Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Kus Untari
Abstrak :
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui potensi hepatoprotektif madu PS terhadap kadar alkali fosfatase (ALP) mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY. Dua puluh empat ekor mencit jantan dibagi ke dalam 4 kelompok hewan uji, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang diberikan akuades dan minyak kelapa; kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberikan akuades dan CCl4; serta 2 kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberikan madu PS 10% dan 20% selama 14 hari berturut-turut, kemudian CCl4 2 jam setelah pemberian madu terakhir. Darah diambil 24 jam setelah injeksi CCl4. Kadar ALP diukur dengan metode kolorimetri. Hasil uji anova satu arah (P<0,05) menunjukkan adanya pengaruh nyata pemberian madu PS terhadap kadar ALP semua hewan uji. Dibandingkan kadar ALP KK2, kadar ALP KP1 lebih rendah 30,5% dan KP2 lebih rendah 52,9%. Namun, uji LSD (P<0,05) menunjukkan hanya kadar ALP KP2 yang tidak berbeda nyata dengan KK1. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa potensi hepatoprotektif madu PS 20% lebih besar dibandingkan madu PS 10%.


ABSTRACT

The study has been conducted to know the hepatoprotective potency of PS honey administration on male-DDY mice’s alkaline phosphatase level of blood plasma. Twenty four male mice were divided into four groups, namely normal control group (KK1) which was administered with aquadest and coconut oil; treatment control group (KK2) which was administered with aquadest and CCl4; and two treatment groups which was administered with PS honey 10% (KP1) and 20% (KP2) within 14 consecutive days and three groups (KK2, KP1,and KP2) were injected with CCl4 on the 14th day. Alkaline phosphatase was measured based on colorimetry method. One-way anova test (P<0,05) showed that alkaline phosphatase levels were significantly different. Compared with KK2, the alkaline phosphatase levels of KP1 and KP2 were 30,5% and 52,9% lesser than KK2, consecutively. However, LSD test (P<0,05) showed that only alkaline phosphatase level of KP2 was not significantly different. In conclusion, dose 20% of PS honey is more potential on hepatoprotective than those of 10%.

Universitas Indonesia, 2014
S57083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain Edward
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Enzim fosfatase alkali antara lain digunakan dalam teknik ?enzyme immunoassay?, untuk mengukur kadar sesuatu zat dalam cairan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam penelitian ini diusahakan isolasi dan pemurnian enzim fosfatase alkali dari E. coli. Identifikasi kuman dilakukan dengan agar Endo, agar darah, tes pewarnaan Gram, sifat-sifat biokimia, dan tes serologik. Untuk pemurnian enzim digunakan sonikator, kromatografi pertukaran ion dengan DEAE Biogel, dan kromatografi gel dengan Sephadex G-100. Kemurnian enzim diperiksa dengan elektroforesis pada membran selulosa asetat. Aktivitas enzim secara kuantitatif ditentukan dengan spektrofotometer, dan secara kuaLitatif dapat dilihat dengan agar substrat. Kadar protein diukur dengan metoda Lowry. Terhadap fraksi gel diteliti pengaruh suhu, pH, ion logam, dan jenis bufer atas aktivitas enzim. Demikian pula ditentukan nilai Km dan Vmax, serta reaksi hidrolisis tanpa dan dengan transfosforilasi. Hasil dan Kesimpulan: Kuman diidentifikasi sebagai E. coli non-patogen. Enzim diperoleh setelah fraksi gel dengan ,pemurnian 242 kali dan hasil 59%. Pada eLektroforesis ditemukan kadar protein enzim 52,8%. Enzim memiliki pH optimum 8,0, dan tidak stabil bila diinkubasi selama 1 jam diluar pH optimum. Aktivitas enzimeningkat secara Linier sampai suhu 45° C, dengan koefisien suhu 1,49. Enzim stabil pada inkubasi selama 20 menit pada suhu 25 - 45° C. Aktivitas enzim tidak dipengaruhi penambahan ion Mg dan Zn (0,01 M). Aktivitas meningkat dengan meningkatnya molaritas bufer, Vmax terbesar didapatkan dalam buffer Tris dan Km terkeciL pada bufer AMP. Reaksi hidrolisis dan transfosforilasi berlangsung pada bufer Tris dan AMP, sedangkan pada bufer glisin hanya terjadi reaksi hidrolisis.
