Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berlian Permatasari
"Manusia membutuhkan sebuah tempat dimana mereka dapat bernaung, menyimpan miliknya dan menghabiskan bagian terbaik dari waktu mereka. Di kota mahalnya harga lahan membuat luasan hunian menjadi relatif kecil, karena itu berbagai cara dilakukan untuk memperoleh ruang yang lebih lapang. Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman, tuntutan kehidupan pun berubah termasuk kebutuhan pada rumah. Perubahan ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut yaitu bentuk identifikasi diri, perubahan gaya hidup, kemampuan teknologi baru, dan perubahan anggota keluarga. Untuk menjawab tuntutan tersebut dibutuhkan hunian yang fleksibel.
Loft muncul sebagai fenomena bertinggal yang menarik di Amerika sekitar tahun 1950an dan berkembang menjadi fenomena yang mengglobal. Bentuk hunian yang berawal dari konversi bangunan industri menjadi hunian ini dianggap cocok untuk menjawab tantangan sebagai hunian masa kini yang fleksibel. Loft memiliki karakter fisik seperti denah ruang yang terbuka, ceiling yang tinggi, jendela yang besar dan material yang terekspose. Kehadiran karakter fisik loft mempengaruhi karakter ruang loft sehingga ruang pada loft memiliki impresi tidak formal dan hirarki ruang tidak ada. Selain itu karakter fisik loft juga memudahkan masuknya area bekerja ke dalam hunian, ini membuat gaya hidup bertinggal di loft sering dikaitkan dengan gaya hidup bertinggal dan bekerja. Sekarang ini loft tidak hanya hunian yang berasal dari bangunan hasil konversi saja tapi juga merupakan hunian yang berasal dari bangunan baru yang dibangun dengan konsep loft. Konsep loft adalah gambaran mental yang merupakan abstrak dari karakter fisik, karakter ruang dan gaya hidup di loft.
Konsep loft di Indonesia (Jakarta) salah satunya hadir pada hunian vertikal atau yang lebih sering disebut apartemen. Kemunculannya yang baru beberapa tahun terakhir membuat jumlah apartemen dengan konsep loft di Jakarta tidak terlalu banyak. Beberapa diantaranya adalah The Summit Kelapa Gading dan Citylofts Sudirman. Konsep loft pada The Summit Kelapa Gading hanya diterapkan pada sebagian unit hunian sedangkan pada Citylofts Sudirman diterapkan pada seluruh unit hunian yang ada. Penulisan ini akan melihat sejauh mana pihak pengembang menerapkan konsep loft pada hunian vertikal (apartemen) yang ditawarkannya dan mampu mengakomodasi gaya hidup bertinggal dan bekerja para penghuni.

Everyone needs a place to be a shelter, a place to keep belongings and spend the best part of their times. In every city, due to the high land price, sites for housings are relatively small. Therefore, everybody will do everything to make small spaces more spacious. As the time goes by, life demand changes including the demand for housing. The changing happens because of some factors, such as self identification, the change of lifestyle, new technology improvements and the change of family member. As the response for such demand, flexible housing is needed.
Loft appears as an interesting way of living phenomenon back in USA around 1950s and become a global phenomenon. This form of dwelling that starts from the conversion of the industrial building into residential is considered suitable to answer the challenge as today flexible dwelling. Loft has physical characters such as open floor plan, high ceiling, oversize window and expose material. The presence of loft?s physical characters influences the loft space character as the result loft space has informal impression and non-hierarchy of space. Moreover loft?s physical characters also facilitate the entry of the working area into the dwelling, it makes loft living lifestyle was often connected with living and working lifestyle. Nowadays, loft is not the only housing that comes from converted building but also from the new building which is built with loft concept. The concept loft is the mental picture which is the abstract of loft physical character, loft space character and loft living lifestyle.
