Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pricellya
Abstrak :
Penyakit Diabetes Melitus bila tidak dikontrol dengan baik dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, salah satunya hipertensi. Losartan merupakan antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker yang umum digunakan oleh penderita hipertensi-diabetes. Metformin merupakan obat antidiabetes golongan biguanid yang biasa digunakan oleh penderita diabetes tipe II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian losartan terhadap penurunan kadar glukosa darah oleh metformin pada tikus putih jantan. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague- Dawley yang terbagi dalam 5 kelompok : (1) kontrol normal yang hanya diberi akuades; (2) kontrol metformin (90mg/200 g bb); (3) kontrol losartan (18mg/200g bb); (4) diberikan larutan kalium losartan dosis I (9 mg/200 g bb) dan larutan metformin hidroklorida (90 mg/200 g bb); (5) diberikan larutan kalium losartan dosis II (18 mg/200 g bb) dan larutan metformin hidroklorida (90 mg/200 g bb). Semua larutan uji diberikan secara per oral. Satu setengah jam setelah perlakuan, masing-masing tikus diberikan larutan glukosa monohidrat secara per oral dengan dosis 440 mg/200 g bb tikus. Kadar glukosa darah diukur pada menit ke 0,90, 105,120,135,150,165,180,195,dan 210 menggunakan glukometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian losartan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah oleh metformin pada tikus putih jantan dengan menurunkan kadar glukosa darah pada waktu 15-120 menit setelah pemberian glukosa.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33124
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Priyatni Waluyatiningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian: Cedera reperfusi adalah kerusakan yang bertambah parah pada jaringan yang iskemik karena dilakukan reperfusi. Mekanisme cedera reperfusi yang telah banyak diketahui adalah akumulasi kalsium sitosol dan pembentukan radikal bebas yang berlebihan. Sejauhini belum banyak diketahui peranan sistem renin-angiotensin pada cedera reperfusi, walaupun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa angiotensin II memperberat kerusakan jaringan yang iskemik serta menimbulkan apoptosis pada penderita infark jantung akut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penghambat EKA dengan atau tanpa gugus SH (kaptopril dan benazepril) dan penyekat reseptor angiotcnsin II (valsartan) pada cedera reperfusi. Untuk melihat peranan gugus SH efeknya dibandingkan dengan N-asetil sistein (NAC), suatu antioksidan gugus SH.

Tiga puluh ekor tikus putih jantan galur Wistar dibagi secara acak menjadi 5 kelompok (tiap kelompok 6 ekor tikus). Kelompok tersebut adalah: K-IR , kelompok kontrol yang mengalami iskemi 30 menit dilanjutkan reperfusi 30 menit. Kelompok perlakuan diberikan obat (kaptopril, benazepril., valsartan, dan NAC) 3 hari bertunrt-turut sebelum tindakan iskemi-reperfusi adalah: KAP, BEN, VAL, dan NAC. Sebelum iskcmi dan scsudah reperfusi diambil l ml darah untuk penentuan kadar SGPT dan SCOT. Sctelah reperfusi sebagian hati diambil untuk penetapan peroksidasi lipid (malonaldehid=MDA) clan maim supemksid dismutase (SOD).

Hasil dan Kesimpulan: Radar SGPT dan SCOT path kelompok knntrol (iskemi reperfusi mengalami kenaikan 13 kali untuk SGPT dan 7 kali untuk SGOT dibandingkan kondisi basal (p<0,01). Pada studi pendahuluan dengan perlakuan iskemi 30 menit, didapatkan kenaikan SGPT dan SGOT 3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan yang lebih berat terjadi pada fase reperfusi. Kadar SGPT dan SGOT pads kelompok KAP, BEN, VAL, dan NAC tidak mengalami perubahan yang berarti setelah iskemi-reperfusi dibandingkan dengan keadaan basal (p>0,05).

