Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Franciska Veyta Ayu
Abstrak :
Latar Belakang: Estimasi usia merupakan salah satu profil penting pada proses identifikasi individu. Selain gigi, skeletal juga merupakan parameter yang dimanfaatkan untuk estimasi usia, termasuk tahap penutupan sutura palatina yang dimulai dan menutup pada usia tertentu. Pemeriksaan penutupan sutura palatina dengan gambar CBCT belum banyak diteliti. Tujuan: Menganalisis apakah morfologi tahap penutupan sutura palatina melalui observasi gambaran CBCT berpotensi digunakan sebagai penanda untuk estimasi usia terutama pada populasi di Indonesia dengan ras Malayan-Mongoloid. Metode: Desain cross sectional pada 150 hasil rekonstruksi radiograf CBCT yang memperlihatkan sutura palatina. Dilakukan penilaian tahap penutupan sutura palatina oleh dua observer untuk kesesuaian inter dan intra observer. Hasil dan Kesimpulan: Analisis CBCT tahap penutupan sutura palatina dapat digunakan sebagai salah satu metode estimasi usia pada populasi Indonesia dengan tidak ada perbedaan bermakna tahap penutupan sutura palatina antara pria dan wanita. ......Background: Age estimation is one of major profile in forensic identification process. In addition to teeth, skeletal ossification process is also as age estimation parameter, including palatine suture which its closure in particular age. There are slightly Cone-beam computed tomography studies that assess palatine suture obliteration. Aim: to analyse potential of morphology of palatine suture obliteration process through CBCT image analysis as age estimation parameter particularly in Indonesian population with Malayan-Mongoloid race. Methods: cross-sectional study of 150 CBCT images that showed palatine suture. Obliteration of palatine suture were evaluated for intraexaminer and interexaminer agreements by weighted kappa tests. Result and Conclusion: CBCT analysis of palatine suture obliteration process could be utilized as one of age estimation method in Indonesian population, and no sexual dimorphism in palatine suture obliteration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devia Tasya Rachmadiani
Abstrak :
Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia.
Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14 35 and 50 70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14 35 years and 50 70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14 35 years old and 50 70 years old.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sela Natasha
Abstrak :
Latar Belakang : Estimasi usia merupakan salah satu proses identifikasi individu, baik individu hidup ataupun mati. Gigi menjadi struktur anatomis yang dapat digunakan karena tahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat merepresentasi usia individu sejak prenatal hingga dewasa. Metode TCI Khoman merupakan metode estimasi usia yang sederhana, nondestruktif, dan dapat diterapkan pada gigi insisivus, kaninus, premolar dan molar menggunakan radiograf periapikal, namun belum diuji dengan metode estimasi usia lainnya. Pada penelitian ini menguji ulang metode TCI Khoman dengan metode atlas AlQahtani. Metode AlQahtani merupakan metode atlas estimasi usia dengan range usia luas dari 28 minggu intrauteri hingga 23 tahun yang secara detail digambarkan dalam 31 diagram pada setiap usia kronologis menggunakan radiograf panoramik. Atlas AlQahtani juga sudah pernah diuji dan dapat digunakan di Indonesia. Tujuan : Menganalisa ketepatan rumus estimasi usia metode Tooth Coronal Index Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar dibandingkan dengan metode AlQahtani terhadap usia kronologis pada rentang usia 8-23 tahun. Metode : Perbandingan hasil estimasi usia menggunakan metode Tooth Coronal Index Khoman dengan metode AlQahtani pada 113 sampel radiograf panoramik. Hasil : Rumus Tooth Coronal Index Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar dan molar dapat menggunakan radiograf periapikal maupun panoramik. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil estimasi usia menggunakan rumus Tooth Coronal Index Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar dan molar dengan metode AlQahtani. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil estimasi usia pada laki-laki dan perempuan. Estimasi usia menggunakan rumus TCI Khoman pada gigi premolar paling mendekati usia kronologis dengan SEE 0.950 sedangkan rumus TCI-Khoman pada gigi kaninus paling tidak mendekati usia kronologis dengan SEE 1.57, dibandingkan dengan rumus TCI Khoman pada gigi insisivus dengan SEE 1.139, TCI Khoman pada gigi molar dengan SEE 1.509, dan metode AlQahtani dengan SEE 1.209 Kesimpulan : Metode Tooth Coronal Index Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar dan molar dan metode AlQahtani dapat digunakan untuk estimasi usia individu rentang usia 8-23 tahun. ...... Background : Age estimation is one of the process of identifying persons, whether live, or dead. Tooth becomes a reliable source for its resistant to environmental change and capable to represent individual age from prenatal to adulthood. Tooth Coronal Index method by Khoman are simple, non-destructive, and can be applied to incisive, canine, premolar, and molar. this research comparing TCI Khoman method to AlQahtani method. AlQahtani is an atlas which has a large range of age estimasion, 28 weeks intrauteri to 23 years old, this method is showing a 31 diagrams per age. Atlas AlQahtani were already proven to be used in Indonesia. Aims : To analyse the validity of Khoman Tooth Coronal Index formula on incisivus, canine, premolar, and molar compared to the AlQahtani method on the age of 8-23 year. Method : Comparing the age estimation using Khoman Tooth Coronal Index method and AlQahtani method of the 113 samples of panoramic radiograph. Result : Khoman Tooth Coronal Index on insisivus, canines, premolars and molars can be use on both periapical and panoramic radiograph. There was no significant difference between age estimation of Khoman Tooth Coronal Index method and AlQahtani Method. There was no significant difference between the age estimation on male and female. Age estimation by TCI Khoman method of premolar is the most accurate to chronological age (SEE 0.950), meanwhile TCI Khoman canine shows the most gap to chronological age (SEE 1.57), compared with incisive, molar and AlQahtani method. Conclusion : Khoman Tooth Coronal Index method and AlQahtani method can be used for age estimation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Miracle
Abstrak :
Latar belakang: Metode estimasi usia dengan gambaran radiografi telah banyak dikembangkan. Metode Demirjian dan Willems merupakan metode yang paling sering digunakan. Perbandingan akurasi kedua metode ini apabila diaplikasikan pada populasi Asia belum diketahui. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan akurasi antara metode Demirjian dan metode Willems dalam estimasi usia pada populasi Asia. Metode: Pencarian literatur dengan menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada tiga electronic database. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 5 tahun terakhir, tersedia dalam full - text, serta merupakan research article. Hasil: Sebanyak 32 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Sintesis kuantitatif atau metaanalisis dilakukan pada 27 studi yang menggunakan metode Demirjian atau metode Willems dengan total sampel 25.316 anak (12.471 laki-laki, 12.426 perempuan). Perbedaan rerata gabungan untuk kedua metode ini pada interval kepercayaan 95% dinilai untuk mengidentifikasi keakuratan kedua metode dalam memprediksi usia kronologis. Hasil metaanalisis dengan menggunakan random effects model menunjukkan metode Demirjian secara konsisten menghasilkan overestimasi dan metode Willems menghasilkan underestimasi pada populasi Asia. Beda rerata gabungan untuk metode Demirjian yaitu 0,18 pada laki-laki dan 0,21 pada