Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manik, Merdina
"Zat besi merupakan mikronutrien esensial yang diperlukan tubuh seperti pertumbuhan sel darah merah dan sel otak Kebutuhan besi meningkat pada masa kehamilan Komposisi mikrobiota dapat berubah selama tahap kehidupan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya besi Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan besi dan kadar feritin serum dengan jumlah Bifidobacterium pada ibu hamil trimester ketiga Penelitian ini dilakukan di seluruh puskesmas kecamatan di Jakarta Timur dari bulan Maret sampai April 2015 Pengambilan subjek dilakukan dengan cara konsekutif dan didapatkan 52 ibu hamil yang memenuhi kriteria penelitian Data dikumpulkan dengan wawancara meliputi kuesioner data asupan besi heme dan non heme protein serta vitamin C dengan FFQ semikuantitatif Pengukuran antropometri untuk menilai status asupan gizi pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar feritin serum dan kadar CRP serta jumlah Bifdobacterium dalam tinja Didapatkan rerata usia 29 1 5 9 tahun nilai median asupan besi 66 7 3 3 144 1 mg hari kadar feritin serum 31 1 3 6 96 1 g L dan jumlah Bifidobacterium usus 7 45 5 1 9 5 log g tinja Tidak didapatkan korelasi yang bermakna asupan besi dengan jumlah Bifidobacterium usus r 0 202 p 0 152 juga tidak didapatkan korelasi bermakna antara kadar feritin serum dengan jumlah Bifidobacterium usus (r=0,116 p=0,411).

Iron is an essensial micronutrient which body needed such as for blood growth cell and brain cell Iron rsquo s requirement increases in pregnancy Microbiota composition can change in cycle of life which be affected by many factors likely iron The aim of this cross sectional study was to find the correlation between iron intake and serum ferritin with Bifidobacterium third trimester of pregnancy Data collection was conducted from March 2015 until April 2015 in all of sub district of public health centre in east Jakarta Subjects were obtained using consecutive sampling method A total of 52 pregnancy subjects had met the study criteria Data were collected through interviews including questionnare iron intake heme and non heme protein and vitamin C used semiquantitative FFQ Anthropometry measurementsto assess the nutritional status and laboratory examination i e blood levels of serum ferritin and CRP and Bifidobacterium in feces Mean age 29 1 5 9 years Median of intake of iron was 66 7 3 3 144 1 mg day serum ferritin was 31 1 3 6 96 1 g L and gut Bifidobacterium 7 45 5 1 9 5 log g feces No significant correlation was found between iron intake and Bifidobacterium in feces r 0 202 p 0 152 and negative correlations and no significant between serum ferritin and Bifidobacterium in feces (r=0, 116, p=0,411)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: menganalisis hubungan komposisi mikrobiota terhadap ekspresi HSP70 dan Caspase-3 pada jaringan kolon pasien yang menjalani kolonoskopi dalam upaya pengembangan kandidat deteksi dini untuk
pasien kanker kolorektal di Indonesia. Metode: penelitian potong lintang dilakukan pada 32 responden yang
menjalani pemeriksaan kolonoskopi. Selanjutnya diketahui bahwa 16 orang adalah penderita kanker kolorektal,
sementara 16 lainnya bukan kanker kolorektal (yaitu kolitis dan hemorrhoid interna). Komposisi mikrobiota
pada sampel feses diperiksa dengan menggunakan 16S rRNA Denaturing Gradient Gel Electrophoresis
(DDGE) sedangkan pemeriksaan immunohistokimia untuk menilai ekspresi HSP70 dan Caspase-3 diperiksa
dengan pewarnaan Haematoxylin-Eosin(HE) untuk mengetahui perubahan morfologis pada jaringan kolon.
