Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Lika Jayanti Budi Ranti
Abstrak :
Jerami padi dan ampas tebu merupakan limbah alam yang berpotensi untuk dijadikan papan serat. Polivinil asetat sebagai perekat dipilih karena termasuk polimer yang tidak terlalu mahal sehingga memungkinkan untuk membuat papan hibrida serat jerami padi - ampas tebu yang murah dan juga ramah lingkungan. Perlakuan kimia diterapkan pada kedua serat untuk memperbaiki mutu serat jerami padi dan ampas tebu sebelum dijadikan penguat pada papan hibrida. Penelitian ini bertujuan mengetahui komposisi terbaik papan jerami berbasis lem putih PVAc dan pengaruh penambahan ampas tebu dalam papan jerami padi, untuk mendapatkan komposisi terbaik juga mendapatkan sifat fisis dan mekanik terbaik. Komposisi optimal papan serat jerami padi sebesar 30 wt% menghasilkan kekuatan tarik sebesar 4.8 MPa sedangkan komposisi optimal papan hibrid jerami padi-ampas tebu adalah komposisi 15 wt% jerami padi, 15 wt% ampas tebu dan 70 wt% PVAc menghasilkan kekuatan tarik sebesar 3.7 MPa. Rata- rata kerapatan yang didapatkan pada papan hibrida adalah 0.75 gr/cm3 dengan kadar air 10% dan daya serap air mendekati 100%. Sifat mekanik dan sifat fisis papan hibrida yang tidak terlalu baik dikarenakan perekat yang digunakan mempunyai kuat tarik lemah, viskositas tinggi dan larut dalam air.
Rice straw and bagasse are natural waste materials that have the potential to be used as fiber boards. Polyvinyl acetate adhesives have been employed because it is relatively economical and this is possible to produce relatively cheap and eco-friendly rice straw-bagasse hybrid boards. Chemical treatment applied to improve the quality of rice straw and bagasse prior the rice straw ? bagasse hybrid board production. This study aimed to determine the optimum composition of rice straw - PVAC white glue boards and the effects of bagasse addition to rice straw boards in order to achieve the optimum composition that provides the best physical and mechanical properties. Optimal composition of rice straw boards was in 30 wt% rice straw that provide a tensile strength of 4.8 MPa, while the optimal composition of hybrid boards is 15 wt% rice straw, 15 wt% bagasse and 70 wt% PVAc resulted a tensile strength of 3.7 MPa. Average density obtained on the hybrid fiber board was 0.75 gr/cm3 with 10 % moisture content and close to 100 % of water absorption. The mechanical and physical properties of these hybrid boards were not very good due to the adhesive used that had a low tensile strength, high viscosity and high water solubility.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S53179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Betsyeba Bertameina
Abstrak :
Ampas tebu berpotensi besar untuk dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biochar dari ampas tebu melalui proses pirolisis dengan impregnasi logam dan proses aktivasi untuk digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor. Logam natrium dan nikel dapat memperbesar luas permukaan dan membentuk pori biochar sehingga dapat menghasilkan kinerja superkapasitor yang baik. Kandungan logam natrium dan nikel divariasikan sebesar 0%, 5%, 10%, suhu pirolisis pada 450 °C, 500 °C, 550 °C, dan suhu aktivasi pada 600°C dan 700°C. Karakterisasi dengan BET untuk mengetahui luas permukaan spesifik dan ukuran pori biochar, SEM untuk mengetahui morfologi biochar, dan band gap energy untuk mengetahui sifat konduktivitas biochar. Uji kinerja superkapasitor dilakukan dengan metode cyclic voltammetry menggunakan elektrolit KOH 3 M untuk mengetahui nilai kapasitansi. Didapatkan bahwa biochar terimpregnasi logam Ni 10% yang dipirolisis pada suhu 550 °C dan diaktivasi pada suhu 700 °C merupakan sampel terbaik untuk digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor yang dilihat dari terksturnya berpori, luas permukaan sebesar 285,202 m2/g, band gap energy sebesar 1 eV, dan diperoleh nilai kapasitansi spesifik sebesar 103,292 F/g yang menunjukkan bahwa biochar dapat digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor. ......Sugarcane bagasse has great potential to be used as a high-value product. This study aims to produce biochar from sugarcane bagasse through a pyrolysis process with metal impregnation and activation process to be used as a supercapacitor electrode material. Sodium and nickel metals can increase the surface area and form biochar pores so that they can produce good supercapacitor performance. The