Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ester Marsaulina
Abstrak :
Golongan antrasiklin merupakan kemoterapi pilihan pertama untuk penanganan kanker payudara, khususnya pada pasien lanjut usia. Namun beberapa penelitian melaporkan terkait kejadian tidak diharapkan pada penggunaan antrasiklin. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan. Selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan pada penggunaan rejimen berbasis antrasiklin. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancang penelitian potong lintang (cross-sectional).  Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif, pada pasien lanjut usia (≥60 tahun) di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Pengambilan data mulai Januari 2018-Desember 2020. Identifikasi kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin menggunakan metode trigger tool khusus untuk pasien kanker. Analisis statistik digunakan untuk memperoleh karakteristik variabel bebas, selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan. Pada 107 subjek, sebanyak 71% (n=76 pasien) teridentifikasi dengan trigger tool, seluruh subjek mengalami 122 trigger.rigger pemberian transfusi darah paling banyak ditemukan pada penelitian ini, yaitu pada 39% (n=30 pasien). Netropenia dan anemia merupakan KTD terbanyak yang teridentifikasi pada penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin. Seluruh KTD yang teridentifikasi merupakan kategori E sebanyak 251 kejadian. Pemberian transfusi darah merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan signifikan (p<0,05) dengan kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin pada pasien lanjut usia kanker payudara. ......Anthracycline are the first choice chemotherapy for the treatment of breast cancer, particularly in elderly patients. However, several studies reported adverse events in the treatment of using anthracyclines. This study aims to identify adverse events. Furthermore, to find out more about how independent variables related to adverse event. An observational retrospective study of elderly patient (≥ 60 years) was conducted in a tertiary cancer hospital in Jakarta. Data were collected from January 2018 to December 2020. We used trigger tool specific for cancer patients to identify adverse event during anthracycline base regimen. Independent variables were evaluated in univariate analysis: age, weight loss, marital status, total cumulative dose, polypharmacy, types of anthracycline, metastatic status. Bivariate and multivariate analysis to find out relationship between independent variable and adverse event. In total, 107 subject records were collected and reviewed, there were 71% (n=76 patients) identified with trigger tool. Trigger were totally identified 122 times in 86 medical records. Neutropenia and anemia were the most common adverse events identified in our study. Adverse events with category E identified in all of the subject, as many as 251 events. Blood transfusion had significantly relationship (p<0,05) with adverse events in elderly breast cancer patients.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan isu global, terkini dan penting (high profile) dalam pelayanan kesehatan. Program patient safety menjadi suatu prioritas pelayanan kesehatan yang wajib diterapkan dalam segala aspek pelayanan kesehatan khususnya pada rumah sakit. Di rumah sakit terdapat ribuan jenis obat, ratusan tes diagnosis dan prosedur terapi, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar merupakan hal yang sangat potensial untuk menimbulkan suatu kesalahan, yang membuat rumah sakit sebagai institusi yang penuh dengan resiko. Penerapan patient safety akan meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan citra rumah sakit sebagai penyedia sarana pelayanan kesehatan, serta akan meningkatkan mutu rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian adverse event pada pelaksanaan program patient safety asuhan keperawatan di ruang perawatan anak RS Hermina Depok sehingga dapat meningkatkan mutu RS Hermina Depok. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan informan sebanyak 10 orang yang digali informasinya dengan metode pengumpulan data yang berbeda, yaitu empat orang informan dengan wawancara mendalam dan enam orang lainnya dengan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menyatakan bahwa masa kerja, kelalaian, komunikasi dan human error merupakan faktor ? faktor yang dapat menyebabkan terjadinya insiden adverse event. Sistem pelaporan yang baik juga merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan budaya patient safety di rumah sakit, sebagaimana peraturan yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit yang menyatakan bahwa setiap terjadi insiden adverse event maupun near miss harus dilaporkan dalam kurun waktu 2 X 24 jam. Mengingat akar masalah terbesar dari adverse event adalah komunikasi, maka disarankan agar meningkatkan komunikasi yang terbuka baik antar sesama profesi maupun kepada pasien.
