Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Yarlitasari
"Tujuan : Mengetahui besarnya kegunaan dan keberhasilan pemasangan LMP yang menggunakan pelincir jeli lidokain 2% dibandingkan dengan yang dibasahi salin 0,9% pada anestesi umum inhalasi dengan N20 : 02 = 70% : 30%. Disain : Uji klinik tersamar ganda. Pasien : 56 pasien yang menjalankan operasi berencana dengan anestesi umum inhalasi dan tidak ada indikasi kontra penggunaan LMP di InstaIasi Bedah Pusat RSCM pada bulan Oktober sampai dengan Desember tahun 2005, usia 18-60 tahun, ASA 1/1I, berat badan sesuai ukuran LMP no 3 atau 4. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, masing masing 26 pasien, kelompok 1 dilakukan pemasangan LMP dengan pelincir salin 0,9% dan kelompok II dilakukan pemasangan LMP dengan pelincir ieli lidokain 2%. Apabila LMP terinsersi dilakukan OGT. Selama pemasangan LMP tersebut dilakukan pengamatan dan pengukuran tekanan sungkup LMP setiap 30 menit sarnpai operasi selesai. Analisa statistik dilakukan dengan uji t untuk data numerik, uji x kuadrat untuk data nominal dan koreksi yaitu bila nilai ekspektasi kurang dari 5 dengan tingkat signifikan p<0,05.
Hasil : Angka keberhasilan pemasangan LMP dengan menggunakan pelincir lidokain sama dengan menggunakan pelincir salin (92,3 %><84,6 %) p>0,05. Sehingga pada uji statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p>0,05). Komplikasi "sore throat" yang timbal selama pemasangan LMP dengan pelincir lidokain dan salin pada 5 menit pasca ekstubasi di ruang pulih adalah sama yaitu "sore throat" ringan 3,8 % pada pelincir salin dan 7,7 % "sore throat" sedang pada pelincir lidokain, namun dari uji statistik perbedaan ini tidak signifikan (p>0,05). Begitu juga "sore throat" yang terjadi 24 jam pasca bedah pada pemasangan LMP dengan salin terdapat 3,8 % "sore throat" sedang dan pada lidokain 7,7 % "sore throat" ringan secara uji statistik perbedaan ini tidak signifikan (p>0,05).
Kesimpulan : Secara uji statistik keberhasilan pemasangan sungkup LMP pada kelompok salin dan lidokain tidak berbeda secara signifikan. Begitu pula dengan kekerapan "sore throat" dan derajat "sore throat" antara kelompok salin dan lidokain tidak berbeda secara signifikan.

OBJECTIVE : To compare the successfully of attempt LMP with correlation between lubricant lidocain 2 % or saline 0,9 % and incidence of post operative sore throat after general anesthesia inhalation with N20/02/Enflurance facilitated by LMP with lubricant lidocain 2 % or saline 0,9%.
STUDY DESIGN : Double blind randomized clinical trial. PATIENT : 56 patient, 18 to 60 years old, underwent elective surgery in IBP RSUPN -- CM, ASA I 1 II malampatie score 1, area of surgery not in the head and neck, in supine position with OGT placement. Patients were allocated into two groups. 26 patients in group I with saline lubricant, and 26 patients in group II with lidocaine lubricant. After the operation patients was recorded about successfully attempt of LMP and complaint of sore throat in the recovery room, and 24 hours after anesthesia. Statistics analysis with T-test for continues data, x2 test and Fischer's exact test for categorical data. Spearman correlations test with significant value P <0,05 and confidence interval 95%.
RESULTS : The incidence of successfully attempt LMP with lidocaine equivalent with saline (92,3% >< 84,6%) P >0,05, The incidence of mild sore throat at the recovery room 3,8% with saline and 7,7% moderate sore throat with lidocaine (P >0,05). The incidence of sore throat at 24 hours after surgery were 3,8% moderate sore throat with saline and 7,7% mild sore throat with lidocaine (P > 0,05).
