Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charisma David Hume
"BDSM, sebagai orientasi seks minoritas menjadi barang komoditas, yakni pornografi. Stereotip masyarakat mengenai BDSM adalah kekerasan seksual dan BDSM adalah variasi seksual dihegemoni oleh media massa. Media massa menciptakan tanda secara masif merayu masyarakat di dalam permainan tanda. Permainan tanda yang dikendalikan kapitalisme membawa masyarakat ke dalam sistem konsumsi. Kondisi ini adalah apa yang disebut Jean Baudrillard hiperrealitas BDSM di dalam masyarakat. Kondisi ini membuat BDSM sebagai orientasi seks dipengaruhi media massa.

BDSM, as minority sexual orientation become commodity goods, that is pornography. Stereotype people about BDSM that sexual violence and BDSM is sexual variation which hegemony by mass media. Mass media produce massive sign seduce people in game of sign. This game of sign controlled capitalism lug people into system of consumption. This condition is what called Jean Baudrillard as hiperreality BDSM in society. This condition makes BDSM as sexual orientation influenced by mass media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Anatasia
"Artikel ini membahas isu patologi sosial dan kekerasan seksual sebagai representasi praktik BDSM di film Fifty Shades of Grey 2015 dan Venus in Fur 2013 . Dengan analisis tekstual, artikel ini fokus menganalisis masalah seksualitas dan hubungan kekuasaan melalui karakter utama perempuan dari kedua film. Konsep yang digunakan adalah understanding via pathologizing oleh Weiss 2006 dan male gaze oleh Mulvey 1975 .
Hasil analisis menunjukan kedua film memperkuat representasi dominan dari film-film BDSM sebelumnya ketika sifat patologis dan kekerasan seksual diromantisasikan, perizinan untuk melakukan praktik BDSM tidak diberikan secara sadar, hubungan kekuasaan bekerja dengan berbeda di dalam dan luar peran seksual, dan karakter wanita digambarkan secara sensual.

Mainstream media representation of BDSM is complex and often problematic, which needs to be continuously scientifically investigated. This article explores the themes of pathology and abuse in two films Fifty Shades of Grey 2015 and Venus in Fur 2013 . By doing a comparative textual analysis, the analysis discusses female sexualities and power relation between leading female characters, Anastasia Steele in Fifty Shades of Grey 2015 and Vanda von Dunayev in Venus in Fur 2013. Weiss 2006 understanding via pathologizing and Mulvey rsquo s 1975 male gaze are the concepts used to understand how pathology is associated with BDSM practice and why females are depicted as sexual objects in these films.
Research findings reveal that both films strengthen mainstream representation of BDSM where pathology and abuse are romanticized, the understanding of consent is problematic, power relation operates differently inside and outside the characters rsquo sexual role play and female characters are sexualized."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tariza Intan Wulandari
"Artikel ini mengangkat mengenai tawaran kompleksitas dan keragaman seksual. Seks sebagai aktivitas, merupakan salah satu aspek mendasar dari budaya dan pengalaman manusia yang dibentuk oleh kekuatan sosial, budaya, dan sejarah dari norma dan praktik seksual hingga sikap terhadap gender dan seksualitas, relasi seksual sangat tertanam dalam tatanan masyarakat manusia. Namun kesalahpahaman mengenai seks yang dipromosikan oleh konstruksi patriarki membuat seks tidak banyak dibicarakan, bahkan dalam ruang lingkup akademis. Seks dalam pemahaman patriarki menempatkan submisifme perempuan secara inferior sebagai penyerahan diri total. Artikel ini menggunakan penggabungan metode analisis wacana kritis dengan epistemologi riset feminis, serta pendekatan teori Manon Garcia yang menawarkan alternatif tentang bagaimana submisifme dapat diambil alih maknanya sebagai tantangan terhadap patriarki dan bentuk pembebasan tubuh yang otonom dengan pembahasan yang berfokus pada perempuan yang terepresi. Oleh sebab itu perlu ada perubahan pemahaman atas fungsi submisif yang inklusif, konsensual, dan membebaskan, dapat dilihat secara jelas dalam kegiatan seks positif yang dilakukan oleh komunitas BDSM.

This article deals with the offer of complexity and sexual diversity. Sex as an activity is one of the fundamental aspects of human culture and experience formed by social, cultural, and historical forces from sexual norms and practices to attitudes toward gender and sexuality, sexual relations are deeply embedded in the order of human society. However, the misunderstanding of sex promoted by patriarchal construction makes sex less talked about, even in academic circles. Sex in patriarchal understanding places female submission inferiorly. This article uses the incorporation of critical discourse analysis methods with feminist research epistemology, which is based on the theory of critical discourse analysis. In addition to Manon Garcia's theoretical approach, it offers an alternative to how submissionism can be taken over as a challenge to patriarchy and an autonomous form of body liberation with a woman-repressed point of view. Therefore, there needs to be a change in understanding inclusive, consensual, and free submission functions, which can be clearly seen in positive sex activities conducted by the BDSM community. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Olga Viola
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang bagaimana wacana tradisional tentang seks mampu menciptakan budaya binari yang berpotensi menimbulkan stigma dan diskriminasi pada hasrat seks tertentu, dalam hal ini adalah BDSM. Penelitian dilakukan dengan melihat tren BDSM pada mesin pencari serta bagaimana representasinya dalam artikel di kanal berita daring Indonesia. Apakah sudah menerapkan konsep scientia sexualis? Selain itu, penulis melakukan wawancara dengan komunitas BDSM untuk melihat isu dari perspektif pribadinya, yang kemudian dikaji dengan kriminologi budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya rekonstruksi wacana tentang seks menuju posmodern, intelektual, dan terbuka mdash;yakni wacana yang mengaktualisasi beragam hasrat seks di dalamnya.

ABSTRACT
This thesis discusses about how the traditional sex discourse could create a binary culture that potentially causes stigma and discrimination toward a certain sexual desire, in this case is BDSM. The study was conducted by looking at the trend of BDSM in the search engine and how Indonesian online news channels represent it mdash did they already implement the concept of scientia sexualis In addition, author interviewed the BDSM practitioners to see the issue from their point of view, which later would be analyzed with cultural criminology. The results of this study indicate the need of reconstructing sex discourse to be more open, intellectual, and based on postmodernism mdash a discourse that actualizes the diversity of sexual desires."
2017
S65599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library