Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfia Martviana
Abstrak :
Aktivitas fisik menjadi salah satu faktor utama penyebab noncomunicable disease. 80% remaja di dunia tahun 2016 memiliki tingkat aktivitas fisik rendah. Aktifitas fisik remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, dukungan sosial, motivasi, dan urbanisasi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aktivitas fisik remaja di Kota Depok dengan melibatkan 364 responden siswa sekolah menengah pertama dan menengah atas dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja memiliki tingkat aktivitas fisik rendah (n=208; 57,1%), motivasi aktivitas fisik rendah n=188; 51,6%, dukungan aktivitas fisik rendah dari orang tua n=205; 56,3%, dan dukungan aktivitas fisik rendah dari teman sebaya n=203; 55,8%. Disimpulkan bahwa sebagian besar remaja Kota Depok memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah, sehingga perlu adanya promosi maupun intervensi aktivitas fisik yang tidak hanya diberikan kepada remaja saja melainkan juga pada lingkungan sosial remaja (keluarga, sekolah, dan teman sebaya). ...... Physical activity is one of the main factors causing non-communicable diseases. In the world, 80% of adolescents have low physical activity in 2016. Physical activity influenced by several factors, such as age, gender, social support, motivation, and urbanization. This study aimed to identify the physical activity of adolescents in Depok by involving 364 respondents of middle and high school students who used consecutive sampling techniques. The results of this study indicated that adolescents have low of physical activity n=208; 57,1%, low of physical activity motivation n=188; 51,6%, low of physical activity support from parents n=205; 56,3%, and low of physical activity supports from peers n=203; 55,8%. It concluded that the majority of adolescents in Depok have low physical activity. Thus, promotion or intervention of physical activities is given to adolescents but also and social environment of adolescents family, school, and peers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Pramudita Faddila
Abstrak :
ABSTRAK
Kegiatan aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang seimbang adalah upaya untuk menekan angka overweight pada masa anak-anak agar tidak berlanjut menjadi obesitas maupun penyakit degenaratif lainnya. Secara global, sebanyak 42 juta anak mengalami overweight pada tahun 2015 dan angka kegemukan di Indonesia sekitar 10,8 pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan konsumsi dengan kejadian overweight pada anak usia 10-12 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain studi cross sectional dimana sampel penelitian sebanyak 49.620 anak. Hasil penelitian menunjukkan 14,5 anak mengalami overweight. Hanya aktivitas fisik yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian overweight p=0,014 , sedangkan konsumsi makanan berisiko p=0,518 serta buah dan sayur p=0,693 tidak signifikan terhadap kejadian overweight. Anak yang kurang aktif berisiko 1,11 kali 95 CI= 1,02 ndash;1,21 untuk menjadi overweight dibandingkan dengan anak yang aktif. Hasil analisis multilevel menunjukkan variasi kejadian overweight antar provinsi lebih besar jika dibandingkan dengan faktor risiko pada level individu MOR=1,37 . Kejadian overweight berhubungan dengan aktivitas fisik yang dilakukan anak-anak, sedangkan konsumsi tidak memiliki hubungan yang bermakna. Dibutuhkan strategi dan sosialisasi aktivitas fisik pada anak dengan melibatkan berbagai sektor dan built environment agar anak lebih aktif untuk mengurangi kejadian overweight.
ABSTRACT
Physical activity and balanced food consumption is an attempt to reduce overweight in childhood so as not to continue to be obese or other degenerative diseases. Globally, 42 million children are overweight by 2015 and overweight in Indonesia is around 10.8 in 2013. The purpose of this study was to examine the association between physical activity and consumption with overweight among children aged 10 12 years in Indonesia 2013. This study uses secondary data Riskesdas 2013 with a cross sectional study design where the sample of research is 49,620 children. The results showed 14.5 of respondents had overweight. Only physical activity had significant association with overweight p 0,014 , whereas risky food consumption p 0,518 with fruit and vegetable consumption p 0,693 was not significant. Less active respondents were at risk 1.11 times 95 CI 1.02 1.21 to become overweight compared with active respondents. Multilevel analysis results show that variation in overweight between provinces is greater when compared to risk factors at the individual level MOR 1.37 . Overweight are related to the physical activity of children, while consumption is unrelated. It needed strategy and promotion of physical activity in children by involving parents and built environment to make children more active to reduce overweight.