contents of sodium and nickel were varied by 0%, 5%, 10%, pyrolysis temperature at 450°C, 500°C, 550°C, and activation temperature at 600°C and 700°C. Characterization with BET to determine the specific surface area and pore size of biochar, SEM to determine the morphology of biochar, and band gap energy to determine the conductivity properties of biochar. The supercapacitor performance test was carried out using the cyclic voltammetry method using 3 M KOH electrolyte to determine the capacitance value. It was found that 10% Ni metal impregnated biochar which was pyrolyzed at 550 °C and activated at 700 °C was the best sample for use as a supercapacitor electrode material as seen from its porous texture, surface area of 285,202 m2/g, band gap energy of 1 eV, and a specific capacitance value of 103.292 F/g was obtained which indicated that biochar could be used as a supercapacitor electrode material.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Saputri
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Emil Simanjuntak
Abstrak :
Tebu (Saccharum Officinarum) merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan gula. Luas area yang ditanami tebu di Indonesia pada 2015 adalah 445.650 ha yang menghasilkan gula kristal putih sebanyak 2.497.997 ton. Selama menghasilkan gula, akan diperoleh ampas tebu sebagai hasil samping sebanyak 35-40% yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar dan pupuk organik. Kadar air ampas tebu sekitar 50%. Kadar air ini dapat diturunkan melalui proses pengeringan sehingga dapat meningkatkan performa pembangkit. Pengeringan yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe rotari skala laboratorium dengan temperatur udara pengering 140, 160, 180, dan 200 C. Ampas tebu segar yang akan dikeringkan terlebih dahulu dicacah dengan ukuran sekitar 3 cm dengan massa yang sampel 100, 125 dan 150 gr. Selama proses pengeringan, massa sampel diukur setiap dua menit dan akan menghasilkan data rasio kelembaban, laju pengeringan dan perkiraan nilai kalor atas. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa laju pengeringan tercepat diperoleh dengan temperatur udara 200 C massa 100 gr. Model persamaan laju pengeringan yang terbaik adalah model polinomial full cubic. Dari sisi konsumsi energi, pengeringan akan efektif bila dilakukan hingga kadar air mencapai 10%
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
Abstrak :
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi TumbuhanDepartemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM-4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh pemberian bokashi limbah ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5). Parameter yang diukur meliputi parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar air, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudian dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk bokashi dapat dihasilkann dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5 dengan karakteristik berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah,bertekstur gembur, suhu 37 0C, kadar air 50 %, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36 %, N 1,01%, P 0,33%, dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman selada yag diukur meliputi parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan dilanjutkan dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam perlakuan berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter panjang akar. Hasil pertumbuhan selada terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P5 dengan warna daun Light Green (Faber Castell), mempunyai rasa daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering akar 0,20 g.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Merry Devina
Abstrak :
[ABSTRAK
Deposit ampas tebu di Indonesia yang mencapai 8,5 juta ton per tahun menjadikan biomassa ini potensial untuk dikembangkan sebagai pensubstitusi bahan bakar minyak berbasis crude oil. Gelombang mikro merupakan salah satu metode pemanasan yang lebih efisien untuk mempirolisis biomassa, karena metode ini memanfaatkan prinsip konversi energi dan partikel biomassa mengalami pemanasan volumetrik. Ampas tebu dipirolisis dengan variasi daya gelombang mikro sebesar 380, 620, dan 850 Watt dan variasi bio-char dalam umpan sebanyak 0, 10, dan 20%. Karakterisasi yang dilakukan meliputi profil suhu pirolisis, yield produk pirolisis, dan kandungan senyawa di bio-oil dengan metode GC/MS. Peningkatan daya gelombang mikro