Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal
Abstrak :
Perilaku mengkonsumsi kopi instant menjadi menarik untuk diamati dimana konsumen yang benar-benar setia terhadap suatu merek akan memiliki penilaian tersendiri atas merek tersebut. Penilaian tersebut dapat berupa kesetiaan sikap ataupun pembelian sebagai representasi kesetiaan merek konsumen. Hal ini tentu dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk melihat seberapa jauh kinerja (performance) merek yang dikelolanya. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa merek dengan pangsa pasar yang besar bukan hal yang mutlak mempunyai kinerja merek yang baik pula. Ini disebabkan karena adanya atribut lain yang juga turut menentukan baik buruknya kinerja merek seperti misalnya positive word of mouth, harga relatif, dan sebagainya. Penelitian ini mencoba untuk melihat dampak hubungan dari kepercayaan merek dan afeksi merek terhadap kinerja merek yang dimediasi oleh kesetiaan sikap dan kesetiaan pembelian. Pada penelitian ini penulis mengambil 4 merek kopi instant yang paling populer di kalangan mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga FISIP UI seteiah melakukan penelitian pendahulan secara tidak terstruktur dengan jumlah responden sebanyak 216. Tujuan penelitian ini metiputi: 1. Untuk mengetahui dampak kepercayaan merek terhadap kesetiaan merek (sikap dan pembelian). 2. Untuk mengetahui dampak afeksi merek terhadap kesetiaan merek (sikap dan Pembelian). 3. Untuk mengetahui dampak dari kesetiaan merek terhadap kinerja merek. 4. Untuk megetahui secara keseluruhan damp[ak hubungan dari kepercayaan merek dan afeksi merek terhadap kinerja merek. Sebelum melakukan pengujian penulis pertama-tama melakukan penelitian terhadap indikator-indikator mana saja yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk masing-masing variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan metode Structural Equation Modeling dengan menggunakan bantuan program LISREL 8,30 dan memilih Maximum likelihood sebagai metode estimasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa afeksi merek lebih memiliki kontribusi yang berarti bagi kesetiaan merek (sikap dan pembelian) dan sebaliknya kepercayaan merek menjadi tidak berarti. Hasil lainnya diperoleh bahwa kesetiaan sikap lebih memiliki kontribusi yang berarti dibanding kesetiaan pembelian dalam hubungannya dengan kinerja merek. Ini tentunya berbeda dengan dengan basil penelitian Chaudhuri dan Hobrook (2001) yang menyatakan bahwa kepercayaan merek berhubungan positif terhadap kesetiaan pembelian dan kesetiaan sikap. Dari penelitian ini juga diperoleh bahwa nilai utilitarian dan hedonik tidak banyak berarti untuk membentuk kepercayan merek dan afeksi merek. Hal ini juga disebabkan adanya variabel lain yang memiliki kontribusi yang iebih dominan dalam membentuk kepercayaan merek dan afeksi merek seperti kualitas, ketersediaan, dan keunikan. Penelitian ini tentunya bukan hal yang mutlak karena pengukuran dilakukan untuk 1 kategori produk saja dengan 4 merek (Nescafe, ABC, Kapal Api, dan Torabika), sehingga hal ini hanya dapat menjelaskan 4 merek dari kategori produk kopi instant.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan terus berkembangnya industri kesehatan dan semakin kompetitifnya persaingan perusahaan farmasi dan alat kesehatan di Indonesia, menjadikan perusahaan-perusahaan tersebut merasa perlu untuk menciptakan competitive advantage dengan memanfaatkan brand yang merupakan salah satu aset penting bagi perusahaan. Oleh karena itu, tesis ini bermaksud untuk membahas mengenai pengaruh strategi brand orientation terhadap brand performance pada perusahaan business-to-business(B2B) yang bergerak di industri kesehatan yaitu perusahaan farmasi dan alat kesehatan di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh faktor internal perusahaan dan faktor mediasi yang dapat mempengaruhi penerapan brand orientation di dalam perusahaan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif kuantitatif. Dari 145 responden perusahaan B2B diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa entrepreneurial orientationmempengaruhi perusahaan dalam menerapkan brand orientationdan marketing capability tidak menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Selain itu, customer value co-creation dan brand credibility dapat menjadi faktor mediasi yang meningkatkan pengaruh dari brand orientation terhadapbrand performance. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disarankan pada perusahaan B2B yang ingin meningkatkan brand performance mereka untuk menerapkan brand orientation dalam strategi pemasaran mereka.
ABSTRACT
With the recent development of healthcare industries and competitive competition of pharmaceutical and medical device firms in Indonesia, it made these firms feel need the importance to create competitive advantage by utilizing the brand as one of the most important assets for the firm. Therefore, this research intends to find out the role of brand orientation strategies on brand performance in business-to-business (B2B) firms in the health industry, namely pharmaceutical and medical device firms in Indonesia. In addition, this study also aims to see the influence of internal factors and mediation factors that could influence the implementation of brand orientation within the firms. This research is a quantitative descriptive design research. With 145 B2B firm respondents, the results show that the entrepreneurial orientation influences firm in implementing brand orientation and marketing capability factor does not show a significant positive effect. In addition, customer value co-creation and brand credibility could be mediating factors that increase the influence of brand orientation on brand performance. Based on these results, it can be suggested for B2B firms that would like to improve their brand performance to start implement the brand orientation in their marketing strategies.
2019
T54654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Edison
Abstrak :
ABSTRAK