2018
T51426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Fahmi
Abstrak :
Aktivitas fisik merupakan secondary prevention yang dapat menurunkan angka kematian dan re-admission pada pasien STEMI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas fisik pasien STEMI pasca peawatan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 150 pasien STEMI dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien STEMI pasca perawatan memiliki aktivitas fisik ringan (85%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas fisik pasien STEMI pasca perawatan adalah usia (p=0,002), jenis kelamin (p=0,0001), lama hari pasca rawat (p=0,032), penyakit penyerta (p=0,015), depresi (p=0,003), self-efficacy (p=0,0001), dan dukungan sosial (p=0,0001). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan adalah self-efficacy dengan nilai OR 44,471 (CI:95%=8,816; 224,323). Penelitian ini dapat dikembangkan untuk membuat program rehabilitasi jantung berbasis komunitas sehingga meningkatkan aktivitas fisik pasien STEMI pasca perawatan. ......Physical activity is a secondary prevention in reducing mortality and re-admission in STEMI patients. The purpose of this study was to identify factors related to physical activity of after discharge STEMI patients. This study uses a cross sectional method. A total of 150 STEMI patients were selected using a purposive sampling technique. The results showed that the majority of after discharge of STEMI patients have mild physical activity (85%). Factors related to physical activity of after discharge STEMI patients were age (p = 0.002), sex (p = 0.0001), length of day after treatment (p = 0.032), comorbidities (p = 0.015), depression ( p = 0.003), self-efficacy (p = 0.0001), and social support (p = 0,0001). Multivariate analysis showed the most dominant factor is self-efficacy with OR 44.471 (95% CI = 8.816; 224.323). This research can be developed to create a community-based cardiac rehabilitation program that increases the physical activity of after discharge STEMI patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Hotma Parulian
Abstrak :
Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek. Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a). Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ardian Noor
Abstrak :
Sindrom prahaid (SPH) adalah salah satu masalah kesehatan perempuan yang semakin meningkat prevalensinya selama beberapa dekade terakhir. SPH dapat menurunkan kualitas hidup perempuan saat masa suburnya. Berbagai terapi farmakologi dan nonfarmakologi digunakan untuk mengatasi gejalanya. Aktivitas fisik telah direkomendasikan sebagai salah satu metode untuk mengurangi keparahan gejala. Namun, hanya sedikit bukti yang mendukung bahwa memang ada hubungan antara SPH dengan aktivitas fisik, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan data gambaran antara dua variabel tersebut. Menggunakan desain penelitian cross-sectional peneliti ingin melihat gambaran SPH dan hubungannya dengan intensitas aktivitas fisik pada 106 mahasiswi di Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. Data didapatkan dari 106 responden dengan menggunakan kuesioner tervalidasi. Diagnosis SPH menggunakan kriteria dari The American College of Obstetrics and Gynecology sedangkan aktivitas fisik berdasarkan kriteria pada kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity. Hasil uji distribusi data 62.3% perempuan masuk ke dalam kriteria SPH dengan distribusi ringan 19.8%, sedang 29.2%, dan berat 13.2%. Nilai p Chi-Square antara kejadian SPH dengan intensitas aktivitas fisik 0.804 (p<0.050). Dilakukan penggabungan data aktivitas fisik (aktif, tidak aktif) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p=1.000. Sebagia kesimpulan, tidak ditemukan ada hubungan bermakna antara SPH dengan intensitas aktivitas fisik.
Premenstrual Syndrome (PMS) is one of women?s health problem with an increasing of its prevalence in recent decades. PMS has a high chance to reduce the quality of life for many women in their reproductive age. Variation of therapies has been used to eliminate the symptomps. Physical activity has been recommended as one of the treatments to reduce the severity of the symptoms. However, no clear evidence to support a relationship between PMS and physical activity, including in Indonesia. Therefore, specific data that gives picture of relationship between those variables is needed. Using a cross-sectional design, we evaluated PMS?s distribution in 106 college students between 15-24 years old in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia and its relationship to physical activity. Datas from respondents were assessed by validated questionnaire. Diagnostic of PMS based on The American College of Obstetrics and Gynecology criteria of PMS and Rapid Assessment of Physical Activity were used to classified the intensity of physical activity. Distribution test shows that 62.3% women met established criteria of PMS, 19.8% with mild symptom, 29.2% moderate, and 13.2% severe. Value of p=0.804 were obtained from Chi-Square test between PMS and physical activity (p<0.050). Integration of several categories of physical activity were calculated (active, non-active) and results in p=1.000 from Kolmogorov-Smirnov test. As a conclusion, the results do not support a significant relationship between prevalent of PMS and intensity of physical activity.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdana Eka Putri