CONCLUSION : The successfully attempt of LMP in the saline group not signifikan compare to lidocain group. Morbidity of sore throat not significant between saline group compare to lidocaine group and intensity of sore throat between saline group not significant compare to lidocaine group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Synthia Andriani
"Bunuh diri menjadi penyebab kedua pada kematian remaja perempuan dan penyebab ketiga pada kematian remaja laki-laki di dunia. Remaja diperhadapkan dengan berbagai tantangan hidup baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Tantangan yang dihadapi, tidak semua remaja mampu untuk mengatasinya sendiri, akibatnya sering kali membawa masalah dengan solusi upaya bunuh diri. Keluarga mempunyai peran penting dalam merawat anggota keluarga dengan risiko bunuh diri dan pencegahan bunuh diri  . Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi keluarga dalam menangani remaja dengan percobaan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam kepada delapan partisipan yang berdomisili di Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan  dengan kriteria: inklusi bapak atau ibu yang memiliki remaja usia 15-18 tahun dengan percobaan bunuh diri, tinggal serumah, tidak memiliki hambatan verbal. Penelitian ini menggunakan analisis tematik dengan 6 langkah yaitu mengenal data, koding, menentukan tema, meninjau kembali tentang tema, memberi nama pada tema, menulis laporan. Hasil wawancara dan catatan lapangan dari partisipan mengidentifikasi lima  tema yaitu bunuh diri dilihat dari budaya   Toraja,   respons   keluarga,   tantangan   mendampingi   remaja   dengan percobaan bunuh diri, peran keluarga, dan kebutuhan keluarga. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar keluarga mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan informasi tentang remaja dengan percobaan bunuh diri yang didapatkan dari tenaga kesehatan yang professional.
......Suicide is the second leading cause of death for adolescent girls and the third leading cause of death for adolescent boys in the world . Adolescents are faced with various life challenges both from within themselves and from their environment. The challenges faced, not all adolescents are able to overcome on their own, as a result it often brings problems with the solution of suicide attempts. Families have an important role in caring for family members at risk of suicide and preventing future suicides. The purpose of this study was to explore families in dealing with adolescents with suicide attempts. This study used descriptive qualitative methods. Data were collected by in-depth interviews, participants in this study amounted to 8 people with the inclusion criteria of fathers or mothers who have adolescents aged 15-18 years with suicide attempts, live in the same house, do not have verbal barriers. This study uses thematic analysis with 6 steps, namely recognizing data, coding, determining themes, reviewing themes, giving names to themes, writing reports. The results of interviews and field notes from participants identified 5 themes namely suicide seen from Toraja culture, family response, challenges of accompanying adolescents with suicide attempts, family roles, and family needs. The results of this study recommend that families get guidance assistance and information support about adolescents with suicide attempts obtained from health professionals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hajar Zunaidi
"Rancangan KUHP dan Rancangan KUHAP telah mengadopsi mekanisme penyelesaian perkara di luar proses yakni pada Pasal 145 R-KUHP dan Pasal 42 R-KUHAP, sebagai suatu kebijakan pidana (penal policy) untuk menanggulangi peningkatan jumlah perkara yang bersifat ringan yang membebani sistem peradilan pidana dan anggaran negara. Meskipun demikian, masih ada permasalahan utama terkait upaya memperluas penerapan mekanisme penyelesaian perkara di luar proses atau afdoening buiten proces dalam sistem peradilan pidana Indonesia yakni belum siapnya sistem hukum pidana Indonesia untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara komprehensif tentang pertimbanganpertimbangan yuridis sebagai dasar kebijakan pidana (penal policy) untuk memperluas penerapan mekanisme transaksi atau afdoening buiten proces dari pasal 82 KUHP, hal-hal yang harus dipenuhi sebagai prasyarat, serta tentang kriteria-kriteria tindak pidana yang dapat diselesaikan dengan menerapkan mekanisme transaksi atau afdoening buiten proces. Tipe penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, namun untuk memperkuat argumen normatif, peneliti juga telah mendapatkan argumen praktis-sosiologis tentang urgensi perluasan penerapan afdoening buiten proces dalam sistem peradilan pidana terpadu dengan cara melakukan wawancara terstruktur dengan nenek Aminah, Aguswandi, dan Kholil yang telah menjalani proses hukum acara pidana karena tindak pidana yang bersifat ringan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pertimbanganpertimbangan yuridis sebagai dasar kebijakan pidana memperluas penerapan mekanisme penyelesaian perkara di luar proses atau afdoening buiten proces dalam sistem hukum pidana Indonesia adalah sebagai wujud implementasi asas oportunitas yang dimiliki penuntut umum, sesuai dengan asas peradilan pidana yang cepat, sederhana, dan biaya ringan, relevan dengan konsep restorative justice yang sekarang ini berkembang, sebagai bagian dari upaya desain ulang sistem peradilan pidana, sebagai alternatif untuk pidana