Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Artati Hapsari
Abstrak :
Agregasi platetet, suatu proses kompleks yang memainkan peran penting dalam mekanisme terjadinya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penyumbatan pembuluh darah, sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan antara TXA2 dan PGI2 senyawa bioaktif yang saling antagonistis hasil metabolisme asam arakhidonat. Salah satu bahan alam yang diperkirakan memiliki aktivitas anti-agregasi platelet melalui kemampuannya mempengaruhi metabolisme asam arakhidonat (dan inhibisi aktivasi platelet) adalah andrografolid. Oksidasi gugus hidroksi dari andrografolid - langkah awal dari modifikasi kimiawi untuk mendekati struktur molekul pinusolid, senyawa aktif dari Biota orientalis, tanaman obat tradisional Korea yang memiliki efek anti-agregasi platelet kuat- ternyata menurunkan aktivitas inhibisi agregasi platelet, secara in-vitro. Hal ini terlihat dari konsentrasi penghambatan 50% (ICso) senyawa hasil oksidasi andrografolid (4,9608 mM) yang lebih besar dibanding ICso andrografolid (0,5469 mM), pada pengukuran dengan alat agregometer menurut Metode Born (1963). Oksidasi gugus hidroksi dari andrografolid juga menurunkan toksisitasnya. Hasil uji toksisitas dengan brine shrimp (Artemia salina) menunjukkan bahwa harga LC5o senyawa hasil oksidasi andrografolid (156,68 ppm) lebih besar dibanding LCso andrografolid(121,62 ppm).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T40308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Citra Resmi
Abstrak :
Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan tanaman tradisional herbal yang yang banyak ditemui di Indonesia. Penelitian Biokimia tentang efek antioksidan zat berkhasiatnya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aktivitas antimalaria ekstrak etanol sambiloto (EES) pada hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei melalui pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH). Metode: Mencit jantan galur Balb/c dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: Kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, Kelompok B: EES 2 mg/kgBB/hari selama 7 hari, C: klorokuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. MDA dan GSH diperiksa dengan metode spektrofotometri. Hasil: Terlihat kadar MDA hati yang lebih rendah pada kelompok perlakuan EES dan klorokuin, walaupun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p≥0,05). Pada kelompok B dan C terlihat peningkatan kadar GSH dibandingkan kelompok kontrol negatif, kenaikan ini mendekati kadar kelompok kontrol. Pada pengujian statistik, tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok K, B dan C (p≥0,05). Kesimpulan: EES dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH pda hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei, walaupun hasil ini belum bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif. Untuk aktivitas yang lebih signifikan di hati diperlukan pemberian EES dengan dosis yang lebih tinggi dari 2 mg/kgBB. ......Andrographis paniculata is a traditional herb medicine usually used in Indonesia. The aim of this study were to determine the anti-malarial activity of ethanolic extract of sambiloto (EES) in Plasmodium berghei-infected mice through measuring the malondialdehyde MDA) and glutathione (GSH) levels. Methods: Male mice (Balb/c strain) with weight 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: control (nil), Group A: negative control, and 2 treatment groups (B, C). Group B: EES 2 mg/kgBW, once per day for 7 days, and group C: chloroquine 10 mg/kgBW, once a day, for 3 days. All treatment was administered orally. Results: MDA level of liver occurs lower in the EES and chloroquine treatment groups, although is not significant with negative control group (p ≥ 0.05). In B and C groups shown the increase of GSH liver level compared to the negative control group, but the level is approaching control group. On statistical analysis, there is no significant difference seen between the control, B and C groups (p ≥ 0.05). Conclusion: EES can reduce MDA level and increased GSH level in mice liver infected with Plasmodium berghei, although this result is not significant compared to the negative control. For the significant effect, need further investigation to find the appropriate dose for hepar tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The aim of this research is to get the best plant growth and optimal andrographolides content os sambiloto at various dosages of cow manure and plant densites.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wening Sari