Abstrak :
Penuaan adalah suatu proses terjadinya perubahan pada setiap sistem tubuh. Berbagai perubahan ini dapat mempengaruhi tingkat aktivitas fisik lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik pada lansia. Penelitian ini dilakukan pada 99 responden di Kelurahan Mekarwangi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki tingkat aktivitas fisik sedang (49,5%); selebihnya tingkat aktivitas fisik rendah (25,3%); dan tingkat aktivitas fisik tinggi (25,3%). Hasil penelitian ini sudah menunjukkan tingkat aktivitas fisik pada lansia yang sesuai akan tetapi perlu diteliti lebih lanjut keterkaitan aktivitas fisik dengan istirahat yang diperlukan lansia. ...... Aging is a process in which all systems of the body undergo changes. These changes can influence physical activities level of the elderly. Thus, this work is a descriptive research which aims to discern physical activities level of the elderly. The data of this research are 99 people in Mekarwangi village, Tanah Sareal subdistrict, Bogor city. The results show that the majority of the elderly have moderate level of physical activities (49,5%); the rest has low physical activities (25,3%) and high physical activities (25,3%). The results show the appropriate level of physical activities for the elderly, yet further research is needed to understand the relation between physical activities and the amount of rests required.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Sisilia
Abstrak :
ABSTRAK
Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik. Tingkat kebugaran yang rendah pada remaja berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi perbedaan tingkat kebugaran pada siswa SMA Budi Mulia Kota Bogor Tahun 2016 yang diukur menggunakan 20-m shuttle run test. Status kebugaran didapatkan dengan mengklasifikasikan nilai estimasi VO2max dengan menggunakan persamaan Matsuzaka, jenis kelamin dengan menggunakan kuesioner, status gizi diukur menggunakan pengukuran antropometri, data asupan menggunakan kuesioner 2x24 food recall, aktivitas fisik didapatkan menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnare for Adolescent (PAQ-A), durasi tidur dan kebiasaan sarapan menggunakan angket. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan pada 117 siswa kelas X dan XI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 56,4% siswa yang tidak bugar. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat kebugaran berdasarkan jenis kelamin (p value = 0,015), IMT/U (p value = 0,001), dan aktivitas fisik (p value = 0,017). Faktor dominan terhadap tingkat kebugaran siswa SMA Budi Mulia Bogor adalah aktivitas fisik setelah dikontrol dengan variabel jenis kelamin, IMT/U, lingkar pinggang, asupan protein, asupan karbohidrat dan asupan zat besi. Peneliti menyarankan siswa agar dapat meningkatkan aktivitas fisik.
ABSTRACT
Physical fitness is a person?s ability to do physical activity. Low level of physical fitness in adolescents associated with high risk of cardiovascular disease. The purpose of this study was to determine the dominant factor of physical fitness level among students at Budi Mulia High School that were measured using 20-m shuttle run test. Physical fitness level was determined by grouping the value of estimated VO2max using Matsuzaka formula. Gender using questionnaires, nutritional status were measured using anthropometric measurements, nutrition intake were measured using 2x24 hours food recall , physical activity measured using Physical Activity Quistionnaire for Adolescents (PAQ-A), sleep duration and breakfast consumption were measured using questionnaire. This study used cross sectional design which was conducted on 117 students of 10th and 11th grader. The results shows that 56,4% students are unfit. There are significant diffrences between the fitness level based on sex (p value= 0,015), IMTU (pvalue = 0,001) and physical activity (p vaue= 0,017). The dominant factor of physical fitness level of Budi Mulia high School Students is physical activity after being controlled by gender, IMT/U, waist circumference, protein intake, carbohydrate intake and iron intake. The author suggest that students should increase the physical avtivity.
2016
S63227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Izza Arifa
Abstrak :
Obesitas di seluruh dunia sudah lebih dari dau kali lipat sejak tahun 1980. Lebih dari 600 juta orang dewasa usia 18 tahun dan lebih tua mengalami obesitas. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki angka prevalensi obesitas sentral yang cukup tinggi yaitu 26,6 . Obesitas sentral berkontribusi terhadap beberapa dampak kesehatan yang merugikan seperti diabetes tipe 2, sindrom metabolik, hipertensi dan dislipidaemia. Salah satu faktor yang mempengaruhi obesitas sentral adalah aktivitas fisik. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat berkontribuasi dalam penurunan risiko kejadian obesitas sentral. Namun demikian, di Indonesia proporsi aktivitas fisik kurang masih tinggi yaitu sebesar 26,1 . Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Germas 2016. Analisis regresi logistic dilakukan pada sampel 8.335 responden yang diukur lingkar pinggang. Hail penelitian multivariable didapatkan bahwa terdapat asosiasi antara aktivitas fisik dan obesitas sentral dimana responden yang kurang melakukan aktivitas fisik memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang cukup melakukan aktivitas fisik.