Scope and Method of Study: The enzyme alkaline phosphatase is used among others in enzyme immunoassay, to enable the quantitation of a small amount of substances in body fluids. In this study, an attempt was carried out for the isolation and purification of the enzyme from E. coli. The bacteria was identified through culture on Endo and blood agar, Gram staining, biochemical tests, and serology. The bacteria were disrupted by ultrasonication, and the enzyme purified by ion exchange chromatography on DEAE Biogel followed by gel chromatography on Sephadex G-100. Enzyme purity was examined by electrophoresis on cellulose acetate. Enzyme activity was determined by spectrophotometry, and protein concentration was measured by the method of Lowry. The gel fraction was tested for the effect of pH, temperature, metal ion, and type of buffer. The Km and Vmax was measured, for hydrolysis with and without transphosphorylation. Findings and Conclusions: The bacteria was identified as non-pathogenic E. coli. After gel chromatography the enzyme was purified 242 fold, at 59%, yield. Electrophoresis revealed that the enzyme content was 52.8 %. The enzyme has a pH optimum of 8.0, and it was unstable on standing for 1 hour outside the pH optimum. Enzyme activity increased Linearly with temperature (to 45° C), with a temperature coefficient of 1.49. The enzyme is stable for 20 minutes at 5° - 45++ C, and the activity not influenced by Mg++ and Zn++ ions (0.01 M). The activity increased with increased molarity of the buffer, the highest Vmax was observed with Tris buffer, and the Lowest Km with AMP buffer. Hydrolysis and transphosphorylation occurred in Tris and AMP buffer, while in glycine buffer only hydrolysis was observed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umiatin
Abstrak :

Fraktur delayed union dan union sampai saat ini masih menjadi tantangan para dokter orthopaedi. Berbagai terapi menggunakan metode biologi dan biofisika digunakan untuk mendorong penyembuhan fraktur nonunion. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan stimulasi PEMF (Pulsed Electromagnetic Fields) untuk mempercepat penyembuhan fraktur model delayed union dengan menggunakan hewan coba. Sebanyak dua puluh empat tikus Spraque Dawley dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok Kontrol dan kelompok PEMF. Kelompok PEMF mendapatkan pajanan medan magnet dinamik dengan intensitas 1.6 mT, frequency 50 Hz dan lama pajanan 4 jam /hari selama 7 hari / minggu. Kemajuan penyembuhan fraktur dinilai secara histopatologi dengan metode histomorfometri dan secara biokimia pada hari ke 5, 10, 18 dan 28 paska fraktur. Parameter histomorfometri yang dievaluasi adalah persentase area fibrosa, tulang rawan dan tulang. Penanda biokimia penyembuhan fraktur yang dievaluasi adalah Alkaline Phosphatase pada serum darah yang diperiksa menggunakan metode Elisa. Hasil pemeriksaan histomorfometri menunjukkan pada kelompok PEMF, jaringan fibrosa menurun secara signifikan pada tahap awal penyembuhan fraktur. Aktivitas Alkaline Phosphatase meningkat signifikan menunjukkan kenaikan aktivitas osteoblas dalam membentuk matrik tulang. Berdasarkan analisis statistic menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara aktivitas Alkaline Phosphatase dengan presentasi jaringan tulang pada hari ke 10 paska fraktur, hal ini menunjukkan bahwa ALP dapat digunakan sebagai penanda awal proses penyembuhan fraktur.

