Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Salam
"ABSTRAK
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 menyatakan bahwa memasuki jangka panjang tahap ke II, titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan,seiring dengan kualitas sumber daya manusia, dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. GBHN 1993 menempatkan manusia sebagai pusat segenap upaya pembangunan. Pembangunan nasional bermuara pada manusia sebagai insan yang harus dibangun kehidupannya dan sekaligus merupakan sumber daya pembangunan yang terus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya untuk meningkatkan harkat dan martabatnya."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Alamsjah Asril
"ABSTRAK
Batang Hari dengan luas daerah allran sungalnya hampir meliputi i darl
luas wilayah Propinsi Jambi sering menimbulkan ban^r diberbagai teift--
pat teimasuk di Kotamadya Jaiobi.
Atas dasar pemikiran. tersebut maka tujuan darl penullsan Inl adalah un
tuk mengetabui wilayah klkisan dan v/ilayah endapan daerah aliran Ba
tang Hari.
Untuk mencapal apa yang dilnglnkan maka dia^nkan permasalahan l»Bagalmana
bentuk muka bumi daerah aliran Batang Haii? 2»Dimana saja terjadi
kikisan dan endapan? 3.Bagaimana akibat dari sifat-sifat tersebut diatas
apabila musim hujan tiba ?
Batasan: wilayah penelitian hanya mencakup daerah aliran Batang Hari
yang teimasuk dalam wilayah Propinsi Jambi..
Untuk menjawab permasalahan maka metode yang digunakan dalam pembahasan
adalah metode korelasi peta.
Dari hasil korelasi peta ketinggian dan peta lereng akan diperoleh gam
baran bahwa bagian Barat merupakan wilayah pegunungan vulkanik, bagian
tengah merupakan wilayah lipatan dan bagian Timur merupakan wilayah da
taran rendah berawa/daerah rawa Jambi, yang tertuang dalam peta fisiograli.
Dari hasil korelasi inipun dapat diperoleh peta wilayah kikisan
dan wilayah endapan dan apabila dikorelasikan dengan peta lereng dan
peta penggunaan tanah maha akan dihasilkan peta wilayah terkiMs.
Apabila dari semua sifatS tersebut dikorelasikan lagi dengan peta curah
hujan, dimana wilayah aliran Batang Hari curah hujannya cukup besar
lebih dari 2000 mn/tahun maka apabila musim hujan tiba dengan periode
waktu yang cukup lama di daerah aliran Batang Hari akan banjir,
terutama pada wilayah dataran rendah berawa bagian Timur serta diberbagai
tempat di wilayah lipatan berupa cekungan2 dan pada kanan kiri
Batang Hari yang datar serta pendangkalan alur Batang Hari akibat mate
rial-material hasil pengikisan dibawa arus sungai diendapkan.
Dazi hasil pembahasan dapat dibuat rin^asan sebagai berikut :
1.Bentuk muka bumi daerah aliran Batang Hari adalah bagian Barat meru
pakan milayah pegunungan vulkanik yang berbukit dan bergunung, bagi
an tengah merupakan wilayah lipatan yang bergelombang dan bagian Ti
mur merupakan wilayah dataran rendah berawa/daerah rawa Jambi.
2.Wilayah kikisan terletak pada ketinggian 10^1000 meter dari muka laut
atau lebih yang merupakan wilayah pegunungan dan wilayah lipatan
dengan kendringan lereng atau lebih.Pada ketinggian 7-10 meter
dari muka laut kikisan yang terjadi tidak jelas, sangat kecil dimana
bentuk muka bumi hampir datar, banyak cekungan2 terutama di kanan ki
ri Batang Hari.Wilayah endapan terletak pada ketinggian 0-10 meter
dari muka laut, merupakan wilayah dataran rendah beraw^daerah rawa
Jambi terutama pada bagian hilir Batang Hari.
3.Akibat dari sifat2 tersebut di atas apabila musim hujan tiba, daerah
aliran Batang Hari akan banjir, terutama di wilayah dataran rendah
berawa/daerah rawa Jambi dan pada cekungan2 di wilayah lipatan tej>»
utama di kanan kiri Batang Hari yang datar serta dangkalnya alur Ba
tang Hari akibat material-material hasil pengikisan yang dibawa arus
sungai diendapkan."
