Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
John Wiley & Sons: Chichester, 1992
616.85 EXP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Akil, Ferit
Amman: Islamic World Academic of Sciences, 2017
610 MJU 25:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Steven Sutanto
"Latar Belakang: Perawatan di ruang rawat inap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pasien geriatri dan pelaku rawatnya berupa peningkatan gejala ansietas dan depresi. Ansietas dan depresi yang dialami oleh pelaku rawat dapat mengganggu kualitas perawatan pasien geriatri yang dirawatnya.
Tujuan: Mengetahui proporsi pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit yang mengalami peningkatan gejala ansietas dan depresi serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan gejala ansietas dan depresi tersebut.
Metode: Studi dengan desain kohort prospektif untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan gejala ansietas dan depresi pada pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Februari hingga Mei 2018 dengan membandingkan derajat gejala ansietas dan depresi pada hari pertama perawatan dengan hari ketujuh perawatan pasien menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square atau uji Fisher apabila persyaratan uji Chi Square tidak terpenuhi dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 58,1% pelaku rawat pasien geriatri mengalami peningkatan gejala ansietas dan 60,7% pelaku rawat mengalami peningkatan gejala depresi pada saat hari ketujuh perawatan pasien di ruang rawat inap. Berdasarkan analisis multivariat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan gejala ansietas pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit adalah usia pelaku rawat ≥60 tahun (p=0,05; OR 4,167; IK 95% 1,554-11,171), durasi merawat pasien ≥8 jam dalam sehari (p=0,041; OR 4,228; IK 95% 1,060-16,860), lama merawat pasien di ruang rawat inap ≥6 hari (p=0,019; OR 2,500; IK 95% 1,163-5,375) serta merawat pasien geriatri dengan ketergantungan berat-total (p<0,001; OR 5,568; IK 95% 2,323-13,345). Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan gejala depresi pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit di antaranya usia pelaku rawat ≥60 tahun (p=0,01; OR 9,333; IK 95% 2,638-33,018), durasi merawat pasien ≥8 jam dalam sehari (p=0,008; OR 8,392; IK 95% 1,723-40,880), lama merawat pasien di ruang rawat inap ≥6 hari (p<0,001; OR 4,184; IK 95% 1,982-9,256) serta merawat pasien geriatri dengan ketergantungan berat-total (p=0,007; OR 3,132; IK 95% 1,372-7,151).
Kesimpulan: Usia pelaku rawat ≥60 tahun, durasi merawat pasien ≥8 jam dalam sehari, lama merawat pasien di ruang rawat inap ≥6 hari serta merawat pasien geriatri dengan ketergantungan berat-total mempengaruhi peningkatan gejala ansietas dan depresi pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit.

