Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aritonang, David Fernando
Abstrak :
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama di PLTU XYZ menghasilkan limbah berupa abu dasar (bottom ash). Dengan pertumbuhan konsumsi batubara yang signifikan, penanganan limbah ini menjadi krusial. Hingga saat ini pemanfaatan abu dasar di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan aluminium dari abu dasar dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) pada temperatur 90 oCdengan variasi konsentrasi 4, 6, dan 8 M, dan variasi waktu 2, 4, 6, dan 8 jam untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Al terbesar yaitu 82,63% dan pada variabel konsentrasi 6 M dan waktu 8 jam. ......The utilization of coal as the primary fuel in XYZ Power Plant generates waste in the form of bottom ash. With a significant growth in coal consumption, the management of this waste becomes crucial. The utilization of bottom ash in Indonesia remains minimal to date. This research elucidates the enhancement of aluminum extraction from bottom ash using hydrometallurgical methods involving sulfuric acid (H2SO4) leaching at a temperature of 90 °C. The study incorporates variations in acid concentration (4, 6, and 8 M) and leaching duration (2, 4, 6, and 8 hours) to attain optimal conditions. Subsequent to leaching, the material undergoes characterization through ICP-OES, XRD, and XRF analyses. The largest aluminum extraction percentage is achieved at 82,63%, under the conditions of concentration 6 M and duration 8 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tani Frisda
Abstrak :
Pemanfaatan potensi bahan bangunan lokal berupa limbah batu bara dalam pembuatan bahan bangunan ekologis menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap konsep konstruksi ramah lingkungan.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2021
690 MBA 56:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abiputra Prayogi
Abstrak :
ABSTRAK
Pemulihan material yang berasal dari bottom ash hasil pembakaran dari WtE mempunyai dampak terhadap lingkungan dan nilai ekonomi. Dengan mengoptimalkan proses pemulihan material, banyak material yang tidak berguna/bernilai bisa digunakan kembali dengan tujuan yang berguna dan menguntungkan. Pengunaan bahan kimia dihindari dalam pemulihan material yang berguna dari bottom ash yang berasal dari WtE. Untuk menanggulangi keterbatasan pengunaan bahan kimia, percobaan ini menggunakan prinsip perbedaan massa jenis dari tembaga untuk memisahkan tembaga dan logam berharga lainnya. Lebih lanjut, percobaan ini juga dimaksudkan untuk menemukan parameter terbaik untuk digunakan dalam proses pemisahan gold pan dan juga untuk menemukan ukuran partikel terbaik yang akan menghasilkan jumlah tembaga yang optimal dan juga material berharga lainnya. Proses pemulihan diawali dengan preparasi sampel yang mencakup eliminasi dari kandungan air pada sampel, proses sieving, dan juga separasi magnet. Proses pemisahan utama adalah proses gold pan yang akan menggunakan dua parameter kecepatan yang berbeda dan tiga ukuran partikel yang berbeda untuk menemukan parameter terbaik untuk material berharga yang diinginkan dari bottom ash. Untuk mendapatkan gambar mikroskopik dari sampel, mikrosop Keyence Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope digunakan dalam percobaan. Pengunaan XRF juga digunakan untuk mendapatkan komposisi kimia dari sample. Hasil percobaan menunjukan bahwa material yang dominan dari WtE adalah Al, Si, Ca, dan Fe dimana S dan Cl juga ditemukan dalam jumlah yang banyak. Material yang juga mungkin dapat digunakan kembali juga termasuk beberapa material ferromagnetic (Cr, Co, dan Ni) dan material tersebut juga bisa ditemukan dalam bentuk alloying dengan Fe. Material Diamagnetic atau Paramagnetic (Mg, Ti, Cu, dan Zn), terlebih lagi Cu dapat ditemukan dalam bentuk metallic fraction dengan bentuk menyerupai kabel dan juga mebentuk alloy dengan Zn membentuk Cu-Zn atau kuningan. Material yang disebutkan diatas mempunyai nilai ekonomi di pasar dunia.
