Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzahra Nisya Zulkarnain
Abstrak :
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu upaya untuk memberikan bekal keterampilan pada mahasiswa apoteker agar memiliki keterampilan kefarmasian sehingga  nantinya calon apoteker diharapkan mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional, legal, dan etik di Puskesmas. Pelaksanaan praktik kerja profesi ini berlangsung selama dua minggu dengan tugas khusus, yakni Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antipsikotik Pasien Skizofrenia di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober 2022. Tujuan dilakukannya tugas khusus ini untuk mengevaluasi rasionalitas peresepan antipsikotik pada pasien skizofrenia di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati tahun 2022. Metode yang digunakan pada tugas khusus ini adalah menggunakan desain observasional deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara retrospektif pada pasien skizofrenia periode bulan Oktober 2022. Subjek pada penelitian, yakni data resep pasien skizofrenia Puskesmas Kecamatan Kramat Jati bulan Oktober 2022. Instrumen penelitian yang digunakan, yakni data excel yang diperoleh melalui website ePuskesmas. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antipsikotik pada pasien skizofrenia di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Agustus 2022 dinilai belum memenuhi ketepatan penggunaan antipsikotik. Hasil  evaluasi menunjukkan ketepatan indikasi sebanyak 25 pasien [100%], tepat pemilihan obat sebanyak 18 pasien [72%] , tepat pasien sebanyak sebanyak 25 pasien [100%], tepat dosis sebanyak 24 pasien [96 %], serta tepat frekuensi sebanyak 24 pasien [96%]. ......Pharmacy intenrship is one of the efforts to provide skills provision for pharmacist students so that they have pharmaceutical skills so that later pharmacist candidates are expected to be able to practice pharmacy in a professional, legal and ethical manner at the district health center. The duration internship is for two weeks with a special assignment, namely  Evaluation of Rational Antipsychotics Schizophrenic Patients at the Kramat Jati District Health Center. The purpose of this special assignment was to evaluate the rationality of prescribing antipsychotics in schizophrenic patients at the Kramat Jati District Health Center in 2022. The method used in this special assignment was to use a descriptive observational design with a retrospective sampling technique in schizophrenia patients The research subjects were prescription data of schizophrenic patients at the Kramat Jati District Health Center in October 2022. The research instrument used was data excel obtained through the ePuskesmas website. Based on the results of the study, it can be concluded that the use of antipsychotic drugs in schizophrenic patients at the Kramat Jati District Health Center for the August 2022 period is considered not to meet the accuracy of antipsychotic use. The results of the evaluation showed the accuracy of the indications for 25 patients [100%], the correct drug selection for 18 patients [72%] , the correct dosage for 25 patients [100%], the correct dosage for 24 patients (96 %), and the correct frequency for 24 patients. patients [96%].
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Eninta Kartagena
Abstrak :
Pasien yang diberikan terapi antipsikosis dapat mengalami efek samping sehingga diperlukan kombinasi obat. Kombinasi obat dapat menimbulkan risiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan ataupun merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi pada peresepan golongan antipsikotik di Apotek X, Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan metode potong lintang. Analisis menggunakan aplikasi Micromedex dan uji Kai Kuadrat. Data diambil dari 436 lembar resep antipsikosis selama bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Sebanyak 340 lembar resep 77,98 antipsikosis memiliki interaksi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan banyaknya interaksi yang terjadi. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikosis yang paling banyak diresepkan dengan 156 lembar resep 30,29.
