Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Wiriawan
Abstrak :
ABSTRAK
Kandungan logam berat masih ditemukan pada beberapa biota budidaya di kawasan tambak Blanakan, Subang, seperti bandeng dan udang. Tambak Blanakan merupakan tambak tradisional sehingga bandeng dan udang akan tergantung pada makanan alaminya seperti fitoplankton. Bioakumulasi logam berat pada fitoplankton perlu diketahui karena air tambak yang tercemar logam berat berdampak pula pada fitoplankton.Logam berat seperti tembaga Cu dan seng Zn merupakan logam-logam esensial yang diperlukan oleh biota, namun konsentrasi yang berlebihan dapat membahayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton di tambak terhadap lokasi sumber pencemar, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan akumulasi Cu dan Zn pada sedimen, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton, dan menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplanktondengan kualitas perairan tambak. Pengukuran kandungan logam pada fitoplankton dan sedimen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS . Analisis data menggunakan analisis varians multivariat/multivariate analysis of variance manova dan analisis korelasi regresi. Disimpulkan bahwa bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton akan semakin tinggi jika tambak semakin dekat dengan lokasi sumber pencemar, kelimpahan fitoplankton semakin banyak, indeks keanekaragaman fitoplankton semakin kecil, suhu, pH dan oksigen terlarut perairan tambak semakin tinggi serta salinitas perairan tambak semakin rendah.
ABSTRACT
The heavy metal content is still found in some cultivation biota in the area of Blanakan pond, Subang, like milkfish and shrimp. Blanakan pond is a traditional pond so milkfish and shrimp will depend on natural food such as phytoplankton. Bioaccumulation of heavy metals in phytoplankton should be known because the pond water contaminated by heavy metals also affects phytoplankton. Copper Cu and zinc Zn are the essential metals required by the biota, but excessive concentration can be dangerous. The purpose of this study was to know Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton at ponds against the location of pollutant sources, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with Cu and Zn accumulation in sediments, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with phytoplankton abundance and diversity, and to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with pond water quality. Measurement of metal content in phytoplankton and sediment using Atomic Absorption Spectrometry AAS . Data analysis using multivariate analysis of variance manova and regression correlation analysis. It was concluded that Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton will be higher if the pond closer to the location of pollutant source, the more phytoplankton abundance, the smaller phytoplankton diversity index, the higher temperature, the pH and the dissolved oxygen of pond water and the lower salinity of pond water.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrota A`yun
Abstrak :
Tambak di Blanakan, Subang merupakan tambak tradisional yang mengandalkan pakan alami sebagai pakan biota. Oleh karena itu keberadaan serasah mangrove sangat penting bagi tambak di Blanakan, karena dapat meningkatkan produktivitas dan kesuburan tambak. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung produktivitas dan kandungan nutrien (N dan P) pada serasah Avicennia sp. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei dan Agustus 2018 dan bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan kandungan nutrien (N dan P) pada serasah Avicennia sp. serta hubungan antara kedua faktor tersebut dan parameter lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan di pertambakan Blanakan, Subang, Jawa Barat pada siang hari dan menggunakan littertrap untuk menampung serasah pada masing - masing tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi serasah yang diproduksi oleh Tambak 1 yaitu 2,15 gr/m2/hari, Tambak 2 yaitu 2 gr/m2/hari dan Tambak 3 yaitu 1,7 gr/m2/hari. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan terdapat korelasi yang lemah antara variabel independen (produktivitas serasah mangrove dan parameter lingkungan) dengan kandungan N dan P. Namun dilain sisi, terdapat korelasi yang kuat antara curah hujan dengan kandungan P. ......Blanakan ponds are traditional brackish water ponds that rely on natural feed for biota. Therefore the existence of mangrove leaflitter is very important for Blanakan ponds, because it can increase productivity and fertility of ponds. The purpose of this research is to calculate productivity and nutrient content (N and P) of Avicennia sp. leaflitter. This research was conducted in April, Mei and August 2018 and aimed to determine the relationship between the productivity of mangrove and nutrient content (N and P) of Avicennia sp. litterfall. Samples were collected in Blanakan, Subang, West Java, using leaflitter trap in each ponds. The result showed that the amount of leaflitter produced by Pond 1 was 2,15 gr/m2/day, Pond 2 was 2 gr/m2/day and Pond 3 was 1,7 gr/m2/day. Based on correlation analysis it showed that there were weak correlation between independent variabel (the production of mangrove and environment parameter) and nutrien (N and P) content. However there was strong correlation between rainfall and nutrien (P) content.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Makrozoobentos memiliki peran penting sebagai detritivor dalam ekosistem perairan. Komunitas makrozoobentos juga dapat dijadikan sebagai instrumen biomonitoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan, keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi makrozoobentos di kawasan tambak Blanakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2018. Sampel makrozoobentos diambil dari 3 stasiun yang masing-masing terdiri atas 3 tambak. Pengambilan sampel di setiap tambak dilakukan dengan metode purposive random sampling pada 3 titik dengan 2 kali pengulangan di setiap titik. Pengukuran faktor abiotik perairan dilakukan di setiap titik. Sampel makrozoobentos diidentifikasi dan dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan Pielou, indeks dominansi Simpson, indeks similaritas Sorensen, dan uji-t. Hasil penelitian diperoleh enam spesies makrozoobentos dari 3 kelas yaitu Melanoides tuberculata, Brotia costula, Cerithidea cingulata, Nephtys inornata, Cossura sp., dan Erpobdella sp. Kepadatan spesies tertinggi di kawasan tambak Blanakan dimiliki oleh Brotia costula yaitu sebesar 10907 ind./m3. Keanekaragaman dan kemerataan makrozoobentos di tambak Blanakan tergolong rendah dan ada spesies yang mendominansi di tambak Blanakan. Tidak ada perbedaan keanekaragaman makrozoobentos pada ketiga stasiun.
ABSTRACT
Macrozoobenthos has an important role as detritivore in water ecosystem. Macrozoobenthos community also act as a biomonitoring instrument. The purpose of this study is to know the composition, density, diversity, evenness, and dominance of macrozoobenthos at Blanakan Fish Pond. This study was done from February to June 2018. Macrozoobenthos samples were collected from 3 stations and each station consist of 3 fish ponds. Sampling on each ponds was done by purposive random sampling on 3 sampling points with twice repetition on each point. Water abiotic factors sampling was done on each points. Macrozoobenthos samples were identified and analyzed using Shannon Wiener diversity index, Pielou evenness index, Simpson 39 s dominance index, Sorensen similarity index, and t test. The results showed that there are six species of macrozoobenthos from 3 classes found, which are Melanoides tuberculata, Brotia costula, Cerithidea cingulata, Nephtys inornata, Cossura sp., and Erpobdella sp. Highest species density at Blanakan Fish Ponds is Brotia costula, amounting to 10907 ind. m3. The diversity and evenness of macrozoobenthos at Blanakan Fish Ponds classified as low and there is a dominant species at Blanakan Fish Ponds. There is no difference between macrozoobenthos diversity on 3 stations.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rani Suciharjo
Abstrak :
Penelitian dilakukan di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan terbagi menjadi lima lokasi yaitu; Wana Wisata, Tambak Perhutani 1, 2 dan 3 serta Tambak terbuka. Survei burung dilakukan pada akhir bulan Agustus hingga awal bulan September 2008. Metode sensus burung yang digunakan adalah metode transek titik (point transect). Pengolahan data burung menggunakan Encounter Rates (ER) dan pengolahan data citra satelit ASTER dan Landsat tahun 2007 menggunakan perangkat lunak komputer ER MAPPER versi 7.0 dan ARC VIEW versi 3.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 63 spesies burung yang termasuk ke dalam 12 ordo dan 31 famili. Hasil analisis korelasi antara luas lahan dengan nilai encounter rates (ER) menunjukkan adanya korelasi positif antara luas lahan dengan jumlah individu pada 12 spesies burung, dan korelasi negatif antara luas lahan dan jumlah individu yang ditemukan pada 9 spesies burung sedangkan 42 spesies burung tidak memiliki korelasi. Hasil penelitian memaparkan pula adanya korelasi positif antara NDVI kelas 4 (vegetasi yang tinggi) dengan ER (r = 0,926) dengan tingkat kepercayaan 92%. Indeks keanekaragaman spesies tertinggi dimiliki oleh wilayah Perhutani 2. Indeks kesamaan spesies burung di lima lokasi penelitian menunjukkkan bahwa lima lokasi penelitian membentuk tiga kelompok yang berbeda. Selain itu, diperoleh data mengenai luas dan penggunaan lahan dengan pengolahan citra satelit Landsat tahun 2007 di Kecamatan Blanakan dan data rekomendasi untuk kandidat Daerah penting bagi burung (DPB). Data mengenai status burung di lima lokasi penelitian berdasarkan kategori migrasi, IUCN, CITES, endemisitas, dan status perlindungannya dalam hukum negara Republik Indonesia dipaparkan pula dalam hasil penelitian
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Khalisya Soraya
Abstrak :
Mangrove asosiasi merupakan daerah vegetasi yang tumbuh di daerah pesisir dibelakang zona mangrove sejati. Mangrove asosiasi jenis Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan logam berat pada akar, batang, dan daun dari Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Juli 2018 di tambak Blanakan, Subang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling. Kandungan logam berat dianalisis menggunakan Shimadzu 6300 Atomic Absorption Spectrophotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum mampu menyerap logam berat. Kandungan Cu, Zn dan Pb tertinggi pada Pluchea indica, dengan konsentrasi masing-masing sebesar 18,61mg/kg di stasiun tiga, 27,40 mg/kg, dan 15,70 mg/kg di stasiun satu. Konsentrasi Cu, Zn, dan Pb pada organ Sesuvium portulacastrum dengan konsentrasi masing-masing sebesar,  8,88 mg/kg, 18,41 mg/kg, dan 14,55 mg/kg di stasiun 1, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada akar. Sementara itu, pada sedimen kandungan Zn (101,27 mg/kg) > Pb (31,27) > Cu (10,88) pada stasiun 1. Berdasarkan uji manova 3 arah diperoleh bahwa organ tumbuhan, jenis tumbuhan, dan lokasi (stasiun) berpengaruh terhadap nilai Cu, Zn, dan Pb. Pluchea indica memiliki faktor biokonsentrasi Cu lebih dari 1 di semua stasiun pada semua organ (akar, batang, dan daun), sedangkan di Sesuvium portulacastrum pada akar. Faktor-faktor translokasi yang lebih dari 1 ditemukan pada Pluchea indica yaitu pada Cu, Zn, dan Pb masing-masing di stasiun 1 dan 3 daripada Sesuvium portulacastrum hanya pada Zn di stasiun 3. Penting untuk mempelajari kemungkinan Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum sebagai bioindikator dan akumulator logam berat.