ABSTRACT
Material recovery from a municipal solid waste incineration bottom ash has an environmental and economical value. By optimizing the recovery process, many of the today not used materials will be able to be reused in many beneficial and advantageous purposes. Usage of a harmful chemical substance is avoided for the purpose of a recovery of the useful material from the waste-to-energy (WtE) plant bottom ash. To overcome the chemical prohibition, this research used a difference in the density of copper to differentiate the copper and another valuable material from the others. Moreover, this research also investigates the best parameter to be used in the gold pan process and also the optimal particle size that will result in the optimal amount of copper and other valuable material being restored. The recovery process started with the sample preparation including the elimination of water content, sieving, and magnetic separation. The primary separation process is the gold pan process which will be conducted in two different speed parameter and three different particle size to find the best parameter for any valuable material from the WtE plant bottom ash sample. To obtain the microscopic image of the sample, Keyence Optical Microscope and Scanning Electron Microscope (SEM) are being used. XRF are being used to obtain the chemical composition of the sample. The results show that the most dominant material in the WtE plant bottom ashes are Al, Si, Ca, and Fe while S and Cl are also found in a high amount. The other possible material to be recovered including ferromagnetic material (Cr, Co, and Ni) these elements might be finds as alloying element with Fe. Diamagnetic or paramagnetic metal (Mg, Ti, Cu, and Zn), mostly Cu collected as metallic fraction in the form of wire and also in alloy with Zn as metallic Cu-Zn or brass. All of the above-mentioned material are valuable and have an economic value in the market
2016
T46357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Isnandar
Abstrak :
ABSTRAK
Pembangkit listrik termal PLTU berbahan bakar batubara merupakan sumber utama produksi abu batubara. Abu batubara yang dikumpulkan di bagian bawah tungku disebut coal bottom ash. Di negara Indonesia pemanfaatan bottom ash pada umumnya masih sebatas material penimbun di area landfill dikarenakan terlalu rendahnya nilai dari material tersebut. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengungkit nilai dari pemanfaatan material bottom ash sebagai bahan pencampur produk industri konstruksi. Uji eksperimental dilakukan terhadap produk paving block dengan menggunakan berbagai komposisi pencampuran bottom ash, untuk kemudian dilakukan uji kelayakan teknis yaitu uji kuat tekan dan uji penyerapan air guna memenuhi persyaratan standar SNI. Hipotesis dengan menggunakan one way ANOVA dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil uji kuat tekan dan penyerapan air terhadap komposisi pencampuran bottom ash. Pengujian kuat tekan dan penyerapan air paving block dengan umur 21 hari mendapatkan hasil terbaik dengan sampel B4 dibandingkan dengan paving block standar B0 yang diproduksi oleh CV.CBI dan masuk kedalam standar SNI mutu B. Hasil riset juga menjelaskan ilustrasi mengenai beberapa manfaat finansial yang dapat diraih, seperti penghematan biaya material produksi paving block dan biaya pemeliharaan landfill. Manfaat lainnya yang dapat diperoleh dengan menggunakan material bottom ash adalah dapat dijadikan sebagai program corporate social responsibility perusahaan pembangkit serta dapat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
ABSTRACT
The coal fired thermal power plants are the main source of production of coal ash. The coal ash collected at the bottom of the furnace is called coal bottom ash. In the country of Indonesia bottom ash utilization in general is still limited to landfill material due to the value of the material too low. The objective of the present research work was to leverage the value of the utilization of bottom ash material as a mixer of construction industry products. Experimental test was conducted on the paving block product using various mixing compositions of bottom ash, to provide technical feasibility of the compressive strength test and water absorption test to meet the SNI standard requirements. Hypothesis by using one way ANOVA was performed to get influence of result of compressive strength test and water absorption with different bottom ash mixing composition. Test of compressive strength and water absorption of paving block with age 21 day get best result with B4 sample compared with standard B0 paving block produced by CV.CBI and had SNI with B grade standar of quality. Research result also explains illustration about some financial benefits that can be achieved, Such as the cost savings of paving block production materials and landfill maintenance costs. Other benefits that can be obtained by using the bottom ash material can be used as corporate social responsibility program of companies and can contribute to environmental conservation.
