Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mughaneswari ap Sahadevan
"The meaning of technology transfer is so wide but mostly involving some form of technology-related
exchange. However, in this particular paper, technology transfer is consider as a concept to
examine the process of disseminating knowledge and skills that a person owned to another person
in order to generate higher productivity with new approach of producing a particular product
or service. Although, many researchers have explored the evolution of technology transfer,
nonetheless some drivers are yet to be explored in a Malaysian manufacturing industry. This study,
therefore attempts to determine the relationship between absorptive capacity, transfer capacity,
communication motivation and learning intent and technology transfer performance. A survey
methodology was used in a Japanese multinational company based in Klang Valley, Malaysia. A
total of 117 questionnaires were received. Results show that absorptive capacity is the most significant
to influence technology transfer performance."
Universiti Utara Malaysia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengetahuan tentang gastroenterologi anak dalam berbagai aspeknya telah sangat berkembang, yang meliputi antara lain
  1. Perkembangan prosedur biopsi mukosa usus melalui mulut yang memungkinkan kita mempelajari struktur dan aspek biokimiawi jaringan mukosa hidup;
  2. Prosedur intubasi duodenum yang memungkinkan diperolehnya isi lumen usus dari berbagai tempat;
  3. Teknik endoskopi disertai fotografi dan ultrasonografi yang menambah pengetahuan baru;
  4. Perkembangan pengetahuan imunologi usus memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari imunisasi oral;
  5. Perkembangan pengetahuan enzimologi usus dan penyelidikan proses transportasi memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari proses biokimiawi dan metabolik.
Fungsi Traktus Gastrointestinal
Fisiologi traktus gastrointestinal terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah pencemaan (sekresi), pencemaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah pencemaan membantu pencemaan (digesti) makanan, hasil pencemaan diserap (absorpsi) ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti, dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum.
Selain fungsi tersebut masih terdapat fungsi lainnya, yaitu fungsi motilitas dan imunologis. Secara bertahap massa hasil campuran makanan dan getah pencemaan (bolus) yang telah dicemakan didorong / digerakkan ke arah anus. Fungsi traktus gastrointestinal yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak adalah digesti dan absorpsi.
Digesti dan absorpsi karbohidrat
Karbohidrat yang terpenting dalam diet bayi adalah laktosa, sedang pada dewasa 60 % dari karbohidrat dalam diet adalah tepung dengan sukrosa dan sedikit sekali laktosa. Walaupun konsep digesti disakarida dalam lumen usus telah diterima bertahun-tahun lamanya, namun sekarang jelas bahwa hidrolisis oleh enzim disakaridase terjadi di sel mukosa usus halus.
Pada absorpsi monosakarida, misalnya glukosa, kini terbukti diperlukannya zat yang membantu transportasi aktif glukosa tersebut, yaitu Na+. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang mudah dicerna, dengan osmolaritas rendah, yaitu 1/5 osmolaritas glukosa.
Digesti dan absorpsi lemak
Lemak makanan terutama terdiri dan trigliserid rantai panjang (TRP), yaitu ester gliserol asam lemak dengan rantai sebanyak 16- 18 atom C. Trigliserid rantai sedang (TRS), asam lemak dengan 6- 12 atom C, hanya terdapat dalam jumlah sedikit dalam alam. Di samping itu terdapat lemak tidak jenuh (LTJ), yang terdapat banyak pada tanaman.
Lemak TRP diabsorpsi melalui fase intralumen yang memerlukan lipase pankreas dan garam empedu, pasase dalam sel mukosa, re-esterifikasi menjadi trigliserid dalam sel mukosa, pembentukan kilomikron, dan masuknya kilomikron ke dalam sistem limfe.
TRS diserap lebih cepat daripada TRP. Absorpsi TRS tidak dipengaruhi oleh defisiensi garam empedu dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tidak adanya lipase pankreas. Namun, mungkin trigliserid yang tidak terhidrolisis akan dihidrolisis oleh lipase intrasel spesifik. TRS diangkut sebagai asam lemak bebas melalui vena porta.
