Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinandi Dinanta Praja
Abstrak :
Tesis ini membahas teks kumpulan cerpen LTDKK dan teks film LTDKK melalui perspektif Gramscian terkait konteks masyarakat Indonesia di akhir dekade 1980-an. Fokus penelitian ini adalah menguraikan berbagai artikulasi kelompok remaja pada teks kumpulan cerpen LTDKK, serta berbagai disartikulasi terhadapnya melalui proses adaptasi. Dengan memahami kedua teks korpus sebagai medan negosiasi, penelitian ini juga menguraikan bentuk negosiasi, baik pada tataran tekstual maupun realita, serta perbedaan keberpihakan antara teks kumpulan cerpen dan teks film. Penelitian ini juga menelusuri cara tokoh-tokoh remaja dihadirkan pada teks film, sesuatu yang terkait familisme Orde Baru serta tiga pandangan stereotipikal atas remaja pada tataran realita. Simpulan yang didapat dari penelitian ini ialah, perubahan modalitas pada proses adaptasi menunjukkan bentuk disartikulasi, serta menempatkan kelompok remaja secara diskursif pada posisi subordinat. Adaptasi juga diketahui penggeser keberpihakan, dari semula berpihak pada kelompok remaja melalui teks kumpulan cerpen menjadi berpihak pada kepentingan bisnis pada teks film. ...... This thesis investigates the short stories collection LTDKK and its film adaptation through Gramscian perspective related to the context of Indonesian people in the late 1980s era. The focus of this study is to describe the various articulations of youth in the short stories collection, as well as the variety of disarticulations through its adaptation process. By understanding both texts as a field of negotiations, this study also outlines the form of negotiations, both at the level of textual and reality, as well as different alignments between the text of short stories collection and its film adaptation. This study explores how the youth characters in the text presented in the film adaptation in relation to New Order familism as well as three stereotypical views on youth at the level of reality. This study concludes that change in modalities of the adaptation process resulted in shaping the various disarticulations and put the youth in the subordinate position. Adaptation also known to shift the alignments, from originally sided with the youth in the short stories collection to be favorable for business interests in its film adaptation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilyatun Nishlah
Abstrak :
Profesi tukang cukur asli Garut menjadi mata pencaharian utama bagi Kampung Peundeuy, Desa Banyuresmi, Kabupaten Garut, karena dinilai berhasil memberikan kesejahteraan finansial dan meningkatkan status sosial warga. Keberhasilan ini mendorong banyak warga meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan memilih menjadi tukang cukur di kota dan Jawa Barat. Pergeseran mata pencaharian ini semakin intensi sejak tahun 2000-an hingga akhirnya warga mengklaim Kampung Peundeuy sebagai salah satu kampung tukang cukur di Banyuresmi, Kabupaten Garut, dan disebut sebagai bentuk etnopreneurship oleh Imadudin (2011). Kemudian, profesi ini serta keahlian cukur diklaim sebagai tradisi kampung yang harus diwariskan. Selain itu, profesi tukang cukur juga menyebabkan beragam perubahan pada Kampung Peundeuy, dari mata pencaharian, identitas kultural, dan kehidupan sosial warga kampung. Untuk mengetahui lebih dalam hubungan profesi tukang cukur dan transformasi kampung, penelitian ini akan menganalisis; 1).Bagaimana transformasi identitas kultural Kampung Peundeuy terjadi dalam hubungannya dengan praktik etnopreneurship di kampung itu? 2).Bagaimana bentuk-bentuk artikulasi identitas warga Kampung Peundeuy dalam merespon transformasi yang terjadi di kampung mereka ? Untuk menganalisis dua pertanyaan penelitian tersebut, peneliti menggunakan beberapa pemikiran terdahulu seperti Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) yang mengkaji