ABSTRACT
Patient Safety is the most up-to-date global issue and also important in health service. Patient Safety program becomes a priority in health service that must be applied in every aspects of health service, especially in hospital. There are thousands of medicines in hospital, hundreds of diagnostic tests, therapy procedures, and also a large number of patients and staffs, that made a hospital as a high-risk institution. Patient Safety implementation will increase public trust as the health service clients and enhance the image of the hospital as a health service provider, and finally it will be able to upgrade the quality of the hospital itself. The objective of the research is to capture and identify the adverse event of the patient safety implementation in pediatrics nursery section of Hermina Depok Hospital, so that the result of the research is expected to be treated as an input for the hospital management to increase its quality. The research applied qualitative - descriptive method through interview upon 10 respondents to gather the information by two different interview methods; in-depth interview for 4 informants and 6 others informants were interviewed in Focus Group Discussion (FGD) forum. The result of the research showed that the working period, indifference, communication, and human error are factors that can cause the adverse event incidents. Accountable reporting system is also one of the factors in increasing the patient safety culture in the hospital, based on the hospital management regulation which oblige that every adverse event incident and or near miss incident must be reported within 24 hours. Since the most significant problem of adverse event is communication, therefore it is suggested to enhance the open communication among colleagues and with the patients.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yully Harta Mustikawati
Abstrak :
Keselamatan pasien menjadi bagian penting dalam pelayanan keperawatan. Penelitian retrospektif ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dari 95 dokumen laporan kejadian. Instrumen yang digunakan adalah kertas kerja yang dirancang sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara training dan edukasi, kompetensi, status kawin, tingkat pendidikan, kompleksitas pengobatan pasien, alur pekerjaan, kahadiran dan ketidakhadiran staf, peralatan, tingkat ketergantungan pasien, lokasi pelayanan terhadap KNC dan KTD (P=0.13-1.00). Variabel yang berhubungan dengan KNC dan KTD adalah masa kerja (P=0.03), umur perawat (P=0.04) dan umur pasien (P=0.02). Rekomendasi untuk rumah sakit dalam penerimaan perawat baru perlu dipertimbangkan faktor umur dan pengalaman kerja perawat saat melamar, pembuatan kebijakan penerimaan pasien baru sesuai umur pasien dan penempatan pasien beresiko mengalami cedera, pendampingan (perseptorship program) yang optimal untuk perawat dengan masa kerja yang baru (perawat dengan level novice). ......Patient safety is an important part of nursing care. This retrospective research is aimed to identify factors associated with occurrences of near miss and adverse event at the nursing unit of Pondok Indah Hospital Jakarta. Data collection using secondary data from 95 documents of incident reports. The instrument used is a working paper which was designed by the researcher. The results are there was no significant correlation between training and education, competence of nurses, marital status, level of education, complexity of patient treatment, the flow of work, absenteeism of staff, equipment, dependency level of patients, location of services (P=0.13-1.00). There was a significant correlation between year of service (P=0.03), age of nurses (P=0.04), and patient?s age (P=0.02) with near miss and adverse event. The recommendations for hospitals in the acceptance of new nurses are to consider the factor of age and work experience when applying for nurses, make policy on acceptance of new patients according to age of patient and placement of patient at risk of injury, provide optimal assistance in the perceptorship program for nurses with a new period of employment (the nurse with a novice level).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Solha Elrifda
Abstrak :