Hasil: analisis dengan PCR-DGGE menunjukkan perbedaan komposisi mikrobiota yang terdapat pada pasien
kanker kolorektal dan bukan penderita kanker kolorektal. Semua pasien dengan kanker kolorektal menunjukkan
hilangnya pita dominan pada kelompok Bifidobacterium. Pengamatan histologi yang dihitung berdasarkan
uji Inter Class Corelation (ICC) didapati skor yang cukup tinggi (5,2-9,2) pada pasien kanker dan skor yang
lebih rendah (1,7-2,4) pada pasien bukan kanker kolorektal. Ekspresi HSP70 mengalami peningkatan secara
signifikan pada pasien kanker kolorektal dengan persentase tertinggi yaitu 84%, sebaliknya, ekspresi Caspase-3
mengalami penurunan dengan persentase tertinggi hanya 21%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
kejadian kanker kolorektal berhubungan dengan ekspresi HSP70 (p<0,001) dan berhubungan dengan ekspresi
Caspase-3 (p<0,001). Kesimpulan: penelitian ini mengindikasikan bahwa Bifidobacterium menjadi indikator
penting terhadap pasien kanker kolorektal yang ditunjukkan pada gambaran pita yang menghilang, sedangkan
ekspresi HSP 70 mengalami peningkatan dan ekspresi Caspase 3 terjadi penurunan yang signifikan.
Aim: to investigate the relationship between microbiota composition with HSP70 and Caspase-3 expressions
in colon tissue as an initial study to develop the candidate for early detection of colorectal cancer for Indonesian
patients. Methods: this is a cross-sectional study on 32 patients undergoing colonoscopy; 16 patients of colorectal
cancer (CRC) while the other 16 patients are not (colitis and internal hemorrhoid). The composition of microbiota
in stool samples was examined using 16S rRNA Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DDGE) while expression
of HSP70 was examined by immunohistochemistry and Caspase-3 by using Haematoxylin-Eosin(HE) staining to determine the morphological changes in colon tissue. Results: analysis of PCR-DDGE shows a different composition
of microbiota between patients with CRC and non-CRC. All CRC patients showed disappearance of dominant band
from Bifidobacterium groups. Histological observation based on Inter Class Correlation (ICC) test from all slide
showed a high scores (5.2-9.2) in CRC patients and low scores (1.7-2.4) in non-CRC patients. HSP70 expression
was increased significantly in CRC patients with the highest percentage of 84%, while expression of caspase-3
decreased with the highest percentage of 21%. Statistical analysis showed that the incidence of colorectal cancer
was associated with the expression of HSP 70 (p<0.001), and Caspase 3 (p<0.001). Conclusion: bifidobacterium is
an important indicator for colorectal cancer patients that show disappearance of dominant band, while expression
of HSP70 increased and the Caspase-3 expression decreased significantly."
Syiah Kuala University. Faculty of Medicine ; North Sumatera University. Mathemathical and Natural Science Faculty ; North Sumatera University. Faculty of Medicine ; Brawijaya University. Mathemathical and Natural Science Faculty, 2016
610 IJIM 48:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Renato Nafarin
"Latar belakang: Sakit perut berulang SPB merupakan penyebab terbanyak dari sakit kronis pada anak. Irritable bowel syndrome IBS merupakan salah satu penyebab terbanyak dari SPB, ditandai oleh nyeri/ rasa tidak nyaman pada perut dan perubahan fungsi saluran cerna. Patofisiologi IBS saat ini banyak dihubungkan dengan gangguan pada mikroflora usus. Belum ada data tentang mikroflora usus pada anak dengan IBS di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui pola mikroflora saluran cerna pada anak penderita IBS dan anak sehat berusia 13-18 tahun di Indonesia.
Metode: Penelitian kasus-kontrol dilakukan pada 22 anak penderita IBS dan 28 kontrol pada anak usia 13-18 tahun di SMP dan SMA di Jakarta Pusat. Diagnosis IBS menggunakan kriteria Rome III. Usia, jenis kelamin, pendidikan dicatat saat awal penelitian. Spesimen feses dikumpulkan lalu diperiksa jumlah Bifidobacterium dan Enterobacteriaceae.