Sambutan masyarakat pedesaan terhadap tabungan Simpedes BRI Unit sangat luat biasa setidaknya tercermin dari perkembangan jumlah penabung dan total tabungan dari 2.655 orang dan Rp.307 juta pada tahun 1984 meningkat hingga lebih dari 1,6 juta orang nasabah dan total tabungan menjadi Rp.341, 95 miliar pada akhir tahun 1988 dan keberhasilan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja karena Simpedes BRI Unit telah mampu melewati krisis ekonomi yang dihadapi industri perbankan pada tahun 1997 dan tetap survive hingga saat ini dengan prestasi yang semakin menggembirakan karena pada posisi Juni 2003 jumlah penabung telah mencapai 26.254.130 orang dengan total tabungan hampir 18 triliun rupiah atau rata-rata tabungan yang dimiliki pemegang tabungan Simpedes sebesar Rp 685.606.

Keberhasilan itu tentu saja diperoleh melalui usaha yang keras dan penetapan strategi yang terencana dengan baik diantaranya dengan melakukan persiapan dan perencanaan produk yang baik melalui analisis pasar, riset pasar dan penetapan target sasaran yang tepat, sehingga produk yang diluncurkan benar-benar sesuai dengan segmen pasar yang dipilih.

Sukses Simpedes ini dimanfaatkan BRI dengan memperkenalkan produk baru "Simaskot" untuk meraih segmen masyarakat perkotaan sebagai pengembangan target pasar dengan melakukan modiftkasi produk Simpedes berupa pembedaan jenis hadiah dan jumlah setoran minimal yang dipersepsikan BRI sebagai faktor pembeda antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Satu hal yang dilupakan BRI ketika mengembangkan produk baru "Simaskot", tidak melakukan persiapan dan perencanaan seperti yang dilakukannya sewaktu membidani kelahiran Simpedes, hal ini paling tidak nampak pada Surat Edaran Direksi BRI NOSE:S.l63-DIR/BUD/11/89 tanggal 29 Nopember 1989 tentang Simpanan Masyarakat Kota (Simaskot) yang direncanakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat kota akan instrumen simpanan maka Direksi memandang perlu memperkenalkan Simaskot yang dilayani di BRI Unil Kola dan di Kamor Cabang di Jakarta Raya, Kantor Cabang di ibukota propinsi dan Kantor Cabang di ibukota kabupatenlkotamadya.

Tidak disadari bahwa Kantor Cabang wilayah Jakarta Raya, ibukota propinsi dan ibukota kabupaten!kotamadya sudah melayani Tabanas BRI yang relatif lebih baik dibanding Sirnaskot karena sudah lebih dahulu dikenal masyarakat perkotaan, sehingga positioning "Simaskot" memasuki segmen perkotaan tidak jelas karena selain tidak menawarkan sesuatu. yang unik tabungan ini juga menjadi pesaing Tabanas BRI yang di layani Kantor Cabang yang berlokasi di pusat kota yang menjadi target Simaskot.

