Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eszy Celina Asmi
"Latar Belakang: Kebiasaan bernapas melalui mulut umum memengaruhi anak-anak dan
dapat mengakibatkan perubahan kondisi cairan dalam rongga mulut sehingga
memengaruhi kebersihan mulut dan memicu terjadinya bau mulut. Keadaan ini dapat pula
mengakibatkan kondisi mikroorganisme seperti Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans pada mulut mengalami perubahan. Tujuan: Menganalisis kadar
Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans terhadap kondisi bau mulut dan
OHI-S pada sampel saliva dan usap lidah. Metode: Sampel saliva dan usap lidah dari
subjek di uji dengan menggunakan ELISA-indirect dan dibaca nilai absorbansinya
dengan ELISA reader pada panjang gelombang 450nm. Nilai absorbansi dijadikan
sebagai nilai kadar antigen mikroorganisme pada subjek dan dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan organoleptik dan OHI-S. Hasil: Jumlah anak bernapas melalui mulut
ditemukan lebih sedikit pada SD Tugu Ibu 1, Depok. Kondisi bau mulut tidak berkaitan
dengan kebersihan mulut subjek. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan
Candida albicans yang terisolasi pada sampel saliva maupun usap lidah lebih banyak
ditemukan pada anak bau mulut. Kadar antigen Streptococcus mutans serotype e yang
terisolasi pada sampel saliva dan usap lidah tidak memiliki tendensi pada salah satu
kategori OHI-S. Sedangkan kadar antigen Candida albicans memiliki tendensi lebih
banyak pada kategori OHI-S sedang pada kedua sampel dan subjek kecuali pada sampel
usap lidah anak bernapas melalui hidung, lebih banyak ditemukan pada kategori baik.
Kesimpulan: Kondisi bau mulut tidak berhubungan dengan status kebersihan mulut.
Banyaknya kadar antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans tidak
berpengaruh dengan kondisi kebiasaan bernapas anak dan tidak dapat menentukan bau
mulut serta status kebersihan mulut pada subjek anak bernapas melalui hidung maupun
melalui mulut

Background: Mouth breathing is common affects children and can cause changes in fluid
conditions in the oral cavity that affect oral hygiene and trigger bad breath. This situation
can change the condition of microorganisms such as Streptococcus mutans serotype e and
Candida albicans in the mouth. Objective: To analyze the level of Streptococcus mutans
serotype e and Candida albicans on the condition of bad breath and oral hygiene status
in bad breath and oral hygiene condition in subjects. Methods: Saliva and tongue swabs
samples were tested using indirect ELISA, and the absorbance values read with an ELISA
reader at a wavelength of 450nm. Absorbance value is used as the value of microorganism
antigen levels in the subject and compared to the results of organoleptic examination and
OHI-S. Result: The number of mouth breather children is fewer than normal in SD Tugu
Ibu 1, Depok. Bad breath is not related to the subject's oral hygiene. Antigen levels
of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans used in saliva samples or
tongue swabs are more common in children with bad breath. Antigen level of
Streptococcus mutans serotype e isolated in saliva samples and tongue swabs didnt have
a tendency to any of the OHI-S categories. While antigen levels of Candida albicans had
more tendency in the OHI-S category while in both the sample and the subject except for
the nose breather childs tongue swabbing samples, more were found in the good category.
Conclusion: The condition of bad breath is not related to oral hygiene status. The large
number of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens does not
affect the childs breathing habits and cannot determine bad breath and oral hygiene status
in nose breathing and mouth breathing children
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Wijayanti
"Pendahuluan: Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan seseorang, termasuk pendidikan kesehatan gigi. Siwak (Salvadora persica) dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno dan memiliki nilai budaya agama Islam. Selain itu, menurut beberapa penelitian, siwak memiliki kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan bau mulut (halitosis).
Tujuan Penelitian: Untuk menganalisis perubahan parameter halitosis yaitu kadar Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) dan tongue coating setelah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.
