Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermin Mira I
"Media cetak khususnya suratkabar adalah media yang paling lengkap dapat diterima oleh kaum tunarungu karena tidak ada unsur suara dalam penyempaian pesannya. Dipandang dari sifatnya yang visual semata, suratkabar tentu paling memungkinkan sebagai penyuplai informasi utama bagi kaum tunarungu, dengan syarat mereka mempunyai kemampuan membaca dan mengerti materi yang disajikan di suratkabar. Selain berperan sebagai sarana memperoleh informasi suratkabar dapat berfungsi sebagai alat komunikasi bagi seseorang dengan khalayak, disamping berbagai fungsi lain seperti hiburan, identitas pribadi, dan sebagainya. Penelitian mengenai perilaku membaca suratkabar ini berusaha memperoleh gambaran tentang perilaku membaca suratkabar pada kaum tunarungu dimana bagaimana den sejauhmana kaum tunarungu memanfaatkan suratkabar sebagai serene komunikasi juga turut diperhatikan dalam penelitian ini. Di samping itu peran dan kedudukan media lain sebagai sumber informasi bagi kaum tunarungu juga diteliti. Penelitian bertipe deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan atau kuesioner dari sampel penelitian seluruh anggota organisasi alumni sekolah luar biasa khusus tunarungu bernama Ikatan Alumni Santi Rama (Ikasa), yang berjumlah 50 prang. Dari penelitian diperoleh sejumlah data tentang identitas responden, kebiasaan responden membaca suratkabar, kegiatan membaca selain suratkabar, kegiatan menonton televisi, dan bagaimana responden memanfaatkan suratkabar sebagai media komunikasi. Analisis data yang diperoleh dilakukan berdasarkan Model Proses pengolahan Informasi/Pesan dari Kirk dan Gallagher, peran media sabagai perluasan manusia dan penterjemah dari Marshall McLuhan, serta tujuan media dalam masyarakat den fungsi media bagi individu dari Denis McQuail. Hasil penelitian memberikan gambaran perilaku membaca suratkabar kaum tunarungu berikut umpan balik yang dapat dilakukan kaum tunarungu terhadap suratkabar. Gambaran tentang perilaku membaca suratkabar ini secara singkat adalah bahwa seorang tunarungu membaca suratkabar karena adanya stimulus yang bisa berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri seperti guru, teman, tugas dan kewajiban semasa pendidikan. Selain itu dapat juga sumber informasi berupa bahan bacaan dalam media tersaji menarik. Stimuli ini di dalam diri individu menjalani proses seleksi sebelum muncul menjadi tindakan. Dari hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa perilaku membaca suratkabar responden tunarungu pada umumnya muncul dalam beberapa cara diantaranya membaca tulisan yang dianggap penting sampai selesai, membaca materi yang dianggap menarik tetapi tidak selesai, membaca materi yang sudah biasa dibaca, membaca hanya judul-judulnya, dan membaca seluruh isi suratkabar. Hal ini menunjukkan bahwa proses bernalar individu tunarungu terjadi sebagaimana orang mendengar. Hasil penelitian memperlihatkan pula bahwa kegiatan mental yang berlangsung dalam diri individu sawaktu membaca suratkabar tidak lepas dari faktor daya ingat. Daya ingat dan kemampuan berbahasa ini sedikit banyak terpengaruh akibat ketunarunguan yang dialami individu. Hal inilah yang membentuk pelaksanaan perilaku komunikasi responden penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1997
S4222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Marta Fauzia
"Anak tunarungu mengalami kererbatasan pendengaran yang dapat
berpengaruh pada berbagaiaspek kehidupannya. Sa!ah satunya adalah aspek sosial-emosional. Aspek sosial emosional antara lain mencakup sosialisasi, pemahaman diri, dan perkembangan emosi. Hambatan dalam pendengaran mempengaruhi
kemampuan dalam berkomunikasi. terutama secara lisan. Adanya keterbatasan komunikasi ini dapat membuat anak enggan berinteraksi dengan orang lain karcna
takut tidak diterima dan dipahami. Anak dapat menjadi kesepian dan terisolasi.
Kemurunguan anak juga dapat mempengaruhi penilaian anak terhadap dirinya
Apabila ia merasa kelunarnnguannya sebagai suatu kekurangan, maka ini dapat mengembangkan pemahaman diri yang cenderung negatif. Sebaliknya apabila anak tidak menganggap ketunarunguannya sebagai kekurangan diri, maka ia dapat memiliki pemahaman diri yang lebih positif. Dalam aspek emosi. anak tunarungu
dapat menjadi mudah cemas karena ingin selalu berada di dckal ibu dan kurang mandiri karena pengasuhan yang operproactive dari orangtua. Salah satu alay yang dapat menggali kondisi sosial-emosional adalah HFDs. Adanya berbagai
kemungkinan kondisi sosial-emosional tersebut mendorong peneliti untuk melihat
gambnran kondisi sosial-emosional anak tunarungu usi 8 tahun berdasarkan HF Ds.