Hasil: Penderita IBS terbanyak dari perempuan 17/22 dengan median usia 16 tahun. Nilai median Bifidobacterium spp sebesar 138,95 rentang 0,2 ndash;22.735,8 pada kelompok IBS dan 232,5 rentang 1,9 ndash;38.985,6 CFU/gram pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan bermakna Bifidobacterium antara kedua kelompok p=0,493 . Nilai median Enterobacteriaceae sebesar 58,9 rentang 2,5 ndash;9.577,8 CFU/gram pada kelompok IBS dan 85 rentang 12,1 ndash;3.139,4 CFU/gram pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan bermakna Enterobacteriaceae antara kedua kelompok p=0,938.
Simpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara jumlah Bifidobacterium dan Enterobacteriaceae pada kelompok IBS maupun kontrol. Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah Enterobacteriaceae pada kelompok IBS dan peningkatan jumlah Bifidobacterium pada kelompok kontrol.

Background: Recurrent abdominal pain RAP is the most frequent cause of chronic pain in children. Irritable bowel syndrome IBS is one of the most occuring type of RAP, marked with abdominal pain discomfort and changes in bowel movement. The current pathophysiology of IBS is associated with alterations of gut microflora. Currently, there is no data about gut microflora in children with IBS in Indonesia.
Aim: To evaluate gut microflora in healthy children and children with IBS aged 13 18 years old in Indonesia.
Methods: A case control study was conducted to 22 IBS children and 28 healthy subjects aged 13 18 years old at junior high school and senior high school in Central Jakarta. Irritable bowel syndrome diagnosed using Rome III criteria. Age, sex, and level of education were recorded. Stool samples were collected and investigated for Bifidobacterium and Enterobacteriaceae.
Result: Most of the IBS subjects were females 17 22 with a median age 16 years old. The median value of Bifidobacterium spp was 138.95 range 0.2 ndash 22,735.8 for the IBS subjects and 232.5 range 1.9 ndash 38,985.6 CFU gram on healthy subjects with no statistical difference p 0,493 . The median value of Enterobacteriaceae was 58.9 range 2.5 ndash 9,577.8 on IBS subjects and 85 range 12.1 ndash 3,139.4 CFU gram on healthy subjects with no statistical difference p 0,938.
Conclusion: There was no statistical difference for Bifidobacterium and Enterobacteriaceae on either IBS or healthy subjects. There was an increasing tendency of Enterobacteriaceae on IBS subjects and increasing tendency of Bifidobacterium on healthy subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedyanto Henky Saputra
"ABSTRAK
Penurunan frekuensi defekasi PFD memiliki korelasi antara host, diet, dan lingkungan. Gaya hidup sedentary merupakan faktor risiko PFD pekerja pabrik serta kantor, dan sering disertai konsistensi feses keras dan flatulensi. Penelitian sebelumnya menunjukkan probiotik memperbaiki PFD melalui produksi SCFA yang menstimulasi pergerakan kolon melalui berbagai mekanisme. Penelitian ini merupakan studi acak tersamar ganda, terkontrol terhadap pekerja kantor dan pabrik dengan PFD. Secara acak subjek dialokasikan selama 6 minggu untuk suplementasi probiotik kombinasi strain L.plantarum KCTC 10782 BP, S.thermophilus KCTC 11870 BP, B.bifidum KCTC 12199 BP 4x109 CFU/hari dan 1920 mg Fructooligosaccharide/hari atau kelompok kontrol hanya diberikan 1920 mg Fructooligosaccharide/hari. Hasil menunjukkan sebagian besar subjek adalah perempuan, dengan rerata usia 29,6 untuk kelompok intervensi dan 25,2 tahun untuk kelompok kontrol, memiliki status gizi berlebih, kebiasaan olahraga kurang, memiliki konstipasi fungsional, frekuensi defekasi 3 kali/minggu, dan kadar asam butirat feses rendah. Perbedaan rerata perubahan frekuensi defekasi, kadar asam butirat feses, skor flatulensi, dan distribusi skor Bristol tidak berbeda antara kedua kelompok, meskipun dilakukan adjusted terhadap usia dan nilai baseline asupan serat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi probiotik dalam penelitian ini tidak memperbaiki frekuensi buang air besar, kadar asam butirat