Absorpsi akan lebih baik bila TRS dikombinasi dengan TRP daripada sendiri. Absorpsi optimal terjadi pada campuran 4 bagian TRS dan 3 bagian TRP. Hal ini merupakan informasi yang berguna sebagai dasar perencanaan diet dengan TRS. Kombinasi TRS dengan lemak tidak jenuh atau LTJ, misalnya minyak jagung, paling balk bila perbandingan TRS : LTJ = 2 : 3."
Jakarta: UI-Press, 1990
PGB 0107
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Arifin
"ABSTRAK
Meskipun sudah banyak teori tentang adopsi teknologi yang dirumuskan namun masih langka studi yang menunjukkan hubungan antara model-model tersebut dalam kaitannya dengan kinerja perusahaan dalam lingkungan yang dinamis. Penelitian ini menginvestigasi faktor-faktor penentu adopsi teknologi dengan menghubungkan model ldquo;TOE rdquo; dengan faktor ldquo;Dynamic capability rdquo;. Studi ini menganalisa 9 hipotesis dan mengusulkan adopsi teknologi sebagai suatu kompetensi atau kapabilitas fungsional yang menghubungkan kapabilitas dinamik dengan kinerja perusahaan pada lingkungan dinamis. PLN dipilih berdasarkan konteks penelitian; 1 perusahaan berorientasi ldquo;RBV rdquo; 2 Intensif teknologi dimana 87 asset berupa asset teknologi 3 proses adopsi teknologi terjadi baik ldquo;top-down rdquo; maupun ldquo;bottop-up rdquo; 4 perusahaan nasional dengan lebih dari 40.000 karyawan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Keseluruhan terdapat 62 item dengan 6 skala Lykert yang digunakan untuk menganlisa 5 variabel laten. Data yang terkumpul dianalisa secara statistik menggunakan SEM dengan dua tahap pendekatan memakai software LISREL. Empat faktor penentu diidentifikasi yaitu externalities, entrepreneurial leadership, resources readiness, dan absorptive capability. Menggunakan 518 responden mewakili 222 unit bisnis PT PLN Persero , studi ini menemukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara faktor-faktor penentu tersebut dan adopsi teknologi terbukti sebagai faktor penghubung antara absorptive capability dengan kinerja unit bisnis. Kemudian 2 dari 9 hipotesis ditolak dan model empiris menunjukkan ada 3 jalan adopsi teknologi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketiga jalan tersbut menyimpulkan bahwa hanya absorptive capability yang berdampak signifikan langsung terjadap adopsi teknologi. Itu berarti keberhasilan adopsi teknologi hanya akan tercapai jika suatu perusahaan mempunyai absorptive capability yang ekselen dengan didukung oleh ketiga faktor penentu lainnya. Tanpa kapabilitas dinamik seperti itu untuk mengelola sumber daya, adopsi teknologi tidak akan efektif dan tidak signifikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini juga menemukan tipologi organisasi dalam adopsi teknologi yang menjelaskan status adopsi teknologi dalam suatu organisasi akan dipengaruhi oleh 3 faktor penentu; absorptive capability, entrepreneurial leadership dan resource readiness. Menggunakan pengukuran matriks, studi ini mengidentifikasi 8 status teknologi adopsi di organisasi. Temuan lainnya adalah 4 tipe absorptive capability di organisasi. Berdasarkan tipologi tersebut, untuk mencapai adopsi teknologi yang berhasil mka organisasi harus berubah dari status ldquo;optimum rdquo; menuju ldquo;proactive rdquo; dengan nilai kinerja perusahaan paling tinggi. Berdasarkan kedua tipologi tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan unit bisnis PLN berada pada status teknologi adoption ldquo;innovative rdquo; dan status absorptive capability ldquo;bottom up rdquo.