Penelitian ini menggunakan penclekaran kualilalif karena dapat memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai kondisi sosial emoslonal anak tunarungu
yang diteliti. Tes HFDS akan dilengkapi clengan anamnesis. Pcngambilan data
dilakukan di SDLB pada anak tunarungu yang bcrusia 8 tahun. ketunaruuguan
tergolong parah dan bert. serta mcmiliki inteligensi rata-rata. Subjek penelitian
berjumlah empat orang.
Hasil pcnclitian menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami kesulitan
berintcraksi dengnn orang yang baru dikenal Sebagian besar subjek memiliki
kecenderungan bersikap kaku dan pemalu. Namun demikian mereka tidak memiliki masalah dalam berinteraksl dengan orang-orang di iingklulgan sekitar rumah.
Pemal1tian diri subjek ada yang positif dan ada juga yang cenderung negatif.
Umumnya subjek masih belum matang secara emosional dan berusaha melindungi
diri dari hal-hal yung dapat menimbulkan kecemasan.Beberapa subjek mcnunjukkan
kecendcrungan agresif`. Selain itu ada beberapa kondisi emosi yang adn panda masing-masing subjck. seperti kurnng percaya diri membutuhkan dukungan orang lain dan
orientusi ke dalam diri. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumampouw, Anneke
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Syahfira Mahardika
"Penelitian ini dilatarbelakangi perbedaan metode pembelajaran bagi penyandang disabilitas tunarungu atau Tuli dengan masyarakat pada umumnya. Sebagian orang Tuli menggunakan bahasa isyarat sebagai mode komunikasi dalam keseharian, termasuk dalam pendidikan. Dalam implementasinya, pembelajaran menggunakan bahasa isyarat mengandalkan gerakan tangan, tubuh serta ekspresi wajah. Fenomena ini umumnya ditemukan pada lembaga-lembaga pendidikan khusus peserta didik Tuli, salah satunya di Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah yang terletak di Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta. Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah mengajarkan para santrinya berbagai bidang ilmu seperti al-Qur’an, akidah akhlak, dan termasuk fikih dasar yang sejatinya wajib dipelajari setiap Muslim karena merupakan amalan sehari-hari orang Muslim. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran fikih yang fokusnya berupa thaharah (bersuci) dan salat di Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah, serta menjelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajarannya. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan data primer (wawancara dan observasi ke lapangan), serta ditunjang data sekunder. Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah teori perkembangan belajar Jerome Bruner (1966). Hasil penelitian ini menunjukkan implementasi pembelajaran fikih di Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah menitikberatkan pada praktik yang bersifat pengulangan.

This research is motivated by differences in learning methods for Deaf and hard of hearing people with society in general. Some Deaf people use sign language as a mode of communication in daily life, including in education. In its implementation, learning using sign language relies on hand movements, body and facial expressions. This phenomenon is commonly found in special educational institutions for Deaf students, one of which is at the Jamhariyah Deaf Islamic Boarding School located in Sleman, S.R. Yogyakarta. Jamhariyah Deaf Islamic Boarding School teaches its students various fields of knowledge such as the Koran, aqidah akhlaq, and including fiqh which every Muslim must learn because it is a Muslim's daily practice. This study aims to describe the implementation of fiqh learning which focuses on thaharah and salah at Jamhariyah Deaf Islamic Boarding School, as well as explaining the supporting and inhibiting factors in the implementation of the learning. This research method is qualitative with a case study approach using primary data (interviews and field observations), and supported by secondary data. The theory used to examine this research is Jerome Bruner's theory of learning development (1966). The results of this study indicate that the implementation of fiqh learning at Jamhariyah Deaf Islamic Boarding School Jamhariyah focuses on repetitive practices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldine Kristina Wanei
"Penelitian ini berawal dari adanya kesenjangan pandangan masyarakat dan kecemasan orang tua apabila anaknya menderita gangguan pendengaran, akan mengalami hambatan perkembangan kepribadian. Anak tunarungu mengalami gangguan dalam perkembangan kepribadian, karena kesulitan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Akibatnya anak tunarungu menjadi impulsif, egosentrik dan kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sekarang tidak banyak sekolah berasrama disediakan untuk menampung anak tunarungu, karena masyarakat menganggap bahwa anak tunarungu yang bersekolah pada sekolah berasrama, akan terkucilkan dan merasa asing dengan keluarganya. Memang problema ketulian cukup kompleks, walaupun tidak lebih penting dari problem kecacatan lainnya. Kehilangan stimulus pendengaran merupakan suatu "misteri", karena bentuk kecacatan seperti ini tidak nampak dari luar, namun tetap merupakan kendala dalam perkembangan kepribadian anak tunarungu.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terungkap sejauh mana hubungan faktor internal dan eksternal berperan terhadap keberhasilan belajar dan pembentukan konsep diri anak tunarungu di sekolah residensial. Topik penelitian ini dibahas melalui kepustakaan yang ada, dan dirumuskan 3 hipotesis untuk diuji keberartiannya secara statistik. Analisis data dilakukan denga SPSS, untuk mencari korelasi tunggal dan korelasi ganda. Dari hasil analisis tersebut, maka ke 3 hipotesis sebagai model hubungan fungsional secara bersama-sama telah terbukti keberartiannya, namun keberartian dari setiap koefisien regressi hendaklah diteliti satu demi satu.