 


Delayed union and non-union fracture remain a major clinical challenge for the orthopedic surgeon. Many biophysical and biological modalities can be used to promote healing of non-union. The aim of this study was to evaluate the healing process of femoral delayed union fracture model after pulsed electromagnetic field (PEMF) stimulation. Twenty four rats were randomized into two groups; Control group and PEMF group, administration of PEMF stimulation (1.6 mT, frequency 50 Hz, 4 hours/day). The progression of healing was evaluated by histomorphometry and biochemical assessment at days 5, 10, 18 and 28 post fracture. The histomorphometry parameters were evaluated; percentages area of fibrous, cartilage and osseous tissue.  The serum biochemical marker of bone healing, Alkaline Phosphatase was determined using ELISA kit. Histomorphometry evaluation showed that in PEMF groups, fibrous tissue significantly decreased in the early phase of fracture healing. Alkaline phosphatase activity increased significantly in the PEMF group which indicated an increase in osteoblast activity in the bone matrices formation. The results of this study also showed a strong postitive correlation between ALP activity and bone formation on the 10th day after fracture, so that ALP can be used as a markers to assess fracture healing in the early stages.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Ulfiana
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi efektivitas dental pulp stem cells DPSCs dalam menginduksi proses regenerasi jaringan pada defek tulang kelinci New Zealand dengan menilai kadar alkaline phosphatase ALP dan gambaran histologis. Defek kritis dibuat pada tulang femur kelinci dan transplantasi DPSCs dilakukan terhadap kelompok perlakuan, sedangkan defek pada kelompok kontrol dibiarkan kosong. Pada minggu ke-2 dan ke-4 pasca tindakan operatif, dilakukan pengukuran kadar ALP dalam serum menggunakan colorimetric assay. Setelah 4 minggu, kelinci dikorbankan dan dilakukan analisis terhadap gambaran histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke-2, kelompok kelinci yang diberi perawatan dengan DPSCs memiliki kadar ALP yang lebih tinggi 157,925 ?U daripada kelompok kontrol 155,361 ?U dan peningkatan terjadi di minggu ke-4 dengan nilai yang lebih besar pada kelompok DPSCs 169.750 ?U dibandingkan dengan kelompok kontrol 160.406 . Evaluasi histologis menunjukkan bahwa sejumlah lamela tulang dan osteosit mengisi area defek dari kelompok DPSCs. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa transplantasi DPSCs efektif dalam menginduksi dan mempercepat progresivitas regenerasi jaringan.
This study was aimed to investigate the effectiveness of dental pulp stem cells DPSCs to induce bone regeneration in New Zealand rabbits by assessing the level of alkaline phosphatase ALP and histological view. The critical defect was created in the left femoral bone of the rabbits and transplantation of DPSCs was conducted to the treated group while the defect in the control group was left empty. In 2nd week and 4th week postoperative, ALP level in rabbits serum were measured using colorimetric assay. After 4 weeks, the rabbits were sacrificed and analyzing of histological views were conducted. The results showed that in the 2nd week, rabbit treated DPSCs group had higher level of ALP 157,925 U than the control group 155,361 U and increasing occured in the 4th week with greater score in DPSCs group 169.750 U compared to the control group 160.406 U . Histological evaluation revealed that the amount of bone lamellae and osteocytes filled the defect area of DPSCs group. Therefore, transplantation of DPSCs are effective to induce and accelerate bone regeneration by raising ALP level and forming new bone tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harryanto Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Identifikasi fase pacu tumbuh pubertas penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perawatan maloklusi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis potensi kadar Bone-Specific Alkaline Phosphatase BALP saliva dan parameter klinis sebagai prediktor fase pacu tumbuh pubertas dengan memperhatikan berbagai faktor tumbuh kembang skeletal. Penelitian diagnostik dengan sampel 136 orang ini menggunakan metode Cervical Vertebrae Maturation System CVMS Bacceti sebagai baku emas. Melalui analisis regresi multinomial dihasilkan model prediksi dengan nilai sensitifitas 78 untuk fase pra-puncak dan 57,7 untuk fase puncak, sedangkan nilai spesifisitas fase pasca-puncak 81,4 . Fase pacu tumbuh pubertas terutama pra-puncak dan pasca-puncak dapat diprediksi menggunakan kadar BALP saliva dan parameter klinis.
