Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Saga, Junichi
Tokyo : Distributed in the U.S. through Harper & Row, 1987
915.227 SAG m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moksen Rumalutur
Abstrak :
ABSTRAK
Pasca runtuhnya Orde Baru dinamika politik di Indonesia mengalami perubahan, dengan diterapkannya beberapa kebijakan politik yang menyentuh langsung semua aspek kehidupan masyarakat. Proses demokratisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui pemilukada langsung, telah merubah pola dan hubungan antara elit desa. Konflik antar elit desa tidak dapat dihindari dalam memperebutkan simpati masyarakat desa.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak dari demokratisasi melalui Pemilukada langsung mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat desa kiandarat. Dalam Studi ini peneliti memfokuskan pada dampak dari konflik politik yang melibatkan elit desa sejak pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2010, Peneliti berusaha menjelaskan perubahan pola hubungan diantara elit desa yang satu dengan elit desa lainnya, dan diantara elit desa dengan masyarakat desa sejak terjadinya konflik. Studi ini juga menggunakan teori elite Soerjono Soekanto yang menjelaskan bahwa elite yang menduduki jabatan tertentu berdasarkan garis keturunan.Serta teori sirkulasi elite Kolabinsca yang menyatakan bahwa perputaran elite bisa dari satu kelompok yang sama, bisa juga dari kelompok diluar kelompok yang sudah ada sebelumnya. Seta menggunakan teori konflik politik Prof.Maswadi Rauf yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat konflik tidak dapat dihindarkan . Semua teori yang dijabarkan merupakan bahan untuk menganalisa kasus yang diteliti. Peneliti dalam melakukaan penelitian ini menghasilkan beberapa temuan; Pertama telah terjadi perubahan pada perilaku elit desa, yang disebabkan perebutan otoritas desa. Elit desa tidak lagi menyembunyikan hasrat kuasa yang besar di depan masyarakat. Kedua digunakannya simbol-simbol agama (Masjid) sebagai alat untuk mempertajam konflik. Pola konflik yang melibatkan entitas keagamaan ini baru pernah terjadi di kabupaten seram bagian timur ketiga Dampak dari konflik masih dirasakan hingga hari ini karena tidak ada kedewasaan dari elit desa terhadap perbedaan dalam pilihan politik. Masyarakat desa diperhadapkan dengan situasi konflik yang tidak ada jalan keluarnya.
ABSTRACT
After the collapse of the New Order political dynamics in Indonesia changed, with the implementation of several policies that directly touches all aspects of society. The democratization process undertaken by the central government through direct election, has changed the pattern and the relationship between the village elite. Conflicts among the elite village can not be avoided in gaining public sympathy desa.Penelitian was conducted to determine the extent of the impact of democratization through Election directly affect the social life of rural communities Kiandarat. In this study researchers focused on the impact of political conflict involving the village elites since the election of Regional Head Live in 2010 , researchers tried to explain the change in the pattern of the relationship between the village elite elite one with the other villages, and among the elite village by village communities since the conflict. The study also uses Soerjono Soekanto elite theory that explains that the elite who occupy certain positions based on the line keturunan.Serta Kolabinsca elite circulation theory which states that the turnover could elite of the same group , it could be from groups outside the group that had been there before . Seta using the theory of political conflict Prof.Maswadi Rauf stating that in public life conflict can not be avoided. All theories described the material to analyze the cases studied. Researchers in this study resulted in several findings ; The first has been a change in the behavior of the village elite, which caused the seizure of village authorities . Village elites no longer hide desire great power in front of the public . Both the use of religious symbols ( mosque ) as a tool to sharpen the conflict . The pattern of conflict involving new religious entities have occurred in the district spooky eastern part of the third impact of the conflict are still felt to this day because there is no maturity of the village elite to differences in political choice. Villagers confronted with conflict situations there is no way out.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andriani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam pelaksanaan program Jaminan Persalinan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional. Obyek penelitian adalah bidan di desa yang ada di Kabupaten Lampung Barat dengan jumlah sampel 137 (Total Sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (70.8%) bidan di desa di Kabupaten Lampung Barat yang mempunyai kinerja kurang dalam pelaksanaan program Jampersal. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja bidan di desa dalam pelaksanaan program Jaminan Persalinan adalah variabel individu (pengetahuan dan pelatihan), variabel organisasi (supervisi dan kepemimpinan) dan variabel psikologi (sikap dan motivasi), jadi disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar lebih mengintensifkan proses supervisi yang sudah ada terhadap bidan di desa. ......This research was carried out to know about description and factors related to midwife village performance in Labour Assurance program implementation in West Lampung regency 2012. This research is a quantitative study with cross sectional design. The objects of this research are midwives village occupied in West Lampung Regency with 137 total samples. Research result shows that most of midwives village in West Lampung Regency have less performance in labour assurance program implementation. From the result of bivariate analysis, shows that the result related significantly to midwives performance in village labour assurance program implementation is individual variable (knowledge and training), organization variable (supervision and leadership) and psychology variable (attitude and motivation). Therefore , it is suggested to Health Department and Public Health Center in order to more intensify existed supervision process to midwives in villages.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Dwi Rahyanti
Abstrak :
Pembangunan sosial hendaknya mampu menyentuh seluruh wilayah secara merata, dimana kesejahteraan dirasakan oleh semua kelompok masyarakat. Salah satu wilayah di Indonesia yang masih memiliki banyak permasalahan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, kesehatan atau penataan wilayah adalah kampung. Berbagai program telah dilakukan pemerintah sebagai upaya meningkatkan pembangunan sosial agar kampung tidak lagi terdistorsi dalam pembangunan. Salah satu upaya perbaikan kampung di Indonesia adalah program kampung tematik. Beberapa daerah di Indonesia menggunakan kampung tematik sebagai sarana mempromosikan potensi lokal, solusi pembangunan wilayah atau penciptaan ide-ide baru untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penerapan kampung tematik berhasil berjalan di beberapa daerah seperti Kota Semarang, Kota Malang, Kabupaten Bandung, Kota Bogor dan Kota Banjarbaru. Kajian ini mencoba menganalisis salah satu kampung tematik yang mampu bertahan dan mendapat perhatian sampai ke mancanegara yaitu Kampung Purun yang ada di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pembangunan sosial apa yang diterapkan pada program kampung tematik ini. Selain itu, penelitian ini juga mendeskripsikan manfaat kesejahteraan sosial dari program kampung tematik di Kampung Purun. Kemudian, riset ini menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kendala dan pendukung pengembangan Kampung Purun. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur, dokumentasi, wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan program kampung tematik ini menggunakan tiga strategi pembangunan sosial yaitu melalui pemerintah, komunitas dan individu. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan hal baru, mengingat penelitian-penelitian sebelumnya tidak membahas secara mendalam tentang strategi pembangunan sosial pada kampung tematik, indikator kesejahteraan sosial yang tercapai pada kampung tematik, dan faktor kendala dan pendukung perkembangan Kampung Purun
Social development should reach all regions, where welfare is felt by all groups of society. In Indonesia, areas with a large number of social-welfare problems such as unemployment, poverty, poor standards of public health and hygiene, a degraded urban environment, and the prevalence of slum housing, are kampongs. Kampong is an urban settlement with a unique characteristic, where the identity of urban inhabitants are transfered to rural residents. Programs are run by Indonesian government to improve social development and to prevent kampongs from distortion. One amongs many attempts to enhance village development is the growth of so-called thematic village programs. Several regions in Indonesia are developing thematic villages as a mean to promote local potential, as a regional development solution or as new insights to achieve community welfare. The implementation of thematic villages has been successful in several areas such as Semarang, Malang, Bandung, Bogor and Banjarbaru. This study analyzes one developed and internationally recognised thematic village in Banjarbaru, South Kalimantan, called Kampung Purun. The study analizes which social development strategies are applied in this particular thematic kampong program. Moreover, this research describes social welfare which are found at Kampung Purun. . Later, this research analizes supporting and constrain factors of Kampung Purun development. This study uses a qualitative approach with descriptive methods. Data collection techniques include literature study, documentation, in-depth interviews and observations. The results show that this thematic kampong applies three social development strategies, namely social development through government, social development through community, and social development through individuals. The research is expected to produce constructive feedback considering that previous studies on thematic villages are not profoundly discuss social development strategies in thematic village, fulfilled social welfare indicators at thematic village, and contrain and supporting factors in Kampung Purun development
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: Korean Studies Press, 2013
KOR 307.760 9 KOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rusi Iriani
Abstrak :
