Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Obesitas adalah keadaan patologis dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan tubuh. Saat ini telah ada obat tradisional pelangsing tubuh berupa sediaan jamu dalam bentuk kapsul dengan komposisi ekstrak simplisia yang terdiri dari: kacang buncis (Phaseolus vulgaris L), daun jati blanda (Guazuma ulmifolia Lamk), buah gambogee (Garcinia cambogia), dan daun teh hijau (Camellia sinensis (L) Kuntze). Jamu ini dipakai lama dan terus menerus sehingga perlu dilakukan penelitian toksisitas untuk melihat pengaruh komposisi bahan-bahan tersebut terhadap organ dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, dilakukan penelitian subkronik pada tikus putih jantan dan betina (Rattus novergicus) dengan memberikan jamu setiap hari selama 90 hari, kemudian dilihat aktivitas AST dan kreatin kinase plasma sebagai parameter. Digunakan 40 ekor tikus putih jantan dan 40 ekor tikus putih betina yang masing-masing dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan dosis dan satu kelompok kontrol. Setiap hari tikus diberi suspensi uji dengan dosis berturut-turut 1350 mg/kg bb, 2700 mg/kg bb, dan 5400 mg/kg bb untuk kelompok I, II, dan III, sedangkan kelompok IV adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Hasil pengukuran plasma tikus pada hari ke-91 dianalisa menggunakan uji ANAVA satu arah dan menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna (p>0,05) aktivitas AST dan kreatin kinase plasma antara kelompok I, II, dan III maupun kelompok IV. Dengan demikian penggunaan jamu pelangsing selama 90 hari tidak mempengaruhi organ jantung.
Universitas Indonesia, 2007
S32951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Sari, Author
Abstrak :
ABSTRAK Obat antihiperkolesterolemia merupakan obat yang di konsumsi dalam jangka waktu yang lama, untuk itu dilakukan penelitian yang membuktikan keamanan penggunaan obat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keamanan penggunaan obat LS yang merupakan obat antihiperkolesterolemia hasil sintesis golongan statin, terhadap organ jantung ditinjau dari aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan kreatin kinase (CK) pada plasma. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus novergicus L), galur Sprague Dawley, berumur 2 bulan dengan berat badan kuranglebih 200 gram, berjumlah masing-masing 40 ekor tikus jantan dan betina. Setelah itu, hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu: 3 kelompok diberikan dosis yang berbeda, dan 1 kelompok merupakan kelompok kontrol. Dosis yang diberikan yaitu: 1,8 mg/200 g bb tikus/hari; 3,6 mg/200 g bb tikus/hari dan 7,2 mg/200 g bb tikus/hari; sedangkan kelompok kontrol diberikan CMC 0,5%. Pemberian obat LS dilakukan secara oral dengan alat sonde lambung, sekali sehari, selama 90 hari. Pemeriksaan pengaruh pemberian Obat LS terhadap organ jantung dilakukan dengan mengukur aktivitas AST dan CK plasma. Data yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan aktivitas AST dan CK yang bermakna antar kelompok I, II dan III dibandingkan terhadap kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan Obat LS aman terhadap organ jantung. ABSTRACT The cholesterol lowering drugs, is consumed for several months. It’s necessary to prove its toxic effect if using that drug in a long term. The research was carried out to prove the toxic effect of LS as cholesterol lowering drug, to the heart by measuring the activities of aspartic aminotransferase and creatine kinase. The research had done on albino rats of 2 month old with body weight about of 200 gram. There was each 40 male and female rats and divided into four groups. Group I, II, and III were treated by giving LS drug with dosage: 1,8 mg/200 g of rat’s weight /day; 3,6 mg/200 g of rat’s weight/day; and 7,2 mg/200 g of rat’s weight/day. Group IV was treated as negative control by giving CMC 0,5%. The whole treatment was given orally, once a day for 90 days. The heart examination had done by measuring the enzymes activities of AST and CK plasm. The report had analysed by ANAVA test if significant difference found, the analysis was continued by LSD test. The result showed that was no significant differences of the activity of AST and CK plasm between group I, II, III compared with group IV as the control. The conclusion of LS drug had tested that wasn’t effect to the heart.
