketidakadilan dalam menetapkan pajak, ketidakpastian dalam menyampaikan pajak yang terutang, lemahnya sanksi dan sulitnya melakukan pembayaran PBB sebagai akibatnya penerimaan PBB sangat rendah. Setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan upaya penyempurnaan administrasi PBB terus dilakukan sehingga tahun 1993/1994 Pemerintah telah melaksanakan SISTEP ke Daerah Tingkat 11 seluruh Indonesia.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor penetapan pajak, ketepatan dalam menyampaikan SPPT, penerapan sanksi dan cara pembayaran pajak dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemungutan pajak.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif yaitu tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual.

Berdasarkan analisa secara statistik 4 (empat) angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r signifikansi 5% yang besarnya 0,361. Pernyataan pertama signifikan (r hitung = 0,551 a r tabel = 0,361). Pernyataan ke dua signifikan (r hitung = 0,706 > r tabel = 0,361). Pernyataan ke tiga non-signifikan ( r hitung = 0,325 < r tabel = 0,361). Pernyataan ke empat signifikan (r hitung = 0,412 > r tabel = 0,361).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa faktor-faktor ketepatan dalam penetapan pajak, penyampaian SPPT secara tepat waktu dan cara pembayaran pajak yang sederhana dapat meningkatkan keberhasilan pemungutan pajak sedangkan penerapan sanksi yang tidak penuh dapat mengurangi tingkat keberhasilan pemungutan pajak.

Dari hasil penelitian dapat disarankan : koordinasi antar instansi terkait perlu ditingkatkan, hubungan baik dengan aparat pemerintah daerah perlu ditingkatkan, secara selektif terhadap Wajib Pajak tertentu perlu diterapkan sanksi secara penuh, untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar PBB maka penyuluhan secara terpadu dan berkesinambungan perlu terus dilakukan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aliyah
Abstrak :
Tembakau temanggung merupakan tembakau musim kemarau (Voor Oogst) yang tidak membutuhkan curah hujan ketika panen. Penyimpangan curah hujan ketika musim kemarau dapat menggagalkan panen, yang berpengaruh terhadap pendapatan petani. Penggunaan metode deskriptif dan analisis pola keruangan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan daerah yang mengalami penyimpangan curah hujan dengan pendapatan petani tembakau. Penyimpangan curah hujan tahun 2010 diolah dari data curah hujan dasarian yang di bandingkan dengan curah hujan rata-rata dasarian tahun 1981 - 2008, yang dijadikan dasar untuk menentukan lokasi survei. Survei lapang dilakukan di 16 titik di lima kecamatan yaitu Tretep, Ngadirejo, Bulu, Tlogomulyo dan Tembarak dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan penyimpangan curah hujan paling tinggi sebesar 207% terjadi di lahan berketinggian > 1.000 mdpl. Penyimpangan curah hujan menyebabkan produksi tembakau berkurang sebanyak 20,7% dengan penurunan kualitas sebesar 52,17%. Pendapatan petani rata-rata berkurang sebanyak 51,89%. Berkurangnya pendapatan petani terlihat dengan berkurangnya barang investasi yang dibeli seperti kendaraan bermotor, ternak dan emas. ......Temanggung tobbaco is tobbaco dry season (Voor Oogst) which doesn‟t require rainfall when the crop. Deviation of rainfall during the dry season can thwart harvesting, affecting the income of farmers. The use of descriptive and spatial pattern analysis in this study aims to determine the relationship areas experiencing rainfall irregularities with tobacco farmers' income. In 2010 the rainfall deviation calculated from rainfall data dasarian that in comparison with an average rainfall dasarian 1981 - 2008, which is used as the basis for determining the location of the survey. Field survey conducted in 16 points in five Kecamatan namely Tretep, Ngadirejo, Fur, Tlogomulyo and Tembarak by purposive sampling technique. The analysis showed the highest rainfall deviation of 207% occurred in Tretep. Deviation of rainfall led to the production of tobacco decreased by 20.7% with a decrease of 52.17% quality. The average farmer's income decreased by 51.89%. Reduced farmers' income looks to reduced investments purchased goods such as motor vehicles, livestock and gold.