Loft concept in Indonesia (Jakarta) presents in vertical residential or what we usually call as apartment. The emergence was just only begun for several years ago so that the number of apartments with the loft concept in Jakarta is not high. Two of them are The Summit Kelapa Gading and Citylofts Sudirman. Loft concept in The Summit Kelapa Gading is only applied in several units whereas in Citylofts Sudirman loft concept is applied in all units. This writing will see how far the developer applies the concept loft to the vertical residentials (the apartment) given by and accomodates dwellers? living and working lifestyle.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48548
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1981
728.314 APA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Ratnasari
"Salah satu hunian yang kian digemari oleh masyarakat Jakarta saat ini adalah apartemen. Meskipun hunian apartemen identik dengan keterbatasan ruang, namun keberadaan dapur tetap bersifak mutlak. Dapur disebut sebagai pusat dari suatu rumah tinggal dan memiliki peran sebagai ruang sosial pada rumah. Pada kenyataannya, karena keterbatasan ruang serta gaya hidup penghuni, dapur pada apartemen berperan sebagai tempat memasak semata. Pada unit apartemen, dapur disediakan dalam bentuk pantry sederhana berupa meja persiapan dan tempat mencuci piring. Respon penghuni terhadap kondisi dapur yang demikian ditentukan oleh kebutuhan dan gaya hidup masing-masing.

One of the types of residences that become a trend for citizens in Jakarta is apartment. Although apartment is identical with limited space, the existence of kitchen is inevitable. Kitchen said to be the center of a house and it also having a role as social space. In fact, because of limited space and the inhabitants lifestyle, the role of kitchen in apartment is merely as a place for cooking. In middle class apartment, kitchen is manifested in a form of a simple pantry. Inhabitants of the units react differently responding the condition of the kitchen. Their responds are determined by their needs and lifestyle."
2013
S47256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Farhana
"ABSTRAK
Daerah pinggiran Kota Jakarta merupakan perluasan Kota Jakarta yang berkembang pesat dan selalu sibuk dengan macam aktivitas, terutama aktivitas yang berada di kota itu sendiri dan Kota Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lokasi apartemen di daerah pinggiran DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis cluster. Sebaran lokasi apartemen mengelompok dengan pusat kota, jarak pintu tol, dan jarak stasiun kereta api. Apartemen yang tersebar di daerah pinggiran kota memiliki karakteristik apartemen dan karakteristik lokasi tertentu, sehingga membentuk suatu pola sebaran terhadap orientasi apartemen.

ABSTRAK
The outskirts of Jakarta is the expansion of the city itself which is rapidly growing and always busy with many activities, activities in that city or in Jakarta. The purpose of this research is to knowing the location of the apartment on the outskirts of DKI Jakarta. The method that used in this research is the method of analysis descriptive and analysis of the cluster. The location of the apartments clustered with the city center, within the toll entrance, and the train station. The apartments are scattered on the outskirts of cities have characteristics of the apartment and the characteristics of certain locations, so as to form a distribution pattern to the orientation of the apartments.
"
2016
S64962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Gambiro
"ABSTRAK
Rumah susun merupakan salah satu alternatif terbaik di bidang perumahan dan permukiman bagi upaya menata kota Jakarta. Pembangunan rumah susun selain merupakan usaha meningkatkan daya tampung lahan permukiman yang ada untuk mengimbangi partambahan penduouk yang terlampau tinggi, sekaligus bertujuan untuk menghindari berkembangnya daerah kumuh yang sering timbul akibat mendesaknya kebutuhan masyarakat akan perumahan dengan penggunaan lahan yang tidak menurut aturan.
Berdasarkan pemahaman permasalahan, maka tujuan penelitian inl adalah untuk mengetahui faktor psikologis apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan lingkungan rumah susun sistem modul; sedangkan hipotesis peneiitian ini memperkirakan bahwa aspek psikologi lingkungan yang berpengaruh dalam rumah susun sisiem modul meliputi 4 kondisi utama, yaitu kondisi karakter penghuni, kondisi lingkungan fisik fisiologis, kondisi kemudahan berperilaku dan kondisi psikologis.

Abstract
"Rumah susun" orlow-cost apartment is an alternative in the residential sector as an effort to restructure Jakarta City as an urban area. Low-cost apartment development not only improve the carrying capacity of the land, it can avoid the development of slum areas due to the pressing needs of the rapidly growing population.