Background: Hospitalization can cause negative impact on geriatric patients and also their caregivers such as increased symptoms of anxiety and depression. Anxiety and depression experienced by the caregivers can interfere the quality of care for the geriatric patients.
Objectives: To determine the proportion of geriatric patients caregivers with increased anxiety and depression symptoms during hospitalization using Hospital and Anxiety Depression Scale (HADS) questionnaires and its associated factors.
Methods: A prospective cohort study was conducted to determine the associated factors of increased anxiety and depression symptoms in caregivers of hospitalized geriatric patients at Cipto Mangunkusumo Hospital from February to May 2018 by comparing anxiety and depression symptoms level on the first day of hospitalization with the seventh day using HADS questionnaires. Bivariate analysis was done using Chi Square test or Fisher test when the requirement for Chi Square test was not fullfilled. Multivariate analysis was also done using logistic regression.
Result: As many as 58.1% caregivers of hospitalized geriatric patients had an increased anxiety symptoms and 60.7% caregivers experienced increased depression symptoms on seventh day of hospitalization. Multivariate analysis showed that caregivers aged 60 years old or above (p=0.005; OR 4.167; 95% CI 1.554-11.171), duration of caregiving equal to or more than 8 hours in a day (p=0.041; OR 4.228; 95% CI 1.060-16.860), duration of caregiving equal to or more than 6 days in a week (p=0.019; OR 2.500; 95% CI 1.163-5.375) and caregiving for patient with severe to total dependency (p<0.001; OR 5.568; 95% CI 2.323-13.345) are significantly increased the anxiety symptoms. Factors that are significantly increased the depression symptoms including caregivers aged 60 years old or above (p=0.01; OR 9.333; 95% CI 2.638-33.018), duration of caregiving equal to or more than 8 hours in a day (p=0.008; OR 8.392; 95% CI 1.723-40.880), duration of caregiving equal to or more than 6 days in a week (p<0.001; OR 4.184; 95% CI 1.982-9.256) and caregiving for patient with severe to total dependency (p=0.007; OR 3.132; 95% CI 1.372-7.151).
Conclusion: Caregiver aged 60 years old or above, duration of caregiving equal to or more than 8 hours in a day, duration of caregiving equal to or more than 6 days in a week, and caregiving for patient with severe to total dependency are significantly increased anxiety and depression symptoms in caregivers of hospitalized geriatric patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmiati
"Latar belakang. Kecemasan dan depresi adalah masalah umum di antara pasien hemodialisis. Berbagai faktor telah diyakini akan berkontribusi terhadap masalah kecemasan pada pasien. Komorbiditas, tipe akses vaskular, kelelahan, ketakutan, status keuangan, durasi HD, jumlah sesi dialisis, tingkat nitrogen urea darah, dan usia adalah berbagai faktor yang diyakini berkontribusi. Kecemasan dan depresi akan memiliki dampak negatif pada kualitas hidup pasien pada berbagai domain kualitas hidup, penurunan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Intervensi non-farmakologis seperti penggunaan stress ball dapat menjadi pilihan dalam mengurangi kecemasan dan depresi yang dialami pasien. Tujuan. Evidence-Based Nursing (EBN) ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas stress ball dalam mengurangi kecemasan dan depresi pada 20 pasien hemodialisis di RS Fatmawati. Metode. Metodologi yang digunakan pada EBN adalah pre-eksperimental yang dilakukan melalui 5 tahap; (1) Identifikasi fenomena, perumusan pertanyaan klinis dengan menggunakan konsep PICO, (2) telusur jurnal terkait, (3) telaah/kritis jurnal, (4) implementasi EBN berdasarkan jurnal yang dipilih, (5) evaluasi hasil implementasi EBN. Hasil. Karakteristik usia pasien rata-rata berusia 42 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan sejumlah 24 orang, dengan lama menjalani dialysis sekitar 36 bulan. Latihan stress ball efektif dalam mengurangi kecemasan dan depresi pasien dengan menggunakan instrumen HADS yaitu dari skor 10 menjadi skor 4 setelah diberikan intervensi selama 4 minggu. Simpulan. Latihan stress ball terbukti efektif dalam menurunkan skor kecemasan dan depresi pada pasien yang menjalani hemodialisis.
......Background. Anxiety and depression are common problems among hemodialysis patients. Various factors have been believed to contribute to anxiety problems in patients. Comorbidities, vascular access type, fatigue, fear, financial status, duration of HD, number of dialysis sessions, blood urea nitrogen level, and age are various factors believed to contribute. Anxiety and depression will have a negative impact on the quality of life, in various domains of quality of life, it has also shown a decline in physical, mental and social well-being. Non-pharmacological interventions such as the use of stress balls can be options for reducing anxiety and depression experienced by patients. has been shown to have a positive effect on anxiety and depression in patients. Objective. Evidence-Based Nursing (EBN) aims to identify the effectiveness of stress balls in reducing anxiety and depression in 20 hemodialysis patients at Fatmawati Hospital. Method. The methodology used in EBN is pre-experimental which is carried out through 5 stages; (1) Identify phenomena, formulate clinical questions using the PICO concept, (2) search for related journals, (3) review/critical journals, (4) implement EBN based on selected journals, (5) evaluate the results of EBN implementation. Results. The average patient age characteristics are 42 years old, the majority are 24 women, with a duration of dialysis of around 36 months. Stress ball training is effective in reducing patient anxiety and depression using the HADS instrument, from a score of 10 to a score of 4 after being given intervention for 4 weeks. Conclusion. Stress ball training has been proven to be effective in reducing anxiety and depression scores in patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riselligia Caninsti
"Salah satu penyakit yang terus meningkat persentasenya saat ini dan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat adalah penyakit ginjal. Kekhawatiran masyarakat muncul karena dalam perjalanan penyakit ginjal, pada tahap awal pasien tidak merasakan keluhan apapun. Walaupun tidak memperlihatkan gejala, penyakit ini akan terns berproses secara bertahap selama bertahun-tahun hingga pada akhimya pasien telah mengalami gagal ginjal pada tahap terminal dan harus menjalani terapi hemodialisa seumur hidup.
Sehubungan dengan penyakitnya, pasien yang menjalani terapi hemodialisa menghadapi masalah-masalah dalam menjalani hidupnya karena membawa beberapa dampak pada individu, diantaranya adalah dampak tisik, dampak sosial dan dampak psikologis. Dampak psikologis yang dirasakan pasien tampaknya kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat. Pada umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis penderita. Keterbatasan dokter dan perawat dalam menggali kondisi psikologis pasien membuat hal ini terkesan kurang diperhatikan.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang sederhana untuk mengetahui kondisi psikologis dalam setting klinis yang nantinya dapat membantu dokter saat berhadapan dengan pasien. Salah satunya adalah menggunakan Alat Ukur Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) yang telah dirancang untuk digunakan dalam setting rumah sakit dan hanya terdiri dari 14 item. HADS terdiri dari dua subskala, yaitu anxiety (kecemasan) dan depression (depresi). Item-item dalam HADS terdiri dan 7 item berhubungan dengan anxiety (kecemasan) dan 7 item lainnya berhubungan dengan depression (depresi).
Dengan menggunakan HADS, diharapkan pasien dapat lebih mudah memberikan respon sesuai dengan kondisi yang ia rasakan. Alat ukur HADS yang semula menggunakan bahasa Inggris akan diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui gambaran kecemasan dan depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat kepada pasien."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha S.F.S.
"ABSTRAK
Di Indonesia, penyakit jantung yaitu penyakit jantung koroner menjadi penyebab

kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9% menurut hasil

Survei Sample Registration System (Kemenkes, 2014). Penyakit Jantung pada tahun 2017

juga menempati urutan teratas dengan pembiayaan sebesar Rp 9.5 triliun yang ditanggung

oleh Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan (Setkab, 2018). Dana tersebut digunakan untuk membiayai pengobatan baik

operasi, rawat inap dan rawat jalan pasien jantung di seluruh Indonesia. Masalah

kekambuhan dan kematian pasien jantung berkaitan dengan tingkat kepatuhan

pengobatan. Persepsi terhadap penyakit dikenal sebagai salah satu faktor penting yang

dapat dimodifikasi yang memiliki hubungan positif dengan kepatuhan pengobatan

(Maharjan, 2016). Namun persepsi terhadap penyakit hanya mampu menjelaskan namun

tidak memprediksi kepatuhan (Brandes & Mullan, 2014). Peneliti mengasumsikan

terdapat jalur mediasi antara pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan

pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran kecemasan yang

berfokus pada jantung dan kecenderungan depresi sebagai mediator dalam hubungan

pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan pengobatan pasien penyakit jantung.

Partisipan penelitian sebanyak 155 orang diberikan pengukuran menggunakan B-IPQ

(persepsi terhadap penyakit), CAQ (kecemasan yang berfokus pada jantung), PHQ-4

(kecenderungan depresi), MMAS-8 (kepatuhan minum obat), dan LAM (kepatuhan

perubahan gaya hidup). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang berfokus

pada jantung berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap penyakit pada

kepatuhan minum obat (p = 0.028) dan kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.004.

Kecenderungan depresi berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap

penyakit pada kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.000). Sedangkan dalam pengaruh

persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan minum obat, kecenderungan depresi tidak

berperan sebagai mediator (p = 0.184).<


ABSTRACT
In Indonesia, heart disease which is coronary heart disease, is the highest cause of death

at all ages after a stroke, which is 12.9% according to Sample Registration System survey

result (Kemenkes, 2014). Heart Disease in 2017 ranks the top with funding of Rp 9.25

trilion borne by Indonesian Government through Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan (Setkab, 2018). The fund are used to fund treatment for both surgery,

inpatient and outpatient cardiac patient throughout Indonesia. The problem of recurrence

and death of cardiac patient is related to the level of medication adherence. Illness

Perception is known as one of the important factor that can be modified which has a

positive relationship with medication adherence (Maharjan, 2016). Illness Perception

only able to explain but not to predict medication adherence (Brandes & Mullan, 2014).

The researcher assumes that there is a mediating pathway between the influence of illness

perception on medication adherence.This study aims to see how the role of heart focused

anxiety and depression tendency as a mediator in the relationship of illness perception

on medication adherence in heart disease patients. The study participants were 155 people

given measurement using B-IPQ (illness perception), CAQ (heart focused anxiety), PHQ-

4 (depression tendency), MMAS-8 (medication adherence), dan LAM (lifestyle

adherence). The result showed that heart-focused anxiety acted as a mediator in

relationship of illness perception on medication adherence (p = 0.028) and lifestyle

adherence (p = 0.004). Depression tendency acted as a mediator in relationship of illness

perception on lifestyle adherence (p = 0.000) but not in medication adherence (p = 0.184)."