feses, skor flatulensi, dan distribusi skor Bristol secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Decreased defecation frequency DDF has a correlation between host, diet, and environment. Sedentary lifestyle is risk factors of DDF in factory and office workers, and often accompanied by hard stool consistency and flatulence. Previous study showed that probiotics improve DDF through SCFA production that stimulates bowel motility through few mechanisms. This is a double blind, randomized controlled trial was conducted among office and labour worker who experienced DDF. They were randomly allocated to receive 6 weeks probiotic supplementation of strain L.plantarum KCTC 10782 BP, S.thermophilus KCTC 11870 BP, B.bifidum KCTC 12199 BP 4x109 CFU day and 1920 mg FOS day or control group with 1920 mg FOS day only. Results showed most subjects in this study were women, with mean age 29.6 and 25.2 years for the intervention group and control group, had excess nutritional status, less exercise habits, had functional constipation, defecation frequency 3 times week, and low levels of butyric acid stool. Mean difference in changes of defecation frequency, butyric acid stool, flatulence score, and Bristol score distribution did not differ between two groups even after adjustment for age and baseline value of fiber intake. It concluded that a mixture of probiotics strain in this study did not significantly improve DDF compared to control"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Andrian
"Kolonisasi Bifidobacterium merupakan bakteri komensal yang baik untuk perkembangan dan kolonisasi awal mikrobiota janin. Jumlah Bifidobacterium dapat dipengaruhi oleh asupan protein ibu selama hamil. Penelitian potong lintang ini dilakukan di seluruh puskesmas kecamatan di Jakarta Timur mulai bulan Februari hingga April 2015 dengan subjek ibu hamil berusia 19 - 44 tahun dan usia kehamilan 32 - 37 minggu. Data asupan protein didapatkan dengan metode 2-day repeated 24 hour food recall, selain itu dinilai juga rasio asupan nabati- hewani menggunakan metode semi quantitative - food frequency questionnaire (SQ-FFQ). Analisis feses dilakukan pada 52 subjek menggunakan metode real time-polymerase chain reaction (rPCR). Hasil penelitian ini memperlihatkan terdapat korelasi positif lemah tidak bermakna antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium (r = 0,132, p >0,05), sehingga penelitian ini belum dapat membuktikan adanya korelasi antara asupan protein dengan jumlah Bifidobacterium pada ibu hamil trimester ketiga.

Bifidobacterium is a commensal bacteria that are beneficial for the development and early colonization of microbiota on fetus. The amount of Bifidobacterium can be influenced by maternal protein intake during pregnancy. A cross-sectional study had been conducted in all primary health care in East Jakarta Subdistrict, from February to April 2015. Subjects of the study were pregnant women aged 19-44 years old and gestational age 32-37 weeks. The quantity of protein intake was obtained by 2-day repeated 24 hour food recall method, moreover, the study also assessed the intake of vegetable-animal ratio by semiquantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ) method. Stool analysis was conducted on 52 subjects using real-time polymerase chain reaction (rPCR). The result of the study showed a poor positive correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium (R = 0.132, p >0.05).This study has not showed any significant correlation between protein intake with the amount of Bifidobacterium in the third trimester of pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T633878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grentina Dwi Prawesti
"Latar belakang: Pada trimester ketiga terjadi peningkatan patogen yang dapat disebabkan oleh gangguan kerja imunitas usus akibat defisiensi seng, sehingga menekan pertumbuhan Bifidobacterium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar seng serum dan jumlah Bifidobacterium usus pada kehamilan trimester ketiga.