perempuan, sementara metode Willems yaitu 0,04 tahun pada laki-laki dan 0,13 tahun pada perempuan. Kesimpulan: Metode Willems menghasilkan estimasi yang lebih akurat, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan daripada metode Demirjian. ......Background: For forensic purposes, radiographic age estimation is widely developed. The Demirjian method and the Willems method are the methods most frequently used. The comparison of the accuracy of these two methods when applied to Asian populations is unknown. Aim: To analyze the accuracy between Demirjian method and Willems method in estimating age in Asian population. Methods: The literature must meet the inclusion criteria requirements in the form of literature must be in English, published in the last 5 years, and done with Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines. Results: 32 studies met met the criteria for qualitative synthesis. Quantitative synthesis or meta-analysis were done on 27 studies using the Demirjian method or the Willems method with a total sample of 25,316 children (12,471 males, 12,426 females). The weighted mean differences for both of these methods at 95% confidence intervals were assessed to identify the accuracy of each method in predicting the chronological age. The results of the meta-analysis using the random effects model show that Demirjian method consistently overestimate and the Willems method underestimate the age in Asian population. The weighted mean difference for the Demirjian method was 0.18 for males and 0.21 for females, while the Willems method was 0.04 years for males and 0.13 years for females. Conclusion: More accurate estimates were found on Willems method compared to the Demirjian method for both sexes
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duangto, Phuwadon
Abstrak :
Age estimation, using forensic odontology, is a crucial step for biological identification. Currently there are many methods available to predict the age of deceased or living persons, each with varying accuracy, such as a physical examination, radiographs of the left hand, and dental assessments. Age estimation, using radiographic tooth development, has been found to be a more accurate method because it is mainly genetically influenced and as such is less likely to be affected by nutritional and environmental factors. The Demirjian et al. method for dental age estimation, using radiological techniques, has long been the most common protocol used in many populations. This method, which is based on tooth developmental changes, is a straightforward process as different stages of tooth development are clearly defined. This article aims to elaborate on the Demirjian et al. method of age estimation using tooth development as a guide. / Phuwadon Duangto, Apirum Janhom, Sukon Prasitwattanaseree, Pasuk Mahakkanukrauh, Anak Iamaroon
Chiang Mai: Chiang Mai University, Faculty of Medicine, Graduate Program in Forensic Osteology, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Prakiraan usia untuk usia remaja dan dewasa muda penting dalam konteks hukum dan medikolegal. Pada periode usia ini hanya gigi molar tiga yang masih mengalami proses perkembangan. Tujuan: mengetahui korelasi antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia menggunakan aplikasi metode Demirjian. Metode: Jumlah sampel terdiri dari 407 radiograf panoramik orang Indonesia yang telah diketahui usia kronologis (8-25 tahun). Analisis atatistik menggunakan uji korelasi Pearson. Analisis regresi dilakukan untuk mendapatkan rumus regresi untuk perhitungan prakiraan usia. Hasil: Hasil uji korelasi Pearson, korelasi antara masing-masing gigi molar tiga dengan usia sangat kuat (> 0,75) dan (P<0,05). Didapatkan hubungan regresi model penjumlahan empat gigi molar tiga, tiga gigi molar tiga, dua gigi molar tiga dan satu gigi molar tiga. Kesimpulan terdapat korelasi yang sangat kuat antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia.