Hasil yang diperoleh untuk hipotesis 1 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada peran bapak, peran pembimbing asrama dan peran guru dengan keberhasilan siswa tunarungu sekolah residensial yang tidak dipertimbangkan pada hipotesis 1, adalah variabel inteligensi, derajat ketunarunguan dan peran ibu dengan keberhasilan belajar siswa tunarungu sekolah residensial.
Sedangkan pada hipotesis 2 diperoleh hasil, bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberhasilan belajar dan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial. Yang tidak dipertimbangkan pada hipotesis 2 adalah variabel inteligensi, derajat ketunarunguan, peran bapak, peran ibu, peran guru, peran pembimbing asrama dengan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial. Pada hipotesis 3, terbukti signifikansi keberhasilan belajar dengan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial.
Tesis ini ditutup dengan beberapa sumbang saran, baik saran teoretis maupun praktis, khususnya ditujukan pada fasilitator pendidikan, yakni orang tua, guru serta pembimbing asrama. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti dimasa mendatang khususnya yang berminat untuk memperluas wawasan pengalaman bidang Psikologi Luar Biasa, serta demi kemajuan pendidikan SLB-B di negara kita."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T37845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazhira Idzni
"Keterbatasan fungsi indera pendengaran penyandang tunarungu menyebabkan munculnya budaya-budaya yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Dalam melangsungkan budayanya yang unik ini mereka membutuhkan ruang yang accessible layaknya penyandang difabel yang lain. Oleh karena itu, prinsip deaf space dihadirkan agar kebutuhan penyandang tunarungu dapat dipertimbangkan dalam perancangan ruang bangunan/urban.
Prinsip deaf space dirumuskan oleh komunitas tunarungu di Gallaudet University, Amerika Serikat. Prinsip deaf space ini dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi yang berlaku pada komunitas tunarungu yang merancangnya, padahal komunitas tunarungu dapat mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Salah satu bentuk perkembangan yang dialami komunitas ini adalah penggunaan alat bantu dengar dan perkembangan komunikasi verbal oleh pemanfaatan alat bantu dengar.
Perkembangan yang dialami oleh komunitas ini dapat mempengaruhi kebutuhan ruangnya, sehingga prinsip deaf space ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Pengetahuan tentang penyesuaian prinsip deaf space ini membuktikan bahwa pendekatan desain yang dibutuhkan oleh kedua tipe komunitas tunarungu tersebut sangat berbeda. Apabila pendekatan desain yang dibutuhkan oleh komunitas tunarungu yang berkomunikasi visual lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas visual oleh bukaan, komunitas tunarungu yang berkomunikasi verbal lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas akustik ruang.

Their sense of hearing limitation causes the forming of cultures that can only be felt by their own community. In carrying out this unique culture they need an accessible space like the other difable. Therefore, deaf space is presented so deaf rsquo s needs can be considered in the building urban design.
Deaf space principle was formulated by Deaf community at Gallaudet University, USA. This principle is made based on experiences and conditions that apply to their own community, meanwhile Deaf community can evolve over time. One of the change that happened in Deaf community is the use of hearing aids and the development of verbal communication by it.