Material dan Metode: Metode dalam penelitian ini adalah experimental research dengan subjek penelitian santri usia 11-13 tahun sebanyak 25 orang. Pengukuran parameter halitosis dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian siwak selama 10 hari melalui pendidikan kesehatan gigi. Gas VSC diukur menggunakan alat “Oralchroma” dan skor organoleptik. Pengukuran BOP dilakukan dengan probing pada sulkus gingiva di 6 permukaan pada semua gigi. Pengukuran tongue coating dilakukan dengan menilai area lapisan putih pada permukaan lidah lalu diklasifikasikan. Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan uji Paired T Test ( p< 0,05 sebagai level signifikan).
Hasil: Terjadi penurunan kadar rata-rata VSC total sebanyak 75% setelah pemakaian siwak. Jumlah subjek yang memiliki skor 1 organoleptik meningkat menjadi 36% yang disertai dengan penurunan jumlah subjek dengan skor 4. Terjadi penurunan nilai rata-rata BOP dan skor tongue coating berurutan sebanyak 57,7% dan 26% setelah penggunaan siwak. Analisis statistik terhadap seluruh parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak dengan paired-t-test memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Kesimpulan: Terjadi penurunan parameter halitosis sebelum dan sesudah penggunaan siwak pada santri usia 11-13 tahun di pesantren Tapak Sunan Jakarta.

Introduction: Cultural background is one of important factors that influences education, including dental health education. Siwak (Salvadora persica), an oral cleansing tool which came from ancient Arab has Islamic cultural values. Many researches concluded that siwak contains antibacterial agent which has function to kill bacteria causing oral malodor (halitosis).
Objective: The purpose of this study was to analyze halitosis parameters change which consisted of Volatile Sulfur Compounds (VSC), Bleeding on Probing (BOP) and tongue coating after using siwak at 11-13 year old students in Tapak Sunan Boarding School.
Materials and methods: This study used experimental research method and 25 students in the age group of 11-13 year old became subjects of this study. Halitosis parameters measurements were taken before and after using 10 days siwak usage and through dental health education. OralChroma and organoleptic score were used to measure the VSC. Probing on six sites of gingival sulculs of each tooth was used to measured BOP. Classification of tounge coating was performed by observing the presence of white coating on the tongue surface. Statistical analysis was performed using Paired-t Test with p<0.05 as the level of significance.
Results: Approximately 75% reduction of total VSC concentration was observed after siwak usage. Number of subjects with score 1 in organoleptic assessment for halitosis was also increased by 36%. Followed by reduction of BOP and tongue coating score by 57.7% and 26% respectively. Statistical analysis of those parameters showed significant differences before and after siwak usage.
Conclusion: Siwak usage sucessfully decreased all halitosis parameters of the 11-13 years old students in Tapak Sunan Boarding School.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daffodil Murni Manirano
"Bau mulut atau halitosis adalah kondisi yang mengacu pada bau tidak menyenangkan dari rongga mulut dan dapat memengaruhi kepercayaan diri hingga kemampuan bersosial seseorang. Kasus bau mulut—yang berasal dari dalam mulut (intra-oral)—disebabkan adanya senyawa sulfur yang menguap (Volatile sulfur compounds) hasil dari interaksi bakteri dalam rongga mulut. Penanganan bau mulut dapat dilakukan dengan mengatasi bakteri penyebab bau mulut menggunakan zat antibakteri seperti minyak esensial. Minyak esensial dari kenanga, kayu manis, cengkeh, jeruk nipis, dan jeruk lemon diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri bau mulut. Dalam mengatasi bau mulut, bentuk sediaan semprot atau spray oral menjadi pilihan dengan penggunaan yang cukup praktis dan dapat menjangkau area mukosa mulut. Dengan demikian minyak esensial yang sebagai zat aktif dalam sediaan spray dapat berpotensi mengatasi bau mulut. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan formula sediaan spray oral kombinasi dari minyak esensial yang efektif terhadap bakteri penyebab bau mulut. Pada penelitian ini, sejumlah lima jenis minyak esensial komersil dari tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum), kayu manis (Cinnamomum burmannii), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), jeruk lemon (citrus medica limon), dan kenanga (Cananga odorata) dilakukan uji aktivitas antibakteri secara tunggal dan juga kombinasi. Untuk mendapatkan konsentrasi yang digunakan, dilakukan uji potensi antibakteri dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) terhadap bakteri penyebab bau mulut Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, dan Porphyromonas gingivalis. Formulasi sediaan spray yang mengandung kombinasi minyak esensial dilakukan evaluasi meliputi organoleptis, viskositas, densitas, volume tiap penyemprotan, pola dan juga sudut semprotan, uji pH, serta dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan uji KBM. Hasil uji antibakteri menunjukkan minyak cengkeh, kayu manis, dan jeruk nipis (6:4:1) dapat dikombinasikan sebagai kombinasi minyak esensial dalam formulasi sediaan spray dengan total konsentrasi kombinasi sebesar 4%. Evaluasi sediaan spray dengan kandungan kombinasi minyak esensial tersebut menunjukkan hasil organoleptis, viskositas, kemampuan penyemprotan, dan uji pH yang sesuai. Nilai KBM yang diperoleh dari sediaan spray adalah sebesar 31,2 μL/mL terhadap P. gingivalis dan 6,25 μL/mL terhadap S. aureus. Adapun ditunjukkan nilai penghambatan dari sediaan terhadap S. mutans pada konsentrasi 50 μL/mL. Berdasarkan hal tersebut, sediaan spray oral dengan kombinasi minyak esensial cengkeh, jeruk nipis, dan kayu manis berpotensi untuk dikembangkan sebagai sediaan antibakteri terhadap bakteri penyebab bau mulut.

Halitosis, or bad breath, is a condition characterized by an unpleasant odor originating from the oral cavity, which can significantly affect an individual's self-esteem and social interactions. This intra-oral issue is primarily caused by volatile sulfur compounds (VSCs) resulting from bacterial interactions within the mouth. Management of halitosis typically involves addressing the bacteria responsible for the odor using antibacterial agents, such as essential oils. Essential oils derived from ylang-ylang, cinnamon, clove, lime, and lemon have been shown to possess antibacterial activity against oral bacteria associated with bad breath.To effectively address halitosis, the formulation of an oral spray is a practical option that allows for convenient application to the mucosal surfaces of the mouth. Thus, essential oils can serve as active ingredients in this spray formulation, potentially providing a solution for combating bad breath. The aim of this research is to develop an effective oral spray formulation combining essential oils that target bacteria responsible for halitosis. In this study, five commercially available essential oils from clove (Syzygium aromaticum), cinnamon (Cinnamomum burmannii), lime (Citrus aurantifolia), lemon (Citrus medica limon), and ylang-ylang (Cananga odorata) were evaluated for their antibacterial activity both individually and in combination. To determine the appropriate concentrations for use, tests for antibacterial potency and minimum bactericidal concentration (MBC) were conducted against halitosis-causing bacteria including Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, and Porphyromonas gingivalis. The evaluation of the spray formulation containing a combination of essential oils included assessments of organoleptic properties, viscosity, density, spray volume, spray angle and pattern, pH testing, and antibacterial activity through MBC testing. Results indicated that a combination of clove oil, cinnamon oil, and lime oil in a ratio of 6:4:1 could be effectively formulated into a spray with a total concentration of 4%. The evaluation of this spray formulation showed satisfactory results in terms of organoleptic properties, viscosity, spraying capability, and pH levels.The MBC values obtained from the spray formulation were recorded at 31,2 μL/mL against P. gingivalis and 6,25 μL/mL against S. aureus. Additionally, inhibition against S. mutans was observed at a concentration of 50 μL/mL. Based on these findings, the oral spray formulation containing a combination of clove oil, lime oil, and cinnamon oil shows significant potential for development as an antibacterial treatment targeting bacteria responsible for halitosis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library