Mangrove-associated plants is an area of vegetation that grows in the coastal area behind the true mangrove zone. Mangrove-associated plant are Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum can be used as bioindicators of heavy metals pollution in the aquatic environment such as brackish water ponds. The purpose of this research was to analyze the heavy metals content in roots, stems, and leaves (Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum). This research was conducted on January to Juli 2018 in Blanakan Ponds, Subang. Sampling was done using purposive random sampling method. Heavy metals content were analyzed using the Shimadzu 6300 Atomic Absorption Spectrophotometer. Result showed that Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum were able to absorb heavy metals. The highest Content of Cu, Zn, and Pb in Pluchea indica, respectively 18,61 mg/kg at station 3, 27,40 mg/kg and 15,70 mg/kg at station 1. Concentration of Cu, Zn and Pb in organ Sesuvium portulacastrum, respectively 8,88 mg/kg, 18,41 mg/kg and 14,55 mg/kg at station 1, with highest concentration were found in roots. Meanwhile, sediments of Zn content (101.27 mg / kg)> Pb (31.27)> Cu (10.88) at station 1. Based on manova test showed that plant organs, plant species, and location (station) affected the values of Cu, Zn, and Pb. Pluchea indica had bioconcentration factor of Cu more than 1 at all stations in all organs (roots, stems, and leaves), while in Sesuvium portulacastrum in roots. Translocation factors more than 1 were found in Pluchea indica for Cu, Zn, and Pb at station 1 and 3 respectively than Sesuvium portulacastrum only Zn at station 3. It is important to study the possibility of Pluchea indica and Sesuvium portulacastrum as bioindicator and accumulator of heavy metals.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T51762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhansyah Hermawan
Abstrak :
Plastik merupakan bahan stabilitas tinggi hasil polimerisasi monomer dengan tingkat penggunaan yang tinggi. Sampah plastik berbahaya bagi lingkungan karena partikel penyusunnya memiliki ketahanan dan kestabilan tinggi sehingga proses degradasinya berlangsung lama. Di lingkungan perairan, plastik akan mengalami degradasi atau penguraian menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik (<5 mm). Partikel mikroplastik berpotensi termakan oleh berbagai biota perairan sehingga membahayakan siklus rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik mikroplastik (bentuk, ukuran, dan jenis polimer) pada air, sedimen dan ikan belanak Mugil cephalus (Linnaeus, 1758) pada organ dan jaringan (daging, insang, saluran pencernaan) di Muara Sungai Blanakan, Subang, Jawa Barat. Metode penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dengan  air  diambil sebanyak 50 L lalu disaring menggunakan plankton net hingga tertampung volume air 1000 mL, sampel sedimen diambil menggunakan Vanveen grab hingga tertampung pada jar 500 mL dan sampel ikan belanak diambil 10 ekor menggunakan bubu. Ekstraksi sampel sedimen dilakukan dengan pemberian larutan NaCl jenuh dengan perbandingan 1 (sedimen): 2 (NaCl jenuh), kemudian diberi larutan H2O2 30% + FeSO4 0,05 M  dengan perbandingan 1:1 untuk sampel air dan sedimen. Ekstraksi sampel ikan dilakukan dengan mengambil jaringan dan organ yang digunakan, ditimbang dan dan diberi larutan KOH 10% sebanyak 50 mL. Sampel air, sedimen dan ikan disaring menggunakan kertas saring Whatman dan diidentifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop olympus CX22LED. Analisis polimer mikroplastik dilakukan dengan metode Raman Spectroscopy. Uji statistik seperti uji kruskal-walis, one way anova, dan uji regresi spearman dan pearson digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total kelimpahan mikroplastik pada air 710 ± 183,34  partikel meter-3, sedimen 879,63 ± 205,13 partikel Kg-1 dan ikan belanak 210,8 ± 108,80 partikel individu-1. Nilai kelimpahan mikroplastik ikan belanak jika diurutkan dari yang tertinggi hingga terkecil adalah daging, saluran pencernaan, dan insang. Secara keseluruhan, bentuk dan ukuran mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah fiber dan <300 µm. Polimer mikroplastik yang dominan adalah PET, PP, dan PVC. Berdasarkan hasil uji beda nyata kelimpahan mikroplastik antar organ dan jaringan ikan belanak menunjukan tidak memiliki perbedaannya yang signifikan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan adanya korelasi antara kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen Muara Sungai Blanakan terhadap kelimpahan mikroplastik di ikan belanak. ......Plastik is a high-stability material resulting from the polymerization of monomers, with a high level of usage. In aquatic environments, plastic undergoes photo-oxidative degradation by UV radiation from the sun and chemical processes, leading to the breakdown of plastic waste into small particles known as microplastics (<5 mm). Microplastic particles have the potential to be ingested by various aquatic organisms, posing a risk to the food chain through biomagnification. This study aims to analyze the characteristics of microplastics in water, sediment, and the flathead grey mullet (Mugil cephalus) in different organs and tissues (muscle, gills, digestive tract) in the Blanakan River Estuary, Subang, West Java, based on their shape, size, and polymer types. Water samples were collected in a volume of 50 L, filtered using a plankton net to obtain a final volume of 1000 mL. Sediment samples were collected using a Vanveen grab and stored in 500 mL jars, while flathead grey mullet samples were collected using bubu (10 individuals). Sediment sample extraction was performed using a saturated NaCl solution with a ratio of 1 (sediment) to 2 (saturated NaCl solution), followed by the addition of a 30% H2O2 + 0.05 M FeSO4 solution in a 1:1 ratio for water and sediment samples. Fish sample extraction involved weighing and placing the tissues and organs in a glass beaker, followed by the addition of a 10% KOH solution in a volume of 50 mL. The water, sediment, and fish samples were then filtered using Whatman filter paper with the assistance of a vacuum pump, and placed in Petri dishes for microplastic identification using an Olympus CX22LED microscope. Polymer analysis of microplastics was performed using Raman Spectroscopy. Kruskal-Wallis and one-way ANOVA tests were used to determine significant differences in the abundance and composition of microplastics (size and shape) in water, sediment, flathead grey mullet, and their respective organs. Spearman and Pearson correlation tests were used to investigate the influence of water and sediment, as well as morphometric values, on microplastic accumulation in flathead grey mullet. The research findings showed an average total abundance of microplastics in water to be 710 ± 183,34 particles meter-3, in sediment to be 879,63 ± 205,13 particles kilogram-1, and in flathead grey mullet to be 210,8 ± 108,80 particles individual-1. When ranked in descending order, the abundance of microplastics in the three parts of the flathead grey mullet were as follows: flesh, digestive tract, and gills. Overall, the most commonly found forms and sizes of microplastics were microplastic fibers and those below 300 µm. The polymer analysis revealed that the microplastics found in the Blanakan River Estuary were dominated by PET (40%),  PP (40%), and PVC (20%). Based on the significant difference test for microplastic abundance among different parts of the flathead grey mullet, no significant differences were found. The Spearman correlation test indicated a correlation between the abundance of microplastics in water and sediment in the Blanakan River Estuary and the abundance of microplastics in flathead grey mullet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Naufal Burhanuddin Ramadhan
Abstrak :
Plastik merupakan salah satu barang yang memiliki tingkat penggunaan yang tinggi hingga mencapai skala produksi sebesar 300 juta ton pertahun. Limbah plastik di perairan membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terdegradasi karena karakteristiknya yang kuat, tahan lama, dan tahan terhadap suhu tinggi. Proses degradasi limbah plastik di perairan disebabkan oleh sinar UV yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan ukuran menjadi lebih kecil (mikroplastik) atau tercampur di dalam air (< 5mm). Ukuran yang kecil menyebabkan mikroplastik dapat dengan mudah termakan oleh biota perairan, seperti ikan atau melalui mangsanya yang lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan mikroplastik berdasarkan bentuk, ukuran, dan polimer pada air, sedimen, serta organ dan jaringan ikan kiper Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) di muara Sungai Blanakan, Subang, Jawa Barat. Metode penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel air sebanyak 50 L lalu disaring menggunakan plankton net hingga mendapatkan 1 L sampel air, pengambilan sedimen dilakukan menggunakan Van Veen grab lalu dimasukkan ke dalam jar HDPE 500 ml, dan pengambilan sampel ikan sebanyak 10 individu dilakukan menggunakan alat tangkap bubu. Sampel air ditambahkan larutan H2O2 30% dan FeSO4 0,05 M masing-masing sebanyak 25 ml. Sampel sedimen dicampurkan larutan NaCl dengan perbandingan sebesar 1 : 2 dan didiamkan. H2O2 30% dan FeSO4 0,05 M ditambahkan hingga sampel terendam. Sampel ikan dibedah untuk diambil bagian insang, saluran pencernaan, dan daging. Setiap bagian dihancurkan menggunakan larutan KOH 10% dengan perbandingan 1 : 10 dan didiamkan. Sampel air, sedimen, dan ikan dipipet sebanyak 40 ml dan disaring menggunakan kertas saring cellulose nitrate dengan bantuan vacuum pump lalu kertas saring ditempatkan di cawan petri. Sampel air, sedimen, dan ikan kiper diamati pada kertas saring menggunakan mikroskop Olympus CX22 dan analisis polimer mikroplastik dilakukan dengan metode Raman Spectroscopy. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji one way ANOVA, Kruskal wallis, dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata kelimpahan mikroplastik pada sampel air sebesar 710 partikel/m3, sedimen sebesar 879,63 partikel/kg, dan ikan sebesar 74,77 partikel/individu. Kelimpahan mikroplastik dari yang tertinggi hingga terkecil pada ikan kiper terdapat di daging, saluran pencernaan, dan insang. Komposisi mikroplastik paling dominan berupa bentuk fiber dan ukuran < 300 µm. Polimer yang ditemukan bertipe PET, PP, dan PVC. Uji Kruskal wallis menunjukkan terdapat perbedaan secara nyata kelimpahan mikroplastik antar organ dan jaringan ikan. Uji Pearson menunjukkan adanya korelasi kelimpahan mikroplastik pada air dan sedimen terhadap kelimpahan mikroplastik di ikan. ......Plastic is one of the commodities with a high level of usage, reaching a production scale of 300 million tons per year. Plastic waste in water takes hundreds of years to degrade due to its strong, durable, and heat-resistant characteristics. The degradation process of plastic waste in water is caused by UV radiation, which leads to changes in shape and size, resulting in smaller particles (microplastics) or mixing with water (< 5mm). The small size of microplastics makes them easily ingestible by aquatic organisms, such as fish, or through their prey, which are smaller in size. This research aims to analyze the composition and abundance of microplastics based on their form, size, and polymer in water, sediments, as well as the organs and tissues of the Scatophagus argus(Linnaeus, 1766) fish in the estuary of the Blanakan River, Subang, West Java. The research method involved collecting 50 liters of water samples, which were then filtered using a plankton net to obtain a 1-liter water sample. Sediment samples were collected using a Van Veen grab and placed in a 500 ml HDPE jar, while fish samples were collected using a fish trap, with a total of 10 individuals. The water sample was treated with 25 ml of 30% H2O2 and 0.05 M FeSO4 solutions. The sample was mixed with a NaCl solution in a ratio of 1:2 and left to settle. H2O2 (30%) and FeSO4 (0.05 M) were added until the sample was fully submerged. The samples were dissected to obtain gill, digestive tract, and muscle tissue. Each part was crushed using a 10% KOH solution in a 1:10 ratio and left to settle. Water, sediment, and fish samples were pipetted (40 ml) and filtered using cellulose nitrate filter paper with the assistance of a vacuum pump, and the filter papers were placed in Petri dishes. The water, sediment, and fish samples were observed on the filter paper using an Olympus CX22 microscope, and the analysis of microplastic polymers was conducted using Raman Spectroscopy. Statistical analysis was performed using one-way ANOVA, Kruskal-Wallis, and Pearson tests. The results of the study showed that the average abundance of microplastics in water samples was 710 particles/m3, in sediments it was 879.63 particles/kg, and in fish it was 74.77 particles/individual. The highest abundance of microplastics in the kiper fish was found in the muscle tissue, followed by the digestive tract and gills. The dominant composition of microplastics was in the form of fibers and with a size of < 300 µm. The polymers found were PET, PP, and PVC. The Kruskal-Wallis test indicated a significant difference in microplastic abundance among the organs and tissues of fish. The Pearson test showed a correlation between the abundance of microplastics in water and sediments with the abundance of microplastics in fish.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrota A`yun
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2016 dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan plankton dan kualitas air dengan pertambahan berat badan ikan bandeng. Pengambilan sampel dilakukan di pertambakan Blanakan, Subang, Jawa Barat. Hasil perhitungan indeks elektivitas menunjukkan bahwa jenis makanan yang disukai ikan bandeng berupa fitoplankton yaitu Melosira, Pleurosigma dan Oscillatoria, sedangkan untuk jenis fitoplankton yang tidak terlalu disukai ikan bandeng yaitu Navicula, Skeletonema dan Nitzchia. Berdasarkan analisis korelasi antara kualitas air dengan pertambahan berat badan, diketahui bahwa dari kualitas air yang terukur hanya suhu yang memberi pengaruh yang signifikan pertambahan berat badan ikan bandeng. ...... This research was done from August to December 2016 and aimed to determine the relationship between the abundance of plankton and water quality with weight gain of milkfish. Sampling was carried out at Blanakan, Subang, West Java. Electivity index calculation results showed that type of plankton favored by fish were Melosira, Pleurosigma and Oscillatoria, while for the ones that is less preferred are Navicula, Skeletonema and Nitzchia. Based on correlation analysis between water quality with weight gain, it was known that only temperature that gave a significant influence on weight gain.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameera Saffa Ramadhina
Abstrak :
Kecamatan Blanakan diketahui sebagai salah satu wilayah yang memproduksi hasil perikanan, salah satunya adalah udang peci (Penaeus merguiensis). Kegiatan antropogenik di Blanakan dan sekitarnya dapat menyebabkan pencemaran logam berat pada tambak, termasuk biota yang dibudidayakan. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat pada sedimen dan udang peci Penaeus merguiensis, yaitu logam Cu dan logam Pb. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat akumulasi logam Cu dan logam Pb pada udang peci melalui nilai Bioconcentration Factor (BCF). Pengambilan sampel dilakukan pada tambak di Blanakan yang terbagi menjadi tiga stasiun lokasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2022. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis kandungan logam Cu dan logam Pb pada sedimen dan udang peci dilakukan menggunakan AAS. Hasil analisis logam berat yang tidak terdeteksi kemudian dilakukan analisis menggunakan ICP. Pada sampel sedimen dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP OES, sedangkan sampel udang peci dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP MS. Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada sedimen, kandungan logam Cu berkisar antara 4,30–13,28 ppm dan logam Pb berkisar antara 5,04–7,88 ppm. Pada sampel udang peci, logam Cu terdeteksi dengan kandungan berkisar 4,89–14,13 ppm, sementara kandungan logam Pb tidak terdeteksi (not detected) atau berada di bawah limit deteksi, yaitu 0,0004 ppm. Nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat pada udang peci dihitung dengan membandingkan kandungan logam berat pada udang peci dengan kandungan rata-rata logam berat pada sedimen. Nilai BCF logam Cu pada udang peci pada stasiun 1 sebesar 1,70 (microconcentrator), stasiun 2 dengan 1,42 (microconcentrator), dan stasiun 3 dengan 0,88 (deconcentrator). Nilai BCF logam Pb pada udang peci tidak dapat ditentukan. ......Blanakan subdistrict is known as one of the areas that produce fishery products, one of which is the white shrimp (Penaeus merguiensis). Anthropogenic activities in Blanakan and surrounding areas can cause heavy metal pollution in ponds, including the biota that lives in the ponds. This final project research was conducted to analyze the content of heavy metals in sediment and white shrimp Penaeus merguiensis, which are copper (Cu) and lead (Pb). The research was also conducted to determine the level of accumulation of heavy metals copper (Cu) and lead (Pb) in white shrimp through the value of the Bioconcentration Factor (BCF). Sampling was carried out on ponds in Blanakan, which was divided into three location stations. This research was conducted from February to May 2022. The method used in this study was purposive sampling. The heavy metals content of copper (Cu) and lead (Pb) was analyzed in sediment and white shrimp using AAS. The heavy metals that were not detected were then analyzed using ICP. The sediment samples were analyzed using AAS and ICP OES, and the white shrimp samples were analyzed using AAS and ICP MS. Based on the analysis of heavy metals content in the sediment, Cu metal content ranged from 4.30–13.28 ppm, and Pb metal ranged from 5.04–7.88 ppm. In white shrimp samples, Cu metal was detected with a value ranged from 4.89–14.13 ppm, while the Pb metal content was not detected or below the detection limit, which was 0.0004 ppm. Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals in white shrimp was calculated by comparing the heavy metal content in white shrimp with the average heavy metal content in the sediment. The BCF value of Cu metal in white shrimp at station 1 was 1.70 (microconcentrator), station 2 was 1.42 (microconcentrator), and station 3 was 0.88 (deconcentrator). The BCF value of Pb metal in white shrimp could not be determined.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mirani Kenraningrum
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap logam berat Kadmium (Cd) dan Seng (Zn) pada sampel sedimen dan udang peci (Penaeus merguiensis) yang diperoleh dari Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Sampel sedimen dan udang peci diambil dari 3 lokasi tambak yang berbeda yaitu tambak yang terletak berdekatan dan berjauhan dengan lingkungan masyarakat. dan dilakukan analisis dengan alat AAS dan ICP. Kandungan logam berat Cd pada sedimen dan udang peci memiliki hasil not detected >atau tidak terdeteksi. Sementara itu, untuk  kandungan logam berat Zn pada sedimen memiliki rata-rata 24,27 ppm dengan kandungan Zn tertinggi terdapat pada Stasiun 1 yaitu 26,39 ppm. Pada sampel udang, kandungan Zn memiliki rata-rata sebesar 14,1 ppm dan memiliki kandungan Zn tertinggi pada sampel udang peci di Stasiun 1. Hasil analisis kandungan logam berat Cd dan Zn pada sampel udang peci masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM yaitu 0,10 ppm untuk Cd dan 140,48 ppm untuk Zn. Berdasarkan US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, kandungan Cd dan Zn pada sedimen juga masih berada di bawah baku mutu yaitu 0,65 ppm untuk Cd dan 140,48 untuk Zn. Rata-rata nilai BCF yang diperoleh untuk udang peci pada ketiga tambak adalah 0,5 dan hasil tersebut menunjukan bahwa udang peci yang dibudidayakan pada ketiga tambak termasuk pada ketegori < 1 atau dekonsentrator. ......In this study, an analysis of the heavy metals Cadmium (Cd) and Zinc (Zn) was carried out in sediment and white shrimp samples (Penaeus merguiensis) obtained from the Blanakan Pond, Subang, West Java. Sediment and white shrimp samples were taken from 3 different pond locations. The selected ponds have locations that are close to and far from the community environment. Heavy metal analysis was performed using AAS and ICP. From the analysis, the heavy metal content of Cd in the sediment and white shrimp was not detected. Meanwhile, the heavy metal content of Zn in the sediment has an average of 24.27 ppm with the highest Zn content found at Station 1, which is 26.39 ppm. In the white shrimp samples, the Zn content had an average of 14.1 ppm and had the highest Zn content in the white shrimp samples at Station 1. The results of the analysis of the heavy metal content of Cd and Zn in the white shrimp samples were still below the quality standard by BPOM (0,10 ppm for Cd and 140,48 ppm for Zn). Based on US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, the content of Cd and Zn in the sediment is also still below the quality standard (0.65 ppm for Cd and 140.48 ppm for Zn). The average BCF value obtained for white shrimp in the three ponds is 0.5 and these results indicate that the shrimp cultured in the three ponds are included in the <1 category or deconcentrator.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>