The development experienced by this community can affect their needs of space, so the deaf space principles is also need to be adapted with these developments. Knowledge on the adaptation of deaf space principle proves that design approach required by the two types of Deaf communities is very different. If the design approach required by the visual communicating community is more focused on optimizing the visual quality by the openings, the verbal communicating community is more focused on optimizing the acoustic quality of space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Syifa Salvira
"Bahasa yang dapat diakses anak tunarungu secara natural adalah bahasa isyarat. Pada usia kritis, anak perlu secara reguler medapat pemaparan bahasa yang dapat diakses atau anak akan mengalami kendala dalam berbahasa yang berujung pada kendala lain. Namun, banyak orang tua mendengar yang belum menyadari sepenuhnya metode yang baik dalam mengajarkan dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi bagi para orang tua anak tunarungu mempelajari bahasa isyarat agar dapat mendidik dan berkomunikasi dengan anak melalui bahasa yang dapat diakses anak tunarungu. Pengembangan desain antarmuka solusi aplikasi ini menggunakan metode user-centered design. Pengumpulan masalah dan kebutuhan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan orang tua anak tunarungu dan wawancara dengan psikolog. Setelah desain antarmuka dibuat dalam bentuk prototipe, dilakukan evaluasi kualitatif dengan usability testing dan kuantitatif dengan System Usability Scale (SUS). Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan pengguna, aplikasi pembelajaran bahasa isyarat untuk orang tua memiliki usability yang cukup baik dan memiliki skor SUS yang cukup tinggi.

The language that deaf children can naturally access is sign language. At the critical age, children need to start learning their accessible language otherwise children will have language deprivation that can leads to other cognitive problems. However, many hearing parents do not understand good methods on how to teach children and communicating with sign language. This research provides a solution for parents of deaf children to learn basic of language that is accessible for deaf children, sign language. The interface of this application was designed using user-centered design approach. Requirement gathering was done by conducting interviews with parents of deaf children and interview with a psychologist. After the prototype was made, the design evaluated qualitatively by conducting usability testing and quantitatively using System Usability Scale (SUS). Based on the evaluation results, sign language learning application for parents have overall good usability and have a fairly high SUS score."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cressentia Clara Linawati S.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Maylawati
"Skripsi ini menggambarkan bagaimana konsep layanan perpustakaan ideal untuk siswa tunarungu menurut informan, kegiatan apa saja yang dilakukan dan kendala yang dihadapi di perpustakaan SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, dan observasi. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2015 di SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pihak pengelola dan kepala sekolah di SLB N 02 Lenteng Agung dan SLB-B Pangudi Luhur mengerti konsep layanan perpustakaan yang ideal namun belum melaksanakannya secara maksimal. Layanan yang dilakukan adalah layanan sirkulasi dan layanan jam kunjung perpustakaan. Namun, dalam pelaksanannya, perpustakaan di SLB N 02 Lenteng Agung maupun SLB-B Pangudi Luhur memiliki kendala internal maupun eksternal.

This thesis describes how ideal concept of library and library services in SLB N 02 Lenteng Agung and SLB-B Pangudi Luhur, this thesis also examines the problems faced in the process. The research applied qualitative approach using case studies method. The sampling techniques used are interview and observation. The research was conducted between September-November 2015 in SLB N 02 Lenteng Agung and SLB-B Pangudi Luhur. The result of this research shows that the librarian and the principal has been understood about ideal concept of library. However, the implementation of service yet maximized. Unfortunately, during the implementation process, this institution has some internal and external problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S65845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Puji Lestari
"Efikasi diri orang tua dapat berkontribusi pada pola pengasuhan anak tunarungu yang dapat berdampak pada tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak. Orang tua dengan efikasi diri yang rendah menyebabkan ketidakyakinan dalam menyelesaikan tugas pengasuhan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan teknik total sampling berjumlah 100 responden orang tua yaitu ayah atau ibu dengan anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu (p = 0,001; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan terkait program yang dapat diaplikasikan kepada orang tua anak tunarungu yaitu seperti parent support group yang berfungsi untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan meningkatkan mekanisme koping yang baik pada saat merawat anak berkebutuhan khusus sehingga dapat membantu meningkatkan kemandirian pada anak tunarungu.

Self-efficacy of parents can contribute to the pattern of care for deaf children which can have an impact on the level of self-care dependence on children. Parents with low self-efficacy cause uncertainty in completing parenting tasks for children. This study aims to determine the relationship between self-efficacy of parents with the level of self-care dependence on deaf children. This study used a descriptive design with cross sectional method with data collection using a total sampling technique totaling 100 elderly respondents namely father or mother with deaf children at Pangudi Luhur Special School in West Jakarta. The results of this study indicate that there is a relationship between parents self-efficacy and the level of self-care dependence on deaf children (p = 0.001; α = 0.05). The recommendations of researchers regarding the program that can be applied to parents of deaf children, such as the parent support group which functions to share knowledge, experience, and improve coping mechanisms that are good when treating children with special needs so that they can help increase independence in deaf children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>