Kadar MDA hati pada kelompok kontrol lebih besar dibanding KAP, BEN, VAL, dan NAC. Secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p,0,05), kecuali dengan NAC. Kadar SOD hati pada kelompok kontrol lebth besar dibanding KAP, BEN. VAL, dan NAC. Secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), kecuali dengan VAL.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penghambat EKA dengan atau tanpa gugus SH, penyekat reseptor angiotensin II Berta antioksidan dengan gugus SH dapat mencegah cedera reperfusi. Lick proteksi cedera reperfusi oleh penghambat EKA dengan atau tanpa gugus SH serta penyekat reseptor angiotensin II diduga dilangsungkan melalui hambatan Angiotensin Il dan/atau efek antioksidan.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkhair Ali
Abstrak :
ABSTRAK
Background: diabetic nephropathy (DN) is the leading cause of blood dialysis worldwide and a major etiology of End-Stage Renal Disease cases in Indonesia. Previous studies showed a relevant link between A1166C polymorphism of Angiotensin II Type-1 Receptor (AT1R) gene and glomerular hyper-filtration as a part of pathogenesis of DN. The aim of this study was to elaborate the association between A1166C AT1R polymorphism and susceptibility of individual with type-2 diabetes to DN in Malay Indonesian population. Methods: a case-control study of 120 consecutive patients with type-2 diabetes mellitus (40 patients in each groups for macro-albuminuria, micro-albuminuria, and normo-albuminuria) was conducted for A1166C AT1R gene polymorphism. The A1166C polymorphism of the AT1R gene was determined based on PCR/RFLP. Results: the mutant C allele was found in 5%, 13.75%, and 12.5% in normo-, micro-, and macro-albuminuria patients respectively. The heterozygote AC genotype was found significantly higher in micro-albuminuria, compared to normo-albuminuria group. Heterozygote AC genotype (OR 3.2 [1.01-10.08], p=0.03) and C allele (OR 2.8[0.95-8.67], p=0.038) were significantly higher in DN, indicating A1166C AT1R gene polymorphism as a risk factor for DN in Malay Indonesian population with type-2 diabetes. Conclusion: there was positive association between A1166C AT1R polymorphism and susceptibility of type-2 diabetics to DN in Malay Indonesian Population. It also indicated that the A1166C AT1R polymorphism could play a role in early pathogenesis of DN.
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siska Alicia Farma
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Keadaan hipoksia akan menimbulkan respons adaptasi untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Perubahan fisiologis (peningkatan denyut jantung, nadi, dan frekuensi pernafasan) terjadi untuk menjamin penyediaan oksigen terutama untuk otak. Faktor transkripsi HIF-1 yang penting untuk mengatasi hipoksia, terdiri atas dua subunit yaitu HIF-1α dan HIF-1β yang dalam keadaan hipoksia membentuk heterodimer dan mengatur ekspresi sejumlah gen target untuk mengatasi hipoksia. Hipoksia akan menyebabkan produksi H+ oleh sel meningkat. Paru akan mengurangi keadaan melalui eksresi CO2 dan H2O. Proses ini membutuhkan enzim anhidrase karbonat (CA). Peran EKA yang disintesis di paru diperlukan untuk menaikan tekanan darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons HIF-1α, CA dan EKA pada paru tikus yang mengalami hipoksia sistemik kronik. Metode: 25 ekor tikus jantan Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam 5 kelompok dan 4 kelompok diinduksi hipoksia normobarik sistemik selama 1, 3. 5, dan 7 hari. Dilakukan pengukuran protein HIF-1α (ELISA), ekspresi relatif mRNA HIF-1α, CA9 dan Ace1 (real time RT-PCR satu langkah). Aktivitas enzim CA total dan aktivitas EKA total (metode spektrofotometri). Hasil: Ekspresi mRNA HIF-1α meningkat pada hari ke 5 induksi hipoksia (ANOVA, p=0,006), protein HIF-1α mengalami peningkatan hingga hari ke 7 hipoksia (ANOVA, p=0,038), dan keduanya berkorelasi sedang dan bermakna (Pearson, R=0,426). Ekspresi mRNA CA9 dan aktivitas CA total meningkat pada hipoksia (p>0,05), dan berkorelasi sedang. Ekspresi mRNA Ace1 meningkat seiring dengan lamanya induksi (p>0,05), sedangkan aktivitas EKA total meningkat pada hari ke 3 hipoksia, dan berkorelasi sangat lemah. Hasil uji korelasi juga menunjukkan hubungan yang kuat antara protein HIF-1α dengan ekspresi mRNA Ace1, namun sangat lemah dengan ekspresi mRNA CA9. Kesimpulan: Terjadi peningkatan HIF-1α, CA dan EKA selama induksi hipoksia pada paru tikus. Protein HIF-1α meregulasi ekspresi CA9 dan Ace1.