ABSTRACT
Background: Age estimation to adolescence and young adults is important in the context of law and medicolegal. At this age period only third molars are still a process of development. Objective: To know the correlation between chronological age with the development of the third molars in Indonesia using Application method of Demirjian. Material and Methods: The sample consisted of 407 panoramic radiographs Indonesian people who have known chronological age (8-25 years). Statistical analysis using Pearson correlation test. Regression analysis was performed to obtain the regression formula for the calculation of the age estimation. Results: The results of the Pearson correlation test, the correlation between each of the third molars with a very strong age (> 0.75) and (P <0.05). Regression models obtained relationship summation four third molars, three molars three, two and one third molars third molars. Conclusion: there is a very strong correlation between chronological age with the development of third molars on the Indonesian people.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nur Sakina Tri Meilana
Abstrak :
Latar Belakang: Pada banyak kasus forensik, seringkali tubuh ditemukan dalam kondisi fragmen, hangus terbakar, atau telah mengalami dekomposisi. Gigi merupakan bukti kuat dalam kasus forensik seperti ini karena strukturnya kuat, tahan terhadap berbagai kondisi dan perubahan post-mortem. Jumlahnya yang mencapai 32, setidaknya akan ada beberapa gigi yang dapat dianalisis. Tujuan: Menganalisis potensi dental morfometrik dalam penentuan usia dan jenis kelamin individu Metode: 230 data panoramik digital rentang usia 15-35 tahun dipilih untuk dianalisis. Dental morfometrik total panjang gigi (TTL), panjang akar (RL), panjang mahkota (CL), serta ratio area pulpa dan gigi (PTR) diukur dengan software open source Image J. Hasil: Uji Korelasi Pearson menunjukkan ada korelasi bermakna antara variabel TTL, RL, dan CL dengan jenis kelamin namun tidak pada usia. Ditemukan pula korelasi kuat negatif antara variabel PTR dengan usia, namun tidak pada jenis kelamin. Berbagai model regresi untuk estimasi usia dan jenis kelamin populasi Indonesia telah dikembangkan. Model regresi TTL, RL, dan CL dari kombinasi gigi 11,13, dan 33 menunjukkan akurasi yang paling baik dengan prediksi kesalahan terkecil dalam memperkirakan jenis kelamin, (r = 0,681) (r2 =0,464) (SE=0,374). Sebuah model regresi estimasi usia berdasarkan PTR dikembangkan. Ketika model regresi digunakan sesuai jenis kelamin, maka akurasi akan meningkat, dengan pada wanita sedikit lebih akurat dibanding laki-laki (r=0,692) (r2=0,479) (SE=4,349). Kesimpulan: Dental morfometrik berpotensi dalam estimasi usia ataupun jenis kelamin pada populasi Indonesia. Variabel TTL, RL, dan CL terbukti berbeda antara gender, dan variabel PTR merupakan metode dental morfometrik yang terbukti dapat digunakan dalam estimasi usia. ......Background: In many forensic cases, bodies are often found in fragments, charred, or decomposed. Teeth are strong evidence in forensic cases like these because they are structurally sound, resistant to a variety of conditions and post-mortem changes. Moreover, the total number of teeth reaches 32, at least there will be several teeth that can be analyzed Objective: To analyze the potential of dental morphometrics in determining the age and sex of an individual Method: 230 digital panoramic data aged 15-35 years were selected for analysis. Dental morphometric total tooth length (TTL), root length (RL), crown length (CL), and pulp-to-tooth area ratio (PTR) were measured using open source software Image J. Results: Pearson Correlation Test showed that there was a significant correlation between TTL, RL, and CL variables with sex but not with age. There was also a strong negative correlation between the PTR variable and age, but not gender. Various regression models for estimating the age and sex of the Indonesian population have been developed. The TTL, RL, and CL regression model of the combination of teeth 11,13, and 33 showed the best accuracy with the smallest prediction error in estimating sex, (r = 0.681) (r2 = 0.464) (SE = 0.374). An age estimation regression model based on PTR was developed. When the regression model is used according to gender, the accuracy will increase, with women being slightly more accurate than men (r=0.692) (r2=0.479) (SE=4.349). Conclusion: Dental morphometrics has the potential to estimate age or sex in the Indonesian population. The TTL, RL, and CL variables are proven to differ between genders, and the PTR variable is a dental morphometric method that is proven to be used in age estimation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Ariefah Santri
