Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Basic calculation of thermodynamic in steam turbine has done. Basic calculation of thermodynamic for determine thermodynamic that happened on each stage impuls turbine. From this basic calculation can be known the total of steam on the turbine and diameter average on moving blade for fourt stage turbine.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Hartansyah
Abstrak :
Berkurangnya sumber bahan bakar fossil sebagai sumber energi memicu perkembangan yang pesat pada teknologi energi terbarukan. Energi angin sebagai salah satu energi terbarukan berpotensi untuk menyelesaikan masalah tersebut khususnya di Indonesia. Pemanfaatan Energi angin menjadi energi listrik sudah di Implementasikan di Indonesia, salah satunya di Muara Gembong yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. Pengembangan Kincir Angin khususnya komponen Blade harus disesuaikan dengan karakteristik angin di Indonesia. Untuk mendapatkan Desain yang optimal diperlukan evaluasi terhadap karakteristik Blade yang terpasang. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode numerik software Qblade. Hasil simulasi menunjukan efisiensi Blade (Cp) 0,485 pada TSR 5,5. Torsi maksimal Blade di capai pada 300rpm-550rpm pada kecepatan angin 3m/s-12m/s. Pengukuran langsung kecepatan angin dari bulan November 2014-Mei 2015 menunjukan Kecepatan angin 1m/s-2m/s menunjukan probabiliti 18% namun energi yang dihasilkan 0 watt. Sedangkan energi terbesar dihasilkan pada kecepatan angin 6m/s-7m/s yaitu sebesar 26kWh walaupun probabiliti kecepatan angin 7%. Hasil simulasi dari struktur blade menunjukan beban kritis terjadi pada pangkal Blade tepatnya pada sudut twist terbesar yaitu 12,40. Secara keseluruhan struktur Blade cukup kuat untuk menahan beban yang diakibatkan oleh angin. Bedasarkan data-data evaluasi di atas menunjukan bahwa karakteristik dari Blade yang terpasang memang di khususkan untuk kecepatan angin yang tinggi yaitu >7m/s.
Sort of fossil fuel as energy resource of the world triggers a rapid development in renewable energy. Wind energy as one of renewable energy resource has a great potential to solve world’s energy needs especially in Indonesia. The utilization of wind energy to electric energy has been implemented in Indonesia in Muara Gembong done by University of Indonesia. The wind turbine development especially in blade component has to be suited with Indonesia wind characteristics. In order to obtain an optimum design an evaluation for the implemented blade performance is significantly needed. The evaluation is conducted by numerical method using QBlade software. The simulation results show the blade efficiency (Cp) of 0.485 at TSR of 5.5. The maximum torque generated is on the range rotational speed of 300-500 rpm at wind speed of 3-12 m/s. A direct measurement in wind speed has conducted in November 2014 - May 2015. Although the measurement results show wind speed range of 1-2 m/s with probability value of 18%, the energy generated is 0 watt. While the highest value of energy generated by this wind energy which is at wind speed range of 6-7 m/s is 26 KWh with probability value of 7%. The blade structure simulation result shows the critical load occur at blade hub region precisely at twist of 12.4o. The overall blade structure is actually strong enough to withstand the load produced by wind. Consequently, based on evaluation data obtained, it is proven that the implemented blade performance is specifically designed at high wind speed condition (>7 m/s).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mala Sari
Abstrak :
Penelitian ini menganalisa penyebab patahnya blade turbin uap dari pembangkit listrik tenaga uap Suralaya yang berbahan dasar baja karbon Cr 12. Blade turbin uap ini telah digunakan selama 33 tahun. Hasil analisis dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses peremajaan bahan yang akan dilakukan pada tahap penelitian selanjutnya. Komposisi utama dari paduan baja karbon ini adalah Fe dan Cr. Kandungan Fe dan Cr pada patahan divalidasi dengan melakukan uji x-ray fluorescence. Hasil uji ini komposisi menunjukkan kandungan Fe dan Cr masing-masing sebesar 73.07 dan 16.11 wt%. Kandungan Fe lebih rendah sedangkan Cr lebih tinggi pada patahan dibandingkan dengan nilai referensi bahan standar. Uji mekanik yaitu uji tarik dan uji kekerasan dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku deformasi patahan. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa patahan mengalami penurunan kekuatan tarik sebesar 5x dengan batas luluh 3x lebih rendah dari nilai referensi bahan standar. Uji kekerasan menunjukkan peningkatan kekerasan jika dibandingkan dengan referensi bahan standarnya, sedangkan nilai regangannya masih dibatas normal. Hasil uji x-ray diffraction (XRD) dengan membandingkan bahan patahan dengan bagian yang utuh menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada komposisi fasa bahan. Ketiga titik analisis mengandung fasa utama yaitu Fe-α. Hasil SEM dan mikroskop optik menunjukkan pola retakan yang terjadi akibat kelelahan yang kemungkinan ditandai dengan beachmarks dan adanya intergranular crack serta terdapat banyak void. Penyebab retakan ini sudah sangat sering terjadi dan merupakan masalah terbesar dalam turbin uap. Hasil uji fatigue menunjukkan penyebab lain dari retakan yaitu kelelahan. Disarankan proses peremajaan melibatkan peleburan ulang atau pemanasan suhu tinggi.
ABSTRACT
This research analyzes the cause of the broken steam turbine blade from the Suralaya steam power plant based on Cr 12 carbon steel. This steam turbine blade has been used for 33 years. The results of the analysis can be taken into consideration in the process of rejuvenation of the material to be carried out at the next research stage. The main composition of this carbon steel alloy is Fe and Cr. The content of Fe and Cr in the fracture was validated by conducting an x-ray fluorescence test. The results of this test showed that the composition of Fe and Cr was 73.07 and 16.11 wt%, respectively. The Fe content is lower where as Cr is higher in the fracture compared to the reference value of standard materials. Mechanical tests namely tensile tests and hardness tests are carried out to identify the fault deformation behavior. Tensile test results show that the fracture has decreased the strength of the blade by 5x with a yield limit of 3x lower than the reference value of standard materials. Hardness test shows an increase in hardness when compared to the reference standard material, while the strain value is still normal. The results of the x-ray diffraction (XRD) test by comparing the fractured material with the intact part showed no significant difference in the phase composition of the material. The three points of analysis contain the main phase, Fe-α. The results of SEM and optical microscopy show crack patterns that occur due to fatigue that may be marked by beachmarks and the presence of intergranular cracks and there are many voids. The cause of these cracks is very common and is the biggest problem in steam turbines. Fatigue test results show another cause of cracking, which is fatigue. It is recommended that the rejuvenation process involve re-smelting or high-temperature heating.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesias, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dien Warits
Abstrak :
Energi angin dapat dimanfaatkan dengan horizontal axis wind turbine seperti TSD-500 di Muara Gembong, Bekasi. Namun produksi listrik TSD-500 belum optimal. Berdasarkan data angin lokasi dan dengan metode Blade Element Momentum Theory (BEMT) dihasilkan desain blade baru. Hasilnya berupa desain blade turbin angin beradius 1 m menggunakan airfoil SD 7032 (low Reynolds number airfoil) yang chord-nya dilinearisasi dengan CP sebesar 0,38 yang stabil di tip speed ratio ±7. Kapasitas turbin angin meningkat dari 500 W menjadi 1.400 W. Blade desain baru ini diprediksi dapat memanfaatkan angin di lokasi sebesar 26%, lebih besar dari blade sebelumnya yang hanya 19,76%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Arya Ramadhan
Abstrak :
Hasil pertemuan COP 26 (Conference of the Parties 26th) Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa berkomitmen untuk menekan laju percepatan perubahan iklim akibat emisi karbon dengan menggantikan energi berbahan baku fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT). Indonesia menargetkan pada tahun 2060 phase out batu-bara diganti EBT pada tahun 2056. Sebagai negara tropis yang dialiri banyak sungai dan terdapat banyak danau, Indonesia memiliki potensi energi air sebesar 75.000 MW. Dibeberapa daerah terpencil keperluan daya listrik yang digunakan skala piko (< 5kW). Turbin vortek dipilih karena cocok untuk aliran sungai dengan tinggi jatuh air rendah, biaya pemeliharaan dan konstruksi murah, serta ramah untuk ekosistem dalam air. Studi ini bertujuan mengetahui perbandingan kinerja vortek terhadap perbedaan bentuk sudu skala piko. Studi ini dilakukan dengan variasi bentuk sudu lurus, miring, dan melengkung. Berdasarkan seluruh hasil studi turbin vortek dapat disimpulkan bahwa bentuk sudu terbaik yang diperoleh secara analitik, numerikal dan eksperimenal adalah sudu miring dengan effisiensi hidrolik sebesar 68% untuk analitikal, 36%, untuk numerical, dan 29% untuk eksperimenal. Perbedaan efisiensi antara perhitungan analitikal, numerikal dan eksperimenal terjadi karena adanya beberapa kerugian-kerugian yang tidak dapat dihitung dalam perhitungan metode eksperimenal. ...... The results of the COP 26 (Conference of the Parties 26th) meeting of the United Nations Framework Convention are committed to reducing the rate of acceleration of climate change due to carbon emissions by replacing energy made from fossil fuels into new and renewable energy (EBT). Indonesia targets that in 2060 the coal phase out will be replaced by renewable energy in 2056. As a tropical country with many rivers and many lakes, Indonesia has a water energy potential of 75,000 MW. In some remote areas, the need for electrical power is pico scale (< 5kW). The vortex turbine was chosen because it is suitable for river flow with low water fall, relatively low maintenance and construction costs, and friendly to the aquatic ecosystem. This study aims to compare the performance of the vortex to the differences in the shape of the pico scale blade. This study was carried out with variations in the shape of the straight, tilted, and curved blades. Based on all the results of the vortex turbine study, it can be concluded that the best blade shape obtained analytically, numerically and experimentally is an inclined blade with a hydraulic efficiency of 68% for analytical, 36%, for numerical, and 29% for experimental. The difference in efficiency between analytical, numerical and experimental calculations occurs because of some losses that cannot be calculated in the calculation of the experimental method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufikurrachman
Abstrak :

ABSTRAK
Salah satu faktor koreksi yang perlu dipertimbangkan secara cermat dalarn perhitungan produksi alat berat bulldozer adalah faktor koreksi blade. Faktor koreksi blade ini sudah disusun dalam bentuk tabel dan tentu saja sesuai benar dengan kondisi yang ada pada kumpulan - kumpulan penelitian pabrik pernbuat alat tersebut. Karena alat tersebut digunakan di Indonesia dengan kondisi dan budaya yang berbeda, maka faktor koreksi blade tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi di Indonesia. Apakah faktor koreksi blade yang diusulkan pabrik (tabel 2.1. PT. United Tractors) dapat langsung diterapkan di lapangan, direliri pada karya tulis ini.

Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan sehingga di dapatkan data mengenai jenis tanah, jarak gusur efektif, kedalaman gali blade dan kondisi medan kerja, serta pencarian data yang berkaitan, di kantor yang bersangkutan. Data tersebut diolah dengan menggunakan statistik sehingga diperoleh rata - rata (mean) faktor koreksi blade dan standard deviasi dari hasil observasi lapangan untuk ketiga kategori jenis tanah.

Dari analisa data, untuk tanah berpasir (sandy clay) yang tidak padat dan tanah Iempung (clay) yang kering dan keras, temyata terungkap bahwa rata - rata (mean) faktor koreksi blade dari hasil observasi lapangan rnenunjukkan kecenderungan Lmtuk berbeda dengan rata - rata (mean) faktor koreksi blade dari pabrik. Sedangkan untuk tanah bercampur pasir, kerikil dan batupecah yang halus, rata - rata (mean) faktor koreksi blade dari hasil observasi lapangan tidak menunj ukkan kecenderungan untuk berbeda dengan rata - rata (mean) faktor koreksi blade dari pabrik.

Kesimpulan yang penting dan penelitian ini adalah untuk kedua jenis tanah yaitu tanah berpasir (sandy clay) yang tidak padat, kondisi penggusuran mudah digusur (easy dozing) dan tanah lempung (clay) yang kering dan keras, kondisi penggusuran agak sukar digusur (rather difficult dozing ) bahwa faktor koreksi blade yang diusulkan pabrik tidak dapat langsung diterapkan di lapangan. Sedangkan untuk tanah bercampur pasir, kerikil dan batu pecah yang halus, kondisi penggusuran rata - rata digusur (average dozing) yang diusulkan pabrik masih dapat digunakan untuk Iangsnng diterapkan di lapangan.
1997
S35553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin Al Jufri
Abstrak :
Saat ini kebutuhan listrik semakin meningkat sehingga berbagai macam inovasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas listrik yang dihasilkan oleh turbin gas. Untuk meningkatkan kapasitas listrik yang dihasilkan perlu dilakukan peningkatan suhu masukan turbin. Akan tetapi peningkatan suhu masukan turbin dapat merusak material blade. Untuk mencegah terjadinya kerusakan dilakukan proses pendinginan dengan metode blowing. Dengan teknologi ini diharapkan turbin dapat menerima masukan dengan suhu tinggi yaitu 1800°C tanpa merusak material blade sehingga listrik dengan kapasitas tinggi dapat dicapai. Proses blowing dilakukan dengan mengalirkan udara pendingin ke permukaan blade dengan suhu 177°C melalui lubang pendingin yang berbentuk spanwise. Pada proses ini akan terbentuk interface antara aliran udara pendingin dan aliran utama karena adanya perbedaan kecepatan. Peristiwa ini disimulasikan untuk menjaga suhu permukaan blade dari batas ketahanan material yaitu 640°C. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Computational Fluid Dynamic (CFD) yaitu COMSOL Multiphysics. Dari simulasi diperoleh rasio blowing yang optimum yaitu pada M = 0,6 dengan empat lubang pendingin dengan jenis spanwise. Posisi lubang pendingin untuk sisi cekung ditempatkan pada koordinat x = 0 dan 0,113. Sedangkan untuk sisi cembung ditempatkan pada koordinat x = 0 dan 0,0858. Dengan konfigurasi ini suhu keseluruhan permukaan blade berada di bawah 640°C.
Today the demand for electricity is increasing so that various innovations made to meet those needs. One of them is by increasing the capacity of the electricity generated by gas turbines. To increase the capacity of electricity is necessary to increase the temperature of the turbin inlet. However, the increase in temperature can damage turbine blade material. To prevent the°Ccurrence of the damage, blowing method is used to cooling the blade surface. With this technology is expected turbine can accept input at high temperature of 1800°C without damaging the blade material so that electricity with high capacity can be achieved. Blowing process is carried out by flowing cool air into the blade surface with a temperature of 177°C through coolant holes. In this process will form the interface between the cooling air flow and the main flow caused by any difference in velocity. This phenomena are simulated to maintain the surface temperature of the blade below the material endurance limit is 640°C. Simulations performed using software Computational Fluid Dynamic (CFD) is COMSOL Multiphysics. From the simulations obtained optimum blowing ratio is at M = 0.6 with four cooling holes with a kind spanwise. The position of cooling hole for concave side is placed at coordinates x = 0 and 0,113. As for the convex side is placed at coordinates x = 0 and 0.0858. With this configuration the overall temperature of the surface of the blade is under 640°C.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
seiring dengan kebutuhan TNI AU akan alutsista yang semakin maju, perkembangan dunia UAV juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan, kenutuhan yang terus meningkat tersebut akan membuat ketergantungan terhadap pihak asing jika tidak berusaha untuk mengembangkan teknologi bidang kedirgantaraan tersebut. sebenarnya dalam negeri kini sudah banyak pihak-pihak penghobi aeromodelling yang bisa mendesain struktur rangka sendiri. pada makalah ini desimpurnakan vortex blade element theory, sehingga dihasilkan propeller yang sesuai dengan kebutuhan.
050 JDST 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Fauzan Abdillah
Abstrak :
This study investigated the optimum value of Archimedes Screw Turbine (AST) performance by taking into account blades number. This paper also addressed the design approach based on a fixed incline angle of 30°, where this paper also addressed the design approach. Variations of the single and double blades were experimentally carried out concerning the turbine power output, torque, and rotation speed. This study's aim was related to the optimum power output between two blade variations, while the manufacturing and design steps were addressed as well. In the design process, the obtained blade length dimension was 0.180 m and 0.269 m for the single and double blades. Furthermore, the overall turbine's length was 1.7m, and the inner and outer of the turbine's radius were 0.069m and 0.128m. Meanwhile, the manufacturing process began with turbine modeling, plate cutting, plate withdrawal (thread formation), welding, and attained finishing process. Based on the experimental result, a double blade turbine generated turbine power by 48.8W at an average rotational speed of 115.3 rpm. Moreover, a single blade turbine produced 37.5W with turbine power averaging a rotational speed of 109.8 rpm. It was obtained that the values of turbine efficiency were 42% and 38% for double and single turbine types, respectively. Based on this finding, it can be suggested that a double blade was more efficient than a single one. This study is beneficial for the design consideration of the AST system.
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2022
620 JIA XIV:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jacky
Abstrak :
Latar Belakang : Tatalaksana jalan napas dan intubasi merupakan salah satu kompetensi utama dalam pendidikan anestesiologi. Kegagalan intubasi dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas bagi pasien. Idealnya intubasi dilakukan dalam satu kali percobaan. Salah satu faktor yang meningkatkan kegagalan intubasi adalah jalan napas sulit. Video laringoskop dapat meningkatkan keberhasilan intubasi namun belum ada penelitian yang membandingkan dua video laringoskop dengan bilah khusus jalan napas sulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan intubasi residen anestesi FKUI menggunakan video laringoskop CMAC D-Blade dengan McGrath X-Blade pada manekin jalan napas sulit. Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik dengan desain cross over randomized controlled trial. Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2022. Subjek penelitian sebanyak 81 orang yang diambil dengan metode randomisasi residen anestesiologi FKUI, dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas 41 orang yang melakukan intubasi dengan CMAC D-Blade terlebih dahulu kemudian menggunakan McGrath X-Blade dan kelompok 2 sebanyak 40 orang yang melakukan sebaliknya. Uji stastistik data kategorik berpasangan menggunakan uji McNemar dan data numerik berpasangan dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil : Keberhasilan CMAC D-Blade lebih tinggi pada manekin jalan napas sulit (ekstensi leher terbatas, buka mulut terbatas dan edema lidah) dengan nilai p<0.001 namun risk ratio masing-masing sebesar 1.284, 1.245 dan 1.003 sehingga secara statistik tidak signifikan. Keberhasilan intubasi dengan CMAC D-Blade pada ke tiga model manekin adalah sebesar 70.4%, 75.3% dan 74.1% dibandingkan McGrath X-Blade sebesar 39.5%, 24.7% dan 38.3%. Keberhasilan intubasi dalam satu kali percobaan menggunakan D-Blade adalah sebesar 64.9%,59% dan 63.3% dibandingkan X-Blade sebesar 40.6%, 37.9% dan 45.2% Kesimpulan : Video laringoskop CMAC D-Blade memiliki keberhasilan intubasi yang lebih baik dibandingkan McGrath X-Blade. Penggunaan CMAC D-Blade memiliki jumlah upaya percobaan intubasi lebih sedikit dibandingkan McGrath X-Blade ......Background : Airway management and intubation is one of the main competency in anesthesiology study program. Failure of intubation can lead to morbidity and mortality. Ideally intubation has to be done in one attempt. One of the factor that can cause failure of intubation is difficult airway. Video laryngoscope can increase success rate of intubation but there is no any research of comparison two difficult airway video laryngoscope blade. This study aims to compare succesfull intubation by resident of anesthesiology faculty of medicine Universitas Indonesia using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade in difficult airway mannequine. Methods : This is an experimental analitic study, we did the cross over randomized controlled trial in which the participants are assigned randomly to a sequence using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade on June 2022. Total 81 participants were collected by random sampling and divided into two groups. Group 1 (n=41) did the intubation with CMAC D-Blade first and then using McGrath X-Blade. Group 2 (n=40) did the intubation with McGrath X-Blade first and then using CMAC D-Blade. Researher obtained the data and analyzed using McNemar test for categoric data and Wilcoxon Signed Rank Test for numeric data. Result : Success rate using CMAC D-Blade is higher in the difficult airway mannequin (limited neck extention, limited mouth opening and tongue edema) compare to McGrath X-Blade with p value p<0.001, although the p value is lower that 0.05 but the risk ratio consecutively are 1.284, 1.245 and 1.003 so the result was not significant by the statistic. Success rate of intubation with CMAC D-Blade consecutively are 70.4%, 75.3% and 74.1% compare with McGrath X-Blade 39.5%, 24.7% and 38.3%. First attempt success rate with D-Blade consecutively are 64.9%,59% and 63.3% compare with X-Blade 40.6%, 37.9% and 45.2% Conclusion : Video laryngoscope CMAC D-Blade has higher intubation success rate compare with McGrath X-Blade. CMAC D-Blade has less intubation attempt compare with McGrath X-Blade
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>