Desain: Studi potong lintang pada 52 wanita hamil ≥32 minggu, berusia 19–44 tahun dan memenuhi kriteria penelitian di 10 Puskesmas Kacamatan Jakarta Timur. Dinilai asupan seng dan besi menggunakan SQ-FFQ. Asupan protein, lemak dan total kalori menggunakan 2x24 hours food recall. Dilakukan pengukuran seng serum dan penghitungan Bifidobacterium usus.
Hasil: Didapatkan asupan seng kurang dengan rerata 8,74±3,90 mg/hari. Defisiensi seng didapatkan pada 75% subjek. Jumlah Bifidobacterium usus subjek memiliki median sebesar 7,7 (5,12–9,50) log sel/gram. Kelompok defisiensi seng memiliki nilai median yang lebih rendah. Uji korelasi didapatkan nilai r=0,04 dengan p=0,81.
Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi antara kadar seng serum dan jumlah Bifidobacterium usus kehamilan trimester ketiga.

Background: Numbers of pathogen were increases in the third trimester of pregnancy that can be caused by impairment of gut immune function due to zinc serum deficiency, thereby suppressing the growth of Bifidobacterium. This study was conducted to investigate the relationship between zinc serum levels and gut Bifidobacterium numbers in the third trimester of pregnancy.
Design: A cross-sectional study recruited 52 pregnant women among 19–44 years old with gestational age ≥32 weeks and met the study criteria were conducted in 10 Community Health Center at East Jakarta. Dietary intake such as zinc and iron through SQ-FFQ, protein, fat and total calories using 2x24 hours food recall were assessed. Measurement of serum zinc level and quantification of gut Bifidobacterium numbers were generated.
Results: The entire subject had poor zinc intake with mean value 8,74±3,90 mg/day. Zinc deficiency was found in 75% subjects. Median number of gut Bifidobacterium was 7,7 (5,12–9,50) log cell/gram and subjects with zinc deficiency had lower median value. Correlation test score r=0,04 and p=0,81.
Conclusion: There was no correlation between serum zinc levels and gut Bifidobacterium numbers in the third trimester of pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa
"Bifidobacterium merupakan salah satu mikrobiota yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia termasuk pada kehamilan, dan penting pada proses kolonisasi mikrobiota usus bayi baru lahir. Jumlah Bifidobacterium usus pada dewasa relatif stabil, namun belum diketahui jumlahnya pada ibu hamil trimester ketiga, terutama di Indonesia. Asupan makanan termasuk serat dapat mempengaruhi pertumbuhan Bifidobacterium, termasuk serat. Stimulasi serat terhadap pertumbuhan Bifidobacterium dapat berupa stimulasi langsung sebagai prebiotik, atau secara tidak langsung sebagai substrat yang dapat difermentasi dan menurunkan pH kolon dan meningkatkan enzim intestinal alkaline phospatase (IAP). Dua mekanisme terakhir secara tidak langsung menurunkan jumlah bakteri patogen sehingga jumlah Bifidobacterium meningkat. Penelitian potong lintang di seluruh Puskesmas Kecamatan di Jakarta Timur pada bulan Maret-Juni 2015 dilakukan untuk menilai korelasi asupan serat dengan jumlah Bifidobacterium usus ibu hamil trimester ketiga. Lima puluh dua subjek menyelesaikan prosedur penelitian. Asupan serat dinilai dengan Food Frequency Questionnaire semikuantitatif, dan kuantifikasi Bifidobacterium dengan real time PCR. Nilai asupan serat adalah 18,9 (5,6?43,0) g/hari, dan 92,3% subjek tidak memenuhi AKG. Jumlah Bifidobacterium usus adalah 7,7 (5,12?9,50) log sel/g feses. Tidak terdapat korelasi bermakna (p >0,05) antara asupan serat total, serat larut dan tidak larut, dengan jumlah Bifidobacterium usus (r = 0,223; r = 0,245; r = 0,2).