Abstrak :
Latar Belakang: Estimasi usia secara radiografis merupakan prosedur yang penting dan bersifat noninvasif untuk mengidentifikasi individu pada bencana massal maupun kondisi yang membutuhkan pembuktian hukum. Metode atlas dan metode skoring adalah metode estimasi usia secara radiografis yang dapat digunakan pada rentang usia 5-17 tahun. Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia merupakan metode atlas yang baru dikembangkan di Indonesia. Sedangkan metode Nolla merupakan metode skoring yang umum digunakan secara global. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan estimasi usia 5-17 tahun antara Atlas Pertumbuhan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia dan Metode Nolla pada radiograf panoramik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional (potong lintang) yang didahului uji reliabilitas oleh 2 orang. Penelitian ini membandingkan hasil estimasi usia antara Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Populasi Indonesia dan metode Nolla menggunakan 97 sampel radiograf panoramik digital dari rekam medik pasien berusia 5-17 tahun di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut FKG UI. Hasil: Hasil uji komparatif Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik (nilai p = 0,192) antara usia kronologis dan estimasi usia menggunakan Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia, sedangkan pada estimasi usia menggunakan metode Nolla terdapat perbedaan bermakna secara statistik (nilai p = 0,000). Secara berurutan mean 95% CI usia kronologis 10,48 (9,78 - 11,19), estimasi usia menggunakan Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia 10,40 (9,70 - 11,10), dan estimasi usia menggunakan metode Nolla 9,64 (9,01 - 10,27). Selisih estimasi usia Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia terhadap usia kronologis adalah 0,08 - 0,09 tahun lebih rendah. Sedangkan selisih metode Nolla terhadap usia kronologis 5-17 tahun adalah 0,77 - 0,92 tahun lebih rendah. Kesimpulan: Penggunaan Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia lebih disarankan karena menggunakan tahapan yang lebih sederhana dan selisihnya terhadap usia kronologis lebih kecil dibandingkan dengan metode Nolla. ......Background: Age estimation using radiograph is an important and non-invasive way to identify a person in mass disasters or legal procedures. The radiographic methods that can be used at age 5-17 years are atlas method and scoring method. The Atlas of Dental Development in the Indonesian Population is a newly developed atlas method in Indonesia. While the Nolla method is a globally used scoring method. Objective: To compare the estimated age of 5-17 years between the Atlas of Dental Development in the Indonesian Population and Nolla Method on panoramic radiographs. Methods: This study is a cross-sectional study that is preceded by reliability test between two observers. It compares estimated age between the Atlas of Dental Development in the Indonesian Population and Nolla method using 97 samples of digital panoramic radiographs from medical records of patients aged 5-17 years at Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UI. Results: Wilcoxon comparative test showed no statistically significant difference (p-value = 0.192) between chronological age and estimated age using the Atlas of Dental Development in the Indonesian Population, while in Nolla method there is a statistically significant difference (p-value = 0.000). Mean 95% CI in chronological age, estimated age of Atlas of Dental Development in the Indonesian Population, and estimated age of Nolla method are [9,78 - 11,19], [9,70 - 11,10], and [9,01 - 10,27] respectively. The difference between the estimated age of the Atlas of Dental Development in the Indonesian Population and chronological age is 0.08 - 0.09 years lower. Meanwhile, the difference between the Nolla method and the chronological age is 0.77 - 0.92 years lower. Conclusion: The use of the Atlas of Dental Development in the Indonesian Population is recommended because it allows more accurate age estimates than Nolla's method
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangunsong, Yovania Adriel Roberta
Abstrak :