Keteraturan membayar iuran yang merupakan salah satu komponen penting untuk dapat terselenggaranya dana sehat, sangat ditentukan oleh kemauan membayar iuran secara teratur oleh sehuuh anggotanya. Kemauan membayar iuran secara teratur yang merupakan bentuk perilaku kesehatan yang berhubungan dengan dana sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposing, enabling dan reinforcing dimana ketiganya secara bersama-sama ataupun masing-masing dapat mempengaruhi perilaku tersebut. Penelitian ini adalah penelitian survey dengan rancangan potong lintang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, dilaksanakan di desa tertinggal di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Dati II Bogor, dengan jumlah sampel 322 KK. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar iuran dana sehat secara teratur. Variabel dependen penelitian adalah kemauan membayar iuran dana sehat secara teratur, sedangkan variabel independennya adalah faktor predisposing yang meliputi pendidikan, pengetahuan, persepsi, kebiasaan berobat dan tanggungan keluarga, faktor enabling yang meliputi pendapatan/pengeluaran keluarga, kelengkapan sarana pelayanan kesehatan, kemudahan pengumpulan iuran dan jarak tempuh, serta faktor reinforcing yang meliputi perilaku petugas. Analisa data dilaksanakan dengan menggunakan analisa Univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa Bivariat dengan uji Kai kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemauan membayar iuran dana sehat secara teratur yang masuk dalam kategori baik hanya 35,5 % dan sisanya 66,5 % masuk dalam katagori tidak baik, dimana yang masuk kategori baik adalah peserta yang telah membayar iuran Dana Sehat secara terus menerus selama dua belas bulan dari bulan April 1997 sampai bulan Maret 1998, dan yang masuk kategori tidak baik adalah yang kurang dari itu. Disamping itu variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) dengan kemauan membayar iuran dana sehat secara teratur adalah variabel pendidikan, pengetahuan, persepsi, kebiasaan berobat selama satu tahun, kelengkapan sarana pelayanan kesehatan, jarak tempuh dan faktor reinforcing yaitu perilaku petugas. Sedang kebiasaan berobat periode satu bulan terakhir, tanggungan keluarga dan pendapatan /pengeluaran menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik. Peneliti menyarankan agar program Dana Sehat di desa tertinggal di Kecamatan Sukaraja harus ditangani lebih profesional antara lain dengan meningkatkan fungsi Yayasan Rereongan Tegar Beriman dari sekedar hanya sebagai pengumpul dana menjadi suatu Badan Penyelenggara, menghitung kembali iuran peserta berdasarkan besarnya resiko kelompok, menyelenggarakan pelatihan/penyegaran program dana sehat bagi petugas untuk meningkatkan motivasi dalam menyelenggarakan program ini, mencari cara terbaik untuk kemudahan pengumpulan iuran, memberi insentif bagi kolektor, meningkatkan pemasaran social dana sehat, secara berkala perlu memilih desa yang menjadi penyelenggara dana sehat terbaik dan menyempurnakan keanggotaan Tim Pembina yang secara rutin akan melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi. Apabila langkah-langkah diatas tidak dilaksanakan, akan sulit bagi Dana Sehat untuk dapat berkembang, bahkan dapat diprediksi akan mengalami kebangkrutan sehingga saran berikutnya adalah program Dana Sehat di desa tertinggal di Kecamatan Sukaraja sebaiknya dihentikan saja mengingat demikian berat dan kompleksnya kendala yang melingkupi pelaksanaan program tersebut. Selanjutnya diperkenalkan bentuk lain misalnya seperti pola JPKM (asuransi sosial terkendali) dimana keanggotaannya meliputi seluruh masyarakat Kabupaten Dati II Bogor, sehingga tercipta subsidi silang dari masyarakat yang mampu dan tidak mampu. Disamping itu perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih luas dan dalam tentang faktor kemampuan membayar iuran dana sehat sehingga informasi yang didapat akan saling melengkapi dan dapat dijadikan bahan masukan bagi penentuan kebijakan penyelenggaraan dana sehat yang lebih baik. Daftar Pustaka : 31 (1975-1998)
Contribution is one of the most important component for the viability of a health fund. It depends on the willingness to pay contribution regularly by all members. The willingness to pay contribution regularly is a health behavior that is influenced by predisposing, enabling and reinforcing factors, collectively or separately. This research is a survey carried out in two under developed villages in Sukaraja Sub District Bogor, West Java. Using list of health fund members, primary and secondary data, were collected. We interviewed 322 families using a questionnaire developed specifically for this study. The aim of this research is to identify factors related to the willingness to pay health fund contribution regularly. Dependent variable in this research is regular (12 consecutive months) contribution, while the independent variables are predisposing factors that include education, knowledge, perception, health seeking behavior and family responsibility. The enabling factors cover family income and expenditure, perception of health service facilities, ease of contribution collection, and distance to health providers, while the reinforcing factor covers officials' behavior. Univariate and Bivariate analyses were performed:. we defined good willingness to pay if house hold pay contribution for 12 consecutive months while bad WTP if the house hold pay other wise. The result showed that 33,5 % of house hold surveyed had good WTP and 66,5 % did not pay contribution for full one year (bad WTP) We conclude that seven out of ten dependent variables significantly related to good WTP. Sustainability of