ABSTRACT
The identification of growth spurt phase of puberty is important as it enhances the efficiency and effectiveness of malocclusion treatment. The objective of this study was to analyse the potential of the level of salivary Bone Specific Alkaline Phosphatase BALP and clinical parameters as a predictor of growth spurt phase of puberty by taking into account various factors affecting skeletal growth. The diagnostic test with the sample of 136 people was conducted by using the method of Cervical Vertebrae Maturation System CVMS from Bacceti as the gold standard. Multinomial regression analysis produced predictive models with 78 sensitivity at the pre peak phase and 57.7 at the peak phase, whereas the specificity of post peak phase was 81.4 . The growth spurt phase of puberty especially at the phases of pre peak and post peak can be predicted by using salivary BALP level and clinical parameters.
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bailana Mutiara
Abstrak :
Jamu pelangsing SF mengandung ekstrak dari tanaman Phaseolus vulgaris, Guazuma ulmifolia, Garcinia cambogia dan Camelia sinensis. Keempat tanaman ini berkhasiat untuk mengatasi masalah kelebihan berat badan seperti obesitas. Perlu dilakukan pengujian terhadap jamu ini untuk pengobatan dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu pelangsing SF ini terhadap fungsi hati ditinjau dari aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alkali aminotransferase (ALT). Pada penelitian ini digunakan 80 ekor tikus putih (jantan dan betina) yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I, II, dan III merupakan kelompok yang diberi larutan jamu pelangsing SF dengan dosis berturut-turut: 1350; 2700; 5400 mg/kg bb tikus. Kelompok 4 adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Pada hari ke-91, tikus diambil darahnya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran aktivitas ALP dan ALT plasma dengan metode kolorimetri. Hasil pengukuran aktivitas ALP dan ALT plasma menunjukkan tidak terjadi perbedaan bermakna antara kelompok I, II, dan III dengan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penggunaan jamu ini dalam jangka waktu yang cukup lama tidak berpengaruh terhadap fungsi hati.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ajeng Permata Dewi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol rimpang temu mangga dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar ALP serum darah tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Sprague-Dawley sebanyak 30 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4. Tikus KK1 merupakan kelompok kontrol yang diinduksi akuades sedangkan kelompok KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4 merupakan kelompok yang diinduksi CCl4 dosis 1 ml/kg BB. Kemudian, kelompok KP1, KP2, KP3 dan KP4 diberikan ekstrak etanol rimpang temu mangga dosis 10 mg/kg BB, 20 mg/kg BB, 40 mg/kg BB dan 80 mg/kg BB sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi penurunan kadar ALP serum pada kelompok tikus KP1, KP2, KP3 dan KP4 secara berturut-turut sebesar 37,60%, 39,18%, 35,7% dan 33,75% jika dibandingkan dengan kadar ALP serum tikus yang diinduksi CCl4 (KK2). Dosis 20 mg/kg BB merupakan dosis yang paling optimal karena berdasarkan hasil uji LSD kelompok tersebut tidak memiliki perbedaan dengan KK1 atau dengan kata lain kadar ALP kelompok tersebut sudah mencapai kadar normal. ...... The research aimed to find out that ethanol extract of mango ginger rhizome could affect the decrease of rat serum alkaline phosphatase (ALP) level that was induced by carbon tetrachloride (CCl4). Tested animals were 30 individuals of male Sprague-Dawley rats that were divided into six groups, namely KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4. KK1 was a control group that was induced by aquades while KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4 were groups that were induced by CCl4 dose of 1 ml/kg BW. Then, KP1, KP2, KP3 and KP4 were given the ethanol extract of mango ginger rhizome dose of 10 mg/kg BW, 20 mg/kg BW, 40 mg/kg BW and 80 mg/kg BW orally and administrated for 4 times with an interval of 12 hours. Based on the result, the decrease of rat serum Alkaline Phosphatase (ALP) level in KP1, KP2, KP3 and KP4 amounted to 37,48%, 39,17%, 36,79% and 36,09% compared to serum ALP level that was induced by CCl4 (KK2). Dose of 20 mg/kg BW is the most optimal dose since based on LSD test, this group has no difference with KK1 or in other words, ALP level of this group has reached normal level.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Aprilia