Latar Belakang: Indonesia sebagai daerah rawan bencana perlu mengidentifikasi jenazah tak dikenal. Selain itu, metode dalam identifikasi individu juga dapat membantu dalam mengidentifikasi korban dan tersangka pelaku tindak pidana, seperti menilai apakah individu tersebut adalah anak-anak atau orang dewasa. Estimasi usia penting untuk identifikasi individu dan metode radiografis dental adalah salah satu metode yang paling dapat diandalkan dalam estimasi usia. Cameriere mengembangkan persamaan regresi berdasarkan third molar maturity index (I3M) dan kemudian dimodifikasi oleh Balla pada tahun 2019 untuk mendapatkan persamaan regresi yang spesifik pada populasi India. Metode ini memiliki akurasi tinggi dan aplikasi sederhana, namun belum ada literatur mengenai persamaan regresi I3M di populasi Indonesia. Tujuan: Menganalisis penerapan metode I3M modifikasi Cameriere untuk estimasi usia rentang 7 – 22 tahun pada populasi perempuan Indonesia. Metode: Pada studi ini, terdapat 128 sampel radiograf panoramik perempuan yang berusia 7 – 22 tahun. Pengukuran lebar apeks terbuka dan panjang gigi dilakukan pada gigi molar ketiga rahang bawah dan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan nilai I3M. Estimasi usia juga dilakukan dengan menggunakan atlas AlQahtani (2010). Nilai I3M yang didapatkan dianalisis untuk membentuk persamaan. Hasil estimasi usia dengan I3M Modifikasi pada Penelitian Ini dibandingkan dengan persamaan regresi I3M modifikasi oleh Balla (2019) dan atlas AlQahtani (2010). Hasil: Persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini dibuat dengan analisis regresi kubik. Nilai I3M yang digunakan adalah nilai I3M gigi 38, dengan hasil uji beda nilai I3M gigi 38 dan 48 yang tidak berbeda bermakna. Hasil perbandingan antara hasil estimasi usia menggunakan persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini dengan usia kronologis menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna. Jika dibandingkan dengan hasil estimasi usia dengan metode I3M Balla (2019) dan atlas AlQahtani (2010), hasil estimasi usia atlas AlQahtani (2010) menunjukkan hasil yang paling mendekati usia kronologis, diikuti persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini, dan persamaan regresi I3M modifikasi oleh Balla (2019). Kesimpulan: Estimasi usia dengan metode persamaan regresi third molar maturity index (I3M) modifikasi pada penelitian ini memberikan hasil estimasi usia yang baik pada rentang usia 7 – 22 tahun pada populasi perempuan Indonesia, sehingga metode ini dapat digunakan untuk estimasi usia, namun jika dibandingkan dengan atlas AlQahtani (2010), metode atlas ini memberikan hasil estimasi yang lebih baik daripada hasil estimasi usia dengan persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini. Persamaan regresi yang spesifik terhadap suatu populasi tertentu memberikan hasil estimasi usia yang lebih baik. ......Background: Indonesia as one of the most disaster-prone regions in the world aims to ensure that the rights of victims are fulfilled by identifying unidentified bodies that are often found after mass disasters. In addition to that, methods in personal identification can also assist in identifying victims and suspected perpetrators in criminal acts, such as assessing whether the individual is a child or an adult. Age estimation is important for personal identification and dental radiographic methods are one of the most reliable method in age estimation. Cameriere developed a regression equation based on third molar maturity index (I3M) and then modified by Balla in 2019 to obtain an equation specific to Indian population. This method has high accuracy and simple application, but there is not yet any literature on the I3M regression equation for the Indonesian population. Objective: To analyze the applicability of modified Cameriere third molar maturity index method in age estimation for individuals aged 7 – 22 years old in Indonesian population.  Method: This study included 128 panoramic radiographs of females aged 7 – 22 years old. The width of open apex and tooth length was assessed on the mandibular third molars and calculated into I3M value. Age estimation was also done using AlQahtani atlas. The I3M value obtained was analyzed to form a regression equation. The estimated age from I3M regression equation in this study was compared to the I3M regression equation by Balla (2019) and AlQahtani atlas.  