Abstrak :
ABSTRAK
belakang: Sambiloto Andrographis paniculata Ness. telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional. Tanaman ini mempunyai potensi sebagai antikanker. Andrografolida sebagai senyawa aktif utama sambiloto telah terbukti bersifat sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Evaluasi toksisitas penting dilakukan untuk memastikan keamanan andrografolida dan tanaman sambiloto. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek andrografolida dan ekstrak/fraksi sambiloto terhadap viabilitas, siklus, serta faktor transkripsi diferensiasi sel punca mesenkimal asal sumsum tulang manusia bone marrow mesenchymal stem cells/BMMSC menjadi osteoblas. Metode: Penilaian efek andrografolida dan fraksi etil asetat sambiloto FEAS terhadap viabilitas, siklus sel serta tingkat ekspresi mRNA CDK4 dan p21 dilakukan dengan memaparkan andrografolida konsentrasi 5, 10 dan 15 g/mL dan FEAS konsentrasi 20, 40 dan 60 g/mL selama 12, 24 dan 36 jam. Viabilitas sel diperiksa berdasarkan prinsip reduksi garam formazan WST-8, analisa siklus sel menggunakan flow cytometer dan tingkat ekspresi mRNA dengan quantitative RT-PCR. Penilaian terhadap diferensiasi osteoblas dilakukan dengan menginduksi BMMSC dengan medium osteogenik disertai pemberian andrografolida konsentrasi 5 dan 10 g/mL serta FEAS konsentrasi 20 dan 40 g/mL selama 7, 14 dan 21 hari, kemudian dinilai intensitas pewarnaan alizarin red AR , kadar deposit kalsium ekstraseluler serta tingkat ekspresi runx2 dan osterik. Hasil: Andrografolida dan FEAS menurunkan viabilitas BMMSC sesuai tingkatan konsentrasi dan waktu paparan. Kedua bahan uji tersebut menghambat proliferasi BMMSC dengan meningkatkan secara bermakna persentase populasi sel pada fase G1 dan menurunkan populasi sel yang memasuki fase S dan G2 siklus sel pada paparan 24 jam. Tidak terdapat efek terhadap tingkat ekspresi mRNA CDK4 namun ekspresi mRNA p21 meningkat bermakna. Andrografolida dan FEAS menurunkan intensitas warna merah AR, kadar matriks kalsium ekstraseluler dan ekspresi mRNA runx2 secara bermakna, namun meningkatkan ekspresi mRNA osterik pada proses diferensiasi BMMSC menjadi osteoblas Kesimpulan: Andrografolida konsentrasi 5, 10 dan 15 g/mL maupun fraksi etil asetat sambiloto konsentrasi 20, 40 da 60 g/mL mempunyai efek toksik terhadap viabilitas, proliferasi dan diferensiasi osteoblas pada BMMSC secara in vitro. Kata kunci : Andrografolida, Andrographis paniculata, BMMSC, siklus sel, osteoblas.
Background: Sambiloto Andrographis paniculata Ness./AP , has been used extensively as a traditional medicine. Andrographolide as the main active component of this plant showed cytotoxic activity in vitro on various type of cancer cells line. Toxicity evaluation is important to ensure the safety of andrographolide and this bitter plant. The objective of this study was to investigate the effects of andrographolide and the extract of AP on viability, cell cycle, and transcription factors of osteoblast differentiation on human bone marrow mesenchymal stem cells BMMSC Methods: BMMSC were treated with andrographolide at 5, 10 and 15 ?g/mL and ethyl acetate fraction of AP EAFA at 20, 40 and 60 ?g/mL for 12, 24 and 36 hours. The cells viability was assessed using tetrazolium salt WST-8 assay, the cell cycle was evaluated using flow cytometer with propidium iodide DNA?binding fluorescent dyes and the expression of CDK4 mRNA and p21 was analyzed by RT-PCR. Further examination was investigated the effects of the compounds on the osteogenic differentiation of BMMSC. The cells were cultured on osteogenic medium and treated with andrographolide at 5 and 10 ?g/mL and EAFA at 20 and 40 ?g/mL for 7, 14 and 21 days. The matrix mineralization was assessed by alizarin red-s staining AR , the semi-quantification of calcium was determined by acetic acid extraction of calcium binding AR and the expression of runx2 and osterix were analysed by RT-PCR Results: This research was revealed that andrographolide and EAFA decreased the cell viability, arrested the cell cycle at G1 phase, and up regulated the expression of mRNA p21. Moreover andrographolide and EAFA supplementation decreased the intensity of AR and calcium deposition on cell culture. The expression of transcriptor factors runx2 was down regulated while osterix was up regulated. Conclusion: Andrographolide at 20, 40 and 60 ?g/mL and EAFA at 20, 40 and 60 ?g/mL showed potentially toxic on cell viability, arrested cell cycle and impaired osteoblast differentiation of BMMSC in vitro.