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan material graft sintetik (alloplast) berbentuk pasta telah menjadi alternatif untuk meregenerasi defek tulang dengan akses yang sulit. BATAN saat ini telah memproduksi pasta graft tulang Injectable Bone Xenograft (IBX), Injectable Hydroxyapatite-Chitosan (IHA-C), dan Injectable Hydroxyapatite (IHA). Namun, biokompatibillitas produk-produk tersebut belum teruji secara in vitro. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh pemberian pasta IBX, IHA-C, dan IHA terhadap aktivitas sel osteoblas yang di kultur secara in vitro dengan mengukur indikator regenerasi tulang yaitu fosfatase alkali. Metode: Sel osteoblas (MG 63) yang diambil dari sediaan nitrogen cair dikultur dalam medium kultur lengkap dalam inkubator selama 48 jam (5% CO2, 37oC). Selanjutnya kelompok perlakuan dipaparkan pasta graft tulang IBX, IHA-C, dan IHA dengan konsentrasi 1%, 0,5%, dan 0,25%, sedangkan kelompok tanpa pemaparan pasta graft tulang digunakan sebagai kontrol. Setelah 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari supernatant kultur diambil dan dilakukan pengukuran kadar fosfatase alkali secara kolorimetri. Data yang diperlukan selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan tes Kruskal Walis dan Mann Whitney. Hasil kadar fosfatase alkali tertinggi ditemukan pada hari ke-5. Kelompok yang diberi pasta IBX, kadar fosfatase alkali tertinggi adalah dengan pemberian konsentrasi 0,25%. Pada dua kelompok lainnya, yaitu osteoblast yang diberi paparan 1% pasta IHA-C dan pasta IHA pada konsentrasi 0,25%; kadar fosfatase alkali ditemukan tertinggi pada masing-masing kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis statistik perbedaan tersebut ditemukan tidak bermakna. Simpulan: Konsentrasi pasta graft tulang dan waktu kultur dapat mempengaruhi aktivitas osteoblas dalam memproduksi fosfatase alkali secara in vitro. Pasta IBX, IHA-C, dan IHA dengan konsentrasi 1%, 0,5%, dan 0,25% mampu menginduksi kultur sel osteoblast dalam memproduksi fosfatase alkali, namun tidak terdapat perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini menujukkan, bahwa ketiga pasta graft tulang tersebut memiliki potensi untuk menginduksi aktivitas osteoblas yang sama dengan kontrol.
Background: The use of synthetic graft material (Alloplast) in paste form has become an alternative to repair bone defect with difficult access. BATAN now has produced bone graft paste in the form of Injectable Bone Xenograft (IBX), Injectable Hydroxyapatite-Chitosan (IHA-C), and Injectable Hydroxyapatite (IHA) bone graft paste. However, the biocompatibility of these products has not yet been tested (in vitro). Objective: to analyse alkaline phosphatase as one of the indicators of bone regeneration on osteoblast cells line due to the exposure of IBX, IHA-C, and IHA. Method: Osteoblast cells line (MG 63) was taken from liquid nitrogen and cultured in complete culture medium for 48 hours (5% CO2, 37ºC). After that, the test groups were exposed to IBX, IHA-C, and IHA with concentration 1%, 0.5%, and 0.25%, meanwhile the non exposed bone graft paste group is used as control group. After 1,3,5, and 7 days, supernatants are taken and the alkaline phosphatase rate was measured with colorimetric test. Moreover, acquired data are analyzed statistically using Kruskal Wallis and Mann Whitney test. Result: The highest level of alkaline phosphatase was found on the fifth day. For IBX paste, the highest level of alkaline phosphatase is at 0.25% concentration. The other groups which are IHA-C 1% and IHA 0.25% paste possess the highest alkaline phosphatase concentration. It did not show a significant difference by using Mann Whitney statistic analysis. Conclusion: The concentration of bone graft paste and duration of culture could affect osteoblast activity in vitro by producing alkaline phosphatase. IBX, IHA-C, and IHA paste with concentration 1%, 0.5%, and 0.25% could induce osteoblast cell culture by producing alkaline phosphatase. However, there is no significant differences compare to the control group. It showed that the three bone graft paste had the same ability with the control group.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Wulandari