Result : The I3M regression equation in this study was made using cubic regression analysis. The I3M value used is the I3M value for teeth 38, with the results of the Wilcoxon test between the I3M values for teeth 38 and 48 were not significantly different. The results of the comparison between the results of the estimated age using the I3M regression equation in this study and chronological age showed no significant differences overall. When compared with the estimated age from I3M method by Balla (2019) and the AlQahtani atlas, the estimated age from AlQahtani atlas show the results that are closest to the chronological age, followed by the I3M method in this study, and the I3M method by Balla (2019).  Conclusion: Age estimation using the third molar maturity index (I3M) regression equation method from this study as a Cameriere modification gives good age estimation results for individuals aged 7 – 22 years in the Indonesian female population, so this method can be used to estimate age, but when compared with AlQahtani's atlas, this atlas method provides a better estimate than the estimated age from the I 3M regression equation in this study. Population-specific regression equation gives a better estimated age.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renanda Pradipta
Abstrak :
Latar Belakang: Selain untuk mengidentifikasi korban, estimasi usia juga penting dilakukan terkait penetapan penjatuhan hukum di Indonesia. Metode Liliequist and Lundberg dan formula Cameriere menganalisis tahap kalsifikasi gigi tujuh gigi permanen mandibula kiri untuk mengestimasi usia. Belum ditemukan studi yang menggunakan metode Liliequist and Lundberg dan formula Cameriere untuk mengestimasi usia subpopulasi Indonesia. Oleh karena itu, penelitian menggunakan kedua metode tersebut untuk mengestimasi usia 4-15 tahun pada laki-laki dan perempuan subpopulasi Indonesia. Tujuan: Menganalisis keakuratan penerapan metode Liliequist and Lundberg dalam mengestimasi usia 4-15 tahun pada populasi laki-laki dan perempuan di Indonesia dengan membandingkan metode tersebut dengan formula Cameriere European dan formula Cameriere baru untuk subpopulasi Indonesia. Metode: Sejumlah 110 sampel radiograf panoramik digital laki-laki dan perempuan digunakan untuk mengestimasi usia dengan rentang usia 4-15 tahun menggunakan metode Liliequist and Lundberg oleh dua orang pengamat, lalu dibandingkan formula Cameriere. Hasil: Hasil estimasi usia menggunakan metode Liliequist and Lundberg menghasilkan underestimation sebesar -0,20 tahun pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan, formula Cameriere subpopulasi Indonesia menghasilkan keakuratan 0 (nol) tahun pada laki-laki dan perempuan. Kesimpulan: Penerapan metode Liliequist and Lundberg dalam mengestimasi usia 4-15 tahun subpopulasi di Indonesia memberikan hasil yang baik dengan kesesuaian estimasi ≤±1 tahun yang dihasilkan sebesar 83,6% untuk laki-laki dan perempuan, hasil ini lebih baik dibandingkan dengan formula Cameriere European (62,7%), namun formula Cameriere baru untuk subpopulasi Indonesia memberikan hasil yang lebih baik dengan 85,5% kesesuaian estimasi ≤±1 tahun. ......Background: Besides being used for identification of victims, estimating age of individual is essential related to determination of the imposition of law in Indonesia. Liliequist and Lundberg method and Cameriere formula analyze the calcification stage of seven left mandibular permanent teeth for age estimation. No study has been conducted using these methods to estimate the age of Indonesian subpopulation. Hence, age estimation using Liliequist and Lundberg method and Cameriere formula is conducted in this study in Indonesian male and female subpopulation. Objective: Analyze the accuracy of applicability of Liliequist and Lundberg method in estimating the age of 4-15 years old in Indonesian male and female subpopulation compared to Cameriere European formula and a new Cameriere Indonesian subpopulation formula. Method: Total 110 samples of digital panoramic radiograph were used to estimate the age of 4-15 years old using Liliequist and Lundberg method, then Cameriere method. Result: Estimated age results using Liliequist and Lundberg produced underestimation -0,20 years in males and females. Whereas, new Cameriere regression formula for Indonesia Subpopulation yieled accuracy of 0 (zero) year for males and females. Conclusion: The applicability of Liliequist and Lundberg yielded good result in estimating age of 4-15 years in Indonesian subpopulation with ≤±1 year accuracy level of 83,6%. This is a better result than Cameriere European formula (62,7%), yet a new Cameriere Indonesian Subpopulation formula gave a better ≤±1 year accuracy level of 85,5%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>