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2013
S46863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Ristiana
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri (self concept) dan proses adaptasi pada anak perempuan yang melakukan pernikahan dini di Kabupaten Temanggung. Terkait dengan konsep diri, penelitian ini membahas bagaimana konsep diri pada anak yang menikah dini dari dimensi pengetahuan, harapan, dan penilaian anak yang mneikah dini. Terkait dengan proses adaptasi, penelitian ini membahas proses adaptasi yang dijalankan anak perempaun yang menikah dini karena adanya perubahan peran menjadi istri dan ibu dalam melakukan proses adaptasi syarat dasar biologi-alamiah, adaptasi syarat dasar kejiwaan, dan adaptasi syarat dasar sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus, di mana setiap kasus akan menggambarkan karakteristik yang berbeda, kemudian di akhir penelitian akan ditarik kesimpulan dari beberapa kasus yang dikaji. Informan anak perempuan yang menikah dini pada penelitian ini didapat melalui metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2021, dengan jumlah informan 12 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat konsep diri yang berbeda-beda pada anak perempuan yang menikah dini, hal itu tergantung dengan factor yang mempengaruhinya. Selain itu, anak perempuan dengan konsep diri yang berbeda, melakukan proses adaptasi yang berbeda dalam menjalankan perannya. ......This thesis aims to describe the self-concept and the adaptation process for girls who marry early in Temanggung Regency. About self-concept, this study discusses the self-concept of children who marry early from the dimensions of knowledge, expectations, and assessments of children who marry early. About the adaptation process, this study discusses the adaptation process carried out by girls who marry early due to changes in the roles of being a wife and mother in the process of adapting natural-biological basic requirements, adaptation of basic psychological requirements, and adaptation of basic social requirements. This research is a qualitative research with case studies, where each case will describe different characteristics, then at the end of the study conclusions will be drawn from several cases studied. Informants of girls who married early in this study were obtained through purposive sampling method. This research was conducted in January-July 2021, with a total of 12 informants. The results of this study are that there are differences in self-concept in girls who marry early, this depends on the factors that influence it. In addition, girls with different self-concepts carry out different adaptation processes when carrying out their roles.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Purwaningsih
Abstrak :
Upacara nyadran Tuk Tempurung di Dusun Liangan, Temanggung merupakan tradisi yang selalu dijaga oleh masyarakat pendukungnya. Tradisi tersebut terus diwariskan secara turun temurun. Namun, semenjak ditemukannya Situs Liangan yang lokasinya di Dusun Liangan, pada tahun 2008, penyelenggaraan upacara tradisi tersebut mengalami perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan penyelenggaraan nyadran Tuk Tempurung dan fungsinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan nyadran Tuk Tempurung mengalami perubahan baik dalam hal penyelenggaraan maupun fungsinya. Upacara nyadran Tuk Tempurung yang semula diselenggarakan secara perorangan dan sederhana, setelah ditemukannya Situs Liangan diselenggarakan secara kolektif. Penyelenggaraan nyadran dikemas lebih meriah. Nyadran Tuk Tempurung mengalami perubahan fungsi, yang semula sakral menjadi profan, artinya kepentingan menjadikan upacara tersebut sebagai daya tarik wisata menjadi lebih menonjol daripada esensi dari penyelenggaraan tradisi nyadran Tuk Tempurung.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Giyanto
Abstrak :
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanggung adalah salah satu bagian dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara, Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, yang luas kawasan hutannya mencapai 5.410,50 hektar. Luas tersebut tersebar di antara Gunung Tierep (RPH Jumprit) 1.569,00 hektar, Gunung Sindoro (RPH Kwadungan) L761,30 hektar, dan Gunung Sumbing (RPH Kecepit dan RPH Kemloko), yang masingmasing mempunyai 1.213,90 hektar dan 866,20 hektar. Kerusakan hutan yang terjadi di BKPH Temanggung semuanya terjadi di kawasan hutan lindung yang digunakan sebagai lahan pertanian khususnya untuk tanaman semusim seperti tembakau. Data dari BKPH Temanggung memperlihatkan, bahwa Iuas kawasan hutan lindung terbesar yang dibuka untuk pertanian sampai tahun 2004 terdapat pada kawasan Gunung 'Sindoro (RPH Kwadungan). Dad 1.761,30 hektar yang digunakan untuk hutan lindung, 1.353.50 hektar (76,00%) dari hutan lindung telah digunakan untuk lahan pertanian, khususnya untuk tanaman semusim seperti tembakau. Penelitian ini bertujuan untuk niengetahui dan menganalisis: (1) Pengaruh dari variabel sosial ekonomi masyarakat pada setiap desa yang sudah dibina dan belum dibina terhadap kelestarian fungsi hutan