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu proses pembelajaran secara kontinyu, diperlukan upaya pemantauan dan penilaian mutu melalui pemantauan kejadian disquality, antara lain pemantauan adverse event (kejadian merugikan). Data tentang kejadian merugikan di negara-negara luar (Amerika, Inggris, Australia) menunjukkan angka kejadian merugikan di sarana pelayanan bervariasi antara 0,006% s/d 36%. Di Indonesia, belum pernah diadakan penelitian tentang kejadian merugikan di pelayanan kesehatan, demikian pula di lingkungan pendidikan kesehatan yang dikhawatirkan potensial terdapat kejadian merugikan dalam pelaksanaan proses pembelajarannya. PeneIitian ini bertujuan untuk menggali konsep kejadian merugikan dalam proses pembelajaran di institusi pendidikan DIII Keperawatan Depkes, dilaksanakan di tiga institusi pendidikan Depkes (Akper Depkes Kimia Jakarta, Akper Depkes Bogor, dan PAM Keperawatan Depkes Jambi). Metoda penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat eksploratif. Data diperoleh melalui diskusi kelompok terarah dengan mahasiswa, wawancara mendalam terhadap direktur, dosen dan praktisi pendidikan, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, kejadian merugikan yang dialami mahasiswa di kelas berkaitan dengan ketidaksesuaian jadwal tatap muka, strategi mengajar kurang tepat, kekurangan fasilitas/sarana, hubungan interpersonal dosen mahasiswa kurang akrab, perbedaan pendapat di antara dosen, dan libur yang dirasakan kurang. Sedangkan kejadian merugikan di lahan praktek berkaitan dengan kurangnya kesempatan praktek dan kurangnya bimbingan dari dosen/instruktur klinik. Dampak bagi mahasiswa berupa kerugian waktu, kurangnya konsentrasi belajar, kurang memahami materi yang diberikan, kurang pengetahuan, bingung mana materi yang benar, kelelahan dan kejenuhan, kurang motivasi belajar/praktek, kurang terampil, kurang percaya diri, mahasiswa menjadi pasif, kerugian nilai dan tidak lulus. Penyebab kejadian merugikan yang ditemukan meliputi penyebab yang sifatnya institusional (keterbatasan tenaga, fasilitas/sarana, biaya, perencanaan dan pengorganisasian yang kurang tepat), dan penyebab yang sifatnya individual (kelalaian dosen/instruktur klinik mengikuti jadwal atau ketentuan yang ditetapkan, sikap dosen, dan kemampuan dosen yang menyangkut kompetensi mengajar). Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran bagi dosen/instruktur klinik diharapkan tetap menyiapkan rancangan pengajaran, meningkatkan wawasan, dan menghargai mahasiswa sebagai mitra. Bagi institusi pendidikan diperlukan pemantapan pengorganisasian, perencanaan, pemenuhan kebutuhan sumber daya, melibatkan staf dan mahasiswa/masyarakat dalam mengatasi masalah, menanamkan tanggung jawab pada staf/membina kerjasama, menetapkan standar kerja operasional secara eksplisit, dan melaksanakan pemantauan dan penilaian mutu melalui survey atau penelitian. Bagi Pusdiknakes/Depkes diharapkan tetap memantau pelaksanaan program pembelajaran, menggerakkan institusi pendidikan untuk menyusun standar kerja operasional, memperketat seleksi institusi yang akan menyelenggarakan program tambahan, meningkatkan bantuan fasilitas dan sarana, dan memberikan otonomi yang lebih luas pada institusi dalam hal pendanaan.
To assure and to improve quality of learning process continuously, it is needed to monitor and evaluate the quality by monitoring dis-quality events. This is called adverse event monitoring. In several countries (USA, UK, Australia), incidence of adverse event in health care is around 0,006% - 36%. In Indonesia, there is no study of adverse event in health care, including in Diploma III Nursing Educational Institution like Academy of Nursing. There is some evidences that adverse event potentially occure on learning process in Academy of Nursing. This is a qualitative study to explore the concept of adverse event on learning process in 3 Academics of Nursing (Jakarta, Bogor, and Jambi). Data gathered by focus group discussion with students, In-depth interview to directors, teaching staff, and educational instructors/facilitators in each institution and review documented data. The result of the study showed that adverse event concept on learning process in Diploma III Nursing Educational Institution is interpreted as a matter of uncomfortable, disturbing, or decreasing student's concentration which resulted in temporary or permanent disability on absorbing the lesson during the learning process. These are related to mis-management of learning at the institutions. The study revealed that adverse events on learning process were associated with inappropriateness schedule of session, inadequate teaching strategic, lack of resources and facilities, poor interpersonal relationship between student and lecturer, different opinion among the lecturer that lead confusion to the students, and inconsistent/unscheduled academic recess. All of adverse events gave rise disability such as unproductive, poor concentration, lack of understanding, lack of student learning, confusion, weary and tiredness, decreased motivation of [earning or practice, lack of skills on nursing, passivity, and low academic performance. These adverse events are related or caused by institutional factors such as lack of resources, inappropriate organizing or planning, and individual. factors such as negligence, inappropriate attitude, and poor