Abstrak :
Latar belakang: Celah bibir dan palatum atau cleft lip and palate (CLP) merupakan kelainan kongenital multifaktorial yang mengakibatkan pasien memiliki defek pada jaringan lunak dan keras di bagian bibir dan palatum. Pasien celah bibir dan palatum umumnya menderita gangguan estetik dan fungsi stomatognatik. Sehingga, untuk mengembalikan fungsinya maka harus dilakukan perawatan rekonstruksi tulang alveolar. Baku emas dalam perawataan ini ialah menggunakan autologous bone grafting. Namun, perawatan ini masih memiliki kekurangan sehingga dikembangkan perawatan yang baru dengan teknik rekayasa jaringan dengan sel punca mesenkim. Salah satu sumber sel punca mesenkim yaitu berasal dari jaringan pulpa gigi yaitu sel punca pulpa gigi permanen atau dental pulp stem cells (DPSCs) dan sel punca pulpa gigi sulung atau stem cells from human deciduous teeth (SHED). Kemampuan osteogenik dari sel punca merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk pemakaian sel dalam rekayasa jaringan rekonstruksi tulang. Sementara kemampuan osteogenik dari SHED dan DPSCs CLP belum diketahui. Tujuan: Mengetahui potensi kemampuan dan perbandingan potensi osteogenik dari sel punca gigi permanen dan sulung pasien celah bibir dan palatum dengan melihat ekspresi gen Alkaline phosphatase (ALP) dan Collagen Type I Alpha 1 (COL1A1). Metode: Sampel RNA yang diperoleh dari ekstraksi RNA sel jaringan pulpa gigi sulung dan permanen pasien celah bibir dan palatum diuji dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menggunakan primers Alkaline Phosphatase (ALP), Collagen Type-I (COL1A1) dan Glyceraldehyde 3-Phosphate Dehydrogenase (GAPDH) sebagai housekeeping gene. Hasil: Ekspresi relatif gen ALP pada sel punca pulpa gigi sulung pasien celah bibir dan palatum mengalami penurunan dibandingkan dengan sel punca gigi permanen pasien celah bibir dan palatum. Sementara untuk ekspresi gen COL1A1 pada sel punca pulpa gigi sulung pasien celah bibir dan palatum tidak memiliki perbedaan dibandingkan dengan sel punca gigi permanen pasien celah bibir dan palatum. Kesimpulan: Sel punca pulpa gigi sulung dan permanen pasien celah bibir dan palatum memiliki potensi kemampuan osteogenik dikarenakan keduanya mengekspresikan gen marker osteogenik seperti ALP dan COL1A1. ......Background: Cleft lip and palate (CLP) is a multifactorial congenital disorder that results in patients having soft and hard tissue defects in the lips and palate. Patients with cleft lip and palate commonly suffer from aesthetic and stomatognathic function disorders. Therefore, to restore its function, alveolar bone reconstruction treatment must be done. The gold standard in this treatment is to perform autologous bone grafting. However, as autologous bone grafting still has associated shortcomings, new treatments using tissue engineering techniques with mesenchymal stem cells are being developed. One of the mesenchymal stem cells sources that can be used is derived from dental pulp tissue, namely permanent dental pulp stem cells (DPSCs) and primary dental pulp stem cells or stem cells from human deciduous teeth (SHED). Osteogenic ability of the stem cells is one of the factors considered for the use of cells in tissue engineering bone reconstruction. Osteogenic ability of SHED and DPSCs hasn’t been fully explored. Objective: To determine the potential ability and to compare osteogenic potential of DPSCs and SHED from cleft lip and palate patients by looking at the expression of the Alkaline Phosphatase (ALP) and Collagen Type I Alpha 1 (COL1A1) genes. Methods: RNA samples obtained from RNA cells extraction in deciduous and permanent dental pulp tissue of patients with cleft lip and palate were tested with Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) using Alkaline Phosphatase (ALP) primers, Collagen Type I Alpha 1 (COL1A1) primers and Glyceraldehyde 3-Phosphate Dehydrogenase (GAPDH) primers as housekeeping gene. Results: The relative expression of ALP genes in SHED from CLP patients decreased compared to DPSCs from patients with CLP. As for the expression of the COL1A1 gene, there was no difference in expression between SHED from patients with cleft lip and palate and DPSCs in patients with cleft lip and palate. Conclusion: SHED and DPSCs CLP has osteogenic abilities.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Hana Firdanisa