2008
S33034
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilmar Musram
Abstrak :
Penetapan status vitamin B-6 secara biokimia penting, sebab gambaran klinis defisiensi vitamin ini menyerupai defisiensi vitamin B-kompleks yang lain. Cara yang paling tepat ialah dengan mengukur kadar vitamin tersebut dalam jaringan. Kadarnya dalam plasma tidak stabil dan lebih mencerminkan masukan yang baru. Eritrosit adalah jaringan yang mudah didapatkan, tetapi penetapan kadar vitamin B-6 dalam eritrosit sukar dan tidak cocok untuk penetapan rutin. Akan tetapi, eritrosit mengandung aspartat aminotransferase (EC. 2.6.1.1) (ASAT) yang memerlukan vitamin B-6 sebagai koenzim. Aktivitas enzim ini menurun pada defisiensi vitamin B-6 dan meningkat pada penambahan piridoksal fosfat (PLP) in vitro. Status vitamin B-6 dinyatakan sebagai koefisien aktivasi (KA) = rasio aktivitas ASAT eritrosit (ASATE) dengan dan tanpa penambahan PLP atau sebagai persen aktivasi (PA) = (KA x 100) - 100. Efek aktivasi (KA atau PA) ASATE pada status vitamin B-6 normal yang dilaporkan oleh para peneliti terdahulu sangat bervariasi. Telah ditetapkan status vitamin B-6 pada 81 sukarelawan sehat (18-70 th, 39 laki-laki dan 42 perempuan) dengan menentukan aktivitas ASATE dalam hemolisat dengan pengenceran 20x dengan kit Granutest 25 ASAT Tris Merck no.kat. 12162 dan 12165. Untuk aktivasi, digunakan PLP (P 9255 Sigma) yang kadarnya pada reaksi akhir 0,1 mM. Kadar hemoglobin (Hb) ditetapkan dengan kit Hb Merck no.kat. 3317. Diperoleh KA (PA) ASATE 1,27 t 0,11 (27 ± 11 %) (X ± SD). Kadar Hb tiap subjek dalam batas normal. Penelitian ini memberikan data normatif status vitamin B-6. ...... Biochemical assessment of vitamin B-6 status is important as vitamin B-6 deficiency mimics the other vitamin B-complex deficiency. The ideal assessment of vitamin status is by direct measurement of the concentration of the vitamin tissues, while the vitamin concentration in plasma reflects current intake rather than tissue stores. Erythrocytes are a conveniently sampled tissue, but direct vitamin B-6 measurement in erythrocytes is not feasible in the routine laboratory. However, erythrocytes contain aspartate aminotransferase (EC.2.6.1.1)(ASAT) for which vitamin B-6 function as coenzyme. In vitamin B-6 deficiency, the activity of this' enzyme falls, but by in vitro activation of the enzyme with added pyridoxal phosphate (PLP) the activity increases. Vitamin B-6 status is expressed as activation coefficient (AC) = ratio of the erythrocyte ASAT (EASAT) activity with addition of PLP and EASAT activity without addition of PLP or activation percent (AP) = (AC x.100) - 100. Previous reports gave variable values for the activation effect (AC or AP) of EASAT in normal vitamin B-6 status. Vitamin B-6 status was assessed by measuring EASAT activities in 20x diluted hemolysate using Granutest 25 ASAT Tris kit (Merck cat.no. 12162 and 12165) of 81 healthy volunteers {39 men and 42 women) aged 18-70 y. PLP with a final concentration of 0,1 mM (Sigma P 9255) was used for activation. Hemoglobin (Hb) concentration was assessed using Hb kit Merck cat. no. 3317. We obtained values for EASAT AC (AP) 1,27 + 0.11 (27 + 11 %) (X + SD). The Hb concentration of all individuals was normal. This study provided normative data on vitamin B-6 status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Nadhilah
Abstrak :
Jamu K yang mengandung ekstrak rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) dan daun mimba (Azadirachta indica) secara empiris digunakan untuk terapi kanker. Oleh karena obat antikanker umumnya digunakan dalam jangka waktu panjang, maka penelitian tentang keamanannya terhadap organ vital tubuh perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian jamu ?K? peroral selama 90 hari terhadap organ jantung tikus putih dilihat dari aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan kreatin kinase (CK) plasma serta gambaran histologis jantung. Hewan uji yang digunakan adalah 48 ekor tikus putih (Ratus novergicus L) galur Sprague Dawley yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan. Kelompok I sampai III diberi bahan uji dengan dosis sebesar 1980 mg/kg bb, 3960 mg/kg bb, dan 7920 mg/kg bb. Kelompok IV, sebagai kontrol, diberi larutan CMC 0,5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada aktivitas AST dan CK plasma serta gambaran histologis jantung antara kelompok dosis dengan kelompok kontrol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Utami Ningrum
Abstrak :