lindung Gunung Sindoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi terhadap terjadinya pembukaan lahan di kawasan hutan lindung Gunung Sindoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, dan (3) Upaya penanggulangan dan pencegahan pembukaan lahan di kawasan hutan lindung Gunung Sindoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Variabel sosial ekonomi masyarakat pada setiap desa yang sudah dibina dan belum dibina mempunyai pengaruh terhadap kelestarian fungsi hutan lindung Gunung Sindoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung, (2) Pembukaan hutan lindung dilatarbelakangi oleh adanya masyarakat mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam hutan lindung namun terdesak olah kebutuhan ekonomi, sehingga terpaksa membuka hutan untuk meningkatkan pendapatan, sebagai akibat harga tembakau yang rendah, dan (3) Penanggulangan dan pencegahan pembukaan lahan hutan lindung di kawasan IIutan Lindung Gunung Sindoro dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kerjasama yang sinergis antara Pemerintah Daerah, perusahaan rokok (gudang garam dan jarum), dan masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Sindoro (KPH Kwadungan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dianalisis dengan regresi berganda, yaitu untuk melihat hubungan antara faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap luas hutan lindung yang dibuka. Metode kualitatif dianalisis dengan tabulasi terhadap data yang berkaitan dengan persepsi masyarakat dan penegakan hukum. Data primer dan sekunder dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam.dan dokumenter. Hasil analisis memperlihatkan, bahwa pada desa yang sudah dibina variabel sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap luas hutan lindung yang dibuka di Desa Bansari adalah jumlah tanggungan kepala keluarga dan pendapatan per kapita per tahun (P-value = 0,004* dan P-value = 0,025*), Desa Mranggen Tengah adalah luas lahan yang dimiliki dan pendidikan formal (P-value = 0,041* dan P-value = 0,037*), dan Desa Mojosari adalah umur kepala keluarga (P-value = 0,044*). Pada desa yang belum dibina variabel sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap luas hutan lindung yang dibuka di Desa Candisari adalah jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan per kapita per tahun (P-value = 0,046* dan P-value = 0,029*), Desa Mranggen kidul adalah umur kepala keluarga dan jumlah tanggungan keluarga (P-value = 0,007* dan P-value = 0,002*), dan Desa Tlogowero adalah jumlah tanggungan kepala keluarga (P-value = 0,022*). Pada desa yang sudah dibina dan belum dibina sebanyak 95,56% responden dan 86,67% responden mengetahui keberadaan kawasan hutan lindung, serta 97,78% responden dan 95,56% responden pada desa yang sudah dibina dan belum dibina menyatakan, bahwa merambah hutan lindung adalah perbuatan yang dilarang_ Sebanyak 95,56% responden dari desa yang dibina dan 88,89% responden dari desa yang belum dibina menyatakan, bahwa merambah hutan lindung bermanfaat untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Upaya penanggulangan dan pencegahan yang telah dilakukan adalah reboisasi, penyuluhan dan penegakan hukum. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Faktor-faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh terhadap kelestarian .fungsi hutan lindung Gunung Sindoro: (a) pada desa yang sudah dibina faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap kelestarian fungsi hutan lindung gunung sindoro di Desa Bansari adalah jumlah tanggungan kepala keluarga dan pendapatan per kapita per tahun, Desa Mranggen Tengah adalah luas lahan yang dimiliki dan pendidikan formal, dan Desa Mojosari adalah umur kepala keluarga. (b) pada desa yang belum dibina faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap kelestarian fungsi hutan lindung Gunung Sindoro di Desa Candisari adalah jumlah tanggungan kepala keluarga dan pendapatan per kapita per tahun, Desa Mranggen KiduI adalah umur kepala keluarga dan jumlah tanggungan kepala keluarga, dan Desa Tlogowero adalah jumlah tanggungan kepala keluarga. (2) Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pembukaan lahan di kawasan hutan lindung Gunung Sindoro karena masyarakat terdesak oleh kebutuhan ekonomi (harga tembakau yang rendah) sehingga untuk meningkatkan pendapatan, masyarakat. terpaksa melakukan pembukaan lahan, walaupun melanggar aturan-aturan yang berlaku di kawasan hutan lindung. (3) Upaya penanggulangan dan pencegahan terjadinya pembukaan lahan di areal hutan lindung Gunung Sindoro Kecamatan Bansari dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Gunung Sindoro, melalui kerjasama yang sinergis antara Pemerintah Daerah, perusahaan rokok (gudang gamin dart jarum), dan masyarakat, serta adanya penegakan hukum yang konsekuen. Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Perlu adanya kerjasama yang sinergis antara petani, Pemerintah Daerah dan perusahaan rokok (Gudang Garam dan Jarum), sehingga diharapkan harga tembakau akan mengalami peningkatan, dan (2) Perlu dibuat adanya pembatasan pemanfaatan lahan, agar tidak terjadi kerusakan lahan di wilayah hutan lindung.