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati
Abstrak :
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki banyak aktivitas farmakologi diantaranya sebagai antiinfeksi pada pernafasan atas, antiinfeksi gastrointestinal, antimalaria, immunostimulan, dan meningkatkan nafsu makan. Andrografolid, neoandrografolid, dan deoksiandrografolid memiliki rasa yang sangat pahit sehingga menjadi kendala apabila diberikan per oral terutama untuk anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikrosfer ekstrak sambiloto menggunakan betasiklodekstrin untuk menutupi rasa pahit. Mikrosfer dibuat dalam tiga formula dengan perbandingan ekstrak sambiloto dan betasiklodekstrin sebesar 1:1, 1:5, dan 1:10. Evaluasi mikrosfer yang dilakukan meliputi distribusi ukuran partikel, efisiensi proses, kadar air, efesiensi penjerapan, dan uji sensori. Kandungan andrografolid ditentukan dengan menggunakan metode KLT densitometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrosfer dari ketiga formula belum dapat menutupi rasa pahit dari ekstrak sambiloto tetapi hanya mengurangi rasa pahit.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33131
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika Wediasari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menjadi ancaman global. Penelitian dan pengembangan herbal dilakukan untuk menemukan obat antidiabetes yang memberikan manfaat tambahan pada terapi diabetes. Kombinasi ekstrak Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) dan Caesalpinia sappan Linn. (CSE) dilakukan untuk mendapatkan khasiat antihiperglikemia yang lebih baik. Penelitian bertujuan mengevaluasi keamanan dan efek antidiabetes APCSE pada tikus diabetes yang diinduksi dengan STZ. Metode Penelitian: Empat puluh lima tikus Sprague-Dawley jantan (160-200 g) dibagi menjadi sembilan kelompok, kelompok NC diberi pakan diet normal, kelompok lainnya diet yang mengandung 20% lemak dan diinduksi dua kali dengan dosis STZ 35 mg/kg BB. Tikus diabetes diberikan ekstrak kombinasi APCSE100 dan 200 mg/kg BB selama 2 minggu dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal APE dan CSE. Hasil dan Diskusi: Penelitian menunjukkan uji toksisitas akut oral kombinasi ekstrak APCSE aman praktis tidak toksik. Pemberian APCSE 200 mg/dL berbeda secara bermakna terhadap GDS pada kelompok DM (18.65 ± 13.16, p<0.05) menunjukkan bahwa pemberian APCSE cenderung tidak menambah perburukan diabetes pada tikus yang diinduksi STZ. Sedangkan profil lipid kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL menunjukkan level yang tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol normal. Kesimpulan: Kombinasi ekstrak APCSE100 dan 200 mg/kg BB tidak akan memperburuk diabetes.
ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a disease that poses a global threat. Research and development of herbs aims to discover antidiabetic drugs to provide additional benefits in diabetes therapy. A combination of Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) and Caesalpinia sappan Linn. (CSE) extracts were develop to discover better antihyperglycemic properties. This study aims to evaluate the safety and antidiabetic effects of APCSE diabetic rats. Methods: Forty-five male Sprague-Dawley rats (160-200 g) divided into nine groups, NC group fed with a normal diet, and the other groups with diet containing 20% fat and induced with STZ 35 mg/kg BW. Diabetic mice were given the extract combination of APCSE two weeks and compared with a single extract of APE and CSE. Results and Discussion: Study shows the combination of APCSE extract was safe and practically non-toxic. The Random Blood Glucose (RBG) level in the APCSE 200 mg/dL was significantly different from the DM group with (18.65 ± 13.16, p <0.05), indicating that APCSE administration will not deteriorate the diabetes condition. Cholesterol lipid profiles, triglycerides, HDL, and LDL showed levels similar results from the normal control group. Conclusion: The combination of APCSE100 extract and 200 mg/kg BW ameliorates the diabetes condition.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizmawardini Yaman
Abstrak :
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) secara empiris telah digunakan sebagai obat alternatif untuk berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efek hipoglikemik kapsul sambiloto sebagai terapi tambahan pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Double-blind randomized controlled trial cross-over desain pada 34 subyek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama sambiloto mendapat 2 kali 2 kapsul sehari selama 14 hari, dan kelompok kedua mendapat plasebo selama 14 hari. Kedua kelompok tetap menggunakan metformin sebagai terapi standar kemudian dievaluasi kadar glukosa darah pasca terapi 14 hari. Pada pemberian kapsul sambiloto selama 14 hari tampak penurunan kadar glukosa darah puasa lebih besar dibandingkan plasebo, tetapi tidak bermakna. Kapsul sambiloto bermakna menurunkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan. Kesimpulan: Kapsul sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah namun bermakna secara statistik hanya 2 jam setelah makan. ......Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) is empirically used as an alternative medicine for various diseases including diabetes mellitus, but the scientific evident for treatment in humans is still limited. This study analyze the effects of hypoglycemic sambiloto capsules as additional therapy in patients with type 2 diabetes mellitus. Double-blind randomized controlled trial, cross-over design in 34 subjects who were divided into two groups. The first groups sambiloto received 2 capsules 2 times daily for 14 days, and the second groups received placebo for 14 days. Both groups kept taking metformin as standard therapy with an the evaluation of blood glucose levels on day 14. The results showed that administration of sambiloto capsules for 14 days, the blood glucose levels is greater compared to placebo but not significantly. Sambiloto capsules significantly reduced blood glucose 2 hours after eating. Conclusions: sambiloto capsules shown to reduced blood glucose levels, but statistically significant only in 2 hours after eating.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rosidah
Abstrak :
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah salah satu tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai anti kanker dengan komponen bioaktif utama andrografolid. Andrografolid merupakan seyawa diterpen lakton yang sukar larut dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk membuat fraksi aktif dari ekstrak etanol herba sambiloto yang menunjukkan aktifitas sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach dan kultur sel kanker payudara, serta pembuatan mikrosfer fraksi aktif herba sambiloto dengan metode semprot kering. Fraksi aktif herba sambiloto diperoleh dengan cara fraksinasi ekstrak etanol herba sambiloto menggunakan etanol, n-heksan, etil asetat, dan air secara berturut-turut. Ekstrak dan fraksi herba sambiloto dievaluasi aktivitas antikanker terhadap A.salina dan dua kultur sel kanker payudara (MCF7 dan T47D). Pemilihan fraksi aktif berdasarkan uji aktivitas pendahuluan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan uji sitotoksik menggunakan metode MTT (3-(4,5-dimetiltiazolil-2)-2,5-difenil-tetrazolium bromida) assay, kemudian