etnopreneurship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) yang menjelaskan karakteristik semi-urbanisasi, Mc Gee (2001 & 2008) yang memaparkan tentang fenomena ‘desakota’ dan Hall (1985) yang menerangkan tentang artikulasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan proses etnografi untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan peneliti dimulai dengan studi literatur, observasi partisipasi, kemudian observasi non partisipasi hingga wawancara. Hasil penelitian yang merujuk pada pemikiran Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) menemukan bahwa profesi tukang cukur asli Garut merupakan bentuk etnopreneurship yang unik dan khas, karena profesi tukang cukur asli mengidentifikasikan kemiripan dan perbedaan dari karakteristik etnopreneurship yang dijabarkan dua penelitian di atas. Perubahan tidak terjadi secara alamiah, melainkan merupakan dampak dari praktik semi-urbanisasi ketika warga beralih profesi menjadi tukang cukur di kota besar. Semi urbanisasi yang dijelaskan Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) mendorong terjadinya fenomena ‘desakota’ atau ‘kotadesasi’ (Mc Gee, 2008) yang menggambarkan karakteristik kekotaan masuk ke Kampung Peundeuy. Perubahan ini mengakibatkan beragam artikulasi respon warga dari klaim tradisi atas keahlian dan profesi tukang cukur, berdirinya sekolah tukang cukur, hinggga perihal pemaknaan dan penggunaan nama ASGAR dalam usaha cukur warga Kampung Peundeuy. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan bisa menjadi tradisi dan menyebabkan transformasi bagi suatu kelompok masyarakat, melalui campur tangan warganya. Penggunaan etnisitas pada suatu bentuk pekerjaan akan mendorong pekerjaan ini semakin dikenal dan diakui oleh masyarakat, sehingga akan membuat pekerjaan ini tetap bertahan dan seiring memberikan keuntungan kepada para pelakunya, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri untuk mereka. ......Being professional barbers known as ASLI GARUT (ASGAR meaning originally from Garut) has been the main livelihood source for the male majority in Kampung Peundeuy of Banyuresmi Village. The profession is considered successful in providing financial welfare and improving residents‟ social status that many of the Kampung‟s resident left. Their previous jobs and became barbers in Jakarta and other big cities in West Java. This profession shift has intensified since the 2000s until the residents finally claimed Kampung Peundeuy as one of the barber villages in Banyuresmi, Garut Regency and known as one of etnopreneurship by Imadudin (2011). As the Kampung of barbers, the residents felt the need to to preserve and, pass on the shaving and hairdressing skills to their relative and children. With this, what was once a profession, now has been considered the Kampung‟s tradition. Besides, the barber profession has various changes in Kampung Peundeuy, from their livelihoods, cultural identity, to their social life. Therefore, to find out more the relationship between barber as a profession and Kampung transformation, the research examined, 1). How the etnopreneuship practice drove the cultural identity transformation of the Kampung; 2) How the identity articulation of the Kampung Peundeuy villagers in response to the transformation on the Kampung;. To research incorporated Effendi (2002) and Aldrich&Waldinger (1990), who studied etnopreneuship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019), who examine semi-urbanization, Mc Gee (2001 & 2008), who describe “desakota” phenomenon, and Hall (1985), who preceded the articulation. This study used qualitative method by applying an ethnographic method, non-participatory observation, and interview to collect data. The study result of The study result of Effendi (2002) and Aldrich & Waldinger (1990) is barber profession ASGAR has unique entopreneurship because this profession identification the similarities and differences