ABSTRACT Background: Hypoxia will cause adaptation response to maintain the body homeostasis. Physiological changes (increased heart rate, pulse, and respiratory rates) occur to supply oxygen especially brain. The transcription factor HIF-1 is important to overcome hypoxia condition, which composed of two subunits: HIF-1α and HIF-1β to form a heterodimer, and then regulate the expression of a target gene. Hypoxia causes increase H+ production in the cells. Lungs will decrease this condition through CO2 and H2O excretion. This process requires the enzyme carbonic anhydrase (CA). The blood pressure increases during hypoxia and ACE which is synthesized in the lung required increasing the blood pressure through renin angiotensin system (RAS). Aims: To analyze response of HIF-1α, carbonic anhydrase, and angiotensin converting enzyme in the chronically hypoxia. Methods: The lung tissues of 25 young male Sprague-Dawley rats were exposed to chronic systemic hypoxia (O2 10%: N290%) for 1, 3, 5, and 7 days. mRNA expression of HIF-1α, CA9, and Ace1 (one step real time RT-PCR). HIF-1α protein was determined with ELISA. The activities of CA and ACE were measured spectrophotometrically. Results: mRNA expression of HIF-1α increased in 5 days after induction (ANOVA, p=0,006), and protein HIF-1α was found to be the highest at 7 days after induction (ANOVA, p=0,038), and both of them was correlated significant. The highest expression of CA9 and specific activities of total CA were measured in 5 days after induction (p<0,05). Expression of Ace1 increased during induction, but not the specific activities of ACE total. A Strong correlation was found between HIF-1α protein with Ace1 mRNA expression, but not with CA9 mRNA expression. Conclusions: During chronic hypoxia, an increase HIF-1α, CA and ACE. HIF-1α protein can regulate CA9, and Ace1 expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Noor Aisyah
Abstrak :
Indonesia adalah Negara yang kaya akan tanaman, namun banyak yang belum diketahui efek farmakologinya. Di antaranya, diduga ada yang memiliki efek hipotensif. Tanaman-tanaman tersebut diteliti efek penghambatan aktivitas Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang mana memiliki potensi sebagai hipotensif. ACE berperan sebagai regulator dalam sistem renin-angiotensinaldosteron (RAAS), yang mana ketika ACE diaktifkan, maka angiotensin I akan dikonversi menjadi angiotensin II, yang akan berperan sebagai vasokonstriktor. ACE juga dapat menonaktifkan bradikinin dan kallikrein, yang merupakan molekul vasodilator. Karena mekanisme kerja inilah, ACE dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan aktivitas ACE oleh ekstrak etanol dari beberapa tanaman obat di Indonesia dan penapisan fitokimia pada ekstrak etanol dengan efek penghambatan aktivitas di atas 80%. Uji in-vitro penghambatan aktivitas ACE menggunakan substrat Hippuryl-Lhistidyl- L-leucine. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah Averrhoa carambola L dan daun Graptophyllum pictum memiliki nilai IC50 masing-masing 53,79 μg/mL dan 49,55 μg/mL. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak etanol buah Averrhoa carambola L adalah glikosida, flavonoid, dan saponin. Sedangkan ekstrak etanol daun Graptophyllum pictum mengandung glikosida, tanin, flavonoid, terpen, alkaloid, dan saponin. Hasil ini membuktikan bahwa daun Graptophyllum pictum memiliki potensi untuk menjadi bahan penelitian uji aktivitas ACE untuk ke depannya nanti. ......Indonesia is rich in plants, but there are still unknown pharmacological effects of some of them. There are plants which presumably have a hypotensive effect. This plants were studied for its inhibiton effect of Angiotensin Converting Enzyme (ACE) that can lower blood pressure. ACE served as the regulator of the renin-angiotensin-aldosterone system, when ACE is activated, angiotensin I will be converted to angiotensin II, which will act as a vasoconstrictor. ACE can disable bradykinin and kallikrein, which are a vasodilator molecules. Because of that, ACE can increase blood pressure. This research aimed to study the inhibition effect of ACE activity