2019
T54229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caleb Leonardo Halim
"Pandemi COVID-19 berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya tingkat aktivitas fisik masyarakat selama pandemi berlangsung. Rendahnya tingkat aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Tidak terkecuali pada petugas layanan kesehatan yang memiliki risiko untuk terpapar COVID-19 lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik dan kesehatan mental (depresi, ansietas, stres) pada petugas layanan kesehatan di masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Pengambilan data di bulan Mei-Juni 2022 dan melalui metode kuesioner hybrid (daring dan luring). Aktivitas fisik dinilai dengan GPAQ (Global Physical Activity Questionaire) dan kesehatan mental dengan DASS-21 (Depression, Anxiety, Stress Scale-21). Hasil: Terdapat sebanyak 107 subjek yang ikut kedalam penelitian ini. Tingkat aktivitas fisik kurang didapatkan pada 55,1% petugas layanan kesehatan. Gejala kesehatan mental pada petugas layanan kesehatan didapatkan sebesar 23,4% untuk depresi, 31,8% untuk ansietas, dan 22,4% untuk stres. Dilakukan analisis bivariat untuk hubungan tingkat aktivitas fisik dengan depresi (PR = 0,881 (0,444-1,750); p>0,05), ansietas (PR = 0,915 (0,525-1,595); p>0,05), dan stres (PR = 0,961 (0,474-1,949); p>0,05). Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat depresi, ansietas, dan stres. Kata Kunci: aktivitas fisik; ansietas; depresi; kesehatan mental; petugas layanan kesehatan; stres.
......The COVID-19 pandemic has devastating impact both on physical and mental health. This is due to decreasing level of physical activity among people during the pandemic. Low level of physical activity also affect a person's mental health. Healthcare workers are no exception, who might have higher risk of being exposed to COVID-19. The purpose of this study was to describe the level of physical activity and mental health (depression, anxiety, stress) among healthcare workers during the COVID-19 pandemic. Methods: Cross-sectional study using primary data. Data collection was conducted in May-June 2022 and using questionnaire delivered through hybrid method (online and offline). Physical activity was assessed by GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire) and mental health by DASS-21 (Depression, Anxiety, Stress Scale-21). Results: There were 107 subjects who participated in this study. Inadequate levels of physical activity were found in 55.1% of health care workers. Mental health symptoms among healthcare workers was 23.4% for depression, 31.8% for anxiety, and 22.4% for stress. Bivariate analysis was conducted for the association between levels of physical activity and depression (PR = 0.881 (0.444-1.750); p>0.05), anxiety (PR = 0.915 (0.525-1.595); p>0.05), and stress (PR = 0.961 (0.474-1.949); p>0.05). Conclusion: There was no significant association between the level of physical activity and the level of depression, anxiety, and stress."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limanauw, Marchellino Edmond Aprico
"Pendahuluan: Ansietas dan depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang banyak ditemukan pada pasien diabetes melitus. Ansietas dan depresi yang tidak tertangani dapat mengakibatkan kondisi penyakit semakin memburuk dan menurunkan kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tindakan keperawatan ners dan spesialis: terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga terhadap ansietas, depresi, kemampuan pasien dan keluarga merawat diabetes. Metode: Desain penelitian menggunakan quasy-experimental pre-postest with control group. Kelompok kontrol terdiri 29 pasien DM dan keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners saja, sedangkan kelompok intervensi terdiri dari 30 pasien DM dan keluarga yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga. Penelitian dilakukan di poliklinik endokrin-metabolik RSCM, di mana pemberian intervensi dilakukan secara daring dengan 5 – 8 kali pertemuan dalam 30 hari. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat.  Hasil: Tindakan keperawatan ners dan spesialis dapat menurunkan ansietas dan depresi secara bermakna, meningkatkan kemampuan menerima dan berkomitmen serta kemampuan keluarga merawat pasien DM secara bermakna. Penurunan ansietas dan depresi, serta peningkatan kemampuan pasien dan keluarga pada kelompok intervensi lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Tindakan keperawatan ners dan spesialis dapat digunakan untuk mengatasi ansietas dan depresi pada pasien DM. Rekomendasi: Tindakan keperawatan ners dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan oleh ners generalis untuk mengatasi ansietas dan depresi pasien DM di rumah sakit. Tindakan keperawatan jiwa spesialis: terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga dapat digunakan oleh ners spesialis keperawatan jiwa untuk mengatasi ansietas dan depresi pada pasien diabetes melitus di rumah sakit.
