Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Relly Sofiar
"Latar belakang : Steal Syndrome, adalah salah satu komplikasi pembuatan akses vena untuk hemodialisis, Insidensi steal syndrome yang berat diperkirakan 0,5-5%.11Belum ada pemeriksaan secara baku emas, terdapat berbagai prediktor noninvasif yang dapat menilai derajat steal salah satunya dengan nilai Digital Brachial Indices (DBI). Pada penelitian ini, subjek dengan AVF brachiocephalic dinilai Hand Ischemic Questioner (HIQ) untuk melihat manifestasi yang dikeluhkan berupa rasa dingin nyeri. Berkurangnya sensasi dan kekuatan, serta keram yang dinilai derajat keparahan dan frekuensinya dikorelasikan dengan nilai DBI yang dianggap bermakna sebagai steal syndrome adalah nilai DBI <0,6. Korelasi dari kedua parameter tersebut diharapkan dapat menunjukkan hal yang bermakna dalam praktek dan dalam penanganan pasien-pasien steal syndrome. Subyek dan Metode: Subyek penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani hemodialisis dengan akses AVF lengan atas di RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam periode bulan Mei-Juni 2019. Pasien akan ditanyakan mengenai berbagai gejala mengenai steal syndrome sesuai dengan HIQ, dan dihitung skor nya, dilanjutkan dengan pengukuran Systolic Digital Pressure menggunakan alat phletysmograph, disisi lengan dengan AVF/AVG dan Systolic Brachial Pressure untuk menentukan DBI pada pasien tersebut. Hasil: Dari data demografik, profil pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis berdasarkan jenis kelamin laki-laki 37(46,2%) pasien dan perempuan 43(53,8%) dengan rata-rata usia pasien 53 tahun. Skor HIQ nilai minimum adalah 0 dan nilai maksimum adalah 70 dengan nilai median 3. Uji korelasi antara nilai total skor kuesioner HIQ dan nilai DBI didapatkan adanya korelasi dengan nilai p<0.001. uji diagnostik antara Skor HIQ menggunakan nilai cut-off ≥50 dengan nilai DBI <0.6. Dari hasil uji diagnostik antara skor HIQ dan DBI didapatkan nilai sensitivitas 15.3% dan nilai spesifisitas 100%, dengan akurasi diagnostik 58.75%. Kesimpulan: terdapat korelasi yang baik antara skor HIQ dengan DBI pada subyek penelitian ini, menunjukkan HIQ dan DBI ini dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang cukup akurat sebagai salah satu metode awal untuk mendeteksi gejala-gejala awal dari Steal Syndrome sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan lainnya untuk mengurangi pemeriksaan lanjutan yang tidak perlu.

Background: Steal Syndrome is a complication after a native Arteriovenous Fistule(AVF), there were symtomps of cold sensations, pain, cramps, loss of strength and diminishes of sensibility. A severe steal syndrome incidences was 0.5 - 5%. And there are no gold standard non inavasive examination to predict a steal syndrome, there is Digital Brachial Indices (DBI). In this study all patients on Hemodialysis with brahiocepalic (BC) AVF were questioned and valued for Hand Ischemic Questionaire (HIQ) related symptomps. All those symptomps were valued for its severity and frequencies to correlate with DBI values, DBI <0.6 as a cut-off to consider a steal syndrome. Correlation between those parameter were expected to be significant in evaluate patients suspected steal syndrome in our daily practice. Methods: subjects in this study were all patients on hemodialysis with BC AVF at Cipto Mangunkusumo Hospital within May-June 2019 periods. They were questioned and valued for HIQ (no symptoms of ischemia, 0 points; maximal ischemia, 500 points), and then systolic digital pressure were measured with a phletysmograph, ipsilateral of AVF, continued to measure systolic brachial pressure, and we found DBI values. Results: a demographic profile data, male patients 37(46.2%), female patients 43(53.8%) with mean age 53y.o. Minimum HIQ score was 0 and maximum 70, mean score 3. Correlation between HIQ and DBI was good with p<0.001. Diagnostic test between HIQ and DBI were sensitivity 15.3% and specivity 100% with diagnostic accuracy 58.7%. Conclusions: there were a good correlation between HIQ score and DBI on hemodialysis patients with BC AVF to early detection of steal syndrome symptomps, as diagnostic tools HIQ and DBI shows a good accuracy, to avoid more invasive and expensive examinations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Daenuri
"Latar Belakang: Saat ini fistula arteriovenosa (FAV) masih merupakan standar baku emas akses vaskular untuk hemodialisis pada pasien PGTA. Tingginya angka diabetes melitus sebagai penyebab ataupun sebagai komorbid pasien PGTA, tingginya angka kegagalan maturasi FAV terutama pada pasien DM, dan dibutuhkan waktu lebih lama untuk maturasi pada pasien DM.
Tujuan: Menganalisis ulang untuk mendapatkan anjuran batas minimal diameter arteri brakialis dan vena sefalika sebagai prediktor maturasi FAV brakiosefalika pada populasi pasien PGTA dengan diabetes melitus tipe 2 pasca pembuatan FAV 6 minggu dan 8 minggu.
Metode: Desain yang digunakan adalah kohort retrospektif menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data dari pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan komorbid diabetes melitus tipe 2 yang menjalani operasi pembuatan fistula arteriovenosa brakiosefalika.
Hasil: Dari total 72 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdapat 44 (61,11%) pasien yang mengalami matur pada 6 minggu post operasi dan 47 (65,28%) yang matur pada 8 minggu post operasi. Matur minggu ke 6 memiliki diameter vena sefalika yang bermakna lebih besar daripada yang tidak matur (3,20±0,94 vs 2,65±1,02, p=0,002). Pada minggu ke 8 didapatkan diameter arteri brakialis bermakna lebih besar daripada tidak matur (4,22±0,70 vs 3,78±0,60, p=0,012), dan memiliki diameter vena sefalika bermakna lebih besar daripada tidak matur (3,28±0,98 vs 2,43±0,82, p=0,000). Nilai prediksi dari diameter arteri brakialis pre operasi untuk memprediksi maturasi FAV Brakiosefalika sebesar 68% (IK 95%: 55,1%-80,9%) untuk minggu ke 8. Nilai prediksi dari diameter vena sefalika pre operasi untuk memprediksi maturasi FAV Brakiosefalika sebesar 71,7% (IK 95%: 58,7%-84,7%) untuk minggu ke 6 dan 79,8% (IK 95%: 68,2%-91,3%) untuk minggu ke 8.
Kesimpulan: Nilai ambang terbaik untuk diameter arteri brakialis pre operasi memprediksi maturasi FAV minggu ke 8. adalah 3,85 mm (sensitivitas 78,7% dan spesifisitas 60%). Nilai ambang terbaik untuk diameter vena sefalika pre operasi memprediksi maturasi FAV minggu ke 6 adalah 2,45 mm (sensitivitas 79,5% dan spesifisitas 60,7%), dan nilai ambang terbaik untuk diameter vena sefalika pre operasi memprediksi maturasi FAV minggu ke 8. adalah 2,45 mm (sensitivitas 83% dan spesifisitas 72%).

