Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uka Tjandrasasmita
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI , 1984
959.86 UKA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soewignja
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978
899.222 SOE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wignjosoeworo, Bonokamsi
Solo: R.Ng. Prodjosoejitno, 1957
BKL.1165-SS 40
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks suluk, piwulang, paramasastra dan dasanama. Rincian teks-teks tersebut adalah:
1. Serat Kalatidha (h.1-3), berisi ajaran moral dari R.Ng. Ranggawarsita
2. Pepali Ki Ageng Sesela (h.5-13), berisi ajaran Ki Ageng Sela kepada anak cucunya.
3. Serat Seh Malaya (h.21-75). teks ini berisi kisah pengembaraan Seh Malaya dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari ilmu dari para pendeta. Pada teks ini diceritakan Lokajaya, seorang perampok yang sadar akan kejahatannya dan berguru kepada Sunan Bonang.
4. Serat Paramasastra (h.97-198), uraian tentang aksara Jawa dengan penjelasan dan artinya serta tatacara penulisan huruf Jawa.
5. Dasanama (h.207-296). Pada teks ini juga terdapat semacam daftar kata Jawa-Melayu sebanyak 454 kata. Teks juga berisi cuplikan kata-kata yang jarang dipergunakan dari Serat Darmawiyata. Naskah ini diperoleh Th. Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta, pada bulan Juni 1928. Di dalam teks tidak dijumpai keterangan apapun mengenai penyalinan naskah."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.142-NR 17
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Jenny Sista
"Upacara perkawinan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Yogyakarta menjadi tradisi pada masa Hamengkubuwana VII dan VIII. Busana pengantin menjadi salah satu alat meningkatkan kewibawaan sultan di Kraton Yogyakarta. Kraton Yogyakarta merupakan daerah swapradja pada masa kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda sehingga pemakaian busana pengantin mengikuti aturan Staatsblad dan Rijksblad. Gaya busana kalangan bangsawan di Kraton Yogyakarta terikat pada aturan Kraton Yogyakarta sebagai Pusat.Berbeda dengan masa Hamengkubuwana IX, keterikatan pada Pusat sudah tidak terjadi oleh karena Kraton Yogyakarta menjadi bagian dari propinsi Negara Republik Indonesia. Secara resmi, Hamengkubuwana IX mengijinkan busana pengantin dalam upacara perkawinan Kraton Yogyakarta dipraktekkan masyarakat di segala lapisan tanpa mengikuti aturan ketat seperti di Kraton Yogyakarta.Disertasi ini menggunakan pendekatan struktural. Tujuan disertasi adalah memahami perkembangan masyarakat dan busana pengantin Kraton Yogyakarta dan nilai-nilai budaya dalam upacara perkawinan Kraton Yogyakarta.

Marriage ceremony of the Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Yogyakarta Kraton became a tradition during the Hamengkubuwana VII and VIII. The costume bride to be one of the tools increase the authority of the Sultan in the Yogyakarta Kraton. The Yogyakarta Kraton is an area swapradja during the reign of the Dutch East Indies so that the use of a costume bride to follow the rules in Staatsblad and Rijksblad Statute. Fashion style nobility in the Yogyakarta Kraton bound by the rules as a Center.In contrast to past Hamengkubuwana IX, attachment to the Centre has not happened because of the Yogyakarta Kraton become part of the province of the Republic of Indonesia. Officially, Hamengkubuwana IX allows the costume bride in the marriage ceremony the Yogyakarta Kraton practiced at all levels of society without following the strict rules such as the Yogyakarta Kraton. This dissertation uses structural approach. Dissertation goal is to understand the development of society and the costume bride of the Yogyakarta Kraton and cultural values in marriage ceremony of the Yogyakarta Kraton."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2518
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhaji Fikriono
Serpong: Javanica, 2018
181.19 MUH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Dwi Rahma
"Penelitian ini membahas citra tokoh perempuan dalam novel Nyai Ageng Serang karya S. Sastroatmodjo yang dikaitkan dengan peran perempuan di Indonesia era 1980-an. Dalam catatan sejarah silsilah Yogyakarta, Nyai Ageng Serang merupakan anak dari Panembahan Natapraja. Tokoh utama novel Nyai Ageng Serang adalah tokoh fiktif yang diinspirasi dari kehidupan nyata tokoh Nyai Ageng Serang seorang pahlawan nasional untuk menanggapi situasi zaman pemerintahan Orde Baru tahun 1980-an. Pada masa itu perempuan dianggap kurang berkontribusi dalam pembangunan nasional. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah tokoh dan penokohan. Digunakan juga wawasan sosiologi sastra. Temuan penelitian ini adalah Nyai Ageng merupakan tokoh pemimpin, memiliki kesadaran berjuang untuk bangsa dan negara, terampil, mendidik dan mengajak anak muda supaya ikut berkontribusi untuk negara termasuk kaum perempuan, menempatkan perempuan-perempuan lain sebagai pemimpin sama dengan laki-laki. Selain itu Nyai Ageng Serang juga merupakan tokoh seorang ibu yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap anaknya, serta mengayomi dan melindungi keluarga. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Nyai Ageng Serang memiliki peran publik, 2) Nyai Ageng Serang memiliki peran domestik, 3) Berdasarkan kaitan dengan tahun 1980-an di Indonesia bahwa novel NAS karya S. Sastroatmodjo mencerminkan peran perempuan Indonesia pada tahun 1980-an.