2017
T48161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mekkadinah
Abstrak :
Pembangunan dan pertambahan penduduk di Indonesia yang meningkat mendorong peningkatan kebutuhan listrik, yang saat ini masih didominasi pasokan dari sumber PLTU batubara hingga lebih dari 50%. Pengoperasian PLTU batubara menghasilkan limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dengan volume timbulan yang sangat besar, namun pengelolaan limbah FABA ini belum sesuai dengan prinsip tingkatan pengelolaan limbah industri yang mengutamakan daur ulang (recycle). Pemanfaatan sudah dilakukan oleh PLTU, namun hanya mampu mengolah 0,11%. Penelitian ini menganalisis kandungan radionuklida dan komposisi kimia limbah FABA melalui analisis komparatif deskriptif dan analisis cost effectiveness, untuk mendapatkan jenis pemanfaatan dan biaya pengelolaan yang efektif dan mampu meningkatkan pemanfaatan dengan menerapkan circular economy. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan untuk aplikasi sederhana seperti paving block menjadi pilihan paling efektif, dengan biaya pengelolaan Rp295.488,00/ton limbah FABA. Kandungan radionuklida yang kecil dalam FABA, meyakinkan pemanfaatan aman untuk aplikasi konstruksi di masyarakat dengan melibatkan masyarakat, sehingga dapat mendorong pemanfaatan 3.240 ton limbah FABA pertahun yang dikelola oleh 1 kelompok usaha yang beranggotakan 6 orang sebagai penerapan circular economy, dan dapat membuka usaha baru juga peluang kerja bagi masyarakat sekitar PLTU batubara. ......Population growth and increased development in Indonesia encourages increased demand of electricity, which is currently still dominated by supply from coal-fired power plants, reaching 50%. The operation of a coal-fired power plant produces fly ash and bottom ash (FABA) waste with a very large volume of generation, but the management of this FABA waste is not in accordance with the principles of industrial waste management that prioritizes recycling. PLTU has recycle the FABA waste, but it is only able to process 0.11%. This study analyses the radionuclide content and chemical composition of FABA waste through descriptive comparative analysis and cost-effectiveness analysis, to obtain the types of utilization and management costs that are effective and able to increase usage by implementing a circular economy. This research reflects the fact that utilization for simple applications such as paving blocks is an effective option, with a management cost of Rp295,488.00/tonne of FABA waste. The small radionuclide content in FABA ensures safe use for construction applications in the community by involving the community, so that it can encourage the use of 3.240 ton per year of FABA with a circular economy and can open new businesses as job opportunities for the community around coal fired power plant.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Setyo Fernanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara merupakan sumber utama produksi abu batubara. Abu batubara yang dikumpulkan di bagian bawah tungku (boiler) disebut coal bottom ash dan abu tebang sisa pembakaran disebut coal fly ash. Di negara Indonesia pemanfaatan bottom ash dan fly ash pada umumnya masih sebatas material penimbun di area landfill dikarenakan terlalu rendahnya nilai dari material tersebut. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengungkit nilai dari pemanfaatan material bottom ash dan fly ash sebagai bahan pencampur produk industri konstruksi. Desain eksperimen dilakukan terhadap produk paving block dengan menggunakan berbagai komposisi pencampuran bottom ash dan fly ash dengan mengaplikasikan design eksperimen orthogonal array, untuk kemudian dilakukan uji kelayakan teknis yaitu uji kuat tekan, uji penyerapan air, dan uji abrasi guna memenuhi persyaratan standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Pengujian kuat tekan paving block dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari untuk mendapatkan hasil terbaik
ABSTRACT
The coal-fired thermal power plant is the main source of coal ash production. Coal ash collected at the bottom of the furnace (boiler) is called coal bottom ash and fly ash remaining combustion called coal fly ash. In Indonesia, the utilization of bottom ash and fly ash generally is still limited to landfill material due to the value of the material too low. The objective of this research is to leverage the value of the utilization of bottom ash and fly ash materials as a mixer of construction industry products. Design of experiment (DoE) was conducted on paving block product using various experimental factors such as composition of sand, cement, bottom ash, fly ash, and submersion time of product. This Design of experiment (DoE) applied orthogonal array methods to finding the best mixed compositions that affect the quality of the end result. After it, the proof was performed with a compressive strength test, water absorption test and abrasion test to meet the standard requirements. Testing of compressive strength of paving block was done at 7 days, 14 days and 28 days to get the best result
