Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tita Aviana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldi Andika Pangestu
"ABSTRAK
Pelarut yang paling umum digunakan dalam proses ekstraksi adalah pelarut organik konvensional. Namun, sebagian besar pelarut organik konvensional ini telah terbukti memiliki sifat yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan volatilitas yang tinggi. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mengembangkan pelarut jenis lain, seperti ionic liquid IL dan deep eutectic solvent DES . Yang cukup mendapat perhatian tinggi saat ini adalah deep eutectic solvent DES yang memiliki karakteristik fisis yang mirip dengan IL, namun ramah lingkungan. DES merupakan campuran dua atau lebih senyawa padat yang terdiri dari golongan garam dengan pendonor ikatan hidrogen Hydrogen Bond Donors / HBD , yang saling membentuk ikatan hidrogen intermolecular. Pelarut DES yang menggunakan senyawa golongan garam dari metabolit primer sel makhluk hidup disebut sebagai natural deep eutectic solvent NADES .Pada penelitian ini, dilakukan optimasi pada penggunaan NADES untuk ekstraksi senyawa vitexin dan total fenolik dari daun binahong. Penelitian difokuskan kepada formulasi NADES berbasis betain dengan berbagai variasi jenis HBD. Variasi HBD yang digunakan berasal dari senyawa golongan alkohol, yaitu 1,2 propanediol, 1,3 propanediol, 1,2 butanediol, dan 1,3 butanediol dengan suhu ekstraksi 27?C dan waktu pengadukan 4 jam yang didasarkan pada penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ekstraksi, seperti viskositas, polaritas, struktur molekul, dll. Pada penelitian ini, faktor yang paling mempengaruhi hasil ekstraksi dari vitexin adalah struktur molekul dari HBD yang digunakan. HBD yang memiliki struktur molekul dengan jarak gugus OH berjauhan dan tidak bercabang memberikan hasil ekstraksi tertinggi. Dalam hal ini adalah HBD jenis 1,3-propanediol yang memiliki struktur molekul terbuka sehingga tegangan permukaan rendah dan yield vitexin tertinggi.

ABSTRACT
The most common used solvent in extraction process is conventional organic solvent. However, most of these organic solvents have been evident for having hazardous properties for human health and high volatility. Lot of effort has been done to develop other type of solvent, such as ionic liquid IL dan deep eutectic solvent DES . The type of solvent which gain a lot of scientist rsquo awareness is deep eutectic solvent DES , having similar properties with IL, but environmentally friendly. DES is a mixture of two or more solid compounds consist of salt and Hydrogen Bond Donors HBD , which form intermolecular hydrogen bond. DES solvent using salt compound which come from primary metabolite cell of organism is called natural deep eutectic solvent NADES .This research optimize the using of NADES for vitexin and total phenolic extraction from binahong leaves. Research will be focusing on NADES formulation based on betaine and HBD type variation. The variety of HBD comes from alcohol group, such as 1,2 propanediol, 1,3 propanediol, 1,2 butanediol, dan 1,3 butanediol. Temperature and mixing period of extraction are 27 C and 4 hours, based on the previous research. There are few factors affecting extraction yield, such as viscosity, polarity, molecular structure, etc. In this research, the most influential factor is molecular structure of HBD. Type of HBD having distance OH group and few branches on its structure will give higher vitexin yield. 1,3 propanediol has fair molecular structure resulting low surface tension and highest vitexin yield.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitiyanti
"Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (binahong) merupakan salah satu bahan alam yang memiliki potensi dan digunakan untuk pengobatan tradisional. Efek farmakologi tanaman binahong dapat digunakan sebagai alternatif menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadi perubahan pada farmakodinamika dan farmakokinetika obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamika dan farmakokinetika kombinasi ekstrak daun binahong dengan glibenklamid yang diberikan secara oral sebagai antidiabetes. Penelitian ini dilakukan secara ekperimental dan non ekperimental. Penelitian eksperimental dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakodinamika untuk efek antidiabetes dengan metode pengukuran kadar glukosa secara enzimatik. Kadar glukosa darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi pakan tinggi lemak (sukrosa 20 %, lemak sapi 20 %, mentega 10% dan pakan standar 50 %) dan setelah pemberian sediaan uji. Pengambilan sampel darah digunakan untuk pengujian TTGO, profil asam amino dan profil asam lemak. Bagian kedua adalah pengujian interaksi farmakokinetika dengan mengambil darah tikus pada titik tertentu setelah pemberian ekstrak daun binahong dan obat glibenklamid. Konsentrasi glibenklamid diukur dengan menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung nilai AUC, Tmaks, Cmaks, T1/2 dan Ke. Penelitian non ekperimental dilakukan drug design untuk memprediksikan ikatan antara kandidat molekul obat glibenklamid dan vitexin (senyawa yang terdapat dalam ekstrak binahong) sebagai antidiabetes dengan protein target CYP3A4 secara in silico dengan menggunakan molecular docking serta memprediksi interaksi antarprotein. Hasil uji pada farmakodinamika diperoleh kadar glukosa darah pada kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong dosis 1 (17,5 mg/kgBB), dosis 2 (35 mg/kgBB) dan dosis 3 (70mg/kgBB) dapat menurunkan kadar glukosa darah kembali normal namun persentase penurunan kadar glukosa pada hari ke 21 terbesar terdapat pada kelompok kontrol positif. Pada pengujian tes toleransi glukosa kelompok kombinasi memperoleh nilai AUC sebanding dengan nilai AUC kelompok positif yang diberi glibenklamid. Hasil penelitian pada profil asam lemak dan profil asam amino menunjukkan kelompok kombinasi obat dengan ekstrak daun binahong mengalami penurunan asam lemak dan peningkatan asam amino. Hasil uji profil farmakokinetika glibenklamid berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak daun binahong. Pemberian glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong (70mg/kgBB) dapat menurunkan AUC dan Cmaks serta memperpanjang Tmaks. Hasil energi bebas gibs (ΔG) pada molecular docking diperoleh nilai glibenklamid dan vitexin yang berikatan dengan reseptor CYP3A4 dengan score ChemPLP sebesar -4,4 kkal/mol, glibenclamid dengan reseptor -3,2 kkal/mol dan vitexin dengan reseptor yaitu -3,2 kkal/mol, dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong dosis 1 (17,5 mg/kgBB), dosis 2 (35 mg/kgBB) dan dosis 3 (70mg/kgBB) secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak. Persentase penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi pada kelompok yang hanya diberikan glibenklamid 4,5 mg/kgBB (kelompok positif), sementara pada kelompok pemberian tunggal (ekstrak binahong dosis 1,2 dan 3), mengalami penurunan kadar glukosa tetapi tidak lebih tinggi persentase penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Pada uji farmakokinetika pemberian kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong (70 mg/kgBB) secara oral dapat menurunkan kadar obat glibenklamid dalam plasma tikus.