penjara singkat, dan sebagai langkah terobosan hukum untuk pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan hal-hal yang harus dipenuhi sebagai prasyarat memperluas penerapan mekanisme penyelesaian perkara di luar proses adalah dalam hukum acara pidana harus dirumuskan mekanisme penyelesaian perkara di luar proses yang cocok bagi sistem hukum Indonesia yakni dalam bentuk transaksi, pola transaksi, lembaga pelaksana transaksi, prinsip-prinsip pelaksanaan transaksi, dan hal-hal teknis lainnya. Terakhir, kriteria-kriteria tindak pidana yang dapat diselesaikan dengan menggunakan mekanisme transaksi adalah (pertama) kriteria yang bersifat subyektif seperti umur pelaku, kondisi fisik dan mental, mens rea, serta kondisi, sikap,atau tindakan pelaku setelah terjadinya tindak pidana, dan (kedua) kriteria yang bersifat obyektif seperti derajat tercelahnya perbuatan, derajat kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan, jenis tindak pidana (kejahatan atau pelanggaran), ancaman pidana dalam pasal yang dilanggar, serta faktor kepentingan umum.
......The draft Criminal Code and Criminal Procedure Code has adopted the draft resolution mechanisms criminal case settlement outside the trial process on Article 145 of the Penal Code and Article 42 R-KUHAP, as a penal policy to cope with an increasing number of mild cases that burden the criminal justice system and the budget countries. Nevertheless, there are still major issues related to efforts to expand the application of criminal case settlement outside the trial process or afdoening buiten proces in the criminal justice system that is unprepared Indonesian criminal justice system to implement. Therefore, this study aims to gain a comprehensive understanding of legal considerations as a basis for penal policy extending the application of the criminal case settlement outside the trial process of Article 82 of the Criminal Code, the things that must be met as a prerequisite, as well as on the criteria?s crimes that can be solved by applying the criminal case settlement outside the trial process. Type of research is a normative juridical studies, but to strengthen the normative argument, researchers also have a practical-sociological argument about the urgency of expanding the application of afdoening buiten proces in the integrated criminal justice system by means of structured interviews with Amina, Aguswandi, and Kholil who had undergone criminal proceedings for criminal acts that are minor. The results of this study concluded that the legal considerations as a basis for penal policy of extending the application criminal case settlement outside the trial process in Indonesian criminal law system is as a form of implementation of the opportunity principle that the prosecution had, in accordance with the principle of criminal justice is quick, simple , and low cost, relevant to the concept of restorative justice are the present developed, as part of efforts to redesign the criminal justice system, as an alternative to short jail, and as a legal breakthrough for the eradication of corruption. While the things that must be met as a prerequisite for extending the application criminal case settlement outside the trial process is in the Criminal Procedure Code must be formulated the criminal case settlement outside the trial process which is suitable for the Indonesian legal system that is in the form of transactions, patterns of transactions, the implementing agency transactions, principle-principle of the transaction, and other technical matters. Finally, the criteria's crimes that can be solved by using a transaction mechanism is the (first) subjective criteria such as offender age, physical condition and mental, mens rea, as well as the conditions, attitudes, or actions of the perpetrator after the crime, and (second ) are objective criteria such as degrees of flawed act, the degree of damage or loss incurred, the type of crime (felony or offense), the threat of criminal in the article are being violated, as well as public interest factors."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T30093
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Styawan
"Hasil proyeksi BNN memperkirakan, angka prevalensi penggunaan narkoba akan meningkat sekitar 2,8% di tahun 2015. Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Balai Besar Rehabilitasi BNN telah terjadi trend meningkatnya percobaan bunuh diri sejak tahun 2012 sampai tahun 2014 sebanyak 22 kasus percobaan bunuh diri pada residen yang sedang menjalani rehabilitasi.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali masalah utama yaitu trend meningkatnya kasus percobaan bunuh diri pada residen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lokus dalam penelitian ini dilakukan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, dimana yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah 3 orang residen Balai Besar Rehabilitasi BNN yang sedang menjalani rehabilitasi dan pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu Dukungan Sosial, Ketidakberfungsian Psikososial dan Transisi Tahapan Rehabilitasi maka dapat diketahui bahwa setiap residen memiliki tingkatan yang berbeda antara residen yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya dapat diketahui bahwa Faktor pendorong para residen melakukan percobaan bunuh diri saat menjalani rehabilitasi adalah Faktor Dukungan Sosial dan Faktor Ketidakberfungsian Psikososial, sedangkan Faktor Pencetusnya adalah Transisi Tahapan Rehabilitasi.