ABSTRACT
Although many technology adoption theories have been formulated there is still lacking any studies that show a correlation between the particular models in relation to firm rsquo s performance in dynamic circumstances. This study investigated antecedent of technology adoption by connecting ldquo TOE rdquo with Dynamic capability factors. This study has examined nine hypotheses and proposed technology adoption as a functional competence or capability which mediate relationship between dynamic capabilities with firm rsquo s performance. PLN is chosen due to the context of the research issues 1 ldquo RBV perspective rdquo company 2 ldquo Technology intensive rdquo where 87 of assets is in the form of technological things 3 Technology adoption flow which cover both ldquo Top down rdquo and ldquo Bottom up rdquo process 4 ldquo National company rdquo within 40,000s employees spread out among all the areas of Indonesia. Overall, 62 items using 6 Likert type scale are used to measure six latent variables. The collected data is analyzed statistically using SEM with ldquo two stage approach rdquo by LISREL tool. The four determinant factors has been identified are externalities, entrepreneurial leadership, resources readiness, and absorptive capability. Using 518 respondent represent 222 business unit of PLN this study found that there is positively significance relation among the determinant factors and the technology adoption is proven for a mediating factor of absorptive capability to the business unit rsquo s performance. Two of nine hypotheses are rejected and the empirical model shows the three path ways of technology adoption for improving firm rsquo s performance. However all those ways show that absorptive capability has direct significant effect to technology adoption. It means the successful technology adoption in firm can be only achieved by excellent absorptive capability with supporting from other three determinant factors. Without such dynamic capability for managing the resource, technology adoption will be less effective and not significant to enhance firm rsquo s performance. The study also found that there is technology adoption organization typology explaining that the status of technology adoption in organization is affected by three determinant factors absorptive capability, entrepreneurial leadership and resource readiness. Using matrix measurement, this study identified 8 eight technology adoption organization. Another finding is the absorptive capability organization typology explaining that there are 4 four status of absorptive capability in organization. Referring to those typologies, to achieve a successful technology adoption, the organization should be transformed to ldquo optimum rdquo status and ldquo pro active rdquo level of organization which has the highest score of firm rsquo s performance. Based on two organization typologies this study found that most of PLN business unit is at ldquo innovative rdquo technology adoption status and ldquo bottom up rdquo absorptive capability organization.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
D2240
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Budi Aryasa
"Terdapat mitos bahwa perusahaan besar biasanya mengalami kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan dengan perubahan yang dinamis agar tetap kompetitif sepanjang waktu. Penelitian ini melakukan investigasi terhadap pengaruh yang berlawanan antara absorptive capacity dan organizational inertia terhadap ambidexterity aliansi di Telkom, yang merupakan operator ICT Information Communication Technology terbesar di Indonesia dan memiliki sejarah monopoli. Aliansi eksploratif dan exploitatif memiliki peran penting dalam mendorong inovasi produk dan inovasi proses dalam menghasilkan kinerja organisasi. Riset ini menggunakan analisa kuantitatif dari 336 responden pada 175 unit bisnis di Telkom Group.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa absorptive capacity mampu menangkap manfaat penting dalam melakukan strategi aliansi. Sebaliknya, inertia dalam unit organisasi memberikan pengaruh yang berlawanan. Studi ini juga menemukan bahwa ambidexterity aliansi mendorong adanya inovasi yang pada akhirnya inovasi proses memiliki pengaruh signifikan kepada kinerja organisasi dibanding inovasi produk

