Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Chandradewi Puspaningrum
"Tayangan media massa seringkali menunjukkan standar kecantikan dengan kulit putih, tubuh tinggi dan langsing, serta rambut panjang, lurus, dan hitam. Hal tersebut pun ditunjukkan melalui produk-produk perawatan tubuh dan rambut yang beredar di pasaran luas, yang mayoritas hanya memenuhi kebutuhan khalayak yang 'sesuai' dengan standar kecantikan. Padahal, terdapat khalayak yang kebutuhannya belum terpenuhi dengan produk-produk tersebut. Produk-produk yang beredar di pasaran luas pun seringkali menghasilkan tingkat limbah yang tinggi, yang disebabkan oleh pemilihan bahan baku hingga kemasan yang tidak ramah lingkungan.
Madremia sebagai brand perawatan rambut dan tubuh yang ramah terhadap keragaman jenis rambur dan lingkungan, hadir di tengah-tengah kondisi tersebut. Akan tetapi, kesadaran khalayak akan keberadaan Madremia sebagai brand perawatan rambut dan tubuh yang peduli pada keberagaman jenis rambut dan lingkungan masih rendah. Madremia pun belum memiliki rancangan kegiatan pemasaran yang komprehensif dan terencana yang dapat dievaluasi. Maka dari itu, dibutuhkan suatu rancangan program komunikasi yang dapat meningkatkan brand awareness Madremia.
Rancangan program komunikasi ini bertajuk “Embrace Your Well Being and Nature with Madremia”, yang akan dilaksanakan selama 5 bulan dengan total anggaran sebesar Rp.3.810.000. Khalayak program ini akan menargetkan khalayak yang berdomisili di Jabodetabek dan kota-kota besar di pulau Jawa, berusia 18-30 tahun dengan SES A-B, familiar dengan teknologi digital, aktif menggunakan media sosial, memiliki ketertarikan dengan isu beauty inclusivity dan lingkungan, serta sering melakukan riset sederhana sebelum membeli suatu barang. Progam ini akan dieksekusi melalui beberapa kegiatan, yaitu aktivasi media sosial, brand ambassador, partnership dengan komunitas, serta media relations.
......Mass media often show the standard of beauty with white skin, tall and slender bodies, and long, straight, and black hair. This is also shown through the body and hair care products circulating in the wide market, the majority of which only meet the needs of audiences that are 'fit' to the beauty standards. In fact, there are audiences whose needs have not been met with these products. Products circulating in the wide market often produce high levels of waste, which is caused by the selection of raw materials to packaging that is not environmentally friendly.
Madremia as a hair and body care brand that is friendly to various types of hair and the environment exists in the midst of these conditions. However, public awareness of the existence of Madremia as a hair and body care brand that cares about the diversity of hair types and the environment is still low. Madremia does not yet have a comprehensive and planned marketing activity plan that can be evaluated. Therefore, a communication program is needed that can increase Madremia's brand awareness.
This communication program is entitled "Embrace Your Well Being and Nature with Madremia", which will be implemented for 5 months with a total budget of Rp3,810,000. The audience for this program will target audiences who live in Greater Jakarta and its surroundings (Jabodetabek area) and big cities on the island of Java, aged 18-30 years with SES A-B, are familiar with digital technology, actively use social media, have an interest in beauty inclusivity and environmental issues, and often do simple research before buying an item. This program will be executed through several activities, namely social media activation, brand ambassadors, partnerships with the community, and media relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Alfitriah Arifin
"Mitos kecantikan dalam masyarakat patriarki telah melahirkan standar kecantikan yang sebenarnya dibangun dari sistem sex/gender yang wajib dipatuhi setiap perempuan. Standar kecantikan patriarki tidak hanya dikonstruksi berdasarkan male gaze dan mengekslusikan pengalaman perempuan, tetapi juga menyengsarakan perempuan. Penilaian moral yang tertulis dalam gambar tubuh perempuan yang tidak sesuai dengan standar kecantikan patriarki menciptakan respon yang menindas tidak hanya dari cara perempuan memperlakukan dirinya melalui diet, operasi plastik, hair removal, dan penggunaan make up atau pakaian tertentu, tetapi juga dari orang lain. Dengan menggunakan kasus unggahan story Instagram Michelle Halim pada 10 Juli 2021, penulisan ini bertujuan untuk melihat respon yang menindas dari orang lain sebagai serangan yang ditunjukkan kepada perempuan yang menantang cara dominan dalam memandang tubuh sesuai dengan cita-cita kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat patriarki. Berdasarkan hasil analisis penulis menggunakan teori feminis radikal, unggahan story Instagram Michelle Halim dan pendukungnya merupakan contoh serangan yang menindas berupa gendered and sexist online hate speech terhadap perempuan pendukung gerakan body positivity. Gendered and sexist online hate speech ini dapat terjadi sebagai akibat dari internalisasi standar kecantikan perempuan dalam masyarakat patriarki yang dilanggengkan oleh media sebagai alat untuk mempertahankan sistem penindasan (opresi) terhadap perempuan.
......Beauty myths in a patriarchal society have produced beauty standards built from the sex/gender system that every woman must obey. Not only constructed based on the male gaze and exempt women’s experiences, the patriarchal beauty standards also make women miserable. Moral judgments that cling to non-conforming female body images found in patriarchal beauty standards create an oppressive response not only from how women treat themselves through diet, plastic surgery, hair removal, and the use of make-up or certain clothes; but also from other people. By using the case of Michelle Halim’s Instagram story uploaded on July 10, 2021, this paper aims to see the oppressive response from others as an attack shown to women who challenge the dominant way of viewing the body under the ideals of beauty formed by patriarchal society. From the results of the author’s analysis using a radical feminist theory, the aforementioned Michelle Halim’s and her supporters' Instagram stories upload is an example of an oppressive attack in the form of gendered and sexist online hate speech against women who support body positivity movement. Gendered and sexist online hate speech can occur as a result of the internalization of women’s beauty standards in a patriarchal society perpetuated by the media as a tool to maintain a system of oppression against women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library