competence of lecturer or instructors. The result could be considered as an input for quality monitoring. Sfecifically for lecturer or clinical instructor, it is reccommended to prepare the instructional design continuously, to improve their competence and ability, and involve student in solving [earning process problem. Furthermore, for academic institutions, it is needed to improve their learning process management from planning, organizing, and evaluating; to fulfill resources needed for the learning process; to involve staff and students and or community in solving learning process problems; to provide standard operating procedures clearly for each staff; and to apply quality monitoring process. Further, this study suggests to the Center for Health Personnel and Education Departement of Health to consistently monitor academic process, to stimulate institutions in developing quality standards, to improve selection process for additional academic program, to provide resources for academy, and to establish greater autonomy for academy in financing the institution.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Hulliyyatul Jannah
Abstrak :
Penggunaan Obat Anti-Epilepsi (OAE) jangka panjang merupakan strategi terapi yang optimal setelah diagnosis epilepsi. Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu masalah utama dalam keberhasilan terapi jangka panjang pada pasien epilepsi. Salah satu faktor yang berpotensi kuat mempengaruhi kepatuhan adalah adanya Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Epilepsi Lobus Temporal (ELT) merupakan tipe epilepsi fokal yang paling banyak; lebih dari 80% pasien ELT berpotensi resisten obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ROTD OAE pada pasien ELT dan hubungannya dengan kepatuhan pengobatan. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yang membandingkan ada/tidaknya ROTD menggunakan kuisioner Liverpool Advesre Event Profile (LAEP) dengan tingkat kepatuhan menggunakan kuisioner Morisky Adherence Questionaire (MAQ). Subyek penelitian adalah pasien ELT di Unit Rawat Jalan Departemen Neurologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Agustus-Oktober 2019. Hasil penelitian menunjukkan dari 88 pasien, 78.40% mengalami kejadian ROTD dan sebanyak 47.73% pasien memiliki tingkat kepatuhan sedang-rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian ROTD dan tingkat kepatuhan (p=0.039;OR 4.313). Hasil ini menunjukan pasien ELT yang mengalami kejadian ROTD memiliki kecenderungan untuk tidak patuh terhadap pengobatannya. Faktor lain yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan pengobatan pasien yaitu jenis OAE (p=0,011; OR 0,249)). Jenis OAE yang memperlihatkan hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengobatan adalah jenis OAE kombinasi (generasi lama dan generasi baru). Perlu dilakukan intervensi konseling secara berkala oleh farmasis untuk meningkatkan pemahaman mengenai ROTD yang terjadi selama penggunaan OAE dan edukasi terkait pentingnya kepatuhan pengobatan pasien. ......The long-term use of Anti-Epileptic Drugs (AED) is an optimal therapeutic strategy after the diagnosis of epilepsy. Adherence to treatment is one of the main problems in the long-term success of therapy in epilepsy patients. One factor that has the potential to strongly influence adherence is the presence of Adverse Drug Reaction (ADR). Temporal Lobe Epilepsy (TLE) is the most common type of focal epilepsy; more than 80% of TLE patients are potentially drug resistant. This study aimed to explore the ADR of AED in TLE patients and its correlation with medication adherence. The research method used was a cross sectional study comparing the presence of ADR using the Liverpool Adverse Event Profile (LAEP) questionnaire with the level of compliance using the Morisky Adherence Questionaire (MAQ). The research subjects were TLE patients in the Outpatient Unit of the Department of Neurology, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, August-October 2019. The results showed that of 88 patients, 78.40% experienced ADR and 47.73% of patients had moderate-low adherence. There is a significant correlation between the incidence of ADR and the level of compliance (p = 0.031;OR = 4.35). Another factor that significantly affected patient adherence was type of AED (p = 0.011; OR 0.249). The type of AED that shows a significant relationship to the level of medication adherence is combination of old and new generation AED. These findings indicate that patients who experience ADR have a tendency to disobey their treatment. Interventions programmed by pharmacists need to be done to increase the understanding of ADR that occurs during AED use and education related to the importance of medication adherence.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library