of characteristics etnopreneurship, which is examined by the researchers. Changer does not occur naturally, but is the impact of semi-urbanization when resident switch professions to become barber in big cities. Semi-urbanization Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) encourages the phenomenon of „desakota‟ („villageurban‟)(Mc Gee, 2008), which describes the influence of urban lifestyle Kampung Peundeuy. This changer effected various villagers response articulation, from tradition claimed this profession and shaving and hairdressing skills, establishment of a shaving school, to meaning and use the ASGAR on shaving business of Kampung Peundeuy villagers. Thus, it can be concluded that influence of the barber profession in the transformasi of Kampung Peundeuy could occur due to the strong encouragement of its resident, both in inheriting the expertise of hair cutting and the profession. Ethnicity on a profession will increasingly known and be approved by other villager or citizen, that will keep this profession survive and provide benefits to the actors, even being villagers pride.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Syahmina Putri
Abstrak :
Studi ini menganalisis tiga elemen penting dalam hubungan antarras antara Amir dan Emily di drama pemenang Pulitzer Prize karya Ayad Akhtar, Disgraced. Elemen-elemen tersebut adalah: Lukisan Amir karya Emily yang terinspirasi oleh Portrait of Juan de Pareja karya Diego Vel zquez; Kompleks Penyelamat Kulit Putih yang dimiliki Emily; dan kekerasan yang Emily alami di tangan Amir. Dua bagian pertama dari analisis ini akan menggunakan kombinasi teori Konstruksi Identitas milik Stuart Hall, Orientalisme milik Edward Said, dan diskursus neo-Orientalisme yang muncul pasca peristiwa 11 September. Bagian terakhir analisis ini akan menyatukan semua elemen dengan teori Artikulasi milik Stuart Hall. Pada akhirnya, studi ini menyimpulkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh Amir adalah pembalasan untuk dominasi Emily terhadap produksi identitasnya melalui representasi lukisan dan pengaruh Emily dalam keputusan-keputusan krusial yang diambil Amir menyangkut hubungannya dengan keluarganya. Gambaran Emily sebagai korban kekerasan dan empasis terhadap 39;hubungan tribal 39; yang dirasakan Amir dapat membuat drama ini dibaca sebagai teks neo-Orientalis. Dengan memahami Kompleks Penyelamat Kulit Putih yang dimiliki Emily, teks ini dapat dibaca sebagai artikulasi ulang re-artikulasi stereotipe 'orang kulit cokelat barbar' dan 'orang kulit putih bebas'. ...... This study analyses the three essential elements of the interracial relationship between Amir and Emily in Ayad Akhtar's Pulitzer Prize winning play, Disgraced. They are Emily's painting of Amir, her husband, in the style of Portrait of Juan de Pareja by Diego Vel zquez Emily's White Saviour Complex and the violence she suffered in the hands of Amir. The first two parts of the analysis will utilise the combination of Identity Construction theory by Stuart Hall, Edward Said's Orientalism, and the post 9 11 discourse of neo Orientalism. The last part of the analysis will foreground the entire elements by utilising Stuart Hall's theory of Articulation. It will be proved that Amir's violence is an act of retaliation towards Emily's domination over the production of his identity through representation and her influence in his crucial decisions concerning his relationship with his family. Emily's victimisation and the emphasis on Amir's lsquo tribalistic bond'risk a reductionist neo Orientalist reading of the text. By acknowledging Emily's White Saviour Complex, the text can be read as a re articulation of the neo Orientalist stereotypes of 'barbaric brown man' and 'free white woman'.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
Abstrak :