in ethanol extracts of some Indonesian medicinal plants and to do a phytochemical screening in ethanol extracts with inhibition activity rate above 80%. The in-vitro test of Inhibition Activity of ACE used Hippuryl-Lhistidyl- L-leucine. The result showed that the IC50 values for Averrhoa carambola L fruits and Graptophyllum pictum leaves are 53,79 μg/mL and 49,55 μg/mL. Averrhoa carambola L fruits contained glycosides, flavonoid, and saponins. While in Graptophyllum pictum leaves contained flavonoids, tannins, glycosides, terpenoids, alkaloids, dan saponins. These result shows that Graptophyllum pictum leaves have potentials to be a material for the ACE activity research in the future.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Dwi Putra
Abstrak :
Nefropati diabetik disebabkan oleh peningkatan aktivitas NADPH oksidase NOX yang diinduksi angiotensin II dan hipergikemia. Terapi ACE-inhibitor dan ARB memiliki potensi dalam menghambat aktivitas NOX. Namun perbandingan efektivitas keduanya belum diketahui. Peningkatan Aktivitas NOX ditandai oleh penurunan NADPH serum dan laju filtrasi glomerulus LFG. Namun hubungan antara NADPH serum dengan LFG juga belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kadar NADPH serum dan eLFG pada pasien diabetes melitus DM tipe 2 yang mendapat terapi ACE-inhibitor dan ARB serta menilai hubungan NADPH serum dengan eLFG. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada periode April hingga Mei 2018 di RSCM dan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang mendapat terapi ACE-inhibitor n=11 dan kelompok yang mendapat terapi ARB n=25. Kadar NADPH dan kreatinin serum diukur menggunakan metode kolorimetri. Kelompok ARB memiliki rata-rata konsentrasi NADPH yang lebih tinggi 9,61 1,33 dibandingkan dengan kelompok ACE-Inhibitor 6,56 1,5 namun tidak memiliki perbedaan yang bermakna p>0,05. Selain itu kelompok ARB juga memiliki rata-rata eLFG 66,24 3,95 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ACE-Inhibitor 61,11 7,41 namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan p>0,05. Namun demikian terdapat hubungan yang bermakna dan positif antara kadar NADPH serum dengan eLFG r= 0,383. ......Diabetic nephropathy is caused by increased activity of NADPH oxidase NOX induced angiotensin II and hyperglycaemia. ACE inhibitor and ARB therapy have the potential to inhibit NOX activity. But the comparison of the effectiveness of both is unknown. Increased NOX activity is characterized by decreased serum NADPH and glomerular filtration rate GFR. However, the association between serum NADPH and GFR is also unknown. The purpose of this study was to compare serum NADPH and eGFR levels in type 2 diabetes mellitus DM patients who receiving ACE inhibitor and ARB therapy and also to evaluate serum NADPH association with eGFR. This research use cross sectional method. Sampling was conducted from April to May 2018 at RSCM and Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Subjects were divided into 2 groups, the group receiving ACE inhibitor therapy n 11 and the group receiving ARB therapy n 25. NADPH and serum creatinine levels were measured using colorimetric method. The ARB group had a higher mean serum NADPH concentration 9.61 1.33 than the ACE Inhibitor group 6.56 1.5 but did not have a significant difference p 0.05 . In addition the ARB group also had an average eGFR 66.24 3.95 higher than the ACE Inhibitor group 61.11 7.41 but did not have a significant difference p 0.05. However, there was a significant and positive relationship between serum NADPH levels and eGFR r 0.383.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Luliana
Abstrak :