akan meningkatkan laju pemanasan dan suhu pirolisis ampas tebu, walaupun efeknya tidak terlalu signifikan jika umpannya tidak ditambahkan bio-char. Penambahan bio-char sebagai absorber gelombang mikro secara signifikan meningkatkan laju pemanasan dan suhu pirolisis ampas tebu. Yield bio-oil maksimum, yaitu 42,75 dan 42,40%, diperoleh pada laju pemanasan 805oC/menit dan suhu pirolisis 515oC serta laju pemanasan 59oC/menit dan suhu pirolisis 398oC. Kondisi operasi untuk memperoleh kedua parameter laju pemanasan dan suhu pirolisis tersebut adalah daya gelombang mikro sebesar 380 Watt dengan 20% kandungan bio-char di umpan serta daya gelombang mikro sebesar 850 Watt tanpa kandungan bio-char di umpan. Bio-oil yang diperoleh dari pirolisis ampas tebu yang umpannya mengandung bio-char ternyata mengandung lebih banyak senyawa non-oksigenat dan tidak mengandung PAH. Namun, senyawa non-oksigenat tersebut juga memiliki kandungan rantai karbon panjang (C22+) yang cukup tinggi.
ABSTRACT
Sugarcane bagasse waste in Indonesia reaching 8.5 million tons per year is potential to be developed as a substituent for petroleum-based fuel oil. Microwave is an efficient heating method for biomass pyrolysis, since this method utilizes the principle of energy conversion and biomass undergoes volumetric heating. Sugarcane bagasse was pyrolyzed at the microwave power variation of 380, 620, and 850 Watt and bio-char loading variation of 0, 10, and 20%. Characterizations were conducted on the pyrolysis temperature profile, pyrolysis products yield, and bio-oil content by GC/MS method. The microwave pyrolysis of sugarcane bagasse gave results that increasing microwave power would increase the heating rate and pyrolysis temperature, however this phenomenon was insignificant if the feed contained no bio-char. The addition of bio-char as microwave absorber in the feed significantly increased the heating rate and temperature pyrolysis. The highest bio-oil yields, i.e. 42.75 and 42.40%, were obtained at the heating rate of 805oC/min and pyrolysis temperature of 515oC and heating rate of 59oC/min and pyrolysis temperature of 398oC. Those pyrolysis heating rates and temperatures were achieved at the microwave power of 380 Watt with bio-char loading of 20% and the microwave power of 850 Watt with no bio-char loading. Bio-oil derived from the microwave pyrolysis of sugarcane bagasse which had no bio-char loading in fact contained more non-oxygenated compounds and less PAHs. However, those non-oxygenated compounds have a quite high content of long carbon chains (C22+).;Sugarcane bagasse waste in Indonesia reaching 8.5 million tons per year is potential to be developed as a substituent for petroleum-based fuel oil. Microwave is an efficient heating method for biomass pyrolysis, since this method utilizes the principle of energy conversion and biomass undergoes volumetric heating. Sugarcane bagasse was pyrolyzed at the microwave power variation of 380, 620, and 850 Watt and bio-char loading variation of 0, 10, and 20%. Characterizations were conducted on the pyrolysis temperature profile, pyrolysis products yield, and bio-oil content by GC/MS method. The microwave pyrolysis of sugarcane bagasse gave results that increasing microwave power would increase the heating rate and pyrolysis temperature, however this phenomenon was insignificant if the feed contained no bio-char. The addition of bio-char as microwave absorber in the feed significantly increased the heating rate and temperature pyrolysis. The highest bio-oil yields, i.e. 42.75 and 42.40%, were obtained at the heating rate of 805oC/min and pyrolysis temperature of 515oC and heating rate of 59oC/min and pyrolysis temperature of 398oC. Those pyrolysis heating rates and temperatures were achieved at the microwave power of 380 Watt with bio-char loading of 20% and the microwave power of 850 Watt with no bio-char loading. Bio-oil derived from the microwave pyrolysis of sugarcane bagasse which had no bio-char loading in fact contained more non-oxygenated compounds and less PAHs. However, those non-oxygenated compounds have a quite high content of long carbon chains (C22+)., Sugarcane bagasse waste in Indonesia reaching 8.5 million tons per year is potential to be developed as a substituent for petroleum-based fuel oil. Microwave is an efficient heating method for biomass pyrolysis, since this method utilizes the principle of energy conversion and biomass undergoes volumetric heating. Sugarcane