Studi ini mempelajari pola artikulasi kepentingan buruh industri dengan menggunakan pendekatan ilmu politik. Kajian tentang masalah artikulasi kepentingan buruh bisa dibilang cukup banyak, tetapi yang menempatkan buruh sebagai satuan analisis kelompok marjinal (powerless) di perkotaan masih terbatas jumlahnya. Selain itu, studi ini mengaitkan pula dengan studi-studi sebelumnya. Tujuannya adalah memperoleh informasi ilmiah yang memadai mengenai pola artikulasi kepentingan buruh industri. Mempelajari masalah artikulasi kepentingan buruh sebagai kelompok marjinal dalam masa Orde Baru cukup menarik. Apalagi bila didekati dengan menggunakan perspektif politik, maka persoalan buruh industri dalam mengartikulasikan kepentingan akan memperlihatkan banyak faktor yang terkait didalamnya. Karena itu, penting sekali mengkaji secara ilmiah dengan menggunakan tes yang ada akan banyak membantu dalam memperoleh informasi yang memadai tentang artikulasi kepentingan buruh. Ada tiga permasalahan yang ditelaah dalam studi ini, yaitu pertama, bagaimana pola dan karakteristik artikulasi kepentingan buruh. Kedua, faktor-faktor intern dan ekstern apa yang mempengaruhi pola artikulasi kepentingan buruh. Ketiga, bagaimana hubungan faktor intern dan ekstern terhadap pola artikulasi kepentingan itu. Teori untuk menganalis permasalahan ada dua, yaitu pertama, teori artikulasi kepentingan. Kedua, teori hubungan negara-masyarakat serta konsep korporatisme negara. Instrumen penelitian yaitu kuesioner dan wawancara mendalam. Dari analisis data terlihat bahwa kemaijinalan buruh berpengaruh terhadap pola arlikulasi kepentingan non-konvensional. Konflik buruh majikan cenderung cukup berpengaruh terhadap pola artikulasi kepentingan non-konvensional. Pengaruh ketidakberfungsian serikat pekerja cenderung menyebabkan buruh tidak dapat mengartikulasikan kepentingan dengan pola konvensional sehingga buruh menggunakan pola non-konvensional. Intervensi negara dalam masalah perselisihan perburuhan menyebabkan buruh mengartikulasikan kepentingan dengan memakai pola konvensional, tetapi apabila buruh sudah berhubungan dengan pihak ketiga (kekuatan LSM/LBH) maka intervensi negara tersebut akan menyebabkan buruh memakai pola non-konvensional untuk mengartikulasikan kepentingannya. Hasil analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa teori artikulasi kepentingan, hubungan negara masyarakat dan konsep korporatisme negara masih relevan untuk menjelaskan masalah studi ini. Intervensi negara dalam berbagai bidang kehidupan tidak bisa dielakkan dan ini berdampak pada melemahnya kekuatan atau kelompok di luar negara, terutama buruh industri. Negara memiliki otonomi relatif dalam berhadapan dengan kelompok di luar dirinya. Implikasi teoretisnya adalah pola artikulasi kepentingan buruh bersifat campuran, dan itu tergantung kondisi sistem politik. Didukung dengan penggunaan konsep korporatisme maka tampak bahwa penataan kelompok kepentingan secara korporatis menyebabkan buruh semakin marjinal dan buruh semakin kehilangan kekuatan tawar menawarnya dan mencampakkan buruh dari struktur politik. Ini semua tak terpisahkan dari hubungan negara-masyarakat yang menempatkan masyarakat sipil, khususnya buruh industri sebagai pihak yang marjinal (powerless.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Bagas Mukti
Abstrak :
Artikel ini membahas artikulasi identitas orang Indo di Belanda. Tujuan penulisan artikel ini untuk menjelaskan identitas Indo yang ditampilkan oleh blogger melalui objek, pilihan warna dan tata letak pada laman/blog mereka. Data yang digunakan tiga laman/blog, yaitu Indisch4ever.nu, hoezoindo.nl dan nusantara.nl. Dalam artikel ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan teori yang digunakan adalah teori artikulasi Stuart Hall. Hasil analisis menunjukkan bahwa artikulasi identitas Indo yang ditampilkan melalui berbagai objek yang merepresentasikan budaya Indo, Belanda dan Indonesia. Pilihan warna, dan tata letak dimunculkan sesuai dengan peran laman/blog.