Worldwide obesity has more than doubled since 1980. More than 600 million adults aged 18 and older were obese. Indonesia as a developing country has a high prevalence of central obesity rate of 26.6 . Central obesity contributes to some adverse health effects such as type 2 diabetes, metabolic syndrome, hypertension and dyslipidaemia. One of the factors that affect central obesity is physical activity. By doing regular physical activity can contribute to decreased risk of central obesity events. However, in Indonesia the proportion of physical activity is still high at 26.1 . This study is a quantitative study using Germas 2016 secondary data. Logistic regression analysis was conducted on the sample of 83335 respondents who measured waist circumference. Multivariable research results found that there is an association between physical activity and central obesity where respondents who lack physical activity have a higher risk compared with respondents who are quite doing physical activity.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restika Hapsari
Abstrak :
Prevalensi obesitas pada remaja di Karawang lebih tinggi dibandingkan di antara kabupaten di Jawa Barat. Gaya hidup remaja yang tidak sehat di Karawang mengarah pada obesitas. Salah satu contoh gaya hidup yang tidak sehat adalah kurangnya latihan fisik. Remaja yang gemuk cenderung memiliki aktivitas fisik yang rendah dan berisiko mengalami tingkat obesitas yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi deskripsi aktivitas fisik pada remaja gemuk di Kabupaten Karawang. Penelitian deskriptif ini menggunakan desain cross sectional dengan 97 responden remaja dengan status gizi dianggap obesitas. Data diambil di sekolah menengah pertama dan menengah atas di Kabupaten Karawang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah pengukuran tinggi menggunakan microtoise dan pengukuran berat menggunakan skala berat badan digital untuk menunjukkan Indeks Massa Tubuh (BMI). Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan dilanjutkan dengan menerapkan tabulasi data (crosstabb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja yang menderita obesitas adalah remaja pria dengan obesitas kelas 1. Sementara itu, remaja perempuan juga pasif dalam melakukan aktivitas fisik. Studi ini merekomendasikan bahwa sekolah perlu melakukan program manajemen obesitas yaitu promosi aktivitas fisik untuk menjadi intervensi berbasis sekolah.
The prevalence of obesity in adolescents in Karawang is higher than among districts in West Java. Unhealthy adolescent lifestyles in Karawang lead to obesity. One example of an unhealthy lifestyle is lack of physical exercise. Obese adolescents tend to have low physical activity and are at risk of experiencing higher levels of obesity with age. This study aims to identify the description of physical activity in obese adolescents in Karawang Regency. This descriptive study uses a cross sectional design with 97 teenage respondents with nutritional status considered obese. Data were collected at junior high and senior high schools in Karawang Regency. The method used in collecting data is height measurement using microtoise and weight measurement using a digital weight scale to show the Body Mass Index (BMI). The analysis carried out was univariate analysis and continued by applying data tabulation (crosstabb). The results showed that the majority of adolescents suffering from obesity were male adolescents with grade 1 obesity. Meanwhile, female adolescents were also passive in physical activity. This study recommends that schools need to conduct obesity management programs, namely the promotion of physical activity to become school-based interventions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingky Shafiyah Ananda Riko
Abstrak :
Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling sering terjadi. Data menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dengan total kasus depresi tertinggi di wilayah Asia Tenggara, setelah India. Dimana depresi merupakan beban penyakit mental urutan pertama di Indonesia dalam hampir tiga dekade (1990 – 2017). Terdapat beberapa faktor risiko kejadian depresi, salah satunya adalah aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi yang dikontrol dengan beberapa variabel yang diduga confounding pada penduduk usia 15 – 24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional menggunakan data IFLS-5. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji chi-square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan proporsi depresi sebesar 29.46% dan berdasarkan model akhir analisis multivariat diketahui jika aktivitas fisik yang kurang 0.58 kali lebih rendah risiko mengalami depresi, serta tidak terdapat variabel confounding yang ikut mempengaruhi hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi. ......Depression is one of the most common mental health disorders. Data shows that Indonesia ranks second with the highest total cases of depression in the Southeast Asia region, after India. Where depression is the first burden of mental illness in Indonesia in almost three decades (1990 – 2017). There are several risk factors for depression, one of them is physical activity. The purpose of this study was to analyze the relationship between physical activity and depression which was controlled by several variables that were suspected of being confounded in residents aged 15-24 years in Indonesia. This study uses a quantitative method with a cross-sectional research design using IFLS-5 data. The analysis used in this study is the analysis of the chi-square test and multiple logistic regression. The results of the analysis showed that the proportion of depression was 29.46% and based on the final multivariate analysis model, it was found that physical activity was lacking 0.58 times the risk of experiencing depression was lower, and there were no confounding variables that influenced the relationship between physical activity and depression.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>