bagasse was pyrolyzed at the microwave power variation of 380, 620, and 850 Watt and bio-char loading variation of 0, 10, and 20%. Characterizations were conducted on the pyrolysis temperature profile, pyrolysis products yield, and bio-oil content by GC/MS method. The microwave pyrolysis of sugarcane bagasse gave results that increasing microwave power would increase the heating rate and pyrolysis temperature, however this phenomenon was insignificant if the feed contained no bio-char. The addition of bio-char as microwave absorber in the feed significantly increased the heating rate and temperature pyrolysis. The highest bio-oil yields, i.e. 42.75 and 42.40%, were obtained at the heating rate of 805oC/min and pyrolysis temperature of 515oC and heating rate of 59oC/min and pyrolysis temperature of 398oC. Those pyrolysis heating rates and temperatures were achieved at the microwave power of 380 Watt with bio-char loading of 20% and the microwave power of 850 Watt with no bio-char loading. Bio-oil derived from the microwave pyrolysis of sugarcane bagasse which had no bio-char loading in fact contained more non-oxygenated compounds and less PAHs. However, those non-oxygenated compounds have a quite high content of long carbon chains (C22+).]
2015
T28971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
Abstrak :
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama yaitu penelitian untuk menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM- 4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh bok persembahan ampas tebu terhadap menumbuhkan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5). Parameter yang diukur termasuk parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar udara, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data Parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudain dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pupuk bokashi dapat dihasilkan dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004.perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5 dengan kondisi berwarna coklat kehitaman, seperti hubungan seperti tanah, bertekstur gembur, suhu 37 0C, kadar air 50%, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36%, N 1,01%, P 0,33%, dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap Pertumbuhan tanaman selada yag diukur termasuk parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data Parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan cerdas dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam pengaruh berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, tetapi tidak berpengaruh pada parameter panjang akar. Pertumbuhan hasil selada terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P5 dengan warrna daun Hijau Muda (Faber Castell), mempunyai rasa daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering akar 0,20 g. The research was conducted in February-June 2019 in a hydroponic central greenhouse Agro-tourism Cilangkap, East Jakarta, and at the Plant Physiology Laboratory Department of Biology, University of Indonesia. The first objective is research for produce bokashi fertilizer from processing sugarcane waste with an EM-activator 4, Papaya MOL, banana weevil MOL, and cow dung MOL. The second objective of research namely to analyze the effect of bagasse offering box on growing lettuce plants. Bokashi fertilizer was made with 6 different treatments (P0-P5). The parameters measured include qualitative parameters (color, smell, and texture) and quantitative parameters (temperature, air content, pH, and nutrient content of C, N, P, K). Data The bokashi parameter was analyzed descriptively, then it was compared with the standard Compost quality according to SNI 19-7030 year 2004. The results showed that Bokashi fertilizer can be produced in 21 days with high nutrient content has been in accordance with SNI 19-7930 of 2004. The best treatment is shown by P5 with blackish brown conditions, such as soil-like relationships, loose textured, temperature 37 0C, water content 50%, pH 6.5, nutrient content C 49.36%, N 1.01%, P 0.33%, and K 0.34%. Parameter of effect of bagasse waste bokashi fertilizer on The measured growth of lettuce included qualitative parameters (leaf color and organoleptic test of lettuce leaves) and quantitative parameters (plant height, root length, shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, and root dry weight). Data Lettuce parameters were analyzed using the one-factor