Tanaman Phyllanthus niruri L. (famili : Phyllantaceae) secara tradisional telah digunakan sebagai bahan obat termasuk diantaranya sebagai obat antidiabetes dan antihipertensi. Ekstrak metanol dan air dari tanaman ini telah diuji in vivo dan berpotensi sebagai antihiperglikemia dan antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa aktif penghambat α-glukosidase dan angiotensin converting enzyme (ACE) dari ekstrak metanol P. niruri L. Simplisia kering dihaluskan dan diekstraksi dengan metanol 80%, kemudian difraksinasi dengan heksan, etil asetat, butanol dan air. Fraksi heksan dan etil asetat diisolasi menggunakan metode kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fraksi butanol menggunakan fase diam Sephadex LH-20. Penentuan struktur senyawa dilakukan dengan menganalisis data spektroskopi IR, MS,NMR dan membandingkan dengan pustaka. Hasil identifikasi diperoleh empat senyawa yaitu hipofillantin (1), fillantin (2), metil galat (3) dan kuersetin 3-O-β-Dglukopiranosil?(1´ ´ ´ - 6´ ´ )-α-rhamnosida (4). Pengujian efek penghambatan terhadap aktivitas enzim α-glukosidase secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa 1-4 aktif dengan nilai IC50 masing-masing 0,14; 0,11; 0,081dan 0,023 mM. Senyawa tersebut juga menunjukkan efek penghambatan terhadap ACE dengan IC50 masing-masing 0,18; 0,14; 0,015 dan 0,086 mM.
Phyllanthus niruri L. (family: Phyllanthaceae) is a small herb well known its medicinal properties and widely used worldwide. The methanol and aquoeous extract were studied in vivo its potential anti-hyperglicemic and anti-hypertension. The aim of present study was to isolate the α-glucosidase and angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor from methanol extract. Dried of its was extracted with 80% methanol and then partitioned by hexane, ethyl acetate, butanol and water. The hexane and ethyl acetate fractions were then subjected to separation and purification using silica gel chromatography and the butanol fraction using Sephadex LH-20 chromatography. The structures were determinated based on spectral analysis of IR, MS, 1D and 2D NMR and by comparison with the literature data. Four compounds were identified to be hipophyllanthine (1), phyllanthine (2), methyl gallate and quercetin 3-O-β-Dglucopyranosyl?(1´ ´ ´ - 6´ ´ )-α-rhamnoside (4). The IC50 values of α? glucosidase activity for compounds 1-4 were 0.14; 0.11; 0.081and 0.023 mM respectively. The same compounds exhibited inhibitory activity against ACE with IC50 values 0.18; 0.14; 0.015 and 0.086 mM respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Tri Wahyuni
Abstrak :
Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian pada pasien penyakit ginjal kronis adalah gangguan kardiovaskular. Adanya hipertrofi pada ventrikel kiri dijadikan surrogate marker kondisi kardiomiopatik dan progresivitas penyakit ginjal kronis. Penelitian terbaru menunjukkan adanya peran FGF23 dalam menstimulasi terjadinya hipertrofi jantung dan meningkatkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron serta berfungsi sebagai faktor parakrin dengan peran dalam remodelling jantung. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus model nefrektomi 5/6 yang diberikan terapi irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya selama satu bulan. Tekanan darah diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian obat. Tikus kemudian ditempatkan pada kandang metabolik selama 24 jam untuk pengambilan urin. Nekropsi dilakukan untuk mengambil darah dan jantung. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan indeks massa ventrikel kiri jantung, volume dan kadar protein dalam urin, kadar urea dan kreatinin dalam serum, serta kadar FGF23 dan hormon PTH dalam serum. Hasil: Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan irbesartan dapat menurunkan tekanan darah dan indeks massa ventrikel kiri secara signifikan. Penggunaan irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya tidak menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan fungsi ginjal, kadar hemoglobin, indeks massa ventrikel kiri, FGF23 dan hormon paratiroid. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa baik penggunaan irbesartan, simvastatin, maupun keduanya memiliki kecenderungan untuk mengurangi kejadian kardiomiopatik uremik pada tikus model nefrektomi 5/6 ......Introduction: Cardiovascular events is one of the causes of chronic renal disease’s mortality. Left ventricular hypertrophy was a surrogate marker for cardiomyopathy and progressivity of chronic renal disease. Latest study mentioned about the role of FGF23 on stimulating cardiac hypertrophy and renin-angiotensin-aldosterone activity and also a paracrine factor of cardiac remodeling. Methods: This study was done using 5/6 nephrectomy rats getting irbesartan, simvastatin and combination of both treatments for 30 days. Blood pressure was measured before and after the treatment. Urine sample was collected for 24 hours for protein assay. Sacrificing the animals was done at the end of study to harvest the heart and blood sample. Heart sample was weighed and measured for left ventricle mass index. Blood sample was used for hemoglobin assay. Serum sample was used for urea, creatinine, FGF23 and PTH assay. Result: Irbesartan significantly lowered the blood pressure and cardiac mass index, but not significantly improved renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Simvastatin and combination of both treatments did not significantly improve renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Conclusion: The use of irbesartan, simvastatin and both combinations tend to improve uremic cardiomyopathy condition on 5/6 nephrectomy rats’ heart.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afi Fauziyah Darajat
Abstrak :
Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor merupakan salah satu golongan obat hipertensi sehingga perlu dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, selain itu adanya kemungkinan pasien memiliki komorbiditas juga tinggi sehingga terdapat kemungkinan meningkatnya potensi interaksi obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat golongan ACE Inhibitor pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi periode Juli ndash; Desember 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan metode cross sectional pada data resep dan rekam medis pasien rawat inap periode Juli ndash; Desember 2016 yang mendapat obat hipertensi golongan ACE Inhibitor dengan satu atau lebih item obat lain, termasuk antihipertensi lainnya yang dipilih dengan metode purposive sampling. Analisis dilakukan terhadap 120 lembar resep dari 71 pasien. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa obat-obat ACE Inhibitor memiliki potensi interaksi dengan obat lain pada 75 lembar resep 53,96 dengan total kasus interaksi sebanyak 139 kasus terdiri dari 52 kasus interaksi mayor dan 87 kasus interaksi moderat. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan adanya hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat p < 0,05 dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin serta patofisiologi dengan potensi interaksi obat p > 0,05 dari uji Chi-Square. Hubungan usia dengan potensi interaksi obat juga tidak bermakna signifikan berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis p > 0,05. ...... Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor as an antihypertensive drugs need to be consumed for long periods of time and there might be comorbidities among the patients so that increased the risk of drug interaction. This study aimed to analyse the drug interaction of ACE Inhibitor in hypertensive patients at Karya Bhakti Pratiwi period of July ndash December 2016. This was an analytical descriptive cross sectional study on prescriptions and medical records of hospitalized patients period July ndash December 2016 who got ACE Inhibitor with one or more other drugs, include other antihypertensive drugs, which were selected by purposive sampling method. The analysis was conducted on 120 prescriptions from 71 patients. This study concluded that ACE Inhibitor had a potential drug interactions with other drugs on 75 prescriptions 53,96, with total of 139 cases, consisiting of 52 cases of major interaction and 87 cases of moderate interaction. Mann Whitney test showed that there was a significant relationship between polypharmacy with potential drug interactions p 0,05 and there was no significant relationship between gender and patofisiology with potential drug interactions p 0,05 on Chi Square test. There was no significant relationship between age with potential drug interactions based on Kruskal Wallis test p 0,05.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>