Sangat mudah membuktikan bahwa Bank BRI tidak serius mempersiapkan produk barunya ini seperti yang dilakukannya terhadap Sirnpedes, misalnya Bank BRI belum mendefenisikan dengan tegas segmen masyarakat perkotaaan itu sendiri sehingga menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan dari masyarakat kota itu sendiri. Masyarakat kota menurut BRI ( sesuai dengan surat Edaran diatas) adalah masyarakat yang tinggal di Jakarta, di ibukota Propinsi dan ibukota kabupaten!kotamadya suatu pemahaman yang keliru dan terlalu sederhana apabila dipergunakan sebagai dasar penetapan segmentasi, karena perilaku dan kebiasaan orang menabung yang bertempat tinggal dikota dipastikan tidak semuanya sama karena banyak orang di kota masih berperilaku seperti orang desa sebaliknya juga diyakini bahwa ada juga orang di desa berperilaku seperti orang kota . dalam hal menabung. Contoh lain yang membuktikan bahwa penetapan segmentasi tersebut tidak tepat, karena masing-masing ibukota propinsi, ibu kota kotamadya dan ibukota kabupaten di negara kita ini tidak memiliki standar yang sama dalam berbagai hal terutama dalam hal sumber daya sehingga penyebaran geografis yang sangat luas akan mengakibatkan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perbedaan sikap dan perilaku menabung. Artinya perilaku masyarakat ibukota kabupaten Merauke dengan masyarakat ibukota kabupaten Bekasi dalam hal menabung dapat dipastikan tidak sama karena adanya perbedaan rata-rata penghasilan yang sangat signifikan yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi tabungan.

Dari beberapa argumen tersebut diatas setidaknya dapat mengindikasikan pengembangan segmen perkotaan yang dilakukan BRI kurang tepat namun belum dapat dipergunakan sebagai alasan ilmiah untuk membuktikan bahwa pengembangan "Segmen Perkotaan" yang dilakukan Bank BRI kurang tepat karena belum didasari pembuktian. Tulisan ini akan menguji hipotesa tersebut dengan mempergunakan analisis statistik dan program SPSS.

Dalam pengujian dan analisis data, penulis mengumpulkan informasi dan datadata pendukung dengan melakukan wawancara terhadap dua ratus orang nasabah BRI unit di Bendungan Hilir Jakarta mewakili nasabah perkotaan dan BRI Unit Citeureup Bogor mewakili nasabah pedesaan serta melakukan studi kepustakaan pada Bank BRI dan Bank Indonesia untuk mengetahui posisi tabungan BRI Unit pada industri perbankan. Agar hasil pengujian lebih akurat selain analisis statistik juga akan dilengkapi dengan pembahasan kinerja dan perkembangan tabungan BRI Unit (Simpedes dan Simaskot).

Kesimpulan tulisan ini menyebutkan bahwa kebijakan promosi dengan "memberikan hadiah yang berbeda" tidak dapat membedakan penabung BRI Unit kota dan penabung BRI Unit desa secara signifikan sehingga penetapan segmentasi yang dilakukan Bank BRI dengan meluncurkan produk Simaskot menjadi kurang optimal, oleh karena itu disarankan agar Bank BRI melakukan "Re-segmentasi Pasar" dan "Evaluasi Produk" salah satu cara yang diyakini dapat mengantisipasi pertumbuhan market share tabungan BRI Unit yang cenderung semakin menurun. Disamping itu penulis juga merekomendasikan segmentasi baru yang dalam tulisan ini disebut sebagai "Penabung Tradisional dan Penabung Modern" menggantikan segmentasi lama yang ditetapkan berdasarkan lokasi BRI Unit

Satu hal yang ingin disampaikan bagi pembaca yang ingin melal.'Ukan penelitian lebih lanjut tentang Segmentasi Tabungan BRI Unit agar melengkapi data-data penelitian dengan melakukan wawancara terhadap nasabah Bank lain dan lokasi penelitian tidak terbatas hanya di Pulau Jawa saja tetapi sebaiknya memilih sample mewakili seluruh wilayah geografi Indonesia paling tidak perwakilan dari Indonesia Bagian Barat, Bagian Tengah, dan Bagian Timur agar lebih mencerminkan kebiasaan dan perilaku menabung masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan Indonesia yang sesungguhnya.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library