This paper discusses the articulation of the Indo's identity in The Netherlands. This research aims to explain the Indo's identity that is shown by indo's blogger through an object, color selection and layout on their sites/blog. The datas used in this research are Indisch4ever.nu, hoezoindo.nl dan nusantara.nl. The method used in this paper is a qualitative method and the theory used is Stuart Hall's articulation theory. The results of the analysis indicates that the articulation of Indo's identity is displayed through various objects that represent Indo's, Dutch and Indonesian cultures. Color selection and layout that are shown are based on the role of the site/blog.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Bayu Sudibyo
Abstrak :
Pengembangan kawasan kota telah mengubah kawasan terbelakang menjadi pusat bisnis (CBD). Dirancang pengembang ternama, kawasan CBD BSD tidak saja menarik dari sisi keberagaman fungsi ruang, tetapi juga menyimpan dinamika tersendiri. Dengan memadukan pendekatan produksi ruang Henry Lefebvre dan David Harvey, penelitian ini berjalan dalam alur kombinasi deskripsi wajah baru pengembangan kawasan kota di CBD BSD dan bagaimana wajah baru itu telah menghapus jejak historis sebuah kampung. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi, dan visualisasi, penelitian ini membuktikan bahwa (1) Wajah baru kawasan CBD BSD menunjukkan fungsi ruang sebagai artikulasi keberadaan status sosial penghuninya dan ajang komodifikasi yang ditandai dengan pembaratan (westernisasi) kawasan dan penciptaan hunian prestisius eksklusif. Hadirnya pusat gaya hidup pada Kawasan CBD BSD menjadi sarana berbagai macam aktivitas bisnis. (2) Di balik masifnya pembangunan apartemen, tersimpan jejak-jejak relokasi sebuah kampung. Fenomena sosial ini telah menghapus jejak historis Kampung Sampora Kaler. Tanah warisan leluhur sebagai identitas kolektif warga Sampora Kaler tidak dapat dipertahankan, sehingga kehilangan makna historisnya. Fenomena di atas merupakan manifestasi sifat progresif kapitalisme yang menempatkan ruang sebagai komoditas strategis untuk keberlangsungan modal.
The development of urban spaces has transformed underdeveloped areas into Central Business Districts (CBD). Offering renowned developers, CBD BSD is not only attractive in terms of the diversity of its spaces, but it also holds unique dynamics. With Henry Lefebvre and David Harvey, this study combines the description of the new face and the developments of CBD BSD and how this new face is equipped with historical traces. Through qualitative consultations including interviews, observations and visualization methods, this research proves: (1) The new face of CBD BSD demonstrates space as an articulation of the social status of its residents and commodification as marked by the westernization of the area and the exclusive prestigious housing offered. The presence of a lifestyle center in CBD BSD has become a variety business facilities; (2) Behind the massive development of apartment, there are traces of village relocation. This social phenomenon has created the historical footprint of Sampora Kaler Village. The land of ancestral inheritance as the collective identity of Sampora Kaler's residents cannot be ordered, thus losing its historical meaning. The above phonomenon is a manifestation of the progressive nature of capitalism, which places space as a strategic commodity for the sustainability of capital.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Astuti Winata
Abstrak :
Skripsi ini membahas karya 'Superflat' Murakami Takashi sebagai redefinisi identitas budaya Jepang dalam era globalisasi, melalui tiga analisis karya 'Superflat' berdasarkan teori artikulasi dari Stuart Hall. Penelitian ini adalah penelitian dengan metodologi kualitatif dengan pendekatan analisa wacana (discourse analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara mendetail bagaimana 'Superflat', sebagai sebuah 'dialog baru' yang diciptakan Murakami melalui penggabungan antara elemen ideologis Pop Art Amerika sebagai 'colonializer', dengan elemen ideologis Jepang sebagai masyarakat yang ter-'colonialized', yaitu unsur-unsur produk subkultur yang mewarisi konsep seni tradisional Jepang dari zaman Edo, merupakan alat bagi Murakami untuk melakukan redefinisi identitas budaya Jepang di era globalisasi ini. ......This thesis discusses 'Superflat' by Murakami Takashi as a redefinition of Japanese Cultural Identity in Globalization Era through three analysis of Superflat works, based on the theory of articulation by Stuart Hall. This is a qualitative research, combined with discourse analysis. The result of this research shows in detail how 'Superflat' as a 'new dialogue' which was created by Murakami through the combination between ideological element of American Pop Art as a colonizer, with ideological element of the Japanese as the colonialized society, which is subculture products that inherits the concept of traditional Japanese art, as a tool for Murakami to redefine Japanese cultural identity in the era of globalization.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library