Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Ramadhani
Abstrak :
Hipoksia adalah defisiensi oksigen setingkat jaringan.Otak merupakan organ yang mutlak memerlukan oksigen. Hipoksia akan mengganggu integritas otak, dan bermanifestasi menjadi berbagai penyakit. Untuk itu, tubuh memiliki sistem penginderaan oksigen.Pada saat perfusi oksigen jaringan kurang, muncul mekanisme adaptasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) pada jaringan otak saat keadaan hipoksia sistemik.Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang dilakukan kepada 25 tikus Sprague Dawley yang dibagi rata ke dalam 5 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol, dipelihara dalam keadaan normoksia. Sisanya dipelihara dalam keadaan hipoksia (10% O2 dan 90% N2) masing-masing selama 1, 3, 7, dan 14 hari.Otak tikus diambil, dan dijadikan homogenat. Dilakukan pengukuran kadar protein jaringan otak untuk setiap sampel. Kemudian, dilakukan pengukuran aktivitas ALT menggunakan spektrofotometer. Hasilnya dibagi dengan kadar protein untuk mengetahui aktivitas spesifik. Data kadarprotein dianalisis menggunakan ujione-way ANOVA. Diperoleh nilai p>0,05, artinya kadar protein di jaringan otak normoksia dan hipoksia tidak berbeda bermakna. Hasilnya,nilai p>0,05 yang berarti aktivitas enzim ALT di jaringan otak tikus pada keadaan normoksia tidak berbeda bermakna dengan keadaan hipoksia sistemik semua kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari kadar protein dan aktivitas ALT pada keadaan hipoksia.
Hypoxia is a deficiency of O2 at tissue level. Brain is an organ that absolutely requires O2. Hypoxia will disrupt brain's integrity, and manifests as various diseases. Therefore, the body has oxygen sensing system. When oxygen perfusion level decreases, there will be some adaptive mechanisms to cope with the situation. This study intends to ascertain the activity of ALT in brain tissue induced by systemic hypoxia. This is an experimental based study. Twenty five rats were divided into 5 groups. First group was placed in the normoxic condition. Four other groups were placed in hypoxic chamber (O2 10% and N2 90%), each group were placed for 1, 3, 7, 14 days. Their brains were extracted. Tissues? protein level was measured for sample. Subsequently, the measurement of ALT activity was done by using reagent in assay kit. The results were divided by tissues protein level. Data of tissues protein level were analyzed using one-way ANOVA parametric test. This test obtained p value > 0.05, meaning there were no significant difference between the control and hypoxic groups. Data of specific ALT activity were analyzed using Kruskal-Wallis non-parametric test.The test obtained p value > 0.05, meaning there were no significant difference between the control and the hypoxic groups. Hence, it can be concluded that there were no significant difference of protein level and ALT activity in hypoxic brain.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Amaris
Abstrak :
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa G. mangostana mempunyai aktivitas antioksidan yang poten yang berperan melindungi sel dari stres oksidatif. Tujuan penelitian adalah menguji efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) pada tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Tikus jantan galur Sprague- Dawley dengan berat 150-200 g, 11-12 minggu, dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I: kontrol. Kelompok II: diberikan CCl4. Kelompok perlakuan III, IV, V diberikan EEKBM dengan dosis 900, 1080 dan 1296 mg/kgBB/hari secara oral selama 8 hari. Aktivitas alanin aminotransferase (ALT), malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) diukur pada plasma dan jaringan hati tikus. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas ALT plasma dan kadar MDA hati kelompok EEKBM (900, 1080 dan 1296 mg/kg BB) lebih rendah dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar MDA plasma tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol, tetapi lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar GSH hati dan plasma dari kelompok EEKBM (900 dan 1080 mg/kg BB) lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok EEKBM (1296 mg/kg BB) kadar GSH plasma lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kesimpulannya, EEKBM mempunyai kemampuan untuk melindungi hati dari kerusakan oksidatif akibat CCl4, kemampuan ini diduga berhubungan dengan aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa Garcinia mangostana L. ......Mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is traditionally used as medicinal plant. Previous studies mentioned that G. mangostana has a potent antioxidant activity to protect the cells from oxidative stress. This study aimed to investigate the