......Anxiety and depression are mental health problems that are widely found in patients with diabetes mellitus. Untreated anxiety and depression can result in worsening disease conditions and reduce the quality of life. This study was conducted to see the effect of generalist and specialist nursing intervention: acceptance and commitment therapy and family psychoeducation on anxiety, depression, the ability of patients and families to treat diabetes. Methods: The study design used quasy-experimental pretest-postest with control group. The control group consisted of 29 DM patients and their families who received generalist nursing intervention only, while the intervention group consisted of 30 DM patients and their families who received generalist nursing intervention, acceptance and commitment therapy and family psychoeducation. The study was conducted at the endocrine-metabolic outpatient department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, where the intervention was administered online with 5-8 meetings in 30 days. Data analysis uses univariate and bivariate tests. Results: Generalist and specialist nursing intervention can significantly reduce anxiety and depression, and significantly improve the ability to accept and commit and the ability of families to care for DM patients. Decreased anxiety and depression, as well as improvements in patient and family abilities in the intervention group were significantly greater than in the control group. Conclusion: Generalist and specialist nursing intervention can be used to address anxiety and depression in DM patients. Recommendation: Generalist nursing intervention can be used as nursing intervention by nurse generalists to overcome anxiety and depression of DM patients in hospitals. Specialist nursing intervention: acceptance and commitment therapy and family psychoeducation can be used by psychiatric nurse specialist to address anxiety and depression on diabetes mellitus patients in hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Purnomo As`hab
"Prevalensi resistan terhadap obat TB lini pertama rifampicin (RR-TB) di Dunia pada tahun 2017 sebesar 7,4 per 100.000 penduduk, dan dari angka tersebut 82% mengalami multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia termasuk 20 besar negara dengan MDR-TB terbanyak didunia, dengan prevalensi 8,8 per 100.000 penduduk. Pengobatan MDR-TB membutuhkan waktu yang lama, dan mempunyai efek samping secara biologis dan psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tindakan keperawatan spesialis (ACT) terhadap ansietas, depresi, ide bunuh diri dan kepatuhan pada klien MDR-TB. Desain penelitian quasi eksperimental menggunakan pre-post test dengan total sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 dilakukan tindakan keperawatan ners (TKN) untuk diagnosa keperawatan ansietas, depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan dan risiko bunuh diri, kelompok intervensi 2 dilakukan tindakan keperawatan ners dan keperawatan spesialis (ACT). Pengumpulan data menggunakan hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), dan morisky medication adherence scale (MMAS). Hasil penelitian menunjukkan TKN menurunkan anisetas (p=0,008), TKS (ACT) menurunkan ansietas (p=0,006) dan TKS (ACT) menurunkan depresi (p=0,004), tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang mendapatkan TKN dengan
kelompok yang mendapatkan TKN dan TKS (ACT), terdapat hubungan yang bermakna antara ansietas dan kepatuhan (p=0,006). Tindakan Keperawatan Ners (TKN) dan Tindakan Keperawatan Spesialis (ACT) direkomendasikan diterapkan pada klien MDRTB.
......Worldwide the prevalence of resistance to the first-line TB drug, rifampicin (RR-TB) in 2017 was 7,4 per 100.000 population, with 82% experienced multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia is the top 20 countries with MDR-TB burden, with a prevalence of 8.8 per 100,000 population. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) requires a long-time treatment, and has accompanying side effects both biological and psychosocial effects, but efforts to overcome the psychosocial impact have not been made. This study aims to determine the effect of specialist nursing actions (ACT) on anxiety, depression, suicidal ideas and adherence to MDR-TB clients. This research using quasi experimental design with total sampling and divided into 2 groups. Intervention group 1 gets general nursing action for nursing diagnosis anxiety, helplessness, hopelessness, and risk for suicide, intervention group 2 gets general nursing action and specialist nursing actions (ACT). Data collection uses hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), Beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), and morisky medication adherence scale (MMAS). The results showed that general nursing action reduced anxiety (p = 0,008), specialist nursing actions (ACT) reduced anxiety (p = 0,006) and specialist nursing actions (ACT) decreased depression (p = 0.004), there was no significant difference between both group, and there was a significant relationship between anxiety and adherence (p = 0,006). General nursing action and specialist nursing actions (ACT) are recommended to be applied to MDR-TB clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>