Due to this matter, the research focuses to know which psychological aspect must be considered in the module System of low-cost apartment development. Assumption has been made through research hypotheses. The hypotheses is predicting that there are four dominant conditions which influence environmental psychological aspect in the development of module system low-cost apartment; those are the condition of residents characteristic, condition of easiness to behave, physiological condition, and psychological condition.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Durianto
"Dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia terlihat peningkatan kegiatan investasi yang pesat, khususnya di Jakarta sebagai kota metropolitan, tempat berpusatnya seluruh sektor usaha negara kita. Sejalan, dengan pertumbuhan investasi, jumlah tenaga asing yang masukpun meningkat pula. Untuk itu, dibutuhkan penyediaan sarana tempat hunian yang berkualitas internasional dan berlokasi stratejik. Dan apartemen sebagai salah satu produk real estate berbentuk bangunan yang meliputi sejumlah unit hunian, yang ditempati berbagai penghuni yang berbeda dengan membayar sejurnlah sewa kepada pemiliknya, merupakan suatu alternatif pilihan utama.
Hal tersebut menyebabkan bisnis apartemen menjanjikan prospek yang menguntungkan di mata para pengusaha. Dan sebagaimana umumnya terjadi, rnerebaknya suatu peluang usaha selain menjanjikan prospek, juga menimbulkan permasalahan seperti makin intensifnya persaingan.
Situasi bisnis apartemen dewasa ini ditandai pertumbuhan sekitar 35.4 % pertahun dari 1985 hingga sekarang, dengan jumlah 22 apartemen di Jakarta yang beroperasi dengan tirigkat hunian rata?rata 97 % . Potensi permintaan, tahun mendatang diperkirakan akan meningkat sekitar 25 % pertahun hingga mencapaj 3750 unit pada tahun 1995. Akan tetapi penawaranpun melonjak tajam, sehingga diperkirakan pada akhir tahun 1995 akan tersedia sekitar 5400 unit apartemen. Efek yang mungkin terjadi adalah menurunnya tingkat hunian rata?rata hingga 70 % pada tahun itu.
Dengan meggunakan analisis sensitivitas variabel tingkat hunian, tenlihat bahwa investasi apartemen seharusnya memiliki tingkat hunian minimum 70% dengan pay-back period 10,2 tahun Tujuan pemasaranpun tidak terlepas dari aspek di atas, dengan target tingkat hunian serta pay?back period tersebut.
Untuk mencapai tujuan pemasaran tersebut, pelaku bisnis perlu melancarkan strategi pemasaran yang terpadu, yang memperhatikan karakteristik pemasaran dan apartemen yang berkaitan erat dengan jenis produknya yakni jasa penyewaan hunian. Strategi pemasaran dapat dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan memposisikan produk untuk menjangkau target pasar yang telah ditentukannya. Dari hasil analisis, ternyata segmen pasar potensiaInya adalah kelas menengah tenaga kerja asing ( 50 % ). Oleh karenanya mempopulerkan apartemen sebagai produk tempat hunian yang sesuai dan nyaman -- praktis, terjangkau harganya, berkualitas standar, dekat ke lokasi kerja, plus fasilitas tambahan --, adalah bentuk upaya memposisikan produk tersebut.
Mengingat banyaknya pelaku dalam bisnis apartemen ini maka dalam hal strateji bersaing, pemimpin pasar apartemen -- khususnya yang melayani kelas atas -- harus mengambil tindakan pro-active, menghadapi bertambahnya pesaing. Baik itu dilakukan dengan pengembangan produk, maupun dengan pengembangan, strateji pemasarannya, baik melalui faktor harga maupun non harga. Para pelaku yang bermain di pasar apartemen kelas menengah ke bawah, umumnya adalah pengikut pasar, yang merupakan price?taker, yang bergantung pada kondisi di pasaran.
Secara umum, pengikut pasar dapat memainkan strateji non harga, seperti melalul Fokus pada kelas tertentu, sebagai contoh : tenaga kerja menengah Jepang yang lajang, tenaga asing sektor perminyakan, bahkan manajer Indonesia yang termasuk kelas menengah ( sebagai pengikut trend gaya hidup praktis, peminat awal lnvestasj ). Untuk memenangkan persaingan, mereka perlu rnerencanakan dan menerapkan strateji pemasaran yang tepat.
Produk yang ditawarkan sebaiknya lebih asri dan nyaman serta aman, berlokasi tak jauh dari pusat bisnis. Lokasi lapis kedua seperti Kebayoran, perbatasan Jakarta ? bekasi, Kemang adalah beberapa contoh yang sesuai. Bagikelas menengah, aspek harga dan lokasi memegang peran cukup penting.
