Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Alwi
"Masa remaja adalah tahap perkembangan penting yang melibatkan perubahan  besar pada aspek fisik, psikologis, dan sosial. Remaja sering menghadapi tekanan tinggi dari tuntutan sekolah, keluarga, dan teman-teman, sehingga mereka rentan terhadap stres psikologis. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental. Individu tidak pasif ketika mengalami stres, akan tetapi mencoba untuk mengatasi kondisi tersebut dengan melakukan perilaku coping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku coping adaptif pada remaja di DKI Jakarta beserta determinannya. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional pada 314 remaja yang dipilih dengan cluster sampling dari wilayah administrasi di DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku coping adaptif pada remaja cenderung baik dengan nilai rata-rata 1,95 (skala 0-3). Perilaku coping adaptif yang paling banyak digunakan yaitu active coping dan positive reframe, sedangkan yang paling jarang digunakan yaitu emotional support dan venting. School connectedness, literasi kesehatan mental, dan ketahanan keluarga memiliki hubungan dengan school connectedness (p<0,001). Penelitian ini juga menemukan  school connectedness merupakan faktor paling dominan untuk membangun perilaku coping adaptif pada remaja (p=<0,001; ꞵ= 0,022). Penguatan school connectedness, literasi kesehatan jiwa dan ketahanan keluarga perlu dilakukan untuk mendorong perilaku coping yang lebih adaptif pada remaja.

Adolescence is a critical developmental stage involving significant changes in physical, psychological, and social aspects. Teenagers often face high pressure from school, family, and friends, making them vulnerable to psychological stress. Poorly managed stress can lead to mental health problems. Individuals are not passive when experiencing stress; they try to cope with the condition through coping behaviors. This study aims to analyze adaptive coping behaviors in adolescents in DKI Jakarta and their determinants. The research uses a quantitative method with a cross-sectional design involving 314 adolescents selected through cluster sampling from administrative areas in DKI Jakarta. Data were collected through self-administered questionnaires. The results show that adaptive coping behaviors in adolescents tend to be good, with an average score of 1.95 (scale 0-3). The most frequently used adaptive coping behaviors are active coping and positive reframing, while the least used are emotional support and venting. School connectedness, mental health literacy, and family resilience are associated with school connectedness (p<0.001). The study also found that school connectedness is the most dominant factor in building adaptive coping behaviors in adolescents (p=<0.001; ꞵ= 0.022). Strengthening school connectedness, mental health literacy, and family resilience needs to be done to encourage more adaptive coping behaviors in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gratitude dengan coping pada mahasiswa penerima Bidikmisi. Sebanyak 100 partisipan yang merupakan mahasiswa penerima Bidikmisi di Universitas Indonesia angkatan 2011 hingga 2014 diminta untuk mengisi kuesioner gratitude dan coping. Pengukuran gratitude menggunakan The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang disusun oleh McCullough, Emmons, dan Tsang (2002) dan pengukuran coping dilakukan dengan menggunakan The Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997).
Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara gratitude dengan coping pada mahasiswa penerima Bidikmisi (p >.01). Artinya, tinggi rendahnya tingkat gratitude individu tidak dapat memprediksi tinggi rendahnya tingkat coping yang dilakukan individu saat menghadapi masalah. Hasil penelitian ini juga menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara gratitude dengan problem-focused coping maupun adaptive coping (p <.01).

The purpose of this research is to examine the relationship between gratitude and coping among Bidikmisi student. A total of 100 participants, who are Bidikmisi recipients and Universitas Indonesia’s students class of 2011-2014, were asked to fill out a questionnaire which assesses gratitude and coping. Gratitude was measured using The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) created by McCullough, Emmons, and Tsang (2002), and coping was measured using The Brief Cope created by Carver (1997).
The results do not indicate a significant relationship between gratitude and coping among Bidikmisi student (p >.01), that is, gratitude does not predict coping. In addition, positive and significant correlations were found between gratitude and problem-focused coping, as well as adaptive coping (p <.01).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyatmiko Adhi Pradhana
"ABSTRAK
Peristiwa putus cinta dapat memunculkan perasaan kehilangan dan grief, menurunkan self esteem, menimbulkan distress, memunculkan perilaku maladaptif, gangguan fisik, hingga gejala depresi seperti misalnya melakukan usaha-usaha melukai diri sendiri. Hal tersebut dapat terjadi ketika seseorang mempunyai coping yang maladaptif dalam menghadapi situasi yang menimbulkan stres. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah terapi untuk mengatasinya. Problem Solving Therapy (PST) merupakan sebuah intervensi kognitif perilaku (CBT) yang berfokus pada melatih sikap dan kemampuan pemecahan masalah yang adaptif. Tujuan terapi ini adalah membantu individu untuk dapat melakukan coping dengan lebih efektif pada situasi atau masalah yang dapat menimbulkan stres dan menurunkan tingkat stres. Penelitian ini menggunakan desain jenis one-group pre-test and post-test design. Pada desain penelitian ini, akan dilakukan pengukuran kepada setiap individu dalam kumpulan partisipan sebelum dan sesudah mengikuti intervensi yang diberikan, dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI) dan Problem Solving Test. Partisipan yang didapat berjumlah 2 orang wanita berusia 23 dan 27 tahun. Intervensi PST dilakukan sebanyak 4 sesi. Problem Solving Therapy efektif dalam memunculkan coping yang adaptif pada kondisi putus cinta. sehingga pada akhirnya menurunkan tingkat stres pada dewasa muda paska putus cinta.