Bifidobacterium is one of the beneficial microbiota in human health, including in pregnancy and important for first intestinal microbiota colonization in newborn. The number of intestinal Bifidobacterium in adults is relatively stable, but still unknown in the third trimester of pregnancy, especially in Indonesia. Dietary intake is one of the factors influencing the growth of Bifidobacterium, including dietary fiber. Dietary fiber stimulation act directly as a prebiotic, or indirectly as a fermentation substrate that promote the decreasing of colonic pH, and increasing intestinal alkaline phospatase (IAP) enzyme, resulting a decrease of the amount of pathogenic microbiota. A cross-sectional study in all district public health care in the East Jakarta, March until June 2015 was performed to assess the correlation between dietary fiber intake and the amount of intestinal Bifidobacterium in third trimester of pregnancy women. Fifty-two subjects completed the study procedures. Dietary fiber intake was assessed using semiquantitative Food Frequency Questionnaire, and instestinal Bifidobacterium was quantified using real time Polymerase Chain Reaction (rPCR). Dietary fiber intake in this study was 18.9 (5.6?43.0) g/day and 92.3% subjects did not meet the Dietary Reference Intake. The intestinal Bifidobacterium count is 7.7 (5.12?9.50) log cell/g faeces. The results show that there is no significant correlation (p > 0.05) between dietary fiber, dietary soluble fiber, and dietary insoluble fiber intake with the amount of intestinal Bifidobacterium in third trimester of pregnancy (r = 0.223; r = 0.245; r = 0.2)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Esthernita Fauzia Dewanto
"Pertumbuhan mukosa usus manusia belum sempurna saat dilahirkan, karena itu usus bayi sering dikatakan sebagai leaky gut. Probiotik diketahui dapat membantu maturasi saluran cerna. Apakah dalam ASI memang terdapat probiotik ataukah suatu kontaminasi, masih diperdebatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah probotik ada dalam ASI bila diberikan suplementasi probiotik pada ibu hamil sejak trimester III dan menyusui, efek terhadap probiotik lain dan IL-8 dalam ASI, IFABP urin dan alfa-1-antitripsin (AAT) serta kalprotektin tinja, saat bayi lahir dan usia tiga bulan, dalam rangka menilai integritas mukosa usus.
Dilakukan penelitian uji klinis, paralel dua kelompok dengan randomisasi, samar ganda yang dilakukan di RS Budi Kemuliaan dan klinik-klinik satelitnya sejak Desember 2014 sampai dengan Desember 2015. Jumlah subjek 35 per kelompok. Digunakan probiotik
Bifidobacterium animalis lactis HNO19 karena bukan merupakan resident bacteria.
Lima subjek positif DR10 dalam kolostrum (V0) dan 7 subjek positif saat bayi usia 3 bulan (V3) pada kelompok probiotik. Hasil negatif didapati pada kelompok plasebo. Apusan kulit sekitar payudara negatif pada kedua kelompok. Nilai median IL-8 kelompok probiotik dibanding kelompok plasebo pada V0 dan V3 berturut-turut 2810,1 pg/mL vs. 1516,4 pg/mL (p = 0,327) dan 173,2 pg/mL vs. 132,7 pg/mL (p = 0,211). IFABP V0 dan V3 211,7 ng/mL vs. 842,5 ng/mL (p = 0,243) dan 25,3 ng/mL vs. 25,1 ng/mL (p = 0,466). AAT 136,2 mg/dL vs. 148,1 mg/dL (p = 0,466) dan 24 mg/mL vs. 29,72 mg/mL (p = 0,545). Kalprotektin 746,8 ng/mL vs. 4645,2 ng/mL (p = 0,233) dan 378,6 ng/mL vs. 391,3 ng/mL (p = 0,888).
Probiotik DR10 yang diberikan pada ibu hamil sejak trimester III dapat ditemukan dalam kolostrum dan usia 3 bulan pada kelompok probiotik, dan bukan suatu kontaminasi .Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap probiotik lain, kadar IL-8 dalam ASI, IFABP urin, AAT dan kalprotektin tinja pada kelompok probiotik dibanding dengan kelompok plasebo.