Penetapan harga sebaìknya mengikuti pasaran khususnya bagi apartemen kelas menengah. Untuk kelas tersebut, variasi tarif sewa yang dapat diperoleh umumnya berkisar dan $ 1,500 hirigga $ 3,000 per-unit. Melengkapi tarif sewa, juga dikenakan service charge ( sekitar $ 1.5 hingga $ 5 per?m2 ), yang dapat dikenakan secara optional bagi fasilitas tambahan tertentu. Segi lain yang muncul adalah potongan harga yang mengikuti pola lama penyewaan lebih dari setahun ( sekitar 7.5 % per tahun, umumnya dua tahun ).
Penggunaan agen pemasaran ( dengan fee 3 % - 5 % dan nilai sewa ) dapat mengefektifkan distribusi, komunikasi, serta manajemen penjualannya. Mengenai komunikasi, agaknya brosur dan íklan memegarig peran terpenting, selain cara promosi mulut ke mulut. Secara umum, target sasaran komunikasi adalah calon pelanggan potensial, walaupun kadangkala mula?mula perlu ditujukan pada perusahaan atau industri tertentu, dengan anggaran maksimum sebesar sebulan sewa semua lantai apartemen. Dalam hal distribusi, setelah perusahaan berjalan sebaiknya memelihara data base yang berisi seluruh informasi pelanggan, dan perusahaan potensial. Armada manajemen penjualan internal juga akan mendukung kesuksesan pemasaran, melalul kerjasama dengan semua pihak yang terkait.
Dalarn mengembangkan produk apartemen menengah, para pelaku pasar -- khususnya investor baru -- sebaiknya memanfaatkan ceruk pasar khususriya daÌam hal : produk, lokasi, fasilitas, lingkungan, atau kualitas. Untuk kelas atas, ada trend menguatnya peran apartemen jasa (perluasan kapasitas) dan posisl saingnya, sehingga investor baru dalam rnemperluas investasi sebaiknya hanya mengikuti pemimpin pasar. Sesungguhnya, porsi segmen ataspun makin terbatas, sekitar 5.
Akhirnya, bisnis apartemen sendiri memang menjanjikan prospek baik, tetapi di lain pihak termasuk usaha padat modal dan bersifat jangka panjang, sehingga resikonyapun tidak kecil. Berbondongnya minat pendatang baru masuk ke bidang ini, sebaiknya diimbangi perhitungan matang, perencanaan lengkap, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemilihan waktu dan skala investasi apartemen yang direncanakan tersebut harus tepat, disesuaikan derigan siklus usahanya dan kondisi makro ekonomi Indonesia , seperti halnya : dana yang tersedia dan iklim PHA. Dengan demikian, kesuksesannya akan lebih terjamin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Chandra
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Nurani
"Kawasan mixed-use merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari berbagai macam fungsi bangunan yang meliputi hunian, retail, perkantoran, maupun sarana rekreasi. Apartemen yang berada di dalam kawasan mixed-use akan berbeda dengan apartemen yang berdiri sendiri maupun jenis hunian konvensional seperti landed house. Dengan kondisi seperti itu, terdapat percampuran fungsi, overlapping sirkulasi, serta hadirnya ruang publik di sekitar ruang privat yang dapat mempengaruhi penghuni apartemen di dalam kawasan mixed-use. Untuk itu perlu adanya kejelasan mengenai teritori penghuni di dalam kawasan mixed-use. Penentuan teritori penghuni di dalam kawasan mixed-use dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di dalam kawasan. Penentuan teritori tersebut menghasilkan ruang transisi dan hierarki ruang yang akan mempengaruhi privasi dan interaksi sosial penghuni.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya ruang transisi antara hunian dan fungsi lainnya dalam sebuah kawasan mixed-use. Pembentukan ruang transisi antara hunian dan fungsi lainnya akan berpengaruh pada pendefinisian daerah publik, semi publik, semi-privat, dan privat di dalam kawasan mixed-use. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode tinjauan terhadap teoriteori tentang berhuni, teritori manusia, privasi, interaksi, serta hierarki ruang. Dilakukan juga studi kasus terhadap dua apartemen di dalam kawasan mixed-use yang ada di Jakarta, yaitu Apartemen Taman Anggrek dan Apartemen Poins Square. Dari tinjauan teori dan studi kasus dapat diambil kesimpulan bahwa privasi penghuni dapat terjaga berkat adanya transisi dan hierarki ruang yang jelas antara ruang public dan ruang privat. Transisi hadir melalui pembatasan antar satu ruang dengan ruang lainnya. Pembatasan antar ruang dapat berupa penggunaan tanda, penggunaan alat elektronik, pembatasan fisik, maupun penjagaan pihak tertentu.

The mixed-use area is a compound that consisted of various sorts of building function including dwelling, retail, office complex, and recreation. An apartment that is located in this mixed-use area will be different from an apartment that stands solely or other conventional kind of dwelling like landed house. This condition results in a mix of function, circulation overlapping, and also the presence of public space around private space that could affect the occupant of apartment. There is a need of clarity regarding occupants? territory inside the mixed-used area. The occupants? territory in the mixed used area is influenced by matters that exist inside that area. The result of this territoriality is transitional space and hierarchy of space that will influence privacy and the social interaction of its occupant.
The purpose of this writing is to study the formation of transitional space between the dwelling and the other function in a mixed-use area. The formation of transitional space between dwelling and other function influence the definition of the public, semi public, semi-private, and private areas inside the mixed-use area. The writing begins with the study of theories about dwelling, human territory, privacy, interaction, and the hierarchy of space. Furthermore a case study was conducted towards two apartments inside a mixed-used area in Jakarta, which are Taman Anggrek Apartment and Poins Square Apartment. From the analysis of theories and case study I can conclude that occupants? privacy could be secured by the existence of an apparent transition and space hierarchy between the public and private spaces. The transition is present through restriction between one space and another. This space restriction could take form of the use of sign, the use of electronic device, the physical restriction, and by protection from certain side.
"
2008
S48425
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joanita Jalianery
"Tesis ini membahas perkara pemegang Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang hak atas tanah bersamanya berada di atas tanah yang berstatus Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan, dengan menganalisa putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.256/PDT/2009/PT.DKI.Jo No.205/Pdt.g/2007/PN.Jkt.Pst. antara penghuni apartemen Mangga Dua Court dan PT Duta Pertiwi Tbk.
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Hukum Normatif. Hasil penelitian menyarankan hendaknya para calon pembeli teliti sebelum membeli satuan rumah susun. Selain itu, hendaknya BPN memuat keterangan status tanah secara lengkap dalam sertipikat yang diterbitkan bagi pemegang HMSRS. Penelitian Iebih lanjut masih diperlukan untuk mengkaji Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 122 Tahun 2001.

This tesis describes a case of the holder of ownership right of apartment unit that stand on land with Status Building Use rights on Management rights, by analyzing the ruling of Jakarta High Coun No.256/PDT/2009/PT.DKl. Jo No.205/Pdt.g/ 2007/PN.Jkt.Pst. between the resident of Mangga Dua Court Apartment and PT Duta Pertiwi Tbk.
This study uses Normative Legal Research Methods. The results suggest potential buyers should be careful before buying the apartment units. ln addition, BPN should contain a complete description of the status of land in the certificate issued to the holder of HMSRS. Further research is still needed to review the Decision of the Governor Province of Jakarta Number 122 Year 2001."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27866
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Susanto
"PT duta pertiwi tbk diberi ijin penggunaan lokasi di tiga area bekas pemakaman di arean Mangga Dua dari pemerintah DKI Jakarta, totalnya sekitar 30,9 hektare. Berbekal tanah inilah Duta Pertiwi kemudian membangun area apartemen Mangga Dua Court. permasalahan bermula pada saat perhimpunan penghuni rumah susun Apartemen Mangga Dua Court memperpanjang hak guna bangunan tanah bersama rumah susun Apartemen Manga Dua Court. Sertifikat perpanjangan hak guna bangunan yang telah dikeluarkan ditarik kembali dan dicoret oleh Badan Pertanahan Nasional dan baru diketahui bahwa tanah bersama tersebut berada di atas hak pengelolaan. tesis ini membahas developer yang membangun rumah susun di atas Tanah Hak Pengelolaan dapat dikategorikan perbatan melawan hukum apabila dalam memasarkan rumah susun yang dibangunnya tidak secara transparan menyebutkan bahwa Rumah Susun tersebut dibangun di atas Tanah Hak Pengelolaan, latar belakang sertifikat Hak Milik atas satuan Rumah Susun yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional tidak mencantumkan Hak Guna Bangunan diatas Hak Pengelolaan dan sattus Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan tanah induk yang berstatus Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan yang telah habis masa waktunya. penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>