ABSTRACT
Breakup can cause grief, distress, lowered self esteem, maladaptive behavior, physical disturbance and depression such self-destructive behavior. When there is no adaptive capability to solve breakups, it can worst its effect. Therefore, it will need to be solved immediately. Problem Solving Therapy (PST) is one of Cogntive Behavior Therapy that focused on training the individual to have adaptive problem solving skill. PST can train the coping skill and minimize the level of stress. This research uses one group pre-and-post test design non-experimental. This research also use Beck Depression Inventory and Problem Solving Test as an instrument to measure the therapeutic effect before and after the intervention. There are two female participants had joined this research. They are 23 and 27 years old. The intervention held in 4 sessions. In conclusion, PST is effective to improve adaptive coping style and reduce stress for female young adulthood on breakup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Sari
"Respon inhibisi merupakan salah satu komponen dari fungsi eksekutif yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya respon inhibisi, individu mampu untuk mengendalikan tingkah laku yang kurang sesuai dengan situasi dan sebagai gantinya memunculkan tingkah laku yang lebih adaptif terhadap situasi tersebut. Stres sebagai hal yang sering ditemui setiap hari menjadi salah satu faktor yang memengaruhi respon inhibisi. Stres terjadi saat hubungan antara individu dengan lingkungannya tidak seimbang, dan individu menilai ketidakseimbangan tersebut membebani atau melebihi kapasitas dirinya sehingga mengganggu kesejahteraan psikologis individu. Penelitian-penelitian terdahulu masih menyatakan hasil yang tidak konsisten dan berbeda terkait pengukuran pengaruh stres terhadap respon inhibisi.
Pada penelitian eksperimental ini, peneliti ingin menguji seberapa jauh stres akut dapat memengaruhi respon inhibisi, efek strategi coping adaptif terhadap respon inhibisi, dan juga peran strategi coping adaptif sebagai moderator. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Stop-Signal Task digunakan untuk mengukur respon inhibisi pada individu yang telah terpapar oleh stres akut menggunakan Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT-C n=38 dan yang tidak terpapar stres akut n=38. Tingkat coping adaptif sebagai moderator diukur menggunakan skala adaptif dari Brief COPE pada seluruh partisipan.
Analisis statistik menggunakan Analysis of Covariance ANCOVA dengan desain 2x2 factorial ANCOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 1 stres akut tidak memengaruhi respon inhibisi, 2 strategi coping adaptif tidak memengaruhi respon inhibisi, dan 3 strategi coping adaptif tidak memoderasi pengaruh stress akut terhadap respon inhibisi, setelah mengontrol perbedaan jenis kelamin dan tingkat stres kronik.

Response inhibition as a component of executive function plays a very important role in humans 39 everyday life. It allows people to inhibit inappropriate behaviors, and thus behave more adaptively in the environment. Past studies suggest that stress that is experienced daily can affect response inhibition, but have not reached a consensus about the direction of the effect. That is, while some studies suggest a facilitating effect of stress on response inhibition, other studies found the opposite.
This experimental study aimed to examine the effect of acute stress on response inhibition, as well as the possible moderating effect of adaptive coping on the effect of stress on response inhibition. Participants are university students aged 18 25 years old. A total of 76 participants were randomly assigned to either experiment n 38 or control group n 38. In order to induce acute stress in the experiment group, the Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT C was used. Stop Signal Task was used to measure response inhibition in both groups. Participants adaptive coping level was assessed using the adaptive scale of Brief COPE.
2x2 factorial ANCOVA design was used as statistic analysis. Results showed that neither acute stress nor adaptive coping affect response inhibition. It was also found that adaptive coping did not moderate the effect of acute stress on response inhibition even after controlling for sex and chronic stress level.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Widya Larasati
"Evaluasi kinerja bangunan hijau diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan operasional sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja bangunan hijau di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja bangunan hijau dalam aspek ekonomi, sosial & lingkungan. Metode analisis yang digunakan statistik deskriptif, uji trend, uji regresi dan analisis SWOT kuantitatif. Hasil penelitian pada aspek ekonomi biaya operasional bangunan hijau cenderung stabil dalam 3 tahun terakhir, memiliki IKE dengan kategori sangat efisien, hasil kualitas lingkungan dalam ruangan sesuai dengan standard NAB kecuali parameter pencahayaan dan hasil kualitas lingkungan dalam ruang memiliki pengaruh terhadap kepuasan penghuni, strategi menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang. Kesimpulan penelitian ini biaya operasional, IKE & kepuasan penghuni memiliki hasil yang baik. Namun, perlu adanya perbaikan dalam kualitas lingkungan dalam ruang terutama pada parameter pencahayaan. Strategi kinerja bangunan hijau & kepuasan penghuni adalah strategi kekuatan- peluang dimana teknologi dan inovasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja bangunan hijau.

Green building performance evaluation is needed to identify operational problems so that green building performance can be improved and improved in the future. The aim of this research is to evaluate the performance of green buildings in economic, social & environmental aspects. The analytical methods used are descriptive statistics, trend tests, regression tests and quantitative SWOT analysis. The results of research on the economic aspects of green building operational costs tend to be stable in the last 3 years, having an EUI in the very efficient category, indoor environmental quality results in accordance with Threshold Value except for lighting parameters and indoor environmental quality results have an influence on occupant satisfaction, strategies for using strengths internally to take advantage of opportunities. The conclusion of this research is that operational costs, EUI & occupant satisfaction have good results, but there is a need for improvements in the quality of the indoor environment, especially in lighting parameters. The green building performance & occupant satisfaction strategy is a strength-opportunity strategy where technology and innovation have an important role in improving green building performance."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library