There is a myth that a big company normally has a difficulty to adapt in the dynamically change environment to remain competitive over time. The objective of this study is to investigate the conflicting pressure of absorptive capacity and organizational inertia on alliance ambidexterity in Telkom Group, previously Indonesia ICT Monopoly Company. This study also examines how those alliances contribute to both new and complementary resources for business units. We have developed a model of alliance ambidexterity in an organization that needs to develop innovation. This study based on quantitative analysis of 336 respondents from 175 business units within Telkom, Indonesia.The result of this study shows that absorptive capacity allows business units to more fully capture the benefits to become ambidexterity in alliance. In contrast, inertia within the organizational unit exerts an opposite effect. This study also found that the alliance ambidexterity encourages innovation that ultimately process innovation has a significant effect on organizational performance over product innovation."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D2398
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Prihadyanti
"ABSTRAK
Di era globalisasi, keunggulan bersaing sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk tetap survive dan mampu memenangkan persaingan. Aspek penting yang berperan dalam hal ini adalah kemampuan inovasi perusahaan yang ditentukan oleh kemampuan inovasi individu-individu di dalamnya. Aspek yang dinilai berperan adalah absorptive capacity (ACAP) yang didukung oleh modal sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model hubungan antara modal sosial, ACAP, dan kemampuan inovasi karyawan pada perusahaan otomotif. Berdasarkan studi kasus, dengan analisis SEM terlihat bahwa baik perusahaan yang berperan sebagai pemasok maupun perusahaan yang dipasok memiliki model yang sama. Modal sosial memiliki terlihat memiliki peran penting dan dapat menjadi alternatif strategi untuk meningkatkan kemampuan inovasi yang turut mempengaruhi innovation maturity stage.

ABSTRACT
In this globalized era, competitive advantage becomes important for firms to keep survive and to win the competition. An important aspect for this is firm?s innovation capability which depends on individual innovation capability in the firm. Element which has important role is absorptive capacity supported by social capital. This research attempts to obtain relationship model of social capital, absorptive capacity, and innovation capability in automotive companies. Based on case studies conducted, using SEM analysis, it is found that either the supplier or supplied companies has the same model. Social capital has important role and may be considered as alternative strategy to increase innovation capability which also influence firm?s innovation maturity stage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T41063
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septyarini Virgianti
"Inovasi merupakan salah satu kunci bagi organisasi untuk dapat bertahan dalam menghadapi tantangan yang muncul ditengah lingkungan yang dinamis. Seperti halnya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan yang menghadapi tuntutan untuk dapat terus kompetitif dalam meghadapi perubahan yang terjadi ditengah keterbatasan yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, inovasi yang mampu memberikan dampak bagi organisasi dibutuhkan untuk menjawab tuntutan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran empowering leadership, dan pengelolaan pengetahuan yang meliputi potential absorptive capacity, realized absorptive capacity dan knowledge sharing terhadap kinerja inovasi. Penelitian ini mengambil data dari 219 responden dari 73 kantor cabang BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia dan data survei diolah dengan menggunakan partial-least square structural equation modeling (PLS-SEM). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel mediasi berpengaruh secara partially mediation terhadap hubungan antara kepemimpinan yang memberdayakan terhadap kinerja inovasi. Dengan adanya peran tidak langsung dari kepemimpinan yang memberdayakan terhadap kinerja inovasi maka kantor cabang harus meningkatkan kapasitas absorptif (potential dan realized absorptive capacity) dan knowledge sharing yang ada di kantor cabang untuk menghasilkan kinerja inovasi yang lebih baik. Selain itu, pemimpin cabang harus dapat menciptakan suasana yang dapat mendorong proses afirmasi dari aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan tersebut sehingga dapat mendorong terwujudnya kinerja inovasi