Masyarakat Indonesia secara empiris menggunakan tanaman obat untuk mengobati penyakit atau meningkatkan kesehatan. Jamu ?D? adalah obat tradisional yang mengandung ekstrak tanaman obat Centella asiatica (L.) Urban dan Apium graveolens L. yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Kebanyakan orang biasanya menggunakan obat tradisional ini secara berulang dan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, obat tradisional harus tidak memiliki efek toksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu ?D? selama 90 hari terhadap organ jantung tikus putih ditinjau dari aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan kreatin kinase (CK) plasma serta gambaran histologis jantung. Jamu ?D? diberikan secara oral pada 24 ekor tikus jantan dan 24 ekor tikus betina, yang masing-masing dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I, II, dan III masingmasing diberikan dosis 1980; 3960; 7920 mg/kg bb tikus, sedangkan kelompok IV merupakan kelompok kontrol yang hanya diberikan larutan CMC 0,5 %. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah dan organ jantung untuk mengetahui aktivitas AST dan CK plasma serta gambaran histologis jantung. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah (α = 0,05) dan menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna aktivitas AST dan CK serta gambaran histologis jantung antara kelompok perlakuan dengan kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengunaan jamu ?D? selama 90 hari tidak mempengaruhi organ jantung tikus putih.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32704
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Aprilia
Abstrak :
The "FAD" is one of herbal medicine that can be used for diabetes mellitus. Because It will be used for long term repeated administration, so the "FAD" must be assessed especially for liver and renal function. The purpose of this study is to know the acute toxicity effect of the "FAD" before used by people through determining LD50, alanine aminotransferase (ALT) and aspartate aminotransferase (AST) plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma of mice. This study used the Deutshe Yoken mices (25 male and 25 female) as an experimental animal. Each sex divided into five groups and each groups consist of five mices. Group I, II, III, and IV were given "FAD" with 0,813; 2,033; 5,083; and 12,708 g/kgbw dosage as a study group, while group V was given 0,5% CMC orally as a control group. Twentyfour hours after administration the test solution, the number of the mice died was counted, and there were none of the mice died so the LD50 value cannot be determined. One way varian analysis of ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatine plasma was done at 24 hours and 14 days after the test solution was given (=0,05) showed that there was no significant differences between study groups and control group. The result was indicated that given "FAD" with maximum concentration of 12,708 g/kgbw did not have significant effect on the liver and renal function through parameter ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma.
Obat herbal "FAD" adalah salah satu obat herbal yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Oleh karena penggunaannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati dan ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek toksisitas akut obat herbal antidiabetes "FAD" terhadap fungsi hati dan ginjal dengan parameter nilai LD50, aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), serta kadar urea dan kreatinin plasma pada mencit putih jantan dan betina. Pada penelitian digunakan 50 ekor mencit putih galur DDY (Deutshe Yoken) yaitu 25 ekor mencit jantan dan 25 ekor mencit betina. Masing-masing jenis kelamin dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 mencit di setiap kelompoknya. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut adalah 0,813; 2,033; 5,083; dan 12,708 g/kgbb. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapatkan bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan. Hasil uji statistik ANOVA satu arah (=0,05) terhadap hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin setelah 24 jam dan 14 hari dari perlakuan menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara bermakna baik antar kelompok maupun dengan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan uji obat herbal "FAD" dengan konsentrasi maksimum 12,708 g/kgbb tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit putih jantan dan betina dengan parameter aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin plasma.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2008
S32996
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library