ANOVA test and intelligent with the Tukey Honestly Significant Difference test, the confidence level is 95% for look at the differences between the treatments. The results showed that the sixth the influence of influence on the growth parameters of plant height, wet weight crown dry weight, root wet weight, and root dry weight, but not effect on the root length parameter. The best yield growth of lettuce is shown by P5 treatment with light green leaf color (Faber Castell), had a taste good leaves, with an average plant height of 21.74 cm, root length of 18.50 cm, weight shoot wet weight 25.74 g, shoot dry weight 1.16 g, root wet weight 2.79 g, and dry weight root 0.20 g.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
Abstrak :
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama yaitu penelitian untuk menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM- 4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh bok persembahan ampas tebu terhadap menumbuhkan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5). Parameter yang diukur termasuk parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar udara, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data Parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudain dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pupuk bokashi dapat dihasilkan dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004.perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5 dengan kondisi berwarna coklat kehitaman, seperti hubungan seperti tanah, bertekstur gembur, suhu 37 0C, kadar air 50%, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36%, N 1,01%, P 0,33%, dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap Pertumbuhan tanaman selada yag diukur termasuk parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data Parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan cerdas dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam pengaruh berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, tetapi tidak berpengaruh pada parameter panjang akar. Pertumbuhan hasil selada terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P5 dengan warrna daun Hijau Muda (Faber Castell), mempunyai rasa daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering akar 0,20 g.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Naufal Rianidjar
Abstrak :
Pemanasan global menjadi momok yang menakutkan bagi manusia, seiring dengan meningkatnya konsumsi energi primer berbahan bakar fosil yang menimbulkan gas efek rumah kaca. Hal ini mendorong para peneliti di seluruh dunia untuk merubah kebiasaan tersebut ke energi baru terbarukan (EBT). Namun, EBT baik itu fotovoltaik (PLTS) maupun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) keduanya memiliki sifat intermittent sehingga dibutuhkan alat penyimpanan energi untuk menanggulangi sifat intermittent. Salah satu alat penyimpan energi adalah Kapasitor Lithium Ion (KLI). Penyimpanan energi jenis ini mempunyai karakteristik densitas daya dan energi spesifik yang berada diantara baterai lithium ion dan kapasitor konvensional, sehingga diharapkan mampu memiliki kapasitas mendekati Baterai Lithium Ion dengan densitas daya yang dimiliki mendekati Kapasitor konvensional. Salah satu alternatif bahan material yang dapat digunakan untuk pembuatan KIL yaitu, sampah organik, khususnya dalam penelitan ini ampas tebu. Hasil penggilingan tebu berupa ampas kasar kemudian di olah menjadi karbon aktif dengan memperhatikan variasi suhu aktivasi KOH. Karbon aktif pada skripsi ini memiliki luas permukaan mencapai 2136,66 m2/g terjadi pada suhu aktivasi 800°C. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui prediksi machine learning didapatkan nilai kapasitansi dengan suhu aktivasi 800oC, 700oC dan 600oC masing-masing sebesar 141,214 F; 80,955 F dan 102,855 F dengan MAE sebesar 28,11. Suhu aktivasi memiliki peran penting dalam penentuan hasil luas permukaan dan kapasitansi pada Kapasitor Lithium Ion. ......Global warming is a frightening specter for humans, along with the increased consumption of fossil fuel-based primary energy that causes greenhouse gases. This prompted researchers around the world to change these habits to renewable energy (EBT). However, both photovoltaic (PLTS) and wind power plants (PLTB) both have intermittent characteristic so, that energy storage system are needed to cope with intermittent characteristic. One of the energy storage devices is Lithium Ion Capacitors (KIL). This