fraksi aktif yang diperoleh dilakukan evaluasi dan karakterisasi. Mikroenkapsulasi fraksi aktif herba sambiloto dibuat dengan metode semprot kering menggunakan polimer PVP K30 dan HPMC sebagai bahan penyalut. Mikrosfer yang mengandung fraksi aktif herba sambiloto dievaluasi dan dikarakterisasi meliputi uji perolehan kembali, distribusi ukuran partikel, morfologi, kadar air, efisiensi penjerapan, uji kelarutan, dan uji disolusi secara in vitro dalam medium aquadest, fosfat pH 6,8 dan klorida pH 1,2. Hasil uji BSLT terhadap ekstrak dan fraksi herba sambiloto menujukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan nilai aktifitas tertinggi dengan nilai LC50 sebesar 30,13 ppm. Hasil uji sitotoksik terhadap dua jenis sel kanker payudara galur MCF7 dan T47D menunjukkan bahwa fraksi etil asetat termasuk kategori fraksi yang paling aktif dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 82,82 dan 45,27 ppm. Fraksi etil asetat herba sambiloto mengandung kadar andrografolid tertinggi yakni sebesar 32,12%b/b. Mikroenkapsulasi fraksi etil asetat herba sambiloto yang menggunakan PVP K30 dan HPMC dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi andrografolid dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan andrografolid standar. ......Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) is one of a medicinal plants containing andrographolid as its primary bioactive component, which indicate anticancer activity. Andrographolid is a diterpene lacton and sparingly soluble in water. The aims of this study were to investigate the active fraction of the ethanol extract of A. paniculata herbs that show cytotoxic activity against Artemia salina Leach and breast cancer cell lines, followed by preparation of the active fraction microspheres using spray-drying method. The active fraction of A. paniculata herbs was prepared by fractionation the ethanol extract with ethanol, n-hexane, ethyl acetate, and water consecutively. The extract and fractions were evaluated for anticancer activity against A. salina and two human breast cancer cell lines (MCF7 and T47D). Selection of the active fraction based on the pre-activity assay was conducted using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) and the cytotoxic assay was performed using MTT [(3-(4,5-dimethylthiazol-2yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide] assay, and then the obtained active fraction that was evaluated and characterized. The active fraction of A. paniculata herbs was microencapsulated using PVP K30 and HPMC as the coating polymer by spray-dryed method. Microspheres containing the active fraction of A. paniculata herbs were evaluated and characterized in term of recovery factor, morphology, particle size distribution, water content, entrapment efficiency, saturation solubility, and in vitro dissolution test in medium of aquadest, phosphate pH 6.8 and chloride pH 1.2. The BSLT of extract and fractions of A. paniculata herbs showed that ethyl acetate fraction had the highest activity with 30.13 ppm of the LC50 value. The result for cytotoxicity assay of the ethyl acetate fraction on two kind breast cancer cell lines, MCF7 and T47D, was considered as the most active fraction with the IC50 values of 82.82 and 45.27 ppm respectively. The ethyl acetate fraction of A. paniculata herbs have contained the highest amount of andrographolide (32.12%w/w). Microencapsulation of the ethyl acetate fraction A. paniculata herbs using PVP K30 and HPMC could increase the saturation solubility and dissolution rate of andrographolide as compared to the ethyl acetate fraction and andrographolide standard.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29834
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mifa Nurfadilah
Abstrak :
Diospyros discolor Willd. atau bisbul diketahui mengandung beragam senyawa metabolit sekunder di antaranya fenol dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut diduga berperan sebagai agen pereduksi dalam biosintesis nanopartikel perak NPP. Adapun karakter NPP seperti ukuran, bentuk, dan kesetabilan NPP dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan biosintesis misalnya pH. Dalam penelitian ini dilakukan biosintesis menggunakan air rebusan daun D. discolor pada pH 4, 6, 7, 9, dan 11 untuk mengetahui pengaruh pH terhadap karakter NPP yang diperoleh. Selain itu, untuk mengetahui peran senyawa fenol dan flavonoid, maka dilakukan pengukuran kadar senyawa tersebut dalam air rebusan daun D. discolor. Biosintesis NPP dilakukan dengan mencampurkan air rebusan daun D. discolor 2 pH 4, 6, 7, 9, dan 11 dan AgNO3 1 mM pada perbandingan volume 1:2. Pembentukan NPP