Patient who are given antipsychotic therapy may have side effects so that combination therapy may be required. Combination of drugs may cause the risk of drug interaction. Drug interaction may occur undesirable or harm effect. This study aim to determine the description of drug prescribing and drug interaction problem in the antipsychotic prescribing at Apotek X, East Jakarta. This study is descriptive analytical research based on the cross sectional method. Analysis using Micromedex application and Chi Square test. Data were taken from 436 antipsychotic prescription during the January February 2017. A total of 340 prescriptions 77,98 proofed to have drug interaction. This study concluded there is significant relationship between the total of drug prescribed with total of interaction. Haloperidol is the most widely prescribed antipsychotic drug with 156 30,29 prescription.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
Abstrak :
Latar Belakang: Skizofrenia merupakan masalah gangguan mental berat yang menyebabkan penderitaan di dunia. Di Indonesia, prevalensi gangguan mental berat sebesar  1,7  per  mil. Di Jakarta, untuk populasi di atas usia 15 tahun, 2,03% di antaranya menunjukkan gejala positif gangguan psikosis. Skizofrenia membutuhkan perawatan jangka panjang, menyebabkan produktivitas menurun atau hilang, beban sosial dan keuangan sangat besar, serta biaya perawatan tinggi. Ketersediaan Pusat Kesehatan Masyarakat dikaitkan dengan menurunnya angka morbiditas pada orang dengan skizofrenia. Tatalaksana segera akan memperbaiki keluaran pada pasien skizofrenia. oleh karena itu penting untuk diketahui pengetahuan dokter di Puskesmas mengenai tatalaksana skizofrenia. Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif analitik yang menggunakan desain potong lintang, dilakukan di Puskesmas Provinsi DKI Jakarta. Subjek penelitian adalah dokter umum yang melakukan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Propinsi DKI Jakarta. Total 32 subjek diikutsertakan dalam studi, mengisi kuesioner Pengetahuan Dokter Puskesmas Mengenai Antipsikotika. Pola peresepan dikumpulkan dengan melihat peresepan bulan Juli-Desember 2017. Hasil: Pengetahuan dokter mengenai antipsikotika lebih banyak kurang baik (59,4%). Sumber pengetahuan terbanyak adalah dari pendidikan fakultas kedokteran (93%).  Pola peresepan yang lebih banyak dijumpai adalah tidak tepat (96,9%) dan  politerapi (59,7%). Penelitian ini juga mendapatkan tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dokter mengenai antipsikotika dengan pola peresepan antipsikotika dalam tatalaksana skizofrenia (p>0,05). Kesimpulan: Dokter Puskesmas di DKI propinsi Jakarta banyak meresepkan antipsikotika, misalnya kombinasi haloperidol dan klorpromazin, bersamaan dengan antikolinergik. Hal ini tidak berhubungan dengan pengetahuan mengenai antipsikotika. ......Background: Schizophrenia is a severe mental disorder that cause severe burden in the world. The prevalene of severe mental disorder in Indonesia is 1,7‰. In Jakarta, the prevalence of positive psychotic symptoms for people above 15 years old is 2,03%. People with schizophrenia have low productivity and require a life long treatment which cause high social and economical burden. The availibility of primary public health is associated with decreased schizophrenia’s morbidity rate. Early treatment will influence the outcome of schizophrenia, hence it is important to obtain the knowledge of primary care physicians about the management of schizophrenia. Method: This is a descriptive analytic study with a cross sectional design. The study was conducted in Primary Public Health Care in Jakarta. Subjects are doctors who provide mental health services in the selected primary public health. Thirty two subjects were recruited in the study. They were asked to take the questionnaire that could measure the knowledge of the primary care physicians regarding antipsychotics. Prescription patterns were obtained by looking at the prescription data from July to December 2017. Results:  This research shows that about 59,4% physicians have low knowledge about antipsychotics. The physican’s knowledge was mostly obtained from studying at medical faculty (93%). Majority of prescription pattern are inexact (96,9%) and polytherapy (59,7%). This study also shows that there is no correlation between physican’s knowledge about antipsychotics and prescription pattern for schizophrenia management. Conclusion: The physicians of primary health care in DKI Jakarta often prescribed antipsychotics, such as combination of haloperidol and chlorpromazine, with addition of anticholinergics. This is not related to their knowledge about antipsychotics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library