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Waste to Energy Plant (WtE) merupakan cara yang efektif untuk meminimalisir jumlah sampah sampai dengan 80% dalam hitungan massa dan volume. Namun, WtE memproduksi by-products yaitu Bottom ash yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Beberapa cara dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan oleh Bottom ash tersebut yang salah satunya adalah metode recycling. Bottom Ash mengandung banyak komposisi kimia termasuk garam, oksida, sulfida, dan elemen-elemen berharga seperti Cu,Ni,Zn,Pb. Research ini dilakukan untuk mendaur ulang Bottom Ash dengan metode yang ramah lingkungan dan terfokus kepada partikel halus yang bersifat non-magnetik. Beberapa metode separasi dilakukan yaitu Pengeringan, Penggerusan, pengayakan, separasi magnetik, dan separasi densitas. Beberapa metode karakterisasi yang dilakukan adalah dengan XRF, EDAX , dan Mikroskop Optik. Hasil yang didapatkan adalah element non magnetik yang berharga Cu, Ti, Zn berhasil terkumpulkan hingga mencapai 30,000ppm Cu, 11,000ppm Ti, dan 15,000ppm Zn setelah proses eksperimen GoldPan. Dari hasil research ini juga didapatkan bahwa Bottom Ash berpotensi untuk menjadi bahan campuran dari semen. Major elemen pada campuran semen pada bottom ash seperti Al, dan Si memenuhi standar kriteria campuran semen sementara Ca masih dibawah kriteria. Selain itu, pada bottom ash terkandung S dan Cl yang tinggi, namun pada eksperimen ini kadar S dan Cl berhasil direduksi sampai dengan 0,4-0,5%.
ABSTRACT
Waste to Energy Plant (WtE) is an effective way to minimize the amount of waste up to 80% in mass and volume. However the bottom ash produced by WtE as by-products causes an enviromental problem as it is usually landfilled. Several ways to overcome this problem has been implemented by many research using a recycling method of the bottom ash. Bottom ash contain several valuable elements such as Cu, Ni, Zn, Pb and many compounds such as silicates, sulfides, salts, and oxides. This research offers an enviromentaly-friendly and inexpensive process to recover bottom ash without producing another waste from the overall process and focuses in non magnetic fine particles of bottom ash. Some separation methods used in this research from drying, milling, sieving, magnetic separation, and density separation process have been conducted. Several materials characterization methods are implemented to investigate chemical composition by using XRF and EDAX method and to study the image representation of recovered bottom ash by using Optical Microscope (OM) and Scanning Electron Microscope (SEM). The results show that several valuable non magnetic elements such as Cu, Ti, and Zn are successfully collected more than 30,000 ppm Cu; 11,000 ppm Ti; and 15,000 ppm Zn after gold pan experiment and there is also a possibility to recover bottom ash into an additional compounds of cement raw material products if the metallic fraction contained in it can be separated and the composition of the additional compounds of cement raw material can be adjusted to fulfill the standard requirement of cement industry. In contrast, Si, Al, and Fe contents are already met the requirement of common cement raw material while Ca content is slightly under the requirement, S and Cl content has also been decreased up to 0,4 ? 0,5 % which is important for raw or mixture cement material requirement.
2016
T46308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Pujilestari
Abstrak :
The use of coal as fuel for the electricity industry also continues to increase as it is driven by the National Energy Policy (NEP). Environmental problems from coal combustion are to produce coal ash waste (fly ash, bottom ash) which accumulates on ash disposal. Marine environment is one of the environmental components that receive the impact of coal dust dispersion containing metals. At present environmental management and monitoring often ignores the pathways of metal contaminants. The objectives of this study were (1) to know the total metal, the potential for leaching, and the most dominant toxic metals from the coal combustion process to ash disposal. (2) Modeling metal marine pathways based on the most dominant metals. (3) Assessing potensial application of models to the marine environment. Methods of study used a sample of coal and coal ash of Sumatra type. Then metal determination was then carried out with ICP-MS and CV-AFS. Leaching potential uses TCLP testing and Leaching Ratio (LR) calculations. Data processing used statistical analysis, numerical models of 3D metal transport with simulations for 20 years of operating industry. This study dicovered that the largest total metal occurred after the coal turned into fly ash waste, while the largest Leaching Ratio (LR) occurred when it was still in the form of coal. The order of metals with the largest LR value from coal and coal ash in Sumatra is Sn> Pb> CrVI> Mo> Cu> Zn> li> Co> V> B> Ni> Cd. It is also known that the dominant toxic metal from the Sumatra type is Pb. The pathways model shows the dynamics of metals plunging into the sea, absorbed into floating sediments, and finally decomposes in the sediments. It then re-dissolves (leaching) at sea. The simulation results also show that lead (Pb) contribution from coal and coal ash at Teluk Palabuhanratu as a continuous source, from 2012-2015 was 50.4%. This study concludes that the model of metal pathways can be applied in the marine environment, as it show the inviolable location for the benefit of marine use.