This research discusses about the image of female character in novel Nyai Ageng Serang by S. Sastroatmodjo which is associated with the role of women in Indonesia in the 1980s. In historical record of Yogyakarta genealogy, Nyai Ageng Serang is the daughter of Panembahan Natapraja. The main character of novel Nyai Ageng Serang is a fictional character inspired by the real character of Nyai Ageng Serang, a national hero to respond the situation of the Orde Baru era in the 1980s. At that time women were considered less contributing to national development. The method used is descriptive qualitative. The theory used is character and characterization. Sociology of literature is also used. The results of this research are that Nyai Ageng Serang is a leader figure, has an awareness of fighting for the nation and state, skilled, educates and invites youth to contribute to the country including women, giving woman equality as leader. In Addition, Nyai Ageng Serang also a mother figure who has sense of responsibility towards her child, as well as nurturing and protecting her family. The conclusions in this research are 1) Nyai Ageng Serang has a public roles, 2) Nyai Ageng Serang has a domestic roles, 3) Based on the connection with Indonesia in the 1980s, the novel NAS by S. Sastroatmodjo reflects the roles of Indonesian womens in the 1980s."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Nuswadiharja
"Buku ini berisi beberapa cerita dongeng dari jaman dahulu yang dianggap mempunyai banyak keistimewaan: 1. Cerita tentang Rara Kandreman cerita dari daerah Panaraga, menceritakan asal mulanya pusaran air Kandreman. Rara Kendreman yang dikejar oleh Ki Ageng Mangli, menceburkan diri di pusaran air dan disusul oleh Ki Ageng Mangli, keduanya hilang tak berbekas. 2. Dongeng sambel wijen. Tamu yang disuguhi oleh tuwan rumah terkesan dengan sambal wijen. Ketika dia lupa dan menyuruh istrinya membeli dengan sebutan bel sinambel. Karena tidak ketemu sang istri dipukuli dan pada saat meratap keluar kata-kata rambutku nyambel wijen. 3. Pencuri yang selalu sia. Ada 3 orang bernama Sura, Karya, dan Dustha. Pekerjaannya selalu mencuri. 4. Cerita tentang pecandu. Orang yang kaya mempunyai kebiasaan merokok dengan diberi candu."
Betawi: Papyrus, 1916
BKL.0989-CL 65
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Iman Prasetya
"Penelitian ini melihat pengaruh sosialisasi politik terhadap partisipasi politik mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistim politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik (Michael Rush & Philip Althof : 2002. hal 27 ) yang terjadi. Falctor - faktor komponen utama yang diperoleh dari sosialisasi politik tersebut yaitu; keluarga, agama, status sosial, media massa dan lingkungan.
Partisipasi politik merupakan tindakan politik yang dilakukan seseorang atau kelompok. Adapun bentuk partisipasi politik tersebut terbagi dua yaitu konvensional dan non konvensional. Bentuk partisipasi politik konvensional terdiri dari pemungutan suara,, diskusi politik, kampanye, membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan, dan berkomunikasi secara individu dengan pejabat publik atau lobby politik, sedangkan non konvensional terdiri dari demontrasi, pemogokan umum dan perusakan fasilitas umum.
