Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Frastica
Abstrak :
Askariasis adalah penyakit parasitik yang sering ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia. Lingkungan tempat tinggal yang padat misalnya panti asuhan mendukung tingginya prevalensi askariasis. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap askariasis, anak perlu diberikan penyuluhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan tentang gejala askariasis. Studi eksperimental (pre-post study) ini dilaksanakan di panti asuhan di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Data dikumpulkan tanggal 12 Juni 2012, dengan memberikan kuesioner mengenai gejala askariasis kepada semua anak sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses menggunakan SPSS 11.5 dan diuji dengan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan sebelum penyuluhan subyek yang mempunyai pengetahuan buruk, sedang dan baik adalah 73 (51,4%), 52 (36,6%) dan 17 (12%) anak. Setelah penyuluhan subyek dengan pengetahuan baik dan sedang menjadi 8 (5,6%) dan 50 (35,2%), sedangkan subyek dengan pengetahuan buruk meningkat menjadi 84 (59,2%). Tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan berbeda bermakna (marginal homogeneity, p<0,01). Disimpulkan penyuluhan tidak efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang gejala askariasis.
Ascariasis is parasitic disease that is frequently found in warm tropical countries including Indonesia. Crowded living places such as orphanage also contribute to high prevalence of ascariasis. To increase the awareness toward ascariasis, children are needed to be given health education. The aim of this research is to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge on ascariasis symptoms among the orphans. This experimental study (pre-post study) is conducted in an orphanage in Lubang Buaya Village, East Jakarta. The data was collected on June, 12th 2012 by giving questionnaires regarding ascariasis symptoms to all orphans before and after health education. The data is processed using SPSS 11.5 and tested with marginal homogeneity. The results show that before health education the number of the subjects who have poor, fair and good knowledge are 73 (51.4%), 52 (36.6%) and 17(12%) children, respectively. After health education the number of subjects with good and fair knowledge reduce to 8 (5.6%) and 50 (35.2%), while subjects with poor knowledge increase to 84 (59.2%). Knowledge level before and after health education has a significant different (p<0.001). In conclusion, health education is not effective to increase the knowledge level on symptoms of ascariasis among the orphans.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darnely
Abstrak :
Askariasis adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk memberantas askariasis, upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan dan pengobatan masal. Tujuan pengobatan adalah untuk mengeluarkan cacing dari tubuh penderita dan membunuh telur. Menurut laporan penelitian dikatakan bahwa mebendazol dan OPP dapat membunuh cacing dewasa dan menghambat perkembangan telur sehingga tidak terbentuk stadium infektif. Namun demikian, apakah hambatan tersebut terjadi pada telur yang masih berada dalam uterus cacing sebelum telur dilepas dalam tinja manusia, velum diketahui dengan pasti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mebendazol dan OPP terhadap perkembangan telur A.lumbricoides yang berada di dalam uterus cacing. Penelitian dilakukan terhadap 684 murid sekolah dasar yang berasal dari 5 SD dan 1 madrasah di Jakarta. Pemeriksaan tinja murid SD tersebut dilakukan dengan cara modifikasi Kato Katz dan pada murid yang positif askariasis diberikan mebendazol atau OPP. Lacing yang keluar pasca pengobatan (perlakuan) dan cacing yang berasal dari bedah mayat di Bagian Forensik FKUI (kontrol) dikeluarkan uterusnya, lalu uterus tersebut diurut untuk mengeluarkan telur yang berada di daiamnya. Telur tersebut dibagi menjadi 2 kelompok untuk dibiak di media fonnalin-batu bata dan fonnalin agar. Pengamatan telur dilakukan pada hari ke-3, minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan minggu ke-4 untuk rnengetahui apakah terjadi perubahan morfalogi dan untuk mengetahui jumlah telur yang berubah menjadi larva. Setelah pengobatan dengan mebendazol maupun OPP angka penyembuhan dan angka penurunan telur sangat tinggi sedangkan angka reinfeksi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kedua obat tersebut adalah antelmintik yang baik. Perkembangan telur pada kedua kelompok perlakuan lebih lambat dibandingkan kontrol dan hambatan perkembangan pada mebendazol lebih besar daripada OPP. Hal ini menunjukkan bahwa mebendazol dan OPP dapat menghambat perkembangan telur yang berada pada uterus cacing. Namun demikian, hambatan perkembangan tersebut hanya berupa perpanjangan masa perkembangan dan telur tetap mencapai stadium infektif. Hal tersebut perlu mendapat perhatian karena bila pengobatan tidak memberikan angka penyembuhan 100% maka cacing yang masih tertiuggal di dalam lumen usus masih tetap bertelur dan telur tersebut tetap potensial untuk pencemaran. Pada penelitian ini tidak dijumpai telur yang rusak. Hal ini mungkin karena dosis obat yang mencapai uterus dan kontak dengan telur racing lebih kecil dibandingkan dengan telur yang berada dalam tinja sehingga obat tersebut tidak merusak telur Karena telur tidak rusak maka telur tetap menjadi infektif walaupun masa perkembangannya memanjang. Disimpulkan bahwa mebendazol dan OPP dapat menghambat perkembangan telur yang berada dalam uterus, namun telur tersebut tetap menjadi infektif meskipun masa perkembangannya memanjang.