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (binahong) is a natural ingredient with potential and is used in traditional medicine. The pharmacological effect of the binahong plant can be used as an alternative to lower blood glucose levels. Previous studies have reported that the concomitant use of herbs with synthetic drugs can cause changes in the pharmacodynamics and pharmacokinetics of synthetic drugs. Information regarding the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, so it is necessary to know the effectiveness of using these combinations. This study aims to prove the pharmacodynamic and pharmacokinetic interactions of the combination of binahong leaf extract with glibenclamide administered orally as an anti-diabetic. This research was conducted experimentally and non-experimentally. Experimental research is divided into two parts. The first step is to test the pharmacodynamic interactions for the anti-diabetic effect using the enzymatic method of measuring glucose levels. Blood glucose level pressure was measured before treatment, after induction of a high-fat diet (20% sucrose, 20% beef fat, 10% butter, and 50% standard feed), and after administration of the test preparation. Blood sampling was used for testing OGTT, the amino acid profile, and the fatty acid profile. The second part is testing pharmacokinetic interactions by taking rat blood at a certain point after administration of binahong leaf extract and glibenclamide drug. The concentration of glibenclamide was measured using ultra-high performance liquid chromatography-tandem mass spectrometry (KCKUT-SM/SM), then the AUC, Tmax, Cmax, T1/2, and Ke values were calculated. Non-experimental research was conducted with drug design to predict the bond between candidate drug molecules glibenclamide and vitexin, one of the compounds contained in binahong extract as an anti-diabetic with CYP3A4 target protein in silico, by using molecular docking and predicting interactions between proteins. The results of the pharmacodynamic test obtained blood glucose levels in the combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract dose 1 (17.5 mg/kg BW), dose 2 (35 mg/kg BW), and dose 3 (70mg/kg BW) can reduce blood glucose levels back to normal, but the percentage of decrease in glucose levels on the 21st day is greatest in the positive control group. In the glucose tolerance test, the combined group obtained an AUC value comparable to the one in the positive group given glibenclamide. The study's results on the fatty acid profile and amino acid profile showed that the combination group of drugs with binahong leaf extract experienced a decrease in fatty acids and an increase in amino acids. The test results of the pharmacokinetic profile of glibenclamide were different between a single administration and a combination of binahong leaf extract. Giving glibenclamide (4.5mg/kg BW) with binahong leaf extract (70mg/kg BW) can reduce AUC and Cmax and prolong Tmax. The results of gibs free energy (ΔG) on molecular docking obtained the values of glibenclamide and vitexin, which bind to the CYP3A4 receptor with a ChemPLP score of -4.4 kcal/mol, glibenclamide with a receptor -3.2 kcal/mol and vitexin with a receptor of-3,2 kcal/mol. Conclusion The results of this study show that the administration of a combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract dose 1 (17.5 mg/kg BW), dose 2 (35 mg/kg BW) and dose 3 (70mg/kg BW) orally can lower blood glucose levels in rats induced by a high-fat diet, but the percentage reduction in blood glucose levels was better in the group that was only given glibenclamide 4.5 mg/kgBW (positive group), while in the group that was only given binahong extract doses of 1,2 and 3 also experienced a decrease in glucose levels but the percentage decrease in glucose levels was not greater than the positive control group. In the pharmacokinetic test orally administering a combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract (70 mg/kg BW) can reduce glibenclamide drug levels in rat plasma."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Muhammad
"Binahong merupakan tanaman yang sudah diketahui oleh masyarakat luas dan sudah diteliti akan manfaatnya sebagai tanaman obat atau tanaman herbal dalam pengobatan pada luka dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, karena memiliki zat bioaktif, yang salah satunya adalah flavonoid. Jenis flavonoid yang terkandung pada daun binahong adalah 8-Glucopyranosyl-4?5?7-trihydroxyflavone (Vitexin). Ekstraksi flavonoid dari daun binahong sudah mulai dikembangkan dan dibuktikan khasiatnya. Namun, penelitian mengenai ekstraksi daun binahong dan zat bioaktif lainnya masih menggunakan pelarut organik, dimana tidak baik untuk tubuh dan dapat mencemari lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dikembangkan pelarut yang memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak berbahaya untuk tubuh, yaitu NADES (Natural Deep Eutectic Solvent). NADES terbuat dari bahan alami seperti glukosa, sehingga bersifat ramah lingkungan. Uji ekstraksi flavonoid (Vitexin) dari berbagai tanaman dengan menggunakan NADES sudah mulai dikembangkan, namun untuk ekstraksi flavonoid dari daun binahong menggunakan NADES belum dilakukan. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi Vitexin dari daun binahong menggunakan NADES berbasis Betain - 1,4 Butanediol (1:3). Ekstraksi dilakukan dengan metode pengadukan menggunakan variasi waktu dan suhu untuk mengetahui yield yang baik dan efisien. Yield akan dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan HPLC. Yield berdasarkan variasi waktu pada suhu ruang (27oC) optimal pada jam ke-4, mencapai 0.0046%. Untuk variasi suhu ekstraksi, optimal pada suhu 55oC menit ke-90, mencapai 0.02%, lebih tinggi dibandingkan hasil optimal ekstraksi menggunakan Etanol yang mencapai 0.01% pada jam ke-6. Penelitian ini menunjukkan potensi yang bagus dari NADES sebagai pelarut alternatif untuk mengekstraksi berbagai senyawa bioaktif.