Innovation is one of the keys for organizations to be able to survive in the face of challenges that arise in the midst of a dynamic environment. In this case with BPJS (Social Security Administering Body) Kesehatan which faces demands to be able to continue to be competitive in the face of changes that occur amid the limitations of BPJS Kesehatan. Therefore, innovations that are able to have an impact on organizations are needed to answer these demands. This study aims to analyze the role of empowering leadership and knowledge management which includes potential absorptive capacity, realized absorptive capacity and knowledge sharing on innovation performance. This study took data from 219 respondents from 73 BPJS Kesehatan branch offices throughout Indonesia and the survey data was processed using partial-least square structural equation modeling (PLS-SEM). In this study, it shows that all mediating variables partially mediate the relationship between empowering leadership and innovation performance. With the indirect role of leadership that empowers innovation performance, branch offices must increase absorptive capacity (potential and realized absorptive capacity) and knowledge sharing in branch offices to produce better innovation performance. In addition, branch leaders must be able to create an atmosphere that can encourage the affirmation process of these knowledge management activities so as to encourage the realization of innovation performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlis Muttaqin
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan internet menciptakan perubahan dalam lingkungan bisnis. Kondisi ini mengharuskan organisasi menjadi fleksibel dan cepat untuk menghadapi perubahan lingkungan. Organisasi perlu mengembangkan kemampuan dinamis yang unik untuk memberikan respons yang cepat terhadap lingkungan yang dinamis. Proses ini membutuhkan pemahaman yang memadai tentang kondisi lingkungan eksternal serta kondisi sumber daya internal organisasi. Kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, dan mendistribusikan pengetahuan adalah salahsatu sumber daya strategis organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Absorptive capacity adalah kemampuan untuk memperoleh, sementara kapasitas penyebaran diperlukan untuk mendistribusikan pengetahuan intra-organisasi. Makalah ini menganalisis pengaruh dari social capital untuk meningkatkan baik proses knowledge management dan pengaruhnya untuk organizational performance. Menggunakan sampel dalam organisasi pemerintah dengan 283 manajer dan karyawan yang bertanggungjawab dalam melaporkan kinerja. Kami menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data.

ABSTRACT
The development of technology and the internet creating change in the business environment. These conditions require organizations to be flexible and rapidly to deals with the change of environment. Organizations need to develop unique dynamic capabilities to provide a rapid response to a dynamic environment. This process requires an adequate understanding of external environment conditions as well as the condition of organization internal resources. The ability to acquiring, storing, and distributing knowledge is one of the strategic resources of the organization in order to obtain sustainable competitive advantages. Absoprtive capacity is the ability to acquire, while disseminative capacity is needed to distribute knowledge intra-organization. This paper analyzes the effect of social capital to enhances both knowledge management process and their influence for organizational performance. Using samples in goverment organizations with 283 managers and employees who where responsible on reporting performance. We used Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the data."
2019
T55115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rintis Marlin Ekawati
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peran mediasi kohesi tim, knowledge sharing, dan kapasitas absorptif pada hubungan antara empowering leadership dan kinerja tim pada organisasi sektor publik. Penelitian tentang pengaruh empowering leadership terhadap kinerja tim di organisasi sektor publik masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan dari 300 orang di 81 tim kerja di 10 organisasi sektor publik. Dengan menggunakan analisis partial least squares (PLS), hasilnya menunjukkan bahwa terdapat full mediating dari kohesi tim, knowledge sharing dan kapasitas absorptif. Empowering leadership seorang pemimpin tim tidak memiliki efek langsung pada kinerja tim. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa empowering leadership seorang pemimpin tim meningkatkan kohesi dan knowledge sharing di antara anggota tim dan meningkatkan kapasitas absorptif tim, yang dapat mengarah pada kinerja tim yang lebih baik.