health fund in these two villages is very much determined by those seven variables. Based on the results, we recommend that health fund programmed in under developed village should be prepared by adequate training for officials in order to increase the performance of this programmed. More over, implementation of health fund should not be imposed in poor and low educated communities. Some financial Incentives for collectors can be considered, to increase their motivation in collecting contribution. We suggest to increase contribution and benefit to achieve optimum level of health fund. If the performance remains poor we recommend that health funds in under developed villages should be stopped because of too many complex and handicaps while the costs of promoting it is too expensive I recommend further comprehensive and long term research for policy decision to implement more sustainable insurance scheme. References : 31 (1975-1998)
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyati
Abstrak :
Perkampungan Budaya Betawi adalah salah satu aset daerah dalam bentuk objek wisata. Perkampungan Budaya Betawi memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di Jakarta, namun sejak pembangunannya pada tahun 2001 sampai saat ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini di tandai dengan masih rendahnya pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai sarana pariwisata di lihat dari jumlah kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi serta mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan perkampungan Budaya Betawi sebagai Aset Pariwisata. Dari hasil analisis deskriptif terhadap persepsi 200 responden mengenai kondisi unsur-unsur pariwisata, dapat diketahui bahwa dari 31 unsur-unsur pariwisata, secara umum unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi berada pada kondisi cukup memadai/cukup menarik, kecuali unsur souvenir, taman bermain, sarana angkutan umum, jalan di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan kebersihan berada pada kondisi kurang menarik/kerang memadai/cukup sulit/kurang baik.. Sementara kondisi ketersediaan air bersih sudah memadai. Dari hasil analisis regresi diketahui ada 3 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata. Ketiga faktor tersebut adalah faktor Objek Wisata Unggulan Satu, faktor Objek Wisata Unggulan Dua dan sarana ibadah serta Promosi. Adapun persamaan yang dapat dibentuk dari model tersebut adalah : Y = Pemanfaatan = -2.727 + + 0,418 Objek Wisata Unggulan Satu + 0.512 Objek Wisata Unggulan Dua + 0,185 Promosi. Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata, maka perlu ditingkatkan pada faktor objek wisata Objek Wisata Unggulan 1, Faktor Objek Wisata Unggulan 2 dan Sarana Ibadah serta Faktor Promosi.
Regional assets become very important economic resources to a region. Regional assets can be the sources in financing regional development as long as managed and improved properly, otherwise they?re only burdening the region finance for the maintenance costs. Betawi Cultural Villages is a region asset in the form of tourist attraction. Betawi Cultural Villages has quite potential to develop as a reliable tourist attraction in Jakarta. However, since it existence from 2001, there?re hardly any significant improvements that marked by the low usage of Betawi Cultural Villages on number of visits. The aim of this research are: to find out the condition of tourism aspects at Betawi Cultural Villages, and to identified factors that influence the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the research on 200 respondents, it found out that from 31 tourism elements, in general, Betawi Cultural Villages is in adequate condition, except the elements of souvenir, playground, public transport, road inside the area and cleanliness, meanwhile, the clean water is available in good condition. Factor Analysis is done to group new factors from those 31 tourism elements. From the analysis, it found out that there are 9 new factors improved, that labeled as: accommodation, environment and society, utility, superior tourism object #1, accessibility #1, accessibility #2, superior tourism object #2, means of religious duties, food and souvenir, promotional factor. These 9 new factors then analyzed in double linear regression analysis to find out the influence of these factors to the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the F test of ANOVA table, can be described that independent variable (Betawi Cultural Villages tourism factors) has a significant influence to dependent variable (Betawi Cultural Villages usage as tourism asset). The t test results 3 factors influence the usage of Betawi Cultural Villages significantly. Those 3 factors are: superior tourism object #1, superior tourism object #2, and promotional factor. The equation of regression model is: Y = Usage = -2.727 + 0,418.Superior tourism object #1 + 0,512. Superior tourism object #2 + 0,185.Promotion. The recommended suggestion is: in order to improve the usage of Betawi Cultural Villages as a tourism asset, the management executive must develop superior tourism object #1, superior tourism object #2 and promotional factors.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 307.76 / 2008 (20)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Forum Pembaruan Desa, 2003
307.762 JAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2016
R 342.6 IND p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>