Background: Currently arteriovenous fistula (AVF) is still the gold standard for vascular access for hemodialysis in ESRD patients. The high rate of diabetes mellitus as a cause or as comorbidity in ESRD patients, the high rate of AVF maturation failure, especially in DM patients, and it takes longer time for maturation in DM patients.
Objective: To reanalyze to obtain recommendations for the minimum diameter of the bracial artery and cephalic vein as a predictor of brachiocephalic AVF maturation in the ESRD patient population with type 2 diabetes mellitus after 6 weeks and 8 weeks of creation AVF.
Method: The design used was a retrospective cohort design using secondary data. The secondary data used are data from patients with ESRD with comorbid type 2 diabetes mellitus who underwent surgery for brachiocephalic AFV.
Results: From a total of 72 patients who met the inclusion and exlusion criteria, there were 44 (61,11%) patients who were mature at 6 weeks of postoperatively 47 (65,28%) who were mature at 8 weeks of postoperatively. The 6th week of maturity had a significantly larger cephalic vein diameter than the immature (3,20±0,94 vs 2,65±1,02, p=0,002). The 8th week of maturity had a significantly larger brachial artery diameter than the immature (4,22±0,70 vs 3,78±0,60, p=0,012), and having a cephalic vein diameter significantly larger than the immature (3,28±0,98 vs 2,43±0,82, p=0,000). The predictive value of preoperative brachial artery diameter to predict brachiocephalic AVF maturation was 68% (95% CI: 55,1%-80,9%) for week 8. The predictive value of preoperative cephalic vein diameter to predict brachiocephalic AVF maturation was 71,7% (95% CI: 58,7%-84,7%) for week 6 and 79,8% (95% CI: 68,2%-91,3%) for week 8.
Conclusion: The best threshold value for preoperative brachial artery diameter predicting AVF maturation 8th week was 3,85 mm (sensitivity 78,7% and specificity 60%). The best threshold value for preoperative cephalic vein diameter predicting AVF maturation 6th week was 2,45 mm (sensitivity 79,5% dan specificity 60,7%), and the best threshold value for preoperative cephalic vein diameter predicting AVF maturation 8th week is 2,45 mm (sensitivity 83% dan specificity 72%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Harisandi
"Pendahuluan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk melakukan pengkajian nilai batasan bloodflow rate BFR intraoperatif menggunakan ultrasonografi Doppler dalam memprediksi maturitas fistula brakiosefalika dengan sampel yang lebih besar dan lebih spesifik untuk mendapatkan nilai dengan tingkat error dan bias lebih rendah, sehingga nantinya dapat dijadikan referensi di divisi Bedah Vaskular RSCM.
Metode. Dilakukan studi potong lintang analitik di Divisi Vaskular Departemen Ilmu Bedah FKUI-RSCM, Jakarta yang melibatkan semua penderita gagal ginjal stadium 4-5 akibat nefropati diabetik yang akan dihemodialisis dengan akses vaskular fistula brakiosefalika.
Hasil. Terdapat 71 subjek dengan rerata BFR 249,15 86,86 mL/menit, rerata diameter arteri 3,3 mm 2,0-7,4 mm dan rerata diameter vena 3 mm 2,1-5,6 mm. Analisis statistik menunjukkan bahwa hanya BFR yang berhubungan bermakna dengan maturitas AVF p80.

Introduction. This research is a follow-up study to determine the value limits of bloodflow rate BFR intraoperative using Doppler ultrasound to predict maturity of brachiocephalic fistula with a larger sample and to obtain lower level of error and bias, so it can be used as a reference in the Vascular Surgery division, Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods. Cross-sectional design with analytic fashion conducted at Division of Vascular Surgery Department of the Faculty of medicine - Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta with all patients with stage IV-V CKD, due to diabetic nephropathy who planned to get vascular access for hemodialysis brachiocephalic fistula.
Result. Total subject are 71 with mean bloodflow rate is 249.15 86.86 mL / min, mean arterial diameter is 3.3 mm 2.0 to 7.4 mm and the mean diameter of the vein is 3 mm 2.1 to 5.6 mm . Only BFR associated significantly with maturity AVF p
BFR intraoperatif, maturitas AV fistula, brakiosefalika, sensitivitas, spesifisitas
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library