type of energy storage has specific power and specific energy characteristics that are between lithium ion batteries and conventional capacitors, so it is expected to be able to have a capacity close to Lithium Ion Batteries with power density that are close to conventional capacitors. One alternative material that can be used for the manufacture of KIL is organic waste, especially in this research is sugarcane bagasse. The results of sugarcane milling in the form of coarse pulp then processed into activated carbon with temperature variation in KOH activation. Activated carbon in this thesis has a surface area of 2136.66 m2 / g which occurs at an activation temperature of 800 ° C. Based on the results obtained through machine learning prediction, the capacitance values with activation temperatures of 800 oC, 700 oC and 600 oC were 141.214 F; 80,955 F and 102,855 F with MAEs of 28.11. Activation temperature has an important role in determining the results of surface area and capacitance in Lithium Ion Capacitors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Hidayat Nurwahid
Abstrak :
Pemanfaatan bahan yang berlimpah di alam sebagai bahan baku alternatif yang lebih ekonomis dan dapat pula mengurangi limbah padat yang dihasilkan oleh berbagai industri dengan mengubahnya menjadi produk yang bermanfaat. Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi SiO2 dari ampas tebu dan batu apung dengan menggunakan metode ekstraksi alkali suhu rendah dan proses presipitasi asam. SiO2 yang telah diekstraksi kemudian dikarakterisasi menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), dan Ultraviolet/Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV/VIS DRS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa SiO2 telah berhasil diekstraksi dari ampas tebu dan batu apung dengan tingkat kemurnian yang tinggi, yang dikonfirmasi oleh hasil XRF (98,4% dan 96,3%). Data karakterisasi XRD dan FTIR mengkonfirmasi bahwa hasil ekstraksi SiO2 memiliki struktur amorf dan terdapat gugus siloksan dan silanol. Ukuran partikel SiO2 hasil ekstraksi dari ampas tebu dan batu apung adalah 4,95 nm dan 6,19 nm. Modifikasi SiO2 dilakukan dengan penambahan logam perak untuk membentuk katalis Ag2O/SiO2. Hasil modifikasi dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, SEM, Transmission Electron Microscopy (TEM), dan UV/VIS DRS. Katalis yang telah disintesis digunakan dalam aplikasi reduksi 4-nitrophenol (4-NP) yang menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mereduksi 4-NP dengan katalis Ag2O/SiO2 dari batu apung lebih cepat dibandingkan dengan katalis Ag2O/SiO2 dari ampas tebu. Aktivitas katalitiknya yang diamati menggunakan spektroskopi UV/VIS (Ultraviolet/Visible) dan dihasilkan bahwa katalis Ag2O/SiO2 dari batu apung lebih baik daripada katalis Ag2O/SiO2 dari ampas tebu. ...... Utilization of materials that are abundant in nature as an alternative raw material that is more economical and can also reduce solid waste generated by various industries by turning it into a useful product. In this study, SiO2 was extracted from sugarcane bagasse and pumice stone by using a low-temperature alkaline extraction method and acid precipitation process. The extracted SiO2 was then characterized using X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), and Ultraviolet/Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV/VIS DRS). The results obtained showed that SiO2 was successfully extracted from sugarcane bagasse and pumice stone with high purity, which was confirmed by XRF results (98.4% and 96.3%). The XRD and FTIR characterization data confirm that the extraction of SiO2 has an amorphous structure and has siloxane and silanol groups. The particle size of SiO2 extracted from sugarcane bagasse and pumice stone is 4.95 nm and 6.19 nm. Modification of SiO2 is done by adding silver metal to form Ag2O/SiO2 catalyst. The modification results were characterized using XRD, FTIR, SEM, Transmission Electron Microscopy (TEM), and UV/VIS DRS. The synthesized catalyst is used in the 4-nitrophenol (4-NP) reduction which shows that the time needed to reduce 4-NP with Ag2O/SiO2 catalyst from pumice stone is faster than Ag2O/SiO2 catalyst from sugarcane bagasse. The catalytic activity was observed using UV/VIS (Ultraviolet/Visible) spectroscopy and it was found that the Ag2O/SiO2 catalyst from pumice stone was better than the Ag2O/SiO2 catalyst from sugarcane bagasse.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>