Balai Besar Rehabilitasi BNN hendaknya melakukan pencegahan percobaan bunuh diri pada residen dengan melakukan asesmen resiko bunuh diri sehingga dapat melakukan intervensi apabila gejala-gejala itu timbul dan langkah-langkah penangannya berupa standar operasional prosedur penanganan percobaan bunuh diri.
......
The projection BNN estimates, the prevalence of drug use will increase by approximately 2.8 % in 2015. The recovery process is a drug addict is not a short process and can not be done easily. Based on data obtained from sources BNN Rehabilitation Center the rising trend of suicide attempts for the residents who are undergoing rehabilitation has happened since 2012 to 2014 as many as 22 cases. The cause of suicide attempts are low Social Support, Psychosocial Dysfunction, Transition Stages of Rehabilitation.
This research uses a qualitative approach to explore the major issues and the factors that influence it. The locus of this research conducted at BNN Rehabilitation Center, while where the subjects in this study were 3 residents of BNN Rehabilitation Center who are undergoing rehabilitation and attempted suicide for 1 time.
Based on these factors, which are Social Support, Psychosocial Dysfunction Transition Stages of Rehabilitation it can be seen that different levels occurs among residents. Furthermore, it is known that the driving factors for the resident attempted suicide while undergoing rehabilitation is the Social Support Factors and Psychosocial Disfunction, while the originators factor is the Transition Stages of Rehabilitation.
BNN Rehabilitation Center shall have suicide prevention for residents by doing suicide risk assessment so intervention can be done when the symptoms arise. And the handling suicide steps are based on standard operating procedure of handling suicide attempts."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Henry Setyawan
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal dengan bahan hukum yang diperoleh dari studi pustaka meliputi bahan hukum primer yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari literatur-literatur yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja upaya hukum pasca Putusan Arbitrase, dan bagaimana pengaturan upaya hukum pasca Putusan Arbitrase dalam Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa? Dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase, sebagaimana lazim dikenal dalam lembaga peradilan, pemeriksaan sengketa akan berujung pada sebuah putusan. Setelah putusan dibuat dan diucapkan, pihak yang dikalahkan, apabila tidak puas, memiliki beberapa macam alternatif upaya hukum terhadap Putusan Arbitrase tersebut. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa membolehkan para pihak yang tidak puas terhadap Putusan Arbitrase tersebut untuk melakukan upaya hukum melalui Majelis Arbitrase bersangkutan atau melalui pengadilan. Upaya hukum melalui Majelis Arbitrase bersangkutan meliputi Permohonan Koreksi Putusan Arbitrase dan Permohonan Penambahan atau Pengurangan Putusan Arbitrase yang diatur secara singkat dalam Pasal 58 Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Upaya hukum berupa Permohonan Penolakan Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional diatur dalam Pasal V Ayat (I) dan (2) Konvensi New York 1958. Sedangkan, upaya hukum berupa Pembatalan Putusan Arbitrase diatur dalam Pasal 70, Pasal 71, Pasal 71 Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan pengaturan alasan- alasan serta tata cara untuk melakukan Pembatalan Putusan Arbitrase.