The Unit of Temanggung `s Forest Administration (BKPH) is the one part of The North Kedu Forest Administration Unit (KPH) which is under The Central Java Unit I Perum Perhutani, in charge of 5,410.50 hectares covered by forest_ That area consists of 1,569.00 hectares of Tlerep Mount (RPH Jumprit), 1,761.30 hectares of Sindoro Mount (RPH Kwadungan), 1,213.90 hectares of RPH Kecepit and 866.20 hectares of RPH Kernloko. The RPH Kecepit and RPH Kemloko are located in Sumbing Mount. The forest degradation of Temanggung BKPH's happened in almost the whole area of the protected forest which is used by the agriculture, especially by the annual crop plantation such as tobacco. BKPH Temanggung states that the biggest opened protected forest area until 2004 for, the apiculture is happpened in Sindoro Mount area (RPH Kwadungan). That area is especially used as_lobacco's plantation which includes 76.00% (1,353.50 hectares) of 1,761.30 hectares protected forest. This research aims to study: (1) The impact of the community's socio-economic variables on the preservation of protected forest in Sindoro Mount, Bansari District of Temanggung Regency; (2) The driving factors of forestry opening at The Sindoro Mount protected forest of Bansari District of Temanggung Regency; (3) The solutions and preventions of forestry opening at The Sindoro Mount protected forest of Bansari District of Temanggung Regency. The hypothesis of this study are: (1) The community's socio-economic influence the preservation of the protected forest of Sindoro Mount; (2) The opening of protected forest in Sindoro Mount is being done by the community who have to increase their income as the impact of the decreasing of tobacco's price to fulfil their economic needs, eventhough they know the rules of protected forest; (3) The solutions and prevention of forestry opening at The Sindoro Mount protected forest can be done by sinergisting the cooperation between the Local Goverment and the Cigarette Company (Gudang Garam and Jarum) with the local community to increase the community's income. This research was conducted at the Sindoro Mount Protected Forest (RPH Kwadungan) using the quantitative and qualitative method. The quantitative method were analyzed by using the multiple regression to study the relation between the community's socio-economic factors and the use of lands within the protected forest and its use as plantation. This research also used the qualitative method to analyze the relation of local community and law enforcement by using the tabulation of data. The primary and secondary data were collected by depth interviewing and documenting. The analysis states that: (1) The community's socio-economic factors of the constructed village which impacts significantly to the forestry opening area are the number of family members and annual personal income (P-value-0.004' and P-value-0.025') for Bansari Village, the area of land owning and formal education (P-value-0.041' and P-value-0.037') for Central Mranggen Village and the age of the head of the family (P-value=0.044') for Mojosari Village. The community's socio-economic factors of the non-constructed village which impacts significantly to the forestry opening area are the number of family members and annual personal income (P-value-0.046' and P-value-0.029') for Candisari Village, the age of the head of the family and the number of family members (P-value-0.007* and P-value ).002*) for Mranggen Village and the number of family members (P-value--0.022*) for Tlogowero Village; (2) There are 95.56% respondents of constructed village and 86.67% respondents of non-constructed village knows the protected forest area, there are 97.78% respondents of constructed village and 95.56% respondents of non-constructed village slates the forestry opening is illegally action, there are 95.56% respondents of constructed village and 88.89% respondents of non-constructed village states that the forestry opening increase the income; and (3) The solutions and preventions that have been doing consists of replantation, information giving and law enforcing. The conclusions of this study are: (1) The community's socio-economic factors of the constructed village which impacts significantly to the forestry opening area consists of the number of family members and annual personal income for Bansari Village, the area of land owning and formal education for Central Mranggen Village and the age of the head of the family for Mojosari Village. The community's socio-economic factors of the non-constructed village which impacts significantly to. the forestry opening area consists of the number of family members and annual personal income for Candisari Village, the age of the head