1989
S33401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Hendry
"Studi tentang konflik tanah ini dilakukan terhadap program pembangunan
perkebunan pola kemitraan antara PT. Gatra Kembang Paseban dengan masyarakat di
Mersam. Program ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pekebun rakyat
menjadi lebih baik. Masyarakat menyerahkan tanahnya kepada perusahaan untuk
dibangun kebun kelapa sawit. Sementara itu, perusahaan selain membangun kebun,
juga berkewajiban untuk membantu petani dalam alih teknologi, pengolahan dan
pemasaran hasiI. Namun, kenyataannya program ini sampai kini belum dapat
mencapai tujuan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya
terlambatnya proses konversi lahan, membengkaknya biaya pembangunan dan
pemeliharaan kebun, dan pemahaman konsep kemitraan yang belum sama antara
petani dengan perusahaan dan pemerintah. Adapun yang menjadi kajian disini adalah
masalah konflik tanah.
Untuk memahami bagaimana konflik tanah tersebut terjadi, dilakukan suatu
kajian mengenai teori-teori tentang konflik yang dibangun oleh para sosiolog seperti
Marx, Simmel, Coser dan Dahrendorf. Menurut Coser, konflik adalah suatu
petjuangan diantara dua atau lebih kelompok terhadap nilai, status, kekuasaan dan
sumber daya yang langka. Kontlik yang teijadi dibedakan atas dua yaitu konflik yang
bersifat manifest dan konflik yang bersifat laten. Konflik yang bersifat manifest ini
dibedakan pula menjadi konflik yang terbuka dan ada pula yang tertutup. Dalam
konflik yang bersifat manifest ini, dapat dilihat lamanya konflik tersebut berlangsung,
dan kerasnya konflik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
pertimbangannya adalah konflik tanah yang terjadi antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat hanya dapat diketahui melalui penelusuran kembali proses
terjadinya konflik dengan mewawancarai pihak-pihak yang terlibat konflik. Untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai konflik yang terjadi, digunakan
informan kunci. Kemudian dengan metode pengumpulan data snowlball sampling
didapat responden berikutnya.
Dari penelitian dilapangan diketahui bahwa konflik tanah dalam
pembangunan perkebunan pola kemitraan di Mersam ini telah berlangsung sejak awal
pembangunan tahun 1994 sampai sekarang dengan berbagai macam bentuk, intensitas
dan kualitasnya. Konflik tersebut terjadi selain antara perusahaan dengan masyarakat,
juga terjadi antara masyarakat dengan masyarakat. Konflik tanah antara perusahaan
dengan masyarakat meliputi hilangnya lahan petani yang telah diserahkan untuk
dibangun kebun kepada perusahaan, berkurangnya lahan yang akan diterima petani
diluar potongan 30 %, penggusuran kebun karet rakyat walaupun tidak ikut program,
kelemahan administrasi pemsahaan mengenai data pemilik dan luas lahannya
sehingga terjadi perbedaan data antara data awal, data ekspose dan data topografi.
Sementara konflik diantara masyarakat meliputi konflik dalam keluarga yaitu tidak
adanya kesepakatan dalam keluarga untuk ikut PIR Kernitraan, pembagian tanah yang
tidak adil, diantara anggota keluarga, terjadinya jual beli tanah keluarga sementara
pembagian tanah diantara anggota keluarga belum jelas/selesai, penguasaan tanah
keluarga cenderung oleh salah seorang anak, dan konflik tanah karena penggunaan
nama anggota keluarga atau orang lain untuk mendaftarkan tanah. Selain itu konflik
tanah antara masyarakat dengan masyarakat meliputi konflik tanah yang terjadi
karena tumpang tindihnya lahan, kontlik tanah karena penjualan sebidang tanah yang
berulang-ulang, konflik tanah karena pembukaan hutan. Hingga tahun ke- 7 ini,
petani belum mengetahui dimana kebun yang akan menjadi milik mereka.
Dari hasil temuan dilapangan tersebut dan kemudian dianalisa secara kualitatif
dapat disimpulkan bahwa konflik tanah pada pembangunan perkebunan kelapa sawit
PT. Gatra Kembang Paseban tersebut disebabkan oleh masalah pengadministrasian
tanah yang kurang baik, makin terbatasnya tanah hutan yang dapat dibuka, dan
munculnya kesadaran masyarakat akan hak atas tanah. Bila dilihat dari waktu
terjadinya konflik maka dapat dikatakan konflik telah berlangsung lama. Hal ini
terjadi karena tidak adanya pemimpin formal maupun informal yang mampu
menyelesaikan konflik, sulitnya tercapai kesepakatan pemecahan masalah diantara
pihak-pihak yang berkonflik, banyaknya tujuan dan kepentingan pihak-pihak yang
berkonflik. Selain itu bila dilihat dari intensitas terjadinya kontlik maka dapat
dikatakan bahwa konflik tersebut relatif keras, karena adanya keterlibatan emosional,
tidak realistisnya konflik, dan adanya ketidaksamaan dalam penguasaan tanah."
2001
T2487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library