......This research is using normative law research method or doctrinal research method and law material from general surveying which contain primary law material that consist of law regulation and secondary law material that consist of literatures that gives explanation about primary law material. The problems in this research are what kind of legal attempt after issuing arbitral award, and how the arbitration and alternative dispute settlement law regulate the legal attempt after issuing arbitral award. In the process of dispute settlement through arbitration, as known in the court, dispute examination will end in a final decision. After arbitral rendered the award, the losses party, if not satisfied, has some alternative legal attempt toward that arbitral award. As result of research can be concluded that the arbitration and alternative dispute settlement law permitted the unsatisfied party to challenge that arbitral award before the arbitral panel or the court. Legal attempt before arbitral panel consist of correction of the award and additional or reduction of the award which regulated in chapter 58 of the arbitration and alternative dispute settlement law. The refusal request of recognition and enforcement international arbitral award regulated in chapter V New York 1958 convention. Whereas , the legal attempt to set aside the arbitral award regulated in chapter 70, 71. and 72 of arbitration and alternative dispute settlement law that gives reasons and procedures to set aside Arbitral award."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T25984
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sesario
"Latar Belakang: Manajemen jalan napas pada bayi dan anak memiliki kesulitan tersendiri karena ukurannya yang lebih kecil, proporsi struktur anatomi yang berbeda dari orang dewasa, dan risiko hipoksemia yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi intubasi endotrakea pada bayi dan anaknya, salah satunya adalah dengan memanipulasi bentuk dan sudut ETT. ETT spiral merupakan salah satu hasil manipulasi bentuk dan sudut ETT di mana ETT dengan stylet fleksibel dipuntir secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji klinis efektivitas penggunaan ETT spiral dibandingkan dengan ETT tanpa stylet pada intubasi pasien anak usia 1 bulan sampai 6 tahun dengan menggunakan videolaringoskop.
Tujuan: Membandingkan angka keberhasilan first attempt, akurasi penempatan, waktu penempatan, dan efek samping penggunaan ETT spiral dibandingkan dengan ETT tanpa stylet pada intubasi pasien anak usia 1 bulan-6 tahun dengan menggunakan videolaringoskop.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis terandomisasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama September sampai dengan November 2021. Sebanyak 50 subjek yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dirandomisasi dan dikelompokkan ke dalam kelompok ETT spiral dan ETT tanpa stylet. ETT spiral dibentuk dengan cara memuntir ETT dengan bantuan alat yang dibuat oleh peneliti. Keberhasilan first attempt, akurasi penempatan, waktu penempatan dan efek samping dari kedua jenis ETT dicatat dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis komparasi kategorik/numerik tidak berpasangan.
Hasil: Hubungan antara keberhasilan intubasi first attempt pada ETT spiral dan ETT tanpa stylet adalah 80 % vs 64% dan  dengan nilai  p = 0.208 tidak bermakna. Perbandingan total intubation time pada kedua jenis ETT didapatkan tidak signifikan (46.532±5.195 detik ETT spiral vs 48.376±4.952 detik ETT tanpa stylet; nilai p = 0.205). Perbandingan total tube handling time pada kedua jenis ETT didapatkan bermakna, di mana ETT spiral menunjukkan perbedaan rata-rata waktu yang lebih singkat dibandingkan ETT tanpa stylet (16.764±3.572 detik vs 18.828±3.654 detik; p = 0.049). Penempatan ETT berhubungan signifikan dengan jenis ETT, di mana ETT spiral memiliki kemungkinan penempatan ETT di sentral yang lebih besar dibandingkan dengan ETT tanpa stylet dengan nilai p = 0.015. Tidak ada satupun subjek yang mengalami efek samping pada kedua jenis ETT.
Kesimpulan: Angka keberhasilan intubasi first attempt, didapatkan data yang tidak bermakna, namun dilihat dari nilai total tube handling time dan akurasi penempatan ETT di sentral, terdapat perbedaan yang bermakna.