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar industri listrik juga terus meningkat karena didorong oleh Kebijakan Energi Nasional (KEN). Permasalahan lingkungan dari pembakaran batubara adalah dihasilkannya limbah abu batubara (fly ash, bottom ash) yang semakin menumpuk di ash disposal. Lingkungan laut merupakan salah satu komponen lingkungan yang menerima dampak dari sebaran abu batubara yang mengandung logam. Saat ini pengelolaan dan pemantauan lingkungan seringkali mengabaikan pathways dari kontaminan logam. Tujuan studi ini adalah (1) menganalisa total logam, potensi leaching, logam toksik yang paling dominan dari proses pembakaran batubara sampai ash disposal. (2) Membangun model pathways logam di laut berdasarkan logam yang paling dominan. (3) Mengkaji potensi penerapan model terhadap lingkungan laut. Metode studi menggunakan sampel batu bara dan abu batubara jenis Sumatera. Kemudian penentuan logam dilakukan dengan ICP-MS dan CV-AFS. Potensi leaching mengunakan uji TCLP dan perhitungan Leaching Ratio (LR). Pengolahan data menggunakan model numerik transpor logam 3D dengan simulasi selama 20 tahun industri beroperasi. Studi ini menemukan total logam terbesar terjadi setelah menjadi limbah fly ash, sedangkan LR terbesar terjadi ketika masih berbentuk batubara. Urutan logam dengan nilai LR terbesar dari batubara dan abu batubara Sumatera adalah Sn > Pb > CrVI > Mo > Cu > Zn > li > Co > V > B > Ni > Cd. Hasil model pathways menunjukkan dinamika logam yang jatuh ke laut, terserap di sedimen melayang, akhirnya terdeposisi di sedimen dasar, kemudian kembali terlarut di laut. Hasil simulasi juga menunjukkan, kontribusi logam dari sumber batubara dan abu batubara yang jatuh ke Teluk Palabuhanratu sebagai sumber kontinyu, dari Tahun 2012-2015 sebesar 50,4%. Studi ini menyimpulkan model pathways logam dapat diterapkan di lingkungan laut, karena dapat menunjukkan lokasi aman dari polutan untuk kepentingan penggunaan wilayah laut.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2552
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Vasya Putri
Abstrak :
Pasca berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PP Nomor 22 Tahun 2021) sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK), pengaturan terhadap pengelolaan limbah B3 dan non-B3 mengalami perubahan. Perubahan tersebut salah satunya berlaku terhadap limbah fly ash dan bottom ash (FABA) yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Limbah FABA tersebut yang semula berstatus sebagai limbah B3 berubah menjadi limbah non-B3. Perubahan tersebut diyakini karena ukuran konsentrasi zat pencemar di dalam limbah FABA masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan pada PP Nomor 22 Tahun 2021. Selain itu, perubahan status limbah FABA tersebut juga tak lepas dari adanya komparasi yang dilakukan terhadap negara-negara yang tidak mengkategorikan limbah FABA sebagai limbah B3. Akan tetapi, perubahan status limbah FABA tersebut juga perlu ditinjau dari sudut pandang lingkungan hidup sebab perubahan status tersebut berakibat pada perubahan pengaturan pengelolaannya, yang dalam hal ini meninggalkan beberapa catatan penting terkait dampak buruk yang dibawa oleh zat-zat pencemar yang dikandungnya, seperti logam berat. Kandungan logam berat yang berbahaya di dalam limbah FABA akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan dan lingkungan hidup jika tidak dikelola secara layak. Dengan menggunakan metode penelitian yang berjenis penelitian hukum doktrinal dan bersifat normatif, penelitian ini akan memberikan analisis tentang bagaimana perubahan pengaturan atas pengelolaan limbah FABA di Indonesia, akibat hukumnya, serta menawarkan sebuah solusi atas prospek pengembangan pengaturan pengelolaan limbah FABA di Indonesia dengan belajar dari pengaturan di Amerika Serikat dan Afrika Selatan. ......After the enactment of Government Regulation Number 22 of 2021 on Implementation of Environmental Protection and Management (PP Number 22 of 2021) as the implementing regulation of Law Number 11 of 2020 on Job Creation (UU CK), regulations on hazardous waste and non-hazardous waste