of the family and the number of family members for Mranggen Village and the number of family members for Tlogowero Village; (2) The opening of protected forest in Sindoro Mount is being done by the community who have to increase their income as the impact of the decreasing of tobacco's price to fulfil their economic needs, eventhough they know the rules of protected forest; (3) The solutions and preventions of forestry opening at The Sindoro Mount protected forest can be done by sinergisting the cooperation between_the Local Goverment and the Cigarette Company (Gudang Garam and Jarum) with the local community to increase the community's income and forming the consequen law enforcement The suggestions of this study ere: (1) There should be a synergistic cooperation between The Local Government and The Tobacco Company (Gudang Garam and Jarum) with The Local Farmers to maintains the good balance of tobacco supply-demand and price; (2) There should be a local regulation to protect the forest and effort to build people's legal awareness.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Baroroh
Abstrak :
Upaya untuk mendapatkan kualitas tembakau yang baik yaitu dengan penambahan enzim amilase dengan maksud untuk memecah komponen pati menjadi senyawa gula (monosakarida/disakarida) yang akan membentuk taste/aroma dari tembakau. Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan α- amilase pada daun tembakau rajangan Temanggung dengan variasi konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% pada setiap 100g tembakau rajang masing-masing dengan volume 40 mL, 30 mL, dan 20 mL. Penambahan amilase dilakukan dengan cara mencampur sampai merata, kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar dan dilanjutkan pengeringan dengan sinar matahari. Setelah kering dilakukan pengujian fisik/organoleptik dan pengujian parameter mutu kimia tembakau. Pengujian fisik/organoleptik meliputi pengamatan warna, bau/aroma, bodi/pegangan dan elastisitas tembakau yang dilakukan oleh grader berpengalaman dari pabrikan rokok dengan memberikan penilaian berdasarkan scoring. Pengujian kimia meliputi pengukuran kadar gula reduksi, kadar total gula, kadar nikotin dan kadar klor yang dianalisa secara colorimetri menggunakan peralatan system continues flow auto analyze. Data pengukuran berupa kurva tinggi peak yang merupakan konversi dari perubahan warna konsentrasi sampel pada panjang gelombang tertentu. Hasil menunjukkan terjadi peningkatan kadar gula reduksi dan total gula pada penambahan α- amylase 30 mL, dan 20 mL. Sedangkan pada pengujian organoleptik didapatkan ada perbedaan nyata pada taste/aroma dan bodi/pegangan tembakau. Secara keseluruhan penelitian ini belum mendapatkan hasil yang optimal, maka perlu dilakukan variasi waktu inkubasi dan penambahan enzim serta pengeringan sehingga diperoleh perubahan gula reduksi yang optimal. ......The effort to increase the quality of Temanggung tobacco with the addition of amylase with the purpose of breaking carbohydrates molecules into sugar (monosacharide/disacharida) that will form the tobacco taste. This research studies the effect of addition 40 mL, 30mL and 20 mL α amylase with concentration of 1%, 2%, 3%, 4% and 5% into 100 g tobacco each. This is addition were done through mixing process. After mixing evenly, tobacco was incubated for 30 minutes at room temperature and then it is dried under the sun. After it was dried can be done the testing of physical/organoleptical and chemical. The physical/ organoleptic test involves the observation of color, smell/aroma, physical and elasticity of tobacco and this is done by grader from the tobacco manufactures. The chemical test involves the measurement of total sugar content, reducing sugar content, nicotine and chloride level which are analyzed using the continues flow auto analyze. The measurement data's are displayed as curve of peak height which the conversion of proportionally on change of color concentration samples that wave length. The result showed that there is an increased of the level of total sugar when 30 mL and 20 mL of α- amylase is added. Whereas the organoleptic test showed that based on the observation of smell/aroma and body to be significant by tobacco graders with criteria of satisfactory and very satisfactory. Totally, this research studies showed that the addition of α-amylase doesn't increase reducing sugar and total suger content optimally.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T40095
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah kusrini
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG Lengkeng (Nephelium Longanum) adalah salah satu jenis buah di Indonesia yang belum banyak dlbudidayakan. Dengan jumlah produksi yang terbatas sedangkan permintaan masyarakat cukup tinggi, harga buah lengkeng tergolong tinggi dibandingkan dengan buah lokal lainnya di Indonesia, sehingga apabila tanaman ini dibudldayakan secara baik, akan memberikan keuntungan finansial yang cukup tinggi. Karena kondisi fisik alam tertentu di Indonesia yaitu : tekstur tanah, kemasaman (pH) tanah, curah hujan, distribusi curah hujan serta ketinggian, tanaman ini dapat berproduksi dengan baik. Kabupaten Temanggung merupakan daerah sentra produksi tanaman lengkeng terbesar di Indonesia, dan pembudidayaannya dilakukan secara meluas hampir pada seluruh kecamatan di wilayah itu. MASALAH 1. Berdasarkan syarat tumbuhnya, bagaimana pola wilayah kesesuaian fisik tanaman lengkeng di Kabupaten Temanggung ? 2. Bagaimana penyebaran dan produktifitas tanaman lengkeng dihubungkan dengan wilayah kesesuaian fisiknya ? METODE PENELITIAN DAN ANALISA Penelitian ini menggunakan metode analisa korelasi peta yang didukung oleh survey di lokasi penelitian. Dan diperoleh wilayah kesesuaian fisik tanaman lengkeng berdasarkan syarat tumbuhnya yaitu wilayah yang diklasifikasikan atas wilayah sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Wilayah kesesuaian dengan kategori sesuai merupakan wilayah yang terluas dan merupakan penyebaran areal lengkeng terluas pula dengan produktifitas tinggi, wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Pringsurat, Temanggung, dan Kaloran HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN Penyebaran areal lengkeng yang terpusat di bagian Tenggara, Tengah, dan Selatan wilayah penelitian yaitu Kecamatan Pringsurat, Temanggung, dan Tembarak dengan produksi rata-rata tinggi. Wilayah kesesuaian yang terluas adalah yang berkategori sesual yang membentang di bagian Tengah wilayah penelitian. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada hubungan keselarasan antara wilayah kesesuaian fisik dengan penyebaran dan produktifitas tanaman lengkeng di Kabupaten Temanggung.
1998
S33657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Anindya Fausta
Abstrak :
Proses menyangrai kopi untuk memperoleh mutu produk biji kopi yang konsisten dan sesuai dengan preferensi pasar terbilang cukup kompleks dan membutuhkan keahlian operator yang memiliki pengalaman bertahun-tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menghadirkan pemodelan perhitungan kompleksitas sistem manufaktur proses sangrai kopi sebagai salah satu jenis alat ukur sebuah proses untuk menilai proses yang ada. Pemodelan ini nantinya berfungsi untuk mengestimasi biaya awal di tahapan desain sebelum meningkat pada otomatisasi proses sangrai. Peneliti mengadaptasi dan mengembangkan pemodelan perhitungan kompleksitas yang diusung oleh W. H. El Maraghy ke dalam ruang lingkup sangrai kopi, khususnya biji kopi Arabika Gayo dan Robusta Temanggung. Proses sangrai pada penelitian ini dilakukan dengan temperatur pre-heating 160°C dan waktu penyangraian selama 16 menit. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil, bahwa aspek penting yang paling mempengaruhi kompleksitas sangrai biji kopi berdasarkan tingkatan sangrai adalah warna sangrai, massa, dan dimensi yang dihasilkan dari profil sangrai biji kopi. Selain itu, variasi RPM akan memengaruhi temperatur turning point dan titik akhir temperatur biji. Indeks kompleksitas tertinggi didapatkan pada biji kopi Robusta Temanggung dengan RPM 90 dan memiliki tingkatan sangrai dark, yaitu sebesar 9,96. ......The process of roasting coffee to obtain consistent coffee bean product quality under-market preferences is quite complex and requires the expertise of operators. This study aims to present a model for calculating the complexity of the coffee roasting process as a measurement tool to assess existing processes. This modeling will later function to estimate the initial costs at the design stage before moving on to the automation of the roasting process. The researcher adapted and developed the complexity calculation model carried out by W. H. El Maraghy to the scope of coffee roasting, especially Arabica Gayo and Robusta Temanggung coffee beans. The roasting process in this study was carried out with a pre-heating temperature of 160°C and a roasting time of 16 minutes. Based on this research, the results show that the most important aspects that influence the complexity of roasting coffee beans are roast color, mass, and dimensions resulting from the roasted coffee bean profile. In addition, variations in RPM will affect the temperature of the turning point and end point temperature of the beans. The highest complexity index was found in Temanggung Robusta coffee beans with an RPM of 90 and a dark roast level of 9.96.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>