Newborn infants have intestinal hyperpermeability because their gut mucosa is not fully mature yet. It is known that probiotics helps gut maturity. It remains unclear whether probiotics pass through breast milk or whether the positive cultures are the result of contamination. This study aimed to evaluate the effect of probiotic supplementation in pregnant and lactating mothers, with regards to probiotic presence and IL-8
concentration in breast milk, infant urine intestinal fatty acid binding protein (IFABP), as well as fecal ?-1 anti-trypsin (AAT) and calprotectin at birth (V0) and at infant 3
months of age (V3) .
This randomized, controlled trial was double-blind, two parallel groups, probiotic and placebo with 35 subjects in each group. The sudy was done at Budi Kemuliaan Hospital and it’s satellite clinics from December 2014 until December 2015. We used Bifidobacterium
animalis lactis HNO19 (commonly known as DR10) as the supplemental probiotic, as it is not a member of the normal flora.
Probiotik DR10 were found in colostrum at 5 subjects and 7 subjects in V3 breastmilk probiotics group, but none in placebo group. Skin swab of DR10 were negative in both group. Median breast milk IL-8 in probiotic group compare to placebo group at V0 and V3 respectively were 2810.1 pg/mL vs. 1516.4 pg/mL (p = 0.327) and 173.2 pg/mL vs. 132.7 pg/mL (p = 0.211). Infant urine IFABP 211.7 ng/mL vs. 842.5 ng/mL (p = 0.243) and 25.3 ng/mL vs. 25.1 ng/mL (p = 0.466). Infant stool AAT 136.2 mg/dL vs. 148.1 mg/dL (p = 0.466) and 24 mg/mL vs. 29.72 mg/mL (p = 0.545). Stool calprotectin 746.8 ng/mL vs. 4645.2 ng/mL (p = 0.233) and 378.6 ng/mL vs. 391.3 ng/mL (p = 0.888).
Probiotic DR10 were found in colostrum and 3 month-breast milk of women in the probiotic group, but no DR10 in placebo group. However, breast milk IL-8, the presence of other probiotics, and infant gut mucosal integrity were not significantly different between the two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Ayu Paramastri
"ABSTRAK
Latar belakang : Infeksi saluran kemih ISK berulang adalah ISK yang timbul kembali pasca pengobatan, dengan kejadian 40-50 dari ISK pertama. Kekerapan berulangnya ISK meningkatkan komplikasi gagal ginjal kronik. Salah satu faktor penyebab adalah kolonisasi bakteri patogen feses dari saluran cerna di daerah periuretra. Bakteri saluran cerna terdiri dari 3 kelompok, bakteri patogen, komensal dan bakteri menguntungkan. Penelitian membuktikan disbiosis antara bakteri patogen dan menguntungkan berkaitan dengan kejadian penyakit sistemik, namun belum ada penelitian tentang pengaruh hal tersebut pada ISK berulang.Tujuan : Mengetahui kondisi disbiosis yaitu perbedaan proporsi Escherichia coli dan Bifidobacterium sp. saluran cerna pada anak ISK berulang.Metode : Penelitian uji potong lintang pada anak ISK berulang usia 6 bulan sampai dengan
ABSTRACT
Background Recurrent urinary tract infection UTIr is repeated UTI post antibiotic treatment, with recurrency is 40 50 from the first infection. Recurrency of UTI increases possibility of chronic renal failure as complication. One of the causal factors is colonization of faecal pathogens from gastrointestinal tract in periurethra. Gastrointestinal tract bacteria is divided into 3 groups pathogens, comensal, and beneficial bacteria. Studies proved that imbalance of condition or dysbiosis between pathogens and beneficial bacteria lead to systemic diseases, but there were no studies in UTIr.Objective To know about dysbiosis condition based on proportion differences between gastrointestinal Escherichia coli and Bifidobacterium sp. in UTIr.Methods A cross sectional studies with children with