The main purpose of this study is to empirically investigate the mediating roles of team cohesion, knowledge sharing, and absorptive capacity on the relationship between empowering leadership and team performance in public sector organizations. The effect of empowering leadership on team performance in public sector organizations has received less research attention. A quantitative approach was adopted in this study. Data were collected from 300 individuals across 81 work teams in 10 public sector organizations. Using partial least squares (PLS) analysis, the result showed that there is a full mediation by the team cohesion, knowledge sharing and absorptive capacity. Empowering leadership of a team leader does not have a direct effect on team performance. The result also suggest that empowering leadership of a team leader raises the level of cohesion and knowledge sharing among team members and increase the absorptive capacity of the team, leads to better team performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Juanita
"Doksorubisin merupakan antibiotika golongan antrasiklin berspektrum luas terhadap aktivitas antineoplastik. Doksorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik akibat pembentukan doksorubisinol selaku metabolit utamanya. Salah satu metode biosampling terbaru yaitu Volumetric Absorptive microsampling memiliki berbagai kelebihan yaitu pengambilan darah secara finger prick, tidak dipengaruhi oleh hematokrit, dan dapat disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi analisis dan metode preparasi sampel yang optimum dan tervalidasi dengan daunorubisin sebagai baku dalam. Analisis kuantifikasi analit menggunakan spektrometri massa dengan tipe penganalisis massa yaitu triple quadrupole dengan electrospray ionization (ESI) tipe positif. Pemisahan dilakukan dengan kolom Acquity® UPLC BEH C 18(2,1 x 100 mm; 1,7 μm), dengan laju alir 0,2 mL/menit, dan elusi gradien menggunakan asam format 0,1% dan asam format 0,1% dalam asetonitril selama 7 menit. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>396,9 untuk doksorubisin; m/z 546,22>398,9 untuk doksorubisinol; dan m/z 528,5>362,95 untuk daunorubisin. Preparasi sampel menggunakan pengendapan protein dengan metanol sebagai larutan pengekstraksi, waktu pengeringan tip VAMS selama 2 jam, dan waktu sonikasi yaitu 30 menit. Nilai LLOQ yang diperoleh adalah 8 ng/mL untuk doksorubisin dan 3 ng/mL untuk doksorubisinol dengan linearitas 0,9904 untuk doksorubisin dan 0,9902 untuk doksorubisinol. Metode ini telah berhasil memenuhi persyaratan validasi berdasarkan FDA 2018.

Doxorubicin is a broad-spectrum anthracycline antibiotic against the antineoplastic activity. Doxorubicin can cause cardiotoxic effects due to the formation of doxorubicinol as its main metabolite. One of the latest bio sampling methods, Volumetric Absorptive microsampling, has various advantages, which are blood sampling by finger-prick, not influenced by hematocrit, and can be stored at room temperature. This study aims to obtain optimum analysis conditions and sample preparation methods and validated with daunorubicin as an internal standard. Analytical quantification analysis using mass spectrometry with a mass analyzer type is a triple quadrupole with a positive type of electrospray ionization (ESI). The separation was carried out with the Acquity® UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm; 1.7 μm), with a flow rate of 0.2 mL/min, and gradient elution using 0.1% formic acid in water and 0.1% formic acid in acetonitrile for 7 minutes. Multiple reaction monitoring (MRM) values were set at m/z 544.22>396.9 for doxorubicin; m/z 546.22>398.9 for doxorubicinol; and m/z 528.5>362.95 for daunorubicin. Sample preparation used protein precipitation with methanol as the extracting solution, the drying time of the VAMS was 2 hours, and the sonication time was 30 minutes. LLOQ values obtained were 8 ng / mL for doxorubicin and 3 ng / mL for doxorubicinol with linearity of 0.9904 for doxorubicin and 0.9902 for doxorubicinol. This method has successfully met the validation requirements based on FDA 2018."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Adriansyah
"The positive impact of absorptive capacity (ACAP) on innovation and the positive impact of innovation on competitive advantage have been proven in different research contexts. However, current knowledge on organizational culture that affects ACAP, innovation and competitive advantage as a whole, remains unclear. This article proposes a model to examine how organizational culture (developmental culture and rational culture) affects ACAP, innovation and competitive advantage, directly and indirectly as well. Surveyed data (in Indonesian Banking Industry) shows that both of organizational culture have a direct impact on ACAP. Only developmental culture has a direct impact on innovation. There is no culture type affects competitive advantage directly. In this research, culture affects competitive advantage through ACAP and innovation."
Indonesian Banking School, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>