Penelitian tesis menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang tidak lajim dilakukan karena hasil partisipasi politik ini perlu dilakukan pembuktian, dan merupakan keharusan untuk melanjutkan penelitian kuantitatif ini dengan studi empirik berdasarkan literatur media massa, wawancara, dan observasi dilapangan mengenai partisipasi politik mahasiswa tersebut yang diwakili oleh kelompok gerakan mahasiswa yang terdapat di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Menurut hasil pengujian diketahui bahwa sosialisasi politik memiliki pengaruh sangat rendah dengan tingkat korelasi (r) sebesar -0,246 dan koefisien determinasi 6,05 %, sedangkan sisanya 94 % ditentukan faktor-faktor lainnya. Untuk frekwensi rata-rata partisipasi politik yang terendah pada mahasiswa Untirta adalah melakukan demonstrasi massa (2,78) , berdiskusi tentang politik (3,35), berkampanye untuk calon partai politik (3,61) , mengajukan pernyataan protes tertulis atau selebaran (3,76), membaca koran tentang politik (3,84) dan berpartisipasi dalam pemogokan (3,91). Sedangkan frekwensi rata-rata partisipasi politik mahasiswa Untirta yang tertinggi adalah meyakinkan teman-teman memberi suara lama dengan diri sandhi (4,21), menghadiri pertemuan/rapat politik (4,00) dan menghubungi para pejabat/politisi untuk melakukan lobi politik (3,98).
Sementara itu hasil peringkat intensitas partisipasi politik ini yaitu pemogokan (35,19), petisi tertulis (26,32), demonstrasi (22,24), kampanye untuk calon partai (21,66), suka menghubungi para pejabat publik untuk lobi politik (20), suka menghadiri rapat politik (16), meyakinkan teman-teman memberi sums sama (13), diskusi politik (7), membawa koran politik (4).Meskipun frekuensi rata-rata umumnya rendah keterkaitan tingginya intensitas kegiatan politik mahasiswa terutama aksi demonstrasi dengan gerakan mahasiswa menunjukan signifikansi yang sangat tinggi diantaranya keduanya.
Kelompok gerakan mahasiswa yang memiliki keterlibatan penuh dalam tindakan aksi politik mereka melalui setiap demonstrasi yang dilakukan yaitu , BEM Untirta, FAM Untirta, FKM Untirta, Gema Baraya (Gerakan Mahasiswa Banten Raya ) Untirta, Kamsat (Komite Aksi Sultan Ageng Tirtayasa), FPMB (Front Perjuangan Mahasiswa Banten), FSPB (Front Serikat Perempuan Banten), HMI,PMII, dan KAM II komisariat Untirta, Kumala, Imala, Kumandang, Himata.
Aksi yang dilakukan dengan orientasi kepentingan mahasiswa seperti dugaan korupsi perpustakaan, beasiswa, pembelian mobil soluna dan kijang kapsul, rekening SPP, pembangunan gedung perkuliahan berlantai 4 (empat), mempercepat penegrian Untirta, dan penurunan biaya SPP.
Sedangkan tema aksi orientasi kepentingan lokal Banten yaitu; perjuangan pendirian Propinsi Banten (1999), pemilihan Gubernur Banten (2001), pemilihan Bupati Serang (2000), petani Cibaliung (2001), penculikan wartawan (2003), dana perumahan DPRD Banter (2003-2004), anggaran pembangunan DPRD Banten (2003), studi banding DPRD Banten ke China (2004), anggaran pendidikan murah (2003), kasus penambangan pasir laut di wilayah Pontang (2003 - 2004), pelantikan anggota DPRD Banten (2004). Aksi yang bersinggumgan dengan kepentingan nasional dan pusat kekuasaan yaitu naiknya BBM, tdl. listrik, telephon (2003), dana KKN Obligasi (2003), pengadilan Akbar Tanjung di Mahkamah Agung Jakarta (2004), dsb. serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu lebih rinci.
Membangun kembali pemerintahan mahasiswa ideal di Untirta sebagai bagian kepentingan lembaga formal kemahasiswaan hanya dapat dipenuhi melalui prasyarat yaitu ; 1) kesetaraan jabatan secara struktural organisasi kemahasiswaan dengan pihak rektorat, 2) pengelolaan otonomi keuangan kegiatan kemahasiswaan kembali ke mahasiswa, 3) otoritas kebebasan mimbar mahasiswa melalui pemilu raya mahasiswa,4) membawa prioritas mini pendidikan.
Sedangkan pada kelompok gerakan mahasiswa diluar organisasi struktural internal kemahasiswaan umumnya memiliki banyak kelemahan dilihat dari manajemen organisasi ideal. Hal ini disebabkan masalah tidak adanya kemandirian organisasi secara ekonomi dan kecenderungan organisasi tersebut hanya sebagai organ taktis bersifat temporer untuk melakukan transformasi sosial dan hanya muncul ketika dibutuhkan, tak jarang persoalan independensi kerap dipertanyakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T11917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 6(3-4) 2005 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>