Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Komariatun
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi mikrovaskular yang berkontribusi terhadap end stage renal disease (ESRD) pada penyandang DMT2. Polimorfisme gen apolipoprotein E (APOE) dihubungkan dengan dislipidemia merupakan faktor risiko untuk timbulnya ND. Tujuan: Mengetahui pengaruh polimorfisme gen APOE terhadap kejadian ND penyandang DMT2 di Palembang dan menganalisis pengaruh polimorfisme gen APOE terhadap perubahan profil lipid penyandang DMT2 dengan ND. Metode: Penelitian kasus kontrol pada penyandang DMT2 di Palembang. Kelompok kasus adalah penyandang DMT2 dengan ND dan kelompok kontrol adalah penyandang DMT2 tanpa ND yang memenuhi kriteria penyertaan. Hasil: Terdapat 37 penyandang DMT2 dengan ND (ACR > 300 mg/g kreatinin) dan 42 tanpa ND (ACR < 30 mg/g kreatinin). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada usia, jenis kelamin, lama DM, tinggi badan, tekanan darah sistolik, glukosa darah puasa, HbA1c dan profil lipid. Terdapat perbedaan bermakna pada berat badan, IMT, TD diastolik, hemoglobin, ureum, kreatinin dan eGFR antara kasus dan kontrol. Distribusi genotip tidak berbeda bermakna. Pada kelompok kasus didapatkan peningkatan frekuensi alel gen APOE ε2 dibanding kontrol (62,2 % vs. 37,8 %). Dengan analisis bivariat didapatkan penyandang DMT2 yang mengandung alel gen APOE ε2 2,5 kali lipat dan bermakna (p = 0,023) dibandingkan gen APOE ε3 dalam menyebabkan ND sedangkan alel ε4 0,65 kali lipat dan tidak bermakna (p = 0,37). Profil lipid tidak berbeda bermakna baik pada penyandang DMT2 dengan ND maupun penyandang DMT2 tanpa nefropati. Simpulan: Frekuensi alel gen APOE ε2 lebih tinggi pada penyandang DMT2 dengan ND dibandingkan tanpa ND. Gen APOE ε2 merupakan faktor risiko kejadian ND pada penyandang DMT2. Tidak ada hubungan antara kejadian ND dengan perubahan profil lipid.
ABSTRACT Backgrounds. Diabetic nephropathy is microvascular complication, largely contributed to end stage renal disease in T2DM patients. Apolipoprotein E (APOE) genetic polymorphism in association with dyslipidemia have been proposed as one of the risk factors for the development of diabetic nephropathy (DN). Aim: To examine the effect of apolipoprotein E (APOE) gene polymorphism to DN incidence in patients with T2DM and to analyze the effect of APOE gene polymorphism to lipid profile in DN. Method. Case control study at Palembang. Case group were T2DM with nephropathy and control group were T2DM without nephropathy. Results. There were 37 patients with DN (ACR > 300 mg/g creatinine) and 42 patients without nephropathy (ACR < 30 mg/g creatinine). No significant differences in terms of age, sex, duration of DM, height, systolic blood pressure, fasting glucose, HbA1c and lipid profiles between the two groups. There were significant differences in weight, BMI, diastolic blood pressure, hemoglobine, ureum, creatinine and eGFR with p value 0.028, 0.013, 0.017, < 0.001, < 0.001, < 0.003 and < 0.002 respectively. The distribution of APOE genotypes between the two groups are the same. However, there was a significant difference in the allele frequencies, ε2 frequency was significantly higher in case group compared to control group (62.2 % vs. 37.8 %). On bivariate analysis ε2 allele showed 2.50 times to DN risk with p 0.023 while ε4 allele 0.65 times to DN risk. No significant difference in lipid profiles between DN and without nephropathy. Conclusions. APOE ε2 allele was significantly higher in macroalbuminuria group. These result suggest that ε2 allele may be associated with the development of DN and ε2 allele was risk factor in T2DM patients. There were no correlation between APOE gene polymorphism and lipid profiles.
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shufrie Effendi
Abstrak :
Phospholipid is a lipoprotein particle that contains a specific protein called apolipoprotein. Apolipoprotein is the outer, exposed portion of negatively charged phos-pholipids (aiiionic phospholipids), which functions as enzyme or specific protein binding agents. The cell wall is formed by phospholipids, while apolipoproteins in the outer portion of the cell wall function as uptake receptors.