......Background: Airway management in infants and children has its own difficulties due to its smaller size, different proportions of anatomical structures than adults, and a higher risk of hypoxaemia than adults.  Various interventions have been carried out to increase the efficiency of endotracheal intubation in infants and their children, one of which is by manipulating the shape and angle of the ETT.  Spiral ETT is one of the results of manipulation of the shape and angle of the ETT where the ETT with flexible stylets is twisted manually.  This study aims to conduct a clinical trial of the effectiveness of the use of a spiral ETT compared to an ETT without a stylet in intubating pediatric patients aged 1 month to 6 years using a videolaryngoscope.
Objective: To compare the successful first attempt intubation, placement accuracy, placement time, and side effects using a spiral ETT compared to an ETT without a stylet in intubating pediatric patients aged 1 month-6 years using a videolaryngoscope.
Methods: This study was a randomized clinical trial at Cipto Mangunkusumo General Hospital during September to November 2021. A total of 50 subjects who met the inclusion and exclusion criteria were randomized and grouped into spiral ETT and styletless ETT groups.  The spiral ETT was formed by twisting the ETT with the help of a tool made by the researcher.  Placement accuracy, placement time and side effects of both types of ETT were recorded and analyzed using the unpaired categorical/numeric comparative analysis method.
Results: The relationship between successful first attempt intubation in spiral ETT and ETT without stylet was 80% vs 64% and with p value = 0.208 was not significant. The comparison of total intubation time for both types of ETT was not significant (46.532±5.195 seconds spiral ETT vs 48.376±4.952 seconds ETT without stylet; p value = 0.205). The comparison of the total tube handling time for the two types of ETT was significant, where the spiral ETT showed a shorter average difference than the standard ETT (16,764±3.572 seconds vs 18,828±3.654 seconds; p = 0.049). ETT placement was significantly related to the type of ETT, where spiral ETT had a greater likelihood of central ETT placement compared to styletless ETT with p value = 0.015. None of the subjects experienced side effects on both types of ETT.
Conclusion: The success rate of first attempt intubation, obtained data that is not significant, but seen from the total tube handling time and the accuracy of the placement of the ETT in the center, there is a significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sasha Namira Riza A.
"

Daya tarik media sosial saat ini menimbulkan masalah yang memprihatinkan. Salah satunya adalah semakin banyaknya fenomena kecanduan media sosial. Faktor utama yang menyebabkan kecanduan media sosial adalah penggunaan media sosial sebagai alat untuk berinteraksi dan mendapatkan umpan balik dari orang lain, atau sebagai alat untuk melakukan attention-seeking. Harga diri yang terdefinisi dengan baik adalah kebutuhan dasar setiap individu, dan media sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini. Semakin banyak perhatian yang didapat pengguna, semakin besar kontrol pengguna untuk mengubah persepsi orang lain tentang mereka. Persepsi pengguna media sosial pada citra diri mereka sendiri akan berdampak pada aspek psikologis diri mereka, dan hal ini telah dibuktikan oleh beberapa penelitian terdahulu. Namun, penggunaan media sosial sebagai alat attention-seeking mungkin tidak hanya berdampak pada aspek psikologis individu, tetapi juga pada aspek sosial - meningkatkan modal sosial pengguna - dan ekonomi - meningkatkan peluang pengguna untuk mendapatkan pekerjaan atau aspek penghasil pendapatan lainnya--. Namun, belum ditemukan penelitian terdahulu mengenai perilaku attention-seeking melalui media sosial dan dampaknya terhadap aspek sosioekonomi pengguna. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah perilaku attention-seeking melalui media sosial memberikan manfaat sosioekonomi. Sebuah survei diantara 883 pengguna media sosial di Indonesia, dan analisis dari profil responden menunjukkan bahwa perilaku attention-seeking di media sosial, melalui upaya pemasaran diri, memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan manfaat sosioekonomi yang dirasakan