Ascariasis has been recognized as one of the most important public health problem in Indonesia. The control of ascariasis was focussed on the mass treatment using anthelmintics to expell the wonns from the host and inhibit the development of eggs. Thus the eggs will not develop into the infective stage on the soil. However, whether the inhibition occur on the eggs inside the uterus has not been studied yet. The aims of the study was to know the effect of mebendazole and oxantel pyrantel pamoate (OPP) against the development of A.lumbricoides eggs which are still in the uterus. The study has been carried out among students of 6 primary school in Jakarta with a sample population of 684 students.Kato Katz thick smear technique was used for the examination of stool samples. The students who were found to be positive for ascariasis were treated with mebendazole 500 mg as a single dose or OPP 10 mg/kgBB as a single dose. Thirty female adult worms with a length of more than 12.5 cm were collected and afterwards dissected. Mature eggs were removed from the uterus and spread out on a sterile porous clay plate or agar which were put in a petri dish containing a 1% solution of formalin. The eggs were incubated for 4 weeks and examined after the third day and then once every week. After treatment with mebendazole or OPP, cure rate and egg reduction rate were very high while reinfection rate was low. Development of A.lmnhricoides eggs was slow in the treated group. In mebendazole group the development was slower than in the OPP group. It showed that mebendazole and OPP could inhibit the development of eggs in the uterus of the worms. However, the egg could reach the infective stage although the duration of growth was longer. This fact should be taken into consideration, because if the cure rate is not 100%, the worms which are left in the lumen of intestine of the host could still lay their eggs and potential for transmission. hi this study, no deformed eggs was found. It seems that the action of the drugs on eggs in the uterus was less than the eggs that has been released in the stool. Thus the eggs could develop into infective stage, It was concluded that OPP and mebendazole could inhibit the development of eggs in the uterus. The eggs could reach the infective stage although the duration of growth was longer.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh A. Boenjamin
Abstrak :
ABSTRAK Askariasis sering terjadi pada banyak negara tropis termasuk Indonesia,. Sebuah survei yang dilakukan di sebuah SD di daerah Jakarta Timur mendapatkan 58,3% muridnya menderita askariasis. Askariasis sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama pada lingkungan yang padat dengan sistem sanitasi yang buruk seperti pesantren. Maka dari itu perlu diadakan penyuluhan serta pengambilan data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai askariasis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai gejala askariasis dan hubungannya dengan karakteristik santri pada Pesantren X, Jakarta Timur. Desain yang digunakan penelitian ini adalah cross sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal 22 Januari 2011. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan responden sebanyak 154 orang. Data kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada santri yang memiliki pengetahuan baik, 6 (3,9%) cukup, dan 148 (96,1%) kurang. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara pengetahuan santri mengenai gejala askariasis dnegan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi dan sumber informasi yang paling berkesan.
ABSTRACT Ascariasis is a common infection in Indonesia. A survei conducted in East Jakarta revealed that 58,3% elementary school students are infected with ascariasis. The students of Pesantren X are more at risk of being infected, because they live in an area with high population density and bad sanitation. Therefore a health promotion has to be given to this community. The purpose of this research is to measure the knowledge of students in Pesantren X, East Jakarta towards symptoms of ascariasis dan determine whether it has an associaton with the students demographic characteristics. This cross sectional study was performed on the 22nd of January 2011 by using questionnaires to survey the sample. Total sampling is used with as many as 154 respondents. The data are then analyzed using Kolmogorov-smirov test using SPSS 16.0. The result of this research shows that none of the students has good knowledge , 6 students (3,9%) has adequate knowledge and 148 students (96,1%) has poor knowledge about symptoms of ascariasis. Also there are no association (p>0,05) between the student's knowledge about symptoms of ascariasis and their gender, level of education, preferred source of information and the number of sources of information they received.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitama Alam Soeroto
Abstrak :
Pengetahuan memegang peran yang penting dalam proses pembentukan sikap, perilaku, dan kebiasaan seseorang dalam sehari-hari, termasuk pula pengetahuan mengenai askariasis yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, baik pengetahuan mengenai upaya pencegahannya maupun gejalanya. Oleh karena itu masyarakat perlu diberikan penyuluhan mengenai askariasis lalu dilihat perkembangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan tingkat pengetahuan mengenai gejala dan pencegahan askariasis. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah santri pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai gejala dan pencegahan askariasis kepada 154 santri pesantren X (total sampling). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan, terdapat santri yang memiliki hasil tingkat pengetahuan baik mengenai gejala dan pencegahan adalah sejumlah 0 orang (0%), lalu cukup 6 orang (3,9%), dan kurang 148 orang (96,1%). Setelah dilakukannya penyuluhan, santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik meningkat menjadi 2 orang (1,3%), lalu cukup meningkat menjadi 10 orang (6,5%), dan kurang menurun menjadi 142 orang (92,2%). Pada uji marginal homogeneity, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai gejala dan pencegahan askariasis sebelum dan setelah penyuluhan (p=0,088). Disimpulkan penyuluhan tidak efektif dalam meningkatkan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala dan pencegahan askariasis. ......Knowledge held an important role on the formation of attitude, behavior, and habit, that includes the knowledge about ascariasis, whether it it’s prevention or symptoms. It’s strongly recommended that education about it should be given followed by evaluation. The objective of this study is to identify the effectiveness level of health promotion whether it increase the knowledge level of Islamic Boarding School X students about symptoms and prevention of ascariasis or not. The subjects in this study are students of Islamic Boarding School X. This pre-post study was carried out on January 22nd, 2011 and involving 154 students of Islamic Boarding School X (total sampling). The data was taken by giving questionnaire about symptoms and prevention of ascariasis. The results showed that the number of students with good, fair and bad knowledge level of ascariasis symptoms and prevention before being given health promotion was 0 (0%), 6 (3,9%) and 148 (96,1%), respectively. After the health promotion was given, the results change and the number of students with good, fair, and bad knowledge level changed into 2 (1,3%), 10 (6,5%), and 142 (92,2%) respectively. Marginal homogeneity test showed that there are no significant difference (no relation) between before and after the health promotion was given (p=0,088), which means that health promotion is not effective to increase the knowledge level of the student of Islamic Boarding School X about symptoms and prevention of ascariasis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library