Acta Medica Indonesiana, 2001
AMIN-XXXIII-3-JulSept2001-127
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Wardani
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui pengaruh formula tempe terhadap kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B pada laki-laki umur 40-60 tahun, dengan hiperkolesterolemia dalam rangka mengurangi resiko terjadinva aterosklerosis. Tempat : PT National Gobel Jakarta. Bahan dan cara : Penelitian uji klinis tentang pemberian formula tempe 100 gram/hari dibandingkan dengan pemberian formula plasebo 100 gram/hari selama 42 hari, terhadap 34 orang subyek (17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol) yang telah memenuhi kriteria. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, meliputi data pendidikan, penghasilan asupan nutrisi dan pola makan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma, dengan hasil analisis statistik tidak ada perbedaan bermakna antara dua kelompok sebelum penelitian. Hasil : Terjadi penurunan kadar kolesterol total yaitu dari 245,64 mg/dL menjadi 207 mg/dL (15,73%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 128,52 mg/dL menjadi 108,35 mg/dL (15,69%) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan kadar kolesterol total dari 234,4 mg/dL menjadi 198,52 mg/dL (15,3%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 125,47 mg/dL menjadi 102,88 mg/dL (18%). Hasil analisis statistik perbandinaan antara dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Kesimpulan : Pemberian formula tempe 100 gram/hari selama 42 hari belum jelas manfaatnva untuk menurunkan kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma secara signifikan.
Objective: To investigate the effect of tempe formula on plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B in male (40-60 years), with hypercholesterolemia, in respect to minimizing atherosclerosis risk. Place: PT National Gobel Jakarta. Materials and methods: Clinical trial with supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days given to 17 subjects compared to 17 subjects of placebo group. Both groups have passed some criteria?s. Data were collected through interview, which include education, income, dietary intake and food pattern. Data also collected from physical examination and laboratory measurement. The plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B, between the two groups showed no significant differences prior to experiment. Result : Total cholesterol of the supplementation group were reduced from 245,64 mg/dL to 207 mg/dL (15,73%) and apolipoprotein-B from 128,52 mg/dL to 108,35 mg/dL (15,69%), On control group total cholesterol decreased from 234,4 mg/dL to 198,52 mg/dL (15,3%) and apolipoprotein-B from 124,47 mg/dL to 102,88 mg/dL (18%). There were no significant differences in the result between the two groups. Conclusion: Supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days was not clear to reduced. plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T9989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Manfaat olahraga terhadap kesegaran dan ketrampilan telah lama diketahui. Menyadari hal itu, senam kesegaran jasmani telah diikuti segenap lapisan masyarakat di Indonesia sejak tahun 1984. Polri sesuai fungsinya yang senantiasa harus siap melaksanakan tugas, pada tahun 1987 mengeluarkan buku petunjuk " Pengendalian berat badan untuk mencapai postur tubuh sehat samapta ". Salah satu unsur dalam tubuh sehat samapta adalah kesegaran jasmani yang merupakan kapasitas aerobik dan dapat dinilai dengan menghitung ambilan maksimal oksigen (VD7maks) memakai ergometer sepeda menurut metoda Astrand. Penyakit jantung koroner (pjk) yang merupakan salah satu manifestasi klinik aterosklerosis telah bergeser ke urutan ke 2 (th 1992) menurut survai rumah tangga Depkes RI dan salah satu faktor risikonya adalah hiperlipidemia. Pada tahun 1976-1977 penderita penyakit jantung yang berobat jalan di RSPAD Gatot Soebroto tercatat 2007 dan pada tahun 1984-1985 meningkat menjadi 10462. Proses ateroskierosis mulai terjadi sejak anak-anak sehingga modifikasi kadar lipid darah sejak dini merupakan upaya pencegahan yang efektif. Terjadi evolusi petanda biokimia untuk penyakit jantung koroner (PIK) dari kolesterol total (K-total),kolesterol-HDL (K-HDL),kolesterol-LDL (K-LDL) dan trigliserida (TG) menjadi apolipoprotein A-I (Apo A-1) dan apolipoprotein B (Apo B). Tujuan penelitian adalah menilai perubahan gambaran lipid (K-Tota1,TG,K-HDL,KLDL,Apo A-I dan Apo B) darah dan variabel kadar Apo A-I, Apo B, K-HDL dan K-LDL yang paling dipengaruhi oleh latihan fisik teratur dan terarah , sedangkan tujuan lain adalah menilai pengaruh latihan fisik selama pendidikan terhadap perubahan VO2mak. Subjek penelitian adalah 197 siswa tamtama Polri di Pusdik Pol Airud dengan umur 21 ± 1 