Binahong is a plant that is already known by the public and has been studied to be useful as a medicinal plant or herb in the treatment of wounds and diseases caused by bacteria, because it has bioactive substances, which one is flavonoid. Type of flavonoids contained in this leaves is 8-Glucopyranosyl binahong-4'5'7-trihydroxyflavone (Vitexin). Extraction of flavonoids from leaves binahong has been developed and proved the usefulness. However, research on the extraction of leaves binahong and other bioactive substances are still using an organic solvent, which is not good for the body and can pollute the environment. To overcome these problems, then developed a solvent whose properties are environmentally friendly and harmless to the body, namely NADES (Natural Deep Eutectic Solvent). NADES made from natural materials such as glucose, so it is environmentally friendly. Extraction of flavonoids (Vitexin) of various crops by using NADES are already being developed, however, for the extraction of flavonoids from leaves binahong using NADES has not been done. This research will be extracted from the binahong leaves (Vitexin) NADES based from Betain - 1,4 Butanediol (1: 3). Extraction was conducted by stirring using variations of time and temperature to determine the results of the extract was good and efficient. The extract will be analyzed qualitatively and quantitatively using HPLC. Extraction results based on variations of time at room temperature (27oC) optimal on the 4th hour, reaching 0.0046%. For extraction temperature variations, optimal at 55oC in 90 minute, reaching 0.02%, higher than the optimum extract with Ethanol in 4 hour that reach 0.01%. This study shows the great potential of NADES as alternative solvents for extracting various bioactive compounds.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Dhianugraha
"Leukotrien adalah salah satu mediator inflamasi yang dihasilkan dari asam arakhidonat melalui jalur lipoksigenase. Pembentukan leukotrien dapat dicegah melalui penghambatan aktivitas enzim lipoksigenase dengan cara mengkhelat besi pada enzim lipoksigenase, sehingga tidak bereaksi dengan substrat untuk membentuk leukotrien. Daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis telah diteliti memiliki efek antiinflamasi pada dosis 50,4 mg/200 g BB dengan persentase penghambatan edema sebesar 10,49 %, namun aktivitas dalam menghambat enzim lipoksigenase belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efek antiinflamasi ekstrak etanol 96% dan fraksi daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan metode penghambatan aktivitas enzim lipoksigenase yang diukur pada λ = 234 nm. Ekstrak etanol 96% diekstraksi secara maserasi dan diremaserasi sebanyak 10 kali. Selanjutnya difraksinasi secara partisi cair-cair, kemudian diuji penghambatan lipoksigenase. Hasil uji menunjukkan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol 96% adalah 0,115 μg/mL. Fraksi dengan aktivitas penghambatan tertinggi dari daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis adalah fraksi etil asetat diikuti oleh fraksi n-butanol dan fraksi n-heksana (IC50 0,197; 2,262 dan 7,812 μg/mL). Daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis memiliki aktivitas penghambatan enzim lipoksigenase yang tinggi bila dibandingkan dengan baikalein sebagai kontrol positif.