The appeal of social media is currently evoking a matter of concern. One of which is the growing number of social media addicts. The main factor that causes social media addiction is the use of social media as a tool to interact and get feedback from others or to seek attention from other users. Well-defined self-worth is the basic need of every individual, and social media could be used to meet this need. The more attention the user gets, the more control the user has to change other peoples perceptions of them. The perception of social media users on their self-image will have an impact on the psychological aspect of themselves, and it is already proven by several studies. However, the use of social media as an attention-seeking tool is might not only have an impact on the individuals psychological aspect but also on their social increases users social capital and economic increases users opportunity to get a job or other income-generating activities aspects. Yet, previous studies regarding attention-seeking behavior through social media had only been focused on its impact on the psychological aspect. Therefore, this study aims to answer the question of whether attention-seeking behavior through social media exerts socioeconomic benefits. A survey among 883 social media users in Indonesia and a content analysis of the respondents profiles shows that attention-seeking behavior through social media, through self-marketing attempts, is strongly and positively related to perceived socioeconomic benefit.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananto Wiji Wicaksono
"Latar Belakang: Intubasi nasotrakeal adalah manajemen jalan napas yang banyak digunakan, terutama pada operasi di daerah oral. Beragam perangkat ditemukan untuk melakukan teknik intubasi, seperti video laringoskop. Penggunaan Video Laringoskop C-MAC® (CMAC) memungkinkan visualisasi glottis yang lebih baik bila dibandingkan dengan laringoskop Machintosh. Pada kasus jalan napas sulit, CMAC meningkatkan angka kesuksesan intubasi orotrakeal. Namun perangkat ini
tidak umum digunakan pada intubasi nasotrakeal. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 86 subjek penelitian untuk membandingkan keberhasilan intubasi dan durasi waktu intubasi nasotrakeal pada pasien dewasa ras Melayu antara penggunaan laringoskop video C-MAC® dengan penggunaan laringoskop konvensional Macintosh. Kriteria penolakan adalah sulit jalan napas, kehamilan, penyakit jantung iskemik akut, gagal jantung, blok derajat 2 atau 3, hipertensi tak terkontrol, Sindrom Guillen Barre, Myasthenia Gravis, dan
kontraindikasi intubasi nasotrakeal. Hasil: Penggunaan CMAC meningkatkan angka keberhasilan upaya pertama kali intubasi (RR 1,265, CI 95% (1.084-1.475)) dan membutuhkan durasi waktu
intubasi yang lebih singkat (nilai p<0,001) dibandingkan penggunaan laringoskop konvensional Macintosh pada populasi dewasa ras Melayu. Simpulan: Pada pasien dewasa ras Melayu, intubasi nasotrakeal lebih mudah dengan menggunakan video laringoskop CMAC dibandingkan dengan menggunakan laringoskop konvensional Macintosh. Kemudahan intubasi didefiniskan sebagai keberhasilan upaya pertama kali yang lebih sering dan waktu prosedur intubasi yang lebih singkat.
......Background: Nasotracheal intubation is a widely used airway management, especially in oral surgery. Various devices were found to perform intubation techniques, such as video laryngoscopes. The use of the C-MAC® Video Laryngoscope (CMAC) enables better glottis visualization compared to the
Machintosh laryngoscope. In the case of a difficult airway, CMAC increases the success rate of orotracheal intubation. However, this device is not commonly used in nasotracheal intubation. Methods: A single blinded randomized clinical trial study of 86 subjects has been done to compare the success of intubation and duration of nasotracheal intubation
in adult Malay patients between the use of C-MAC® video laryngoscopes and the use of a conventional Macintosh laryngoscope. Exclution criteria are difficult airway, pregnancy, acute ischemic heart disease, heart failure, second or third degree block, uncontrolled hypertension, Guillen Barre syndrome, Myasthenia Gravis, and contraindications to nasotracheal intubation. Results: The use of CMAC increased the success rate of the first attempt at intubation (RR 1,265, 95% CI (1,084-1,475)) and required a shorter duration of intubation (p value <0.001) than the use of conventional Macintosh laryngoscopes in the adult Malay race population. Conclusion: In adult Malay patients, nasotracheal intubation is easier using the CMAC video laryngoscope compared to using a conventional Macintosh
laryngoscope. The ease of intubation is defined as the high rate of successful first attempt and the shorter time of the intubation procedure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library