hepatoprotective effect of the ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) in rats induced by carbon tetrachloride (CCl4). Male Sprague-Dawley rats weighing 150-200 g, 11-12 weeks were randomly devided into 5 groups of 5 animals each. Group I: controls. Group II: treatment CCl4, and 3 treatment Groups (III, IV, V). Group III: EEMP 900 mg/kgBW, Group IV: EEMP 1080 mg/kgBW and Group V: EEMP 1296 mg/kgBW. All treatment with plant extracts administered orally, once per day for 8 days. The activity of alanine aminotransferase (ALT), malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) was measured in rats plasma and liver tissue. Results showed that the plasma ALT activity and liver MDA levels of EEMP groups (900, 1080 and 1296 mg/kgBW) were significantly lower compared to CCl4 group (p<0,05), while the plasma MDA levels were not significantly different compare to control group (p<0,05) but higher compared to CCl4 groups (p<0,05). GSH levels of liver and plasma of treatment groups (900 and 1080 mg/kgBW) were significantly higher compared to CCl4 group (p<0,05), while at treatment group of 1296 mg/kgBW, only the GSH levels of plasma were significantly higher compared to CCl4 group (p<0,05). Hence, in conclusion ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) demonstrated the ability to protect the liver from oxidative damage caused by CCl4, which was assumed due to the antioxidant activity of the active compound of Garcinia mangostana L.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Fajarwati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32677
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Zulkifly
Abstrak :
Latar Belakang. Lean NAFLD lebih sering ditemukan di negara Asia dan prevalensinya di Indonesia masih belum diketahui. Tingginya prevalensi, asimptomatik dan baru bergejala setelah timbul komplikasi, dan tingginya mortalitas lean NAFLD menjadikan perlunya deteksi dini pada populasi dewasa dengan IMT <23 kg/m2. Skrining pada populasi umum tidak direkomendasikan karena meningkatkan biaya kesehatan. Tujuan. Membuat sistem skoring untuk penapisan lean NAFLD pada populasi dewasa di Jakarta. Metode. Studi ini menggunakan desain potong lintang dari laporan pemeriksaan kesehatan individu dewasa >18 tahun dengan IMT <23 kg/m2 yang melakukan pemeriksaan kesehatan di klinik. Parameter yang dianalisis antara lain usia, jenis kelamin, lingkar pinggang, kadar GDP, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, AST, ALT, dan asam urat. Variabel dengan nilai p <0,25 dilanjutkan ke analisis multivariat untuk pembuatan sistem skoring. Hasil. Sebanyak 276 individu diikutsertakan pada penelitian ini dan didapatkan prevalensi lean NAFLD sebesar 9,8%. Lean NAFLD lebih banyak ditemukan pada laki-laki dan memiliki karakteristik usia lebih tua, IMT, lingkar pinggang, kadar GDP, ALT, dan trigliserida lebih tinggi dibanding lean tanpa NAFLD. Analisis bivariat mendapatkan jenis kelamin laki-laki, usia ≥45 tahun, kadar GDP ≥100 mg/dL, ALT ≥35 U/L, dan trigliserida ≥150 mg/dL berhubungan dengan lean NAFLD. Sistem skoring melibatkan 4 parameter yaitu laki-laki, kadar GDP ≥100 mg/dL, ALT ≥35 U/L, dan trigliserida ≥150 mg/dL dengan masing-masing bernilai 1 poin. Model skoring ini memiliki sensitivitas 44,4%, spesifisitas 84,3%, dan AUROC 0,74. Kesimpulan. Parameter jenis kelamin, kadar GDP, ALT, dan trigliserida dapat digunakan sebagai sistem skoring dengan performans menengah untuk penapisan lean NAFLD dewasa. .....Background. Lean NAFLD is commonly found in Asian countries and its prevalence in Indonesia is still unknown. The high prevalence, asymptomatic until complications occur, and the high mortality of lean NAFLD makes it necessary for early detection in adult with BMI <23 kg/m2. Screening in general population is not recommended due to the high cost burden. Aim. To develop a scoring system for screening lean NAFLD in adults in Jakarta Methods. A cross-sectional study design was conducted from medical examination reports from individual >18 years old and BMI <23 kg/m2 who performed medical check up at the clinic. Several parameters including age, gender, waist circumference (WC), fasting blood glucose (FBG), total cholesterol (TC), HDL, LDL, triglycerides (TG), AST, ALT, and uric acid (UA) were analyzed in this study. Variabels with p-value <0.25 were included in multivariate analysis for the development of scoring systems. Results. A total of 276 people were enrolled in this study. Prevalence of lean NAFLD is 9.8%. Lean NAFLD are more commonly found in men and have older age, higher BMI, WC, GDP, ALT, and TG levels than lean non-NAFLD. In bivariate analysis, male sex, age ≥ 45 years, FBG ≥100 mg/dL, ALT ≥35 U/L, and TG ≥150 mg/dL are associated with lean NAFLD. The scoring system involves four parameters including male, FBG ≥100 mg/dL, ALT ≥35 U/L, and TG ≥150 mg/dL, worth 1 point each. This model has sensitivity 44.4%, specificity 84.3%, and AUROC 0.74. Conclusion. Parameters including gender, FBG, ALT, and TG levels can be used as a scoring system with moderate performance for screening lean NAFLD in adults.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bailana Mutiara
