Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fatih Nurussobah
"Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang investasi melalui platform robot trading. Meski demikian, kemudahan yang diberikan teknologi tersebut juga membawa potensi penyalahgunaan yang menimbulkan kejahatan digital, salah satunya dalam kasus robot trading Auto Trade Gold (ATG). Dalam putusan Pengadilan Negeri Malang nomor 353/Pid.Sus/2023/PN.Mlg, akun robot trading yang diserahkan dalam bentuk screenshot atau print-out digunakan sebagai barang bukti tanpa melalui prosedur autentikasi digital yang memadai, serta tanpa adanya pemeriksaan dari ahli digital forensik. Kendati demikian, penulisan ini ditujukan untuk meneliti bagaimana penetapan bukti akun Robot Trading dalam pembuktian persidangan kasus Robot Trading Auto Trade Gold, tepatnya dalam Putusan Nomor 353/Pid.Sus/2023/Pn.Mlg. Melalui penerapan penelitian doktrinal dengan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif-analitis, Penulis melihat adanya kekurangan dalam penegasan kedudukan dan kekuatan dari putusan PN Malang tersebut, serta apakah barang bukti tersebut dapat dikatakan alat bukti atau barang bukti berdasarkan tinjauan hukum acara pidana. Pertama, tulisan ini akan menjabarkan sistem hukum acara pidana di Indonesia disertai teori pembuktian dan asas-asas di dalam pembuktiannya. Selanjutnya, tulisan ini akan menjelaskan bagaimana alat bukti dan barang bukti dalam hukum acara pidana disertai kekuatan pembuktian alat bukti, serta bukti elektronik sebagai alat bukti. Kedua, tulisan ini akan memberikan penjelasan terkait pembuktian dalam tindak pidana pencucian uang karena sesuai dengan tindak pidana dalam putusan. Selain itu, Penulis akan menganalisis kualifikasi alat bukti dengan prosedur perolehan dan pemanfaatan bukti elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan. Selanjutnya, akan dijelaskan kasus posisi disertai bagaimana penetapan alat bukti atau barang bukti dalam putusan tersebut disertai kedudukan dari barang bukti akun Robot Trading. Tulisan ini berkesimpulan bahwa secara praktis, hasil screenshot akun yang diperoleh dari korban pencucian uang merupakan barang bukti dan kedudukan barang bukti sebagaimana yang diputus oleh hakim seharusnya dapat dijadikan sebagai alat bukti elektronik sehingga guna menghindari permasalahan serupa, perlu dilakukan revisi terhadap RUU KUHAP dan pelatihan digital forensik untuk Para Aparat Penegak Hukum, terutama hakim.

The development of digital technology has significantly impacted various areas of life, including investments through robot trading platforms. However, the convenience offered by this technology also carries the potential for misuse, leading to digital crimes, as exemplified by the Auto Trade Gold (ATG) robot trading case. In the Malang District Court's decision number 353/Pid.Sus/2023/PN.Mlg, robot trading account evidence presented as screenshots or print-outs was admitted without adequate digital authentication procedures and without examination by digital forensic experts. This paper aims to investigate how robot trading account evidence was established in the evidentiary proceedings of the ATG robot trading case, specifically in Decision Number 353/Pid.Sus/2023/PN.Mlg. Employing doctrinal research methods with a qualitative and descriptive-analytical approach, the author identifies shortcomings in clarifying the status and evidentiary strength of the Malang District Court's decision. Furthermore, the study evaluates whether the evidence qualifies as "alat bukti" (means of evidence) or "barang bukti" (physical evidence) under Indonesian criminal procedural law. Firstly, this paper elaborates on the criminal procedural system in Indonesia, including theories and principles of evidence. It also explains the distinction between "alat bukti" and "barang bukti," along with the evidentiary strength of electronic evidence as a means of proof. Secondly, the paper discusses proof in money laundering cases, aligned with the relevant crime in the decision. Additionally, the author analyzes the qualification of evidence, including procedures for acquiring and utilizing electronic evidence in court proceedings. Subsequently, a detailed explanation of the case position is provided, highlighting how evidence was classified in the court's decision and the legal status of robot trading account evidence. The paper concludes that, in practice, the screenshots of the accounts obtained from money laundering victims are physical evidence, and the evidence as adjudicated by the judge should be considered electronic evidence. Therefore, to prevent similar issues in the future, revisions to the Draft Criminal Procedure Code (RUU KUHAP) and comprehensive digital forensic training for law enforcement officials, particularly judges, are essential.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bearman, David
Pittsburgh : Archives and Museum Informatics, 1994
651.5 BEA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel BC
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S22548
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nemeth, Charles P.