Leukotrienes are one of the mediators of inflammation which produced from arachidonic acid through the lipoxygenase pathway. The formation of leukotrienes can be prevented through the inhibition of lipoxygenase enzyme activity by chelated iron on lipoxygenase enzyme, so it does not react with the substrate to produce leukotrienes. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves have been studied have anti-inflammatory effects at a dose of 50,4 mg/200 g BB with edema inhibition percentage of 10,49%, but the activity in inhibiting the enzyme lipoxygenase has not been studied. The purpose of this study was to test the anti-inflammatory effects of ethanol 96% extract and fractions of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves by inhibiting the lipoxygenase enzyme activity measured at λ = 234 nm. Ethanol 96% extract extracted by maceration and 10 times remaceration. Furthermore fractionated by liquid-liquid partition then tested its inhibition of lipoxygenase. The test results showed IC50 values were obtained from the ethanol 96% extract was 0,115 μg/mL. The fraction with the highest inhibitory activity of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves is a fraction of ethyl acetate followed by a fraction n-butanol and n-hexane fraction (IC50 0,197; 2,262 and 7,812 μg/mL). Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves has high activity for inhibiting the enzyme lipoxygenase if compared to baicalein as a positive control.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Nofi Yani
"Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri namun belum diketahui aktivitasnya terhadap Propionibacterium acnes sebagai salah satu bakteri yang berperan dalam patogenesis jerawat. Dalam penelitian ini ekstrak daun binahong mengandung asam ursolat 1,28% kemudian diuji secara in vitro terhadap Propionibacterium acnes sehingga didapatkan konsentrasi bunuh minimum sebesar 0,05%. Emulgel yang dibuat dari ekstrak daun binahong dalam penelitian ini memiliki stabilitas fisik yang baik selama 12 minggu dan jumlah kumulatif asam ursolat yang terpenetrasi dari sediaan ini dengan sel difusi franz yaitu pada formula 1 adalah 38,60 μgcm-2 dan emulgel formula 2 yaitu 107,37 μgcm-2. Sediaan emulgel ekstrak daun binahong didapatkan zona hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dari sediaan emulgel lebih besar dibandingkan klindamisin fosfat 1,2% yaitu pada formula 1 sebesar 19,67 mm dan formula 2 sebesar 20,67 mm sedangkan klindamisin fosfat 1,2% memiliki zona hambat yaitu 16,33 mm.

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) leaves have been known to have antibacterial activity but it is not known activity against Propionibacterium acnes as one of the bacteria that play a role in the pathogenesis of acne. In this study, binahong leaves extract containing 1,28% Ursolic acid and then in vitro testing of binahong leaves extract against Propionibacterium acnes have a minimum bactericidal concentration is 0,05%. Emulgel made from binahong leaves extract in this study had good physical stability for 12 weeks and the cumulative amount Ursolic acid which penetrated from emulgel by Franz diffusion cell that is in formula 1 is 38, 60 μgcm-2 and emulgel formula 2 is 107,37 μgcm-2. Inhibition zone of emulgel is greater than clindamycin phosphate 1,2% against Propionibacterium acnes , which is in formula 1 is 19,67 mm and formula 2 is 20,67 mm while clindamycin phosphate 1,2% have a inhibition zone is 16,33 mm.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Primaster W.
"Tanaman binahong merupakan tanaman yang memiliki manfaat positif, salah satunya adalah sebagai anti-inflamasi pada daerah saluran pencernaan. Pembuatan mikropartikel kitosan-ekstrak daun binahong tersalut alginat dilakukan dengan menggunakan metode taut silang antara kitosan ndash; TPP ndash; ekstrak binahong dan gelasi ionotropik Alginat - CaCl2 sebagai penyalut kitosan, dengan variasi kandungan alginat dalam mikropartikel. Mikropartikel kemudian diujikan dalam media fluida sintetik untuk mendapatkan komposisi dan profil pelepasan bahan aktif ekstrak binahong dengan bantuan alat analisis spektrofotometer sinar tampak. Hasil yield dan loading tertinggi didapatkan pada variasi yang tidak mengandung alginat dengan nilai yield 83,8 dan loading 1,23 . Pada hasil pengujian rilis, didapatkan mikropartikel dengan resistansi tertinggi dimiliki oleh Variasi 3 dengan rasio kitosan:alginat 1:0,25, dan hasil pelepasan tertinggi dimiliki Variasi 1 dengan rasio kitosan:alginat 1:0,1. Pengamatan hasil uji pelepasan terhadap mikropartikel menunjukkan adanya potensi komposisi mikropartikel sebagai penghantar obat anti-inflamasi ke daerah saluran pencernaan, khususnya lambung.

Binahong plant has been used as a traditional medicine to treat various ailments and is known for it beneficial properties, namely its anti inflammatory properties. Fabrication of microparticle is done by using a cross linking method of chitosan ndash TPP ndash binahong extract and alginate ionotropic gelation of Alginate ndash CaCl2 encapsulation of the chitosan with the variation of Alginate in the microparticle. The microparticles are then released in synthetic fluids media to achieve composition and release profile of the active compounds in Binahong extracts using a Spectrophotometer Vis Vis device. Highest yield and loading are achieved with the first variation of microparticle with the ratio of Chitosan Alginate 1 0, with the value of yield reaching 83,8 and 1,23 for loading. In in vitro release, the microparticle variation that has the highest resistance in the synthetic fluids is achieved by the third variation with the Chitosan Alginate ratio of 1 0,25, and the highest cumulative release is achieved by the first variation with Chitosan Alginate ratio of 1 0. Observation of the release results indicates the potential of the matrix compositions as a carrier of anti inflammatory drugs to the gastrointestinal tract, especially the stomach.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Merly
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sagita Utami
"Radikal bebas dapat dihasilkan dari proses inflamasi pada kasus penyakit gagal ginjal kronis. Ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) diketahui memiliki kandungan flavonoid yakni kuersetin yang memiliki efek protektif dari pembentukan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum ekstrak etanol daun binahong terhadap kerusakan ginjal kronik pada tikus galur Sparague Dawley. Penetapan hewan model menggunakan metode Unilateral Ureteral Obstruction (UUO) kecuali pada kelompok kontrol normal yang diberi perlakuan operasi sham. Tikus dibagi menjadi 7 kelompok yakni K1 (kontrol normal = sham + cairan pembawa), K2 (kontrol negatif = UUO + cairan pembawa), K3 (kontrol positif = UUO + losartan 1,18 mg/200 grBB), K4 (kontrol pembanding = UUO + kuersetin 9,9 mg/200grBB), D1 (dosis uji 1 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 75 mg/kgBB), D2 (dosis uji 2 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 150mg/kgBB), dan D3 (dosis uji 3 = UUO + ekstrak etanol daun binahong 300mg/kgBB). Masing-masing zat uji diberikan setelah satu hari perlakuan UUO selama 14 hari. Parameter yang akan diperiksa pada masing-masing kelompok yakni aktivitas enzim superoksida dismuthase (SOD), aktivitas enzim katalase, dan kadar malondialdehid (MDA). Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai kadar MDA dan aktivitas SOD antar kelompok perlakuan. Namun terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai aktivitas katalase antar kelompok perlakuan. Dosis optimum belum dapat ditentukan karena nilai RSD pada hasil masing-masing kelompok lebih dari 15%.

Free radicals can be produced from the inflammatory process in cases of chronic kidney failure. The ethanol extract of binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) is known to have a flavonoid content, quercetin which has a protective effect from the formation of free radicals. This study aims to determine the optimum dose of binahong leaf ethanol extract against chronic kidney damage in Sparague Dawley rats. Determination of animal models using the Unilateral Ureteral Obstruction (UUO) method except in the normal control group treated with sham operations. Rats were divided into 7 groups namely K1 (normal control = sham + carrier fluid), K2 (negative control = UUO + carrier fluid) K3 (positive control = UUO + losartan 1.18 mg / 200 grBW), K4 (comparative control = UUO + quercetin 9.9 mg / 200grBW), D1 (test dose 1 = UUO + ethanol extract binahong leaves 75 mg / kgBB), D2 (test dose 2 = UUO + extract Binahong ethanol leaves 150mg / kgBW), and D3 (test dose 3 = UUO + 300mg / kgBW leaves ethanol extract). Each test substance was given after one day of UUO treatment for 14 days. The parameters was examined in each group are the activity of the superoxide dismuthase (SOD) enzyme, catalase enzyme activity, and the level of malondialdehyde (MDA). The results showed there were no significant differences in the value of MDA levels and SOD activity between treatment groups. However, there were significant differences in the value of catalase activity between treatment groups. The optimum dose cannot be determined because the RSD value in this results of each group is more than > 15%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library