Abstrak :
Jamu pelangsing SF mengandung ekstrak dari tanaman Phaseolus vulgaris, Guazuma ulmifolia, Garcinia cambogia dan Camelia sinensis. Keempat tanaman ini berkhasiat untuk mengatasi masalah kelebihan berat badan seperti obesitas. Perlu dilakukan pengujian terhadap jamu ini untuk pengobatan dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu pelangsing SF ini terhadap fungsi hati ditinjau dari aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alkali aminotransferase (ALT). Pada penelitian ini digunakan 80 ekor tikus putih (jantan dan betina) yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I, II, dan III merupakan kelompok yang diberi larutan jamu pelangsing SF dengan dosis berturut-turut: 1350; 2700; 5400 mg/kg bb tikus. Kelompok 4 adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Pada hari ke-91, tikus diambil darahnya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran aktivitas ALP dan ALT plasma dengan metode kolorimetri. Hasil pengukuran aktivitas ALP dan ALT plasma menunjukkan tidak terjadi perbedaan bermakna antara kelompok I, II, dan III dengan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penggunaan jamu ini dalam jangka waktu yang cukup lama tidak berpengaruh terhadap fungsi hati.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Aprilia
Abstrak :
The "FAD" is one of herbal medicine that can be used for diabetes mellitus. Because It will be used for long term repeated administration, so the "FAD" must be assessed especially for liver and renal function. The purpose of this study is to know the acute toxicity effect of the "FAD" before used by people through determining LD50, alanine aminotransferase (ALT) and aspartate aminotransferase (AST) plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma of mice. This study used the Deutshe Yoken mices (25 male and 25 female) as an experimental animal. Each sex divided into five groups and each groups consist of five mices. Group I, II, III, and IV were given "FAD" with 0,813; 2,033; 5,083; and 12,708 g/kgbw dosage as a study group, while group V was given 0,5% CMC orally as a control group. Twentyfour hours after administration the test solution, the number of the mice died was counted, and there were none of the mice died so the LD50 value cannot be determined. One way varian analysis of ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatine plasma was done at 24 hours and 14 days after the test solution was given (=0,05) showed that there was no significant differences between study groups and control group. The result was indicated that given "FAD" with maximum concentration of 12,708 g/kgbw did not have significant effect on the liver and renal function through parameter ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma.
Obat herbal "FAD" adalah salah satu obat herbal yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Oleh karena penggunaannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati dan ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek toksisitas akut obat herbal antidiabetes "FAD" terhadap fungsi hati dan ginjal dengan parameter nilai LD50, aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), serta kadar urea dan kreatinin plasma pada mencit putih jantan dan betina. Pada penelitian digunakan 50 ekor mencit putih galur DDY (Deutshe Yoken) yaitu 25 ekor mencit jantan dan 25 ekor mencit betina. Masing-masing jenis kelamin dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 mencit di setiap kelompoknya. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut adalah 0,813; 2,033; 5,083; dan 12,708 g/kgbb. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapatkan bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan. Hasil uji statistik ANOVA satu arah (=0,05) terhadap hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin setelah 24 jam dan 14 hari dari perlakuan menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara bermakna baik antar kelompok maupun dengan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan uji obat herbal "FAD" dengan konsentrasi maksimum 12,708 g/kgbb tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit putih jantan dan betina dengan parameter aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin plasma.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2008
S32996
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library