management experienced several changes. One of these changes applies to the management of fly ash and bottom ash (FABA) as a waste from coal combustion process in steam power plants. FABA, which originally had the status of hazardous waste, turned into non-hazardous waste. It is believed that this change is because the measure of the concentration of pollutant substances in FABA waste is still below the threshold required in PP Number 22 of 2021. In addition, the change in the status of FABA is also inseparable from the comparisons made to countries that do not categorize FABA as hazardous waste. However, the change in status of FABA also needs to be reviewed from an environmental perspective because the change in status results in a change in its management regulations, which leaves several important notes regarding the adverse effects brought by the pollutant substances it contains, such as heavy metals. The content of dangerous heavy metals in FABA waste will have a negative impact on health and the environment if it is not managed properly. By using research methods that are in the type of doctrinal legal research and normative in nature, this research will provide an analysis about the management regulation changes of FABA in Indonesia, its legal consequences, and offer a solution to the prospects for developing FABA waste management regulation in Indonesia by learning from the regulations in United States and South Africa.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Akmal Poetranto
Abstrak :
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kebutuhan energi yang terjadi menggunakan metode pendekatan eksperimental dengan pemanfaatan lumpur limbah batubara fly ash dan bottom ash (FABA) pada spiral pipe dan circular pipe sebagai pembanding. Kebutuhan energi diperoleh dari model reologi, yaitu hubungan nilai shear rate, shear stress, friction factor, dan Reynolds number (Re). Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi dari kedua bahan tersebut mengubah karakteristik aliran menjadi non-Newtonian dengan efek shear-thinning yang signifikan. Fluida dengan konsentrasi yang lebih tinggi memiliki faktor gesekan lebih tinggi pada area laminar, yang meningkatkan resistansi aliran. Fly ash dan bottom ash pada konsentrasi 30%, 40%, dan 50% menunjukkan efek shear-thinning yang semakin kuat (pseudoplastic). Power law index, mendeskripsikan perkiraan sifat slurry dan jarak n = 0,89 ~ 0,96. Konsentrasi tinggi dari kedua fluida kerja ini menunjukkan penyimpangan dari garis Newtonian, menandakan perilaku non-Newtonian, dengan viskositas semu yang menurun seiring peningkatan laju geser untuk seluruh konsentrasi (30%, 40%, dan 50%). Faktor gesekan menurun seiring peningkatan bilangan Reynolds. Spiral pipe lebih menunjukkan perubahan karakteristik aliran dibandingkan circular pipe. ......This research aims to determine the energy requirements using an experimental approach by utilizing fly ash and bottom ash (FABA) waste sludge in spiral pipes and circular pipes for comparison. The energy requirements are derived from a rheological model, which is the relationship between shear rate, shear stress, friction factor, and Reynolds number (Re). The results indicate that high concentrations of both materials transform the flow characteristics into non-Newtonian with significant shear-thinning effects. Fluids with higher concentrations have higher friction factors in the laminar region, increasing flow resistance. Fly ash and bottom ash at concentrations of 30%, 40%, and 50% exhibit increasingly strong shear-thinning effects (pseudoplastic). The power law index describes the slurry properties estimation, with the range of n = 0.89 ~ 0.96. High concentrations of these working fluids show deviations from the Newtonian line, indicating non-Newtonian behavior, with apparent viscosity decreasing with increasing shear rate for all concentrations (30%, 40%, and 50%). The friction factor decreases with increasing Reynolds number. The spiral pipe demonstrates more changes in flow characteristics compared to a circular pipe.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>