UTIr, aged 6 months old until 18 years old, in Pediatric Departement Cipto Mangunkusumo Hospital as a subject. Healty child which had been matched by sex and age was choosen as a control group. Faecal samples from both groups underwent DNA extractions, using real time PCR method, to look for Escherichia coli and Bifidobacterium sp. amount and proportions.Results There was a total of 25 subjects, 8 32 were classifed as simplex UTI and 17 68 were complex UTI, also 25 healthy children as control. The total amount of Escherichia coli in UTIr compared to control was 1.099.271 vs 453.181 p 0,240. The total amount of Bifidobacterium sp. in UTIr compared to control was 1.091.647 vs 359.336 p 0,148. Escherechia coli proportion in UTIr compared to control was 10,97 vs 4,74 p 0,014 that shown a significant different, while Bifidobacterium sp. 6,54 vs 9,33 p 0,594. In UTIr group, proportion differences beetwen Escherichia coli and Bifidobacterium sp. was 10,97 vs 6,54 p 0,819, while in control group 4,74 vs 9,33 p 0,021 which showed that Bifidobacterium sp. has a significant different. The total amount of Escherichia coli in simplex compared to complex UTIr was 996.004 vs 1.099.271 p 0,798, while amount of Bifidobacterium sp. 835.921 vs 1.196.991 p 0,711. Logarithm of Escherichia coli proportion in simplex and complex UTIr was 5,50 SB 1,45 vs 5,92 SB 0,71 p 0,333, while Bifidobacterium sp. 5,85 SB 0,75 vs 6,04 SB 5,50 p 0,562 showed no significant differences.Conclusions Escherchia coli proportion was higher in UTIr children and Bifidobacterium sp. proportion was higher in healthy children. The proportion of both bacteria was equal in simplex and complex UTIr."
[Jakarta, ]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shiela Stefani
"ABSTRAK
Bifidobacterium, mikrobiota yang bermanfaat terhadap kesehatan, jumlahnya dipengaruhi oleh diet, genetik, dan usia. Makanan khas Minangkabau dan Sunda yang mengandung tinggi lemak, dan Healthy Eating Index HEI yang berhubungan kuat dengan asupan asam lemak jenuh dapat digunakan untuk mengukur kualitas diet. Penelitian potong lintang pada wanita 19-50 tahun dilakukan untuk menilai hubungan HEI dan asupan asam lemak jenuh dengan jumlah Bifidobacterium usus pada wanita keturunan Minangkabau dan Sunda. Data asupan diperoleh menggunakan 2-day repeated 24-hour food recall, pemeriksaan jumlah Bifidobacterium menggunakan real time quantitative Polymerase Chain Reaction. Tidak terdapat hubungan antara HEI dengan jumlah Bifidobacterium, namun cenderung terdapat hubungan antara asupan asam lemak jenuh dengan jumlah Bifidobacterium pada wanita keturunan Minangkabau dan Sunda setelah dikontrol dengan faktor pengganggu.

ABSTRACT
Bifidobacterium, the beneficial microbiota on human health, is influenced by various factors such as dietary intake. Minangkabau and Sundanese food are contain of high fat, and Healthy Eating Index HEI that is strongly associated with saturated fatty acid intake can be used to measure the quality of diet. A cross sectional study of women aged 19 50 years was conducted to assess the relationship between HEI and saturated fatty acids intake with intestinal Bifidobacterium in Minangkabau and Sundanese women. Dietary intake was assessed by 2 day repeated 24 hour food recall and Bifidobacterium was quantified using real time quantitative Polymerase Chain Reaction. There was no significant relationship between HEI with intestinal Bifidobacterium, but saturated fatty acids intake tend to have association with intestinal Bifidobacterium in Minangkabau and Sundanese women after adjustment for confounding factors."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>