diketahui dengan melakukan karakterisasi pada warna larutan hasil biosintesis, karakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Transmission Electron Microscopy TEM, dan Particle Size Analyzer PSA. Setelah inkubasi 24 jam, hasil biosintesis menunjukkan adanya perubahan warna larutan biosintesis menjadi kuning kecokelatan hingga cokelat gelap. Spektrum absorbansi yang muncul pada panjang gelombang 414-446 nm menunjukkan terbentuknya NPP. Hasil TEM dan PSA menunjukkan NPP berbentuk spherical dan memiliki ukuran berkisar 21-54 nm. Ukuran NPP tersebut cenderung semakin kecil seiring dengan kenaikan nilai pH. Hasil PSA juga menunjukkan bahwa NPP yang dihasilkan cenderung stabil dengan nilai zeta potensial berkisar antara -14 mV hingga -30 mV. Keberhasilan biosintesis NPP menggunakan air rebusan D. discolor diduga karena peran senyawa fenol atau flavonoid dalam air rebusan tersebut sebagai agen pereduksi. Adapun kadar fenol dan flavonoid dalam air rebusan D. discolor yaitu 823,7 ugGAE/mL dan 157,4 ugRE/mL. ......Diospyros discolor Willd. or Bisbul countains of various secondary metabolites including phenol and flavonoid. These compounds are known to have role as reducing agent in silver nanoparticles SNPs biosynthesis. The SNPs characters such as size, shape, and stability of SNPs can be influenced by environmental conditions of biosynthesis such as pH. In this research, biosynthesis was done using D. discolor leaves aqueous extract at pH 4, 6, 7, 9, and 11 to know the effect of pH on characters of SNPs obtained. In addition, to know the role of phenol and flavonoid compounds, the levels of these compounds in D. discolor leaves aqueous extract was measured. Biosynthesis was done by mixing D. discolor leaves aqueous extract 2 pH 4, 6, 7, 9, and 11 and AgNO3 1 mM ratio 1:2 UV-Vis then the solution was incubated 24 hours. The SNPs formed are characterized by spectrophotometer UV Vis, Transmission Electron Microscopy TEM, and Particle Size Analyzer PSA. After 24 hours of incubation, the color of solution was changed from yellow to brown or dark brown. The absorption spectrum shows peak at 414-446 nm, indicate the formation of SNPs. Meanwhile, TEM imaging shows that the shape of SNPs is spherical. Based on PSA result, size of SNPs are ranging between 21-54 nm. Their size tend to become smaller with the increasing of pH value. The PSA result also shows that SNPs have zeta potential value ranging from 14 mV to 30 mV which indicate that the SNPs are relatively stable to moderately stable. The success of SNPs biosynthesis using D. discolor is thought to be due to the role of phenol or flavonoids as reducing agents. The levels of phenol and flavonoids in D. discolor leaves aqueous extract is 823.7 ugGAE/mL and 157.4 ugRE/mL.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Christinauly
Abstrak :
Ekstrak Andrographis paniculata dan Curcuma domestica mempunyai banyak aktivitas farmakologi sehingga sudah mulai dikembangkan produk sediaan herbal yang mengandung campuran ekstrak herbal tersebut. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan suatu metode kontrol kualitas untuk menjamin efek terapi yang konsisten dari sediaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum untuk analisis kuantitatif senyawa aktif campuran ekstrak herbal tersebut secara simultan.dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Senyawa yang ditetapkan kadarnya adalah andrografolid dan kurkuminoid. Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah kloroform-metanol (9:1). Metode ini mempunyai linearitas, presisi, dan perolehan kembali yang cukup baik. Batas deteksi andrografolid dan kurkuminoid adalah 79,54 ng dan 390,69 ng. Batas kuantitasi andrografolid dan kurkuminoid adalah 265,13 ng dan 1.302,29 ng.
Andrographis paniculata and Curcuma domestica extracts have various pharmacological activities so that many herbal medicinal preparation contain the mixtures of these extracts. Therefore, it is necessary to develop a quality control method in order to ensure its consistent therapeutic effect. This research tried to find optimum condition for quantitative analysis of bioactive compounds in these herbal mixtures simultaneously using thin layer chromatography densitometry method. Those compounds are andro- grapholide and curcuminoid. The result showed that chloroform-methanol (9:1) is the best mobile phase. This method has quite good linearity, precision, and recovery. The limit of detection for andrographolide and curcuminoid are 79,54 ng and 390,69 ng. The limit of quantitation for andrographolide and curcuminoid are 265,13 ng and 1.302,29 ng.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>