Boston: Jones and Bartlett, 2011
345.73 NEM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cook, Graham
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2015
343.087 COO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cross, Rupert
Sydney : Butterworth, 1970
347.940.6 CRO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tjie Heryanto Tanuwijaya
"Kartel merupakan jenis perjanjian yang dilakukan oleh para pelaku usaha yang anti terhadap persaingan. Para pelaku usaha ini melakukan perjanjian untuk mempengaruhi harga melalui pengaturan proses produksi maupun pengaturan wilayah pemasaran produk. Secara makro ekonomi, keberadaan kartel menimbulkan kerugiaan karena para pelaku usaha anggota kartel setuju untuk melakukan kegiatan yang berdampak pada pengendalian harga seperti pembatasan jumlah produksi, yang akan menyebabkan inefisiensi alokasi dan hilangnya efisiensi ekonomi. Dengan melihat kesulitan untuk mendapatkan bukti langsung direct evidence dalam membuktikan adanya praktek kartel maka sangat diperlukan suatu aturan dalam bentuk peraturan pemerintah yang memberikan ruang dan penerimaan pada kemungkinan digunakannya bukti tidak langsung indirect evidence khususnya bukti komunikasi sebagai salah satu alat bukti dalam memutus kasus dugaan kartel dalam aspek hukum persaingan usaha di Indonesia.

Cartel is a kind of agreement made by the business actor that against the competition. The business actor have made an agreement to influence prices by setting production processes and setting product marketing regional. In macroeconomics, the existence of the cartel raises loss for the reason that the business actor of cartel members agreed to undertake activities that have an impact on price controls such as limiting the number of production, which would lead to inefficiency and loss of economic efficiency allocation. By looking at the difficulty to obtain direct evidence to prove the existence of cartel practices so it will need a rule in the form of goverment regulation that provide room and reception on the possibility of using indirect evidence in particular communication evidence as one type of evidence in deciding the alleged cartel in the aspect of competition law in Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T46576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Ayu Spica
"Barang bukti atau yang juga dikenal dengan istilah benda
sitaan mempunyai manfaat atau fungsi dan nilai dalam
upaya pembuktian. Kehadiran barang bukti sangat penting
bagi hakim untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil
atas perkara yang sedang diperiksa. Dalam proses
persidangan, barang bukti dapat dikembangkan dan dapat
memberikan keterangan yang berfungsi atau bernilai
sebagai alat bukti yang sah dalam bentuk keterangan
saksi, keterangan ahli, dan keterangan terdakwa. Pada
tahap penyidikan, ada kalanya penyidik memperoleh barang
bukti yang sifatnya mudah rusak atau yang membahayakan
atau jika penyidik menyimpan barang bukti tersebut sampai
proses persidangan akan membutuhkan biaya yang tinggi.
Menurut Pasal 45 ayat (1) Undang-undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), atas alasan-alasan
tersebut, maka penyidik dapat melakukan pelelangan.
Namun, KUHAP tidak menjelaskan mengenai prosedur
pelelangan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dalam
skripsi ini akan dibahas mengenai pengertian barang bukti
menurut doktrin, bagaimana proses pelelangan yang secara
sah dilakukan pada tahap penyidikan, serta kekuatan
pembuktian barang bukti yang telah melalui proses
pelelangan di dalam praktiknya. Pelelangan terhadap
barang bukti tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa.
Penyidik harus mengikuti prosedur hukum yang berlaku.
Selain itu, penyidik harus memiliki pertimbangan/alasan
yang kuat tentang perlunya dilakukan pelelangan.
Pelaksanaan yