Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ponny Natalia Heryadi
Abstrak :
Pemanfaatnn jasa dukun bayi untuk menanpni kehamilan dan pelsalinan merupakan salah satu faktor penghambat upaya peningkazan akses pelayanan KIA melalui penempaum bidan di desa. Oleh karma itu perm promosi kcsehatan melalui pendekatan kemitraan bidan di desa dan dukun bayi menjadi sangat panting. Upaya kemitraan telah dilaksanakan di Kabupaten Katingan namun belum pemah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mempemleh informasi yang mendalam mengenai kemitraan bidan di desa dan dukun bayi di Kabupatcn Katingan, hal internal dan ckstemal apa saja yang berkaitan, sem mengidentifikasi hal-hal yang mendukung dan menghambat bemjalannya kemitman. Penelitian dilakukan di enam dcsa di Riga kecamatan di Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tcngah yang telah melaksanakan upaya kemitraan, menggunakxm pendekatan kualitatif bemdesain RAP, dengan cara wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Infonnan penelitian adalah bidan di desa yang bemnitra, bidan kooxdinator, kepala Puskesmas, pengelola KIA Dinkcs Kntingan, Ketua [BI Katingan, dukun bayi yang bennilra dan anggota masyarakat (tokoh masyarakat dan kader posyandu). Hasil penclitian menunjukkan bahwa dilihat dari tahap kerjasama dan pembagian perannya, kemitraan bidan di desa dan dukun bayi di Kabupatzn Katingan ada yang sudah baik dan ada yang masih kurang, scrta memiliki kecenderungan hubungan deugan persepsi dukun bayi terhadap manfaat dan hambatan kemitraan, sikap bidan di desa dan duinm bayi daiam bermitra, motivasi dukun bayi, scrta pendekatan personal bidan di dcsa kepada dukun bayi. Pendukung kemitraan bidan di desa dan dukun bayi antara lain persepsi dukun bayi bahwa kemitraan memberikan rasa aman, sikap positif antara bidan dan duknn bayi, kebutuhanakmlrasaanmnyangmemotivasidukunbaydunmkbermiumserta intensitas komunikasi interpersonal bidan dan dukun bayi yang [ebih sexing dan lebih baik. Penghambat kemitraan antara lain pexsepsi dukun bayi yang kelim tentang manfaat kemitraan, keluarga tidak sctuju dukun bayi memanggil bidan di desa kamna alasan biaya dan ada! istiadat, proses persalinan yang terlalu ocpat, sikap negatif antara bidan dan dukun bayi, kebutuhan aktualisasi diri dukun bayi, intcnsitas komunikasi bidan-dukun yang kutang baik, bclum meratanya tenaga bidandi seluruh desa, serza pcndekatan seoara koe1sif7ancaman bidan di desa untuk mengubah perilaku dukun bayi. Masih di temukan mgenerasi dukun bayi dan kcbiaseum langsung memandikan bayi baru lahir, baik olch kcluarga, dukun bayi dan bidan di desa. Dengan demikian perlu dilakukan strategi pemctataan bidan di desa melalui insentif dan supervisi yang ketat khususnya di daerah terpencil, upaya pembinaan kcmitraan yang betkesinambungan, pclatihan komunikasi interpersonal bagi bidan di desa, sosialimi Iamkesnas untuk meaingkatkan persalinan dengan bidan di desa, melibatkan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama dalam pembinaan kemitraan, menetapkan sistem pembagian pembayamn antara bidan di desa dan dukun bayi dcngan dana bergulir khususnya bagi kcluarga mislcin, menetapkan pcrtemuan rutin antara bidan di desa dan dukun bayi untuk mengetahui perkembangan kemitraan, Iebih pmaktif dan intcns melakukan pendekatan personal untuk mengubah persepsi dukun bayi tentang perannya saat ANC, persalinan, setelah bayi {ahh' dan nifas, sorta melakukan penyuluhan kepada masyarakat tcntang pencegahan hipotermia dengan menunda memandikan bayi bam Iahir.
Utilization of the Traditional Birth Attendants ('I`BAs] to handle pregnancy and childbirth is one of the factors which barricade etforts to increase access to maternal and health services through the placement of midwives in the villages. Therefore, the role of health promotion through partnership approach is very important. It has been undertaken in Katingan Region, but research to obtain infomation about how depth is partnership between village michvives and TBA in Katingan, to know related internal and external things, and to identify things that support and hinder the flow of partnership has never done. Research was conducted in six villages in three Katingan subdistricts in Central Kalimantan Province, which have been in partnership effort. use qualitative approach and RAP design, with depth interviews and focus group discussions methods to obtain data. Research informants are village midwives who have partnership with TBA, the midwife coordinators, head of public health centers, managers of ruatemal and child health programme of health district in Katingan, chairman of IBI Katiugan, TBAs who have partnership with village midwive, and member ofthe communities (community leaders and or Posyandu cadres). Base on partnership stage and role division, results of research shows that there have been good and less partnership between villages midwives and TBAS in Katingan. It is likely related to 'l'BA?s benefits dan barrier perceptions, attitudes between village midwives and the TBA, TBA?s motivation, and midwives personal approach to the TBAS. 'l'BA?s perception that partnership will give her a safe labor, positive attitudes to each other, TBA?s safety feeling that motivate her to have partnership, and the intensity of interpersonal communication between midwives and TBA which are more olien beside better quality, support the partnership. Wrong TBA?s perception about the benefits of partnership, the lixrnily who do not agree to pick the midwive up because of costs and custom reasons, immediately labor process, negative attitudes and less communication intensity to each other, TBA seltl actualization needs, villages without midwive, coersive approach to change TBA?s behaviour, hind the partnership. 'l'BAs regeneration and the practice of bathe the new hom are still found. Thus, some efforts and strategies like giving more incentives and strict supervision esspesially to village midwife in remote area, sustainable partnership programme, midwives interpersonal communication training, increasing Jamkesmas socialization, involving traditional leaders, community leaders, and religious lwders in partnership activities, setting a payment sharing system to village midwife and TBA i.e revolving iimd system mpecially to poor family, setting a regular meetings between midwives and 'I'BAs to talk about partnership, more proactive and intensely do personal approach to TBA to change her perception about her roles in antenatal care, labor process, and post natal, and develop community education about hypotermia prevention by delay a new born baths, all need to be done.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34382
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Wicaksono
Abstrak :
Alternative approaches are needed to address the issues of reproductive health, one of which is by increasing participation of men on women’s sexual and reproductive health. This study aimed to investigate the impact of husband’s participation in antenatal care on the use of skilled birth attendant after controlling socio-demographic characteristics. Samples were 4,000 women aged 15 – 49 years who had their last childbirth in the past year before the survey drawn from 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. The study used binary logistic regression model to identify the impact of husband’s participation in antenatal care on the use of skilled birth attendant after controlling socio-demographic and maternal characteristics. The odds after controlling other factors indicated that women whose husbands attended at least one antenatal care visit were more likely to use skilled birth attendants than those whose husbands did not attend. In conclusion, husband’s participation, through attending antenatal visit, positively affects the use of skilled birth attendant by women during delivery.

Pendekatan alternatif diperlukan untuk mengatasi persoalan kesehatan reproduksi, salah satunya dengan meningkatkan partisipasi laki-laki pada kesehatan reproduksi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri dampak partisipasi suami dalam pelayanan antenatal pada penggunaan tenaga persalinan terlatih setelah mengontrol karakteristik sosial demografi. Sampel sebanyak 4.000 perempuan berusia 15 – 49 tahun yang memiliki persalinan terakhir pada tahun lalu sebelum survei diambil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Penelitian menggunakan model regresi logistik biner untuk mengidentifikasi dampak partisipasi suami dalam pelayanan antenatal pada penggunaan tenaga persalinan terlatih setelah mengontrol karakteristik ibu dan sosial demografi. Peluang setelah mengontrol faktor lainnya mengindikasikan perempuan yang suaminya datang setidaknya satu kali kunjungan pelayanan antenatal lebih berpeluang menggunakan tenaga persalinan terlatih dibandingkan yang suaminya tidak datang. Sebagai kesimpulan, partisipasi suami dengan berkunjung ke pelayanan antenatal secara positif berdampak pada penggunaan tenaga persalinan terlatih oleh perempuan selama bersalin.
Institute of statistics, jakarta, indonesia, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rahmah Manik
Abstrak :
ABSTRACT
Pemberian makanan prelakteal merupakan pemberian makanan atau minuman selain ASI kepada bayi yang baru lahir yang dapat menggagalkan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pemeriksa kehamilan, penolong persalinan, dan berat lahir. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu Data Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dan juga data primer. Metode penelitian menggunakan desain studi cross-sectional. Uji chi square digunakan untuk membuktikan perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan variabel independen. Total sampel sebanyak 504 orang, 211 orang 41,9 memberikan makanan prelakteal, dengan jenis makanan terbanyak yang diberikan adalah susu formula 50,2 . Terdapat perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan penolong persalinan p-value 0,013.
ABSTRACT
Prelacteal feeding is the provision of food or drinks other than breast milk to newborns who can thwart exclusive breastfeeding. This study aims to prove the differences of prelacteal feeding based on maternal age, maternal education, mother 39 s knowledge, pregnancy examiner, birth attendant, and birth weight. The data used are Nutrition and Health Data of Children Under Five Years of Age in Babakan Madang Districts Year 2018 as secondary data and also primary data. Chi square test were used to prove differences of prelacteal feeding based on independent variables. A total sample of 504 people, 211 people 41.9 gave prelacteal food, with the most types of food given was infant formula 50.2. There are differences in prelacteal feeding based on birth attendant p value 0,013.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidig Handanu Widoyono
Abstrak :
Dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, maka salah satu upaya pemerintah adalah menempatkan bidan di desa. Penempatan bidan di desa sampai dengan tahun 1999, di Kecamatan Nanga Pinoh sudah mencapai 85,7% dari 21 desa. Masuknya bidan di desa, menunjukkan adanya peningkatan cakupan pelayanan program kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kecamatan Nanga Pinoh, kecuali cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (31,2%), yang belum terdapat peningkatan yang berarti dikaitkan dengan jumlah bidan yang ditempatkan di desa. Pertolongan persalinan juga dilaksanakan oleh dukun bayi, dengan demikian pemanfaatan dukun bayi untuk menolong persalinan di Kecamatan Nanga Pinoh masih sangat besar. Dampak dari masih tingginya pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Nanga Pinoh adalah terjadinya dua kematian ibu, delapan kematian bayi lahir dan 12 kematian perinatal pada tahun 1999, yang sebagian besar ditolong oleh dukun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik pelayanan persalinan oleh dukun bayi, yang menyebabkan pilihan persalinan kepada dukun bayi dan informasi tentang karakteristik pelayanan positip dari dukun bayi yang dapat diadopsi oleh bidan di desa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan bidan di desa. Karakteristik pelayanan dukun bayi dilihat dari faktor biaya persalinan, kepercayaan, jarak tempuh, kemudahan mendapatkan pelayanan, kelengkapan pelayanan dan kekerabatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Baran Pelaksanaan pengumpulan data dimulai bulan September 2000 sampai Nopember 2000. Desain penelitian adalah kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakteristik pelayanan oleh dukun bayi yang menyebabkan pilihan persalinan cenderung kepada dukun bayi, baik di wilayah perdesaan maupun di perkotaan. Karakteristik tersebut adalah persepsi jarak ke dukun lebih dekat, lebih cepat dipanggil, tidak menolak, selalu siap di tempat dan pelayanan pasca persalinan antara lain memasak, mencuci dan mengurut ibu (ngangkil), serta pembayaran kepada dukun dapat dicicil atau ditunda. Pemilihan kepada dukun bayi juga didasari oleh kepercayaan yang tinggi, karena do'a (.selusuh), pengalaman dan faktor kebiasaan, serta pengaruh dari orang tua. Pada penelitian ini juga mengungkap beberapa kelemahan pelayanan persalinan oleh dukun bayi yaitu kebersihan, keamanan persalinan dan risiko keterlambatan rujukan, yang perlu segera dicarikan pemecahannya. Karakteristik pelayanan persalinan oleh bidan desa, yang membuat masyarakat cenderung tidak memilih bidan, antara lain bidan sering tidak ada di tempat, persepsi jarak ke rumah bidan lebih jauh, bidan yang kadang-kadang menolak, persepsi terhadap pembayaran biaya persalinan yang tidak dapat ditunda. Terdapat beberapa karakteristik positif pelayanan oleh dukun bayi, yang dapat diadopsi oleh bidan di desa antara lain cara pembayaran biaya persalinan yang dapat dicicil, pendekatan spiritual dan budaya, selalu siap ditempat dan tidak menolak, memperpanjang pelayanan pasca persalinan dan menciptakan empati dengan klien. Untuk itu disarankan agar membuat kebijakan lokal dengan musyawarah tentang biaya persalinan dan mekanisme kerja sama atau kemitran antara dukun dan bidan, di samping perlunya pembekalan kepada bidan di desa tentang ilmu komunikasi, ilmu sosial dan budaya serta situasi dan kondisi tempat kerja. Selain itu pembinaan, supervisi dan monitoring kepada bidan desa perlu dilakukan, di samping perlunya dilaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi, karena masih banyak ditemukan risiko pelayanan persalinan oleh dukun bayi.
Analysis on Choice of Delivery by Traditional Birth Attendants (TBAs) in Nanga Pinoh Sub District, Sintang District, West Kalimantan Province Year 1999To accelerate the decrease of mothers mortality rates (MMR) and infants mortality rates (IMR) in Indonesia, the government has commenced midwives placement program throughout villages in Indonesia. The placement of midwives until 1999, in Nanga Pinoh sub district, has reached to 85.7% of 21 villages. The existence of midwives in villages has increased the output of mother and children health service program in Nanga Pinoh sub district. However, it has not yet increased delivery assistance by health workers (31.2%) compared to the number of midwives available in the villages. Delivery assistance also took place with TBAs, therefore the use of TBAs delivery assistance in Nanga Pinoh sub district is still considerable. The outcome of delivery assistance by TBAs still considerable, there are two maternal mortality, eight infant mortality and twelve prenatal mortality, in Nanga Pinoh sub district, there was assistance by TBAs. This study was aimed at investigating characteristics of delivery assistance conducted by TBAs by which the choice of baby delivery by TBAs was made. It also focused on examining characteristics of positive service by TBAs that can be adopted by midwives in villages to improve midwives service quality. Characteristics of TBAs service were reduced from the cost of delivery, accountability, distance, accessibility to the service, type of service and rapport. This study was conducted in Nanga Pinoh sub district, Sintang district, West Kalimantan province. Data collection was commenced from September 2000 until November 2000. The study design was qualitative and employed in-depth interview and focus group discussion techniques. The study shows that there are same characteristics of service by TBAs that inclined to choice of delivery by TBAs, in rural and urban areas. Such characteristics are closer distance to the TBAs, immediate visit, no refusal, constant availability and post delivery assistance including preparing meals, washing clothes and massaging (ngangkil) as well as postponeable or installed service fee. Moreover, choice of delivery by TBAs is based on high accountability due to prayer (selusuh), experience and habit as well as influence from parents. In addition, the study reveals some shortcoming of such delivery by TBAs that consist of sanitary and safety of delivery as well as risk caused by lateness of reference. These shortcomings demand immediate solution. There are less favorable characteristics in choice of midwives for delivery include on-site in availability, longer distance, refusals, unpostponeable payment of service fee. There are several positive characteristics of TBAs that may be adopted by midwives in villages. These consist of mode of service fee payment, spiritual and cultural approaches, availability and acceptance, providing post delivery assistance and creating empathy toward clients. It is recommended that local policies be established by discussing service fee and joint service mechanism between midwives and TBAs, work orientation for midwives be conducted concerning communication, social and cultural knowledge and work environment as well as coaching, supervising, monitoring over village midwives. Training and coaching for TBAs should also be provide due to the fact that the risk of delivery assistance by TBAs.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T 10038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Widyawati
Abstrak :
ABSTRAK Hasil survei cepat tahun 1995 di Kabupaten Tangerang, proporsi ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 47,3 % sedangkan proporsi ibu hamil yang melaksanakan `antenatal care' sebesar 94 %. Masih rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan serta belum diketahuinya faktor-faktor apa yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, telah menarik minat peneliti untuk mengetahui proporsi ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 1997-1998 dan hubungan antara faktor- faktor : pendidikan, pendapatan keluarga, sikap, kejadian penyakit saat hamil dan melahirkan, ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan, jarak tempuh, ketersedian sarana transportasi, biaya pelayanan, anjuran/nasehat orang lain di lingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan; dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data primer menggunakan metode `cross sectional'. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proporsi ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 62,5 %, dan hipotesis peneliti telah terbukti kecuali ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan, jarak tempuh serta anjuran/nasehat orang lain di lingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan, bahwa dalam upaya meningkatkan jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebaiknya : 1. Memperlakukan dukun paraji sebagai mitra kerja petugas kesehatan. 2. Memberikan pendidikan kesehatan ibu, terutama kepada ibu-ibu yang berpendidikan rendah beserta suami dan orang tuanya, juga kepada remaja puteri di sekolah-sekolah. 3. Peningkatan tarif pelayanan persalinan dan kualitas `antenatal care' di puskesmas. 4. Pemberdayaan kelompok kerja (pokja) Gerakan Sayang Thu di semua tingkatan, sehingga pokja berfungsi secara efektif terutama dalam pengumpulan dana serta pengadaan transportasi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan ibu. Daftar Pustaka : 23 (1975 - 1997)
ABSTRACT The 1995 Rapid survey's in Tangerang district found that 94 % of all pregnant women had antenatal care, while only 47,3 % of all births were delivered by health staff (midwives and medical persons). Because of the low proportion of births were delivered by health staff and the unknown factors related, so the author was interested to find out the proportion of birth aid by health staff in 1997-1998 and the relationship of the following factors: education, family earning, attitude, incidence illness during pregnancy and childbirth, availability of health facilities, the distance to health facilities, availability of transportation to health facilities, cost of health services, advice from another people to utilize the birth aid by health staff. The study was done by using primary data, using cross sectional method. The study found that the utilization of birth aid by health staff reached 62,5 %. And, the author's hypothesis was proved except availability of health facilities, the distance to health facilities and advice from another people to utilize the birth aid by health staff. Recommendations of study are: 1. Promote partnership among health staff and traditional birth attendants. 2. Health education on family life for using to mothers with minimal education, together with their husbands and parents. The family life education could also be taught for adolescent girls at schools. 3. Increase charge for delivery services and improve quality of antenatal care at Public Health Center (Pusat Kesehatan Masyarakat). 4. Encourage community participation to provide fund and transportation for pregnant mothers who need emergency care. References : 23 (1975- 1997)
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Ferry Rachmat Santoso
Abstrak :
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 memperlihatkan bahwa persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan sebanyak 55,4%, sedangkan persalinan yang dilakukan di rumah ibu bersalin sebanyak 43,2%, dan sebagian besar ditolong oleh dukun bayi sebanyak 40,2%. Persalinan di rumah yang dilakukan oleh dukun bayi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu. Di Kabupaten Karawang, JawaBarat masih terjadi kasus kematian pada ibu dan kematian pada bayi. Jumlah kematian ibu cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari laporan KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang ada ibu bersalin yang meninggal dunia yang persalinannya ditolong oleh Dukun bayi. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Karawang yang melakukan kunjungan K4 mencapai 93,43%. Hal ini menunjukan terdapat 6,57% bumil yang melakukan kunjungan K4 tapi tidak bersalin oleh tenaga kesehatan. Masih banyaknya persalinan oleh dukun bayi menunjukkan kurangnya kemitraan antara bidan dan dukun bayi. Namun hingga kini masih ada saja dukun bayi yang enggan bermitra dengan bidan, dan terjadi juga di Kabupaten Karawang terutama di wilayah kerja Puskesmas TanjungPura dan Pedes. Dari masalah tersebut sehingga tujuan umum dari penelitian ini adalah ingin mengetahui mengenai faktor-faktor yang menghambat dukun bayi untuk bermitra dengan bidan.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang, yang merupakan jumlah dukun bayi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpura dan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable pengetahuan, sikap dan pelatihan keterampilan dukun bayi yang berpengaruh terhadap kemitraan dukun bayi dengan bidan.Faktor yang paling dominan menghambat kemitraan dukun bayi dengan bidan adalah pengetahuan dukun bayi. Saran pada penelitian ini adalah memberikan pembekalan dan pelatihan tentang Peran Dukun bayi dalam kemitraan dengan bidan kepada semua dukun bayi agar informasi yang diberikan dapat menyebar secara merata guna meningkatkan pengetahuan dukun bayi. ......Health Research (Riskesdas) in 2010 showed that deliveries conducted at health facilities as much as 55.4%, while the delivery is done at maternal home as much as 43.2%, and mostly attended by traditional birth attendants as much as 40.2%. Home deliveries conducted by TBAs is one of the factors that affect the high maternal mortality rate. In Karawang regency, West Java still occur in cases of maternal mortality and infant mortality. Number of maternal deaths is likely to increase from year to year. KIA of reports there Karawang District Health Office maternal childbirth who died were rescued by Shaman baby. Coverage of births by skilled health personnel in Karawang regency K4 visits reached 93.43%. It is revealed that there is 6.57% pregnant women who visited K4 but not delivery by health workers. Still many deliveries by traditional birth attendants showed a lack of partnership between midwives and TBAs. But until now there are still traditional birth attendants are reluctant to cooperate with the midwife, and occurs also in Karawangdistrict, especially in the Tanjungpura and Pedes Primary Health Centre. Of the problem so that the general purpose of this research is to know about the factors that hinder traditional birth attendants to partner with midwives. This study uses cross-sectional design with a sample size of 48 people, which is the number of midwives who are in the Primary Health Center Tanjungpura and Pedes, Karawang regency, West Java. The results showed that knowledge, attitudes and skills training TBAs affecting TBAs partnership with midwives. The most dominant factor inhibiting partnership with the midwife and TBAs is knowledge. Suggestions on this research is to provide a soft skill and briefing on the role of healer baby in partnership with midwives to all traditional birth attendants to the information provided can be spread evenly in order to increase the knowledge of TBAs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Triyanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh otonomi dan karakteristik ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada anak menggunakan data SDKI 2012. Berdasarkan hasil analisis multinomial logit otonomi ibu dan faktor sosial ekonomi dan demografi menentukan status pemberian imunisasi dasar. Pemberian imunisasi dasar anak umur 11 23 bulan lebih cenderung dilakukan oleh ibu yang memiliki otonomi pendidikan SMA keatas berumur 20 29 tahun status ekonomi tinggi penolong persalinan oleh medis tinggal di kota dekat sarana kesehatan memiliki anak laki laki dan diurutan satu atau dua. Faktor paling mempengaruhi pemberian imunisasi dasar adalah penolong persalinan Ibu yang melahirkan di tenaga medis lebih besar kecenderungannya memberikan imunisasi dasar. ...... This research aims to study the effect of autonomy and maternal characteristics on the basis of the child's immunization using data IDHS 2012. Based on the analysis of multinomial logit maternal autonomy and socio economic and demographic factors determine the immunization status of the base. Basic immunization of children aged 11 23 months were more likely to be done by mothers who have autonomy education above high school aged 20 29 years higher economic status birth attendants by medical living in the city close to medical facilities have a boy and have one or two. The most influential factor is the basic immunization birth attendants Mothers who give birth in medical personnel greater tendency to provide basic immunizations.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosita Putri Mayliana
Abstrak :
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penyumbang AKI terbesar di Indonesia dan memiliki angka komplikasi persalinan yang cukup tinggi, yaitu 22,2%. Kejadian komplikasi persalinan banyak terjadi pada ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan (46%). Penelitian ini merupakan analisis data SDKI 2012 dengan sampel sebanyak 1.609 wanita usia subur (15-49 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian komplikasi persalinan di Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 7,948 kali lebih tinggi untuk mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan tenaga kesehatan setelah dikontrol oleh variabel riwayat komplikasi persalinan, tempat persalinan, kunjungan neonatal, dan akses informasi. ...... West Java is one of the largest province which contribute to maternal mortality in Indonesia and has a number of labor complications are quite high, 22.2%. Incidence of labor complications common in mothers who gave birth not by health workers (46%). This study is an analysis of data IDHS 2012 with a sample of 1,609 women of childbearing age (15-49 years). This study aimed to determine the relationship between the incidence of labor complications with the birth attendants in West Java. The analysis showed that mothers who give birth rather than by health workers 7.948 times higher risk to develop complications of labor compared with women who gave birth by health professionals after being controlled by a variable history of childbirth complications, place of delivery, neonatal visits, and access to information.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endaryani
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh keterlibatan suami terhadap pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan menggunakan data 6.425 wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang menikah/hidup bersama dan mempunyai anak yang lahir terakhir dalam masa survei SDKI 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa keterlibatan suami memiliki pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan. Ditemukan pula bahwa faktor-faktor terkuat yang mempengaruhi pemanfaatan penolong persalinan tenaga kesehatan adalah tempat tinggal, pendidikan suami, dan kehadiran suami saat antenatal care. Salah satu variabel yang menunjukkan akses, yaitu jarak ke fasilitas kesehatan, juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan. ...... This study aims to analyze the influence of husband's involvement on skilled birth attendants (SBA) utilization using the data of 6,425 married/cohabiting women at reproductive age from IDHS 2012. The results of binary logistic regression show that the involvement of husbands have significant influence on the SBA's utilization. It is also found that the strongest factors influencing the utilization of SBA are residence, husband?s education, and the presence of husband during antenatal care. One variable that indicates access, which is the distance to health facilities, also has significant influence on the utilization of SBA.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Aprilia Widyasari
Abstrak :
Indonesia masih dihantui Angka Kematian Ibu AKI yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara Region Asia Tenggara, yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. AKI dapat direduksi dengan persalinan dengan perawatan yang terampil. Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2015 menetapkan persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan nakes di fasilitas pelayanan kesehatan fasyankes. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes di Indonesia sudah tinggi, tetapi masih terdapat perbedaan cakupan menurut umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, dan provinsi. Untuk memudahkan penghitungan ketidakmerataan kesehatan antar negara dan mengetahui daerah mana yang tertinggal, WHO mengeluarkan aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit HEAT dan Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, aplikasi ini mampu mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antar subkelompok populasi. Peneliti dapat memasukkan data sendiri ke dalam aplikasi HEAT Plus, dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI. Hasil analisis menunjukkan cakupan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes meningkat dari tahun 1994-2012. Cakupan tersebut terkonsentrasi pada ibu berumur 25-39 tahun, ibu dengan tingkat pendidikan SMP, ibu dengan kuintil kekayaan terkaya, ibu yang tinggal di daerah perkotaan, dan ibu yang tinggal di wilayah Sumatera dan Jawa. Ukuran ketidakmerataan yang mengalami penurunan tertinggi adalah Population Attributable Risk PAR dan Population Attributable Fraction PAF. Ketidakmerataan cakupan persalinan oleh nakes cenderung mengalami penurunan pada semua dimensi, sedangkan ketidakmerataan cakupan persalinan di fasyankes mengalami peningkatan pada dimensi provinsi. ......Indonesia is still haunted by a relatively high Maternal Mortality Rate MMR compared to the Southeast Asian Region countries, which is 190 per 100,000 live births. MMR can be reduced by delivery with skilled care. The Ministry of Health of Indonesia since 2015 established a safe delivery is the delivery done by Skilled Birth Attendants SBA in health service facilities. Although coverage of delivery assistance by SBA and delivery in health service facilities in Indonesia is high, but there are still coverage differences based on age, education level, economic status, residence, and province. To facilitate the calculation of health inequalities between countries and to know which areas are left behind, WHO issued an application called Health Equity Assessment Toolkit HEAT and Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, this application is able to identify differences in health indicators among subgroups of the population. Researchers can enter their own data into HEAT Plus application, in this research the researcher use SDKI data. The results showed that the coverage of delivery by SBA and childbirth in health service facilities increased from 1994 to 2012. The coverage was concentrated in mothers aged 25 39, mothers with secondary and above educational level, mothers with richest quintiles, mothers living in urban areas, and mothers who live in Sumatra and Java. The highest decreasing inequality size is Population Attributable Risk PAR and Population Attributable Fraction PAF. Inequality of delivery coverage by SBA tends to decrease in all dimensions, whereas the inequality of delivery coverage in health service facilities has increased in the provincial dimension.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library