Abstrak :
Latar Belakang: Celah bibir dan palatum adalah keadaan dimana terdapat gangguan fusi atau celah abnormal bawaan pada daerah bibir atas, alveolar, dan palatum serta dapat menimbulkan masalah pada penderita seperti gangguan estetika dan masalah saat berbicara. Perawatan rekonstruksi tulang dengan autologous bone graft merupakan baku emas pada perawatan pasien celah bibir dan palatum, tetapi perawatan ini memiliki kekurangan sehingga dikembangkan alternatif perawatan seperti teknik rekayasa jaringan. Sumber sel stromal mesenkim yang digunakan dapat berasal dari jaringan pulpa gigi seperti sel stromal pulpa gigi sulung dan sel stromal pulpa gigi permanen. Kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan permanen pasien celah bibir dan palatum merupakan salah satu pertimbangan untuk penggunaan sel autologous dalam perawatan teknik rekayasa jaringan, sedangkan kemampuan diferensiasi osteogenik dari sel stromal pulpa gigi pasien CLP belum diketahui. Tujuan: Membandingkan kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum melalui ekspresi gen ALP. Metode: Sampel yang diisolasi dari jaringan pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum dikultur pada medium osteogenik, dilakukan ekstraksi RNA dan diuji dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) menggunakan primers alkaline phosphatase (ALP) dan 18s housekeeping gene. Hasil: Ekspresi relatif gen ALP pada sel stromal pulpa gigi sulung pasien celah bibir dan palatum setelah dilakukan uji statistik tidak memiliki perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan sel stromal pulpa gigi permanen pasien celah bibir dan palatum (nilai p = 0.156). Kesimpulan: Sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen memiliki kemampuan diferensiasi osteogenik karena dapat mengekspresikan marker osteogenik ALP. ......Background: Cleft and lip palate is a condition where there is fusion disturbance or abnormal congenital cleft in the upper lip, alveolar, and palate area that can cause problems in patients such as aesthetic disorder and problem with talking. Autologous bone graft reconstruction treatment is the gold standard in treating cleft lip and palate patients, but this treatment has associated shortcomings so that alternative treatments such as tissue engineering techniques have been developed. The source of the mesenchymal stromal cells used can be derived from dental pulp tissue namely stem cells from human deciduous teeth and permanent dental pulp stromal cells. The osteogenic differentiation ability from dental pulp stromal cells of primary and permanent teeth in cleft lip and palate patients is one of the considerations for the use of autologous cells in the treatment of tissue engineering techniques, while the osteogenic differentiation ability of dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients has not been fully explored. Objective: To compare the osteogenic differentiation capacity of primary and permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients. Methods: Samples isolated from primary and permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients were cultured, RNA were extracted and tested by Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) using alkaline phosphatase primers (ALP), and housekeeping gene in the form of 18s. Results: The relative expression of ALP in primary dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients was comparable to permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients (p value = 0.156). Conclusion: The primary and permanent dental pulp stromal cells have comparable ability to differentiate into osteogenic lineage and both cells tested can express the osteogenic gene of ALP.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library