tahun. Pengamatan dilakukan 3 kali. Latihan fisik teratur dan terarah selama 25 minggu mengubah komposisi lipid darah dan meningkatkan VO~maka. Perubahan komposisi lipid darah berhubungan dengan asupan makanan. Peningkatan Apo A-I dan penurunan Apo B tidak sejajar dengan perubahan K-HDL dan. K-LDL. Persentase peningkatan K-HDL (+22.22%) dan penurunan K-LDL (-14.61%) lebih tinggi dari persentase peningkatan Apo A-I (+8.46%) dan penurunan Apo B (-8.56%). Pemeriksaan K-HDL dan K-LDL dapat dianjurkan sebagai pemeriksaan laboratorium untuk evaluasi hasil latihan fisik teratur dan terarah. Pemeriksaan ini dapat dipakai dalam upaya deteksi dini satu faktor risiko PIK. Disarankan latihan fisik teratur dan terarah tetap dipertahankan setelah selesai pendidikan dan makanan tinggi kolesterol sebaiknya disubstitusi dengan makanan lain.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Pauline Endang Praptini
Abstrak :
Tujuan: Mengurangi risiko PKV di Indonesia dengan menurunkan kadar kolesterol dan apolipoprotein B melalui pemberian serat larut β-glukan Tempat: P.T. National Gobel, Bogor. Bahan dan Cara: Penelitian eksperimental dengan disain pre dan post test, dengan subyek penelitian pria, usia > 40 tahun, kadar kolesterol total 220-300 mg/dL, tidak menderita hipotiroid, gangguan hati, sindroma nefrotik, diabetes melitus dan tidak mengkonsumsi obat penurun kolesterol. Subyek penelitian diberikan 75 g oatmeal yang mengandung 3,5 g serat larut β-glukan setiap hari selama 42 hari. Data yang dikumpulkan meliputi data sosiodemografi, pemeriksaan antropometri, data asupan makan sebelum dan selama penelitian, pola makan dan pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan apolipoprotein B plasma sebelum dan sesudah penelitian. Hasil : Data sosiodemografi menunjukkan sebagian besar subyek mempunyai aktivitas ringan, berpendidikan sedang dan mempunyai penghasilan di atas garis kemiskinan. Data antropometri menunjukkan IMT dan rasio Lpe/Lpa sebelum dan sesudah penelitian tidak berbeda bermakna (p>0,05), sedangkan pada Lpe terjadi penurunan yang bermakna (p<0,05). Penilaian pola makan subyek penelitian menunjukkan sebagian besar subyek mempunyai pola makan yang cukup. Asupan energi dan zat gizi sebelum dan selama penelitian tidak berbeda bermakna (p>0,05), kecuali asupan serat yang meningkat bermakna (p<0,05) selama penelitian. Persentase asupan energi dan zat gizi bila dibandingkan dengan yang dianjurkan, antara lain didapatkan persentase asupan lemak jenuh lebih dari yang dianjurkan sedangkan asupan serat kurang dari yang dianjurkan. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan apolipoprotein B sesudah penelitian menunjukkan penurunan yang bermakna (p<0,01). Kesimpulan: Kadar kolesterol yang tinggi pada subyek penelitian kemungkinan disebabkan asupan lemak jenuh yang tinggi dan asupan serat yang rendah. Pemberian 75 g oatmeal selama 42 hari terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan apolipoprotein B. ......SubjectsObjectives: To reduce CVD risks in Indonesia by reducing the elevated plasma cholesterol and apolipoprotien B level with β-glucan soluble fiber. Location: P.T. National Gabel, Bogor. Material and Method: Experimental study with pre and post test design bad been carried out on male subjects age > 40 years, with total cholesterol concentration 220 to 300 mg/dl, not suffer from hypothyroid, liver disorder, nephritic syndrome, diabetes mellitus, and did not take any cholesterol reducing agents. Subjects were given 75 g of oatmeal (contain 3.5 g β-glucan soluble fiber) daily for 42 days. The data collected before and during the study were sociodemographic data, anthropometric and food intake. Eating pattern, total cholesterol, LDL cholesterol, and apolipoprotein B plasma level were also recorded before and after the study. Result: Socio-demographic data showed that most of the subjects have light activities, moderate education and have monthly income per capita above the poverty line. Anthropometric data showed that BMI and WHR did not differ significantly before and after the study. Eating pattern assessment showed that most of the subjects had moderate eating pattern. Energy and nutrient intake before and after the study did not significantly different (p>0,05) except for fiber intake which increased significantly (p<0,05) during the study. Percentage of nutrient and energy intake compared with recommended showed that saturated fat intake is higher while fiber intake is lower. The study showed a significant decrease in the concentration of plasma total cholesterol, LDL-cholesterol and apolipoprotein B. Conclusion: High cholesterol level in the subjects was likely brought about by high saturated fat and low fiber intakes consumption of 75 g oatmeal daily for 42 days showed to lower the concentration of the plasma total cholesterol, LDL cholesterol and apolipoprotein B.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T5772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Salim
Abstrak :
Kurangnya pemahaman mengenai makanan sehat dan gaya hidup saat ini telah menjadi faktor yang mengarah pada penyakit metabolik, seperti hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko aterosklerosis dan sering disebabkan oleh asupan makanan, terutama konsumsi tinggi lemak dan asam lemak jenuh saturated fatty acids, SFA sedangkan asam lemak tidak jenuh tunggal monounsaturated fatty acid, MUFA dan asam lemak tidak jenuh jamak polyunsaturated fatty acid, PUFA diketahui memiliki korelasi negatif terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mencari hubungan antara asupan asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan kadar kolesterol LDL dan apolipoprotein B apoB darah pada karyawan laki-laki hiperkolesterolemia berusia 19-49 tahun. Penelitian ini diikuti oleh 52 subjek, pengumpulan data asupan makanan menggunakan metode food recall 24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire SQFFQ , pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan indeks massa tubuh IMT dan lingkar pinggang, dan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kolesterol LDL dan apoB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL memiliki korelasi yang bermakna dengan asupan SFA tetapi tidak dengan asupan lemak total, MUFA, dan PUFA. Kadar apoB memiliki korelasi yang bermakna dengan kadar kolesterol LDL tetapi tidak dengan asupan lemak total, SFA, MUFA, dan PUFA.
Lack of understanding about healthy food and today lifestyle have been issues towards metabolic diseases, such as hypercholesterolemia. Hypercholesterolemia is one of the risk factors in atherosclerosis and often caused by dietary intake, especially consumption of high fat and high saturated fatty acids SFA while monounsaturated fatty acids MUFA and polyunsaturated fatty acids PUFA intake are known inversely correlated with cardiovascular disease CVD risks. This cross sectional study was aimed to determine the correlation between saturated and unsaturated fatty acids intake with serum low density lipoprotein cholesterol LDL C and apolipoprotein B apoB levels in hypercholesterolemic male employees aged 19 to 49 years. The study was conducted using 52 subjects, data collection of food intake using 24 hour food recall and semi quantitative food frequency questionnaire SQFFQ , anthropometric measurements for body mass index BMI and waist circumference WC , and blood examination for serum LDL C and apoB levels. The result of this study showed that LDL C levels was correlated with SFA intake but not with total fat, MUFA and PUFA intake. ApoB levels was correlated with LDL C levels but not with total fat, SFA, MUFA and PUFA intake.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidila Fitri
Abstrak :
Polusi udara menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis pajanan personal debu PM2,5 dan kadar Apolipoprotein-B Apo-B sebagai biomarker aterosklerosis dalam darah pekerja di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing tahun 2017. Status merokok, obesitas, penggunaan APD, dan riwayat penyakit juga di analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan T-Test independen. Sampel penelitian berjumlah 35 orang pekerja PKB Cilincing sebagai kelompok terpajan dan 24 orang pekerja FKM UI sebagai kelompok kontrol. Pajanan personal diukur menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor, sedangkan analisis Apo-B menggunakan metode Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan pada pekerja adalah 232,233 g/m3, sedangkan rata-rata kadar Apo-B pada kelompok terpajan adalah 107,30 mg/dL dan kelompok kontrol adalah 91,17 mg/dL.Kata Kunci: Apolipoprotein-B Apo-B , aterosklerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5.
Air pollution becomes one cause of cardiovascular disease in the world. This study aim for measuring personal exposure of particulate matter 2,5 PM2,5 , and Apolipoprotein B level in diesel exhaust emission inspector blood in PKB Cilincing, 2017. In addition this study analyze smoking status, obesity, FPE using, and history of disease using independent T Test. Study samples of 35 worker of PKB Cilincing as exposed group and 24 worker of FKM UI as control group. Personal exposure measure using Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor, while analysis of Apo B using Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay method. Result of study shows mean concentration of personal exposure to worker is 232,233 g m3, while mean Apo B level to exposed group is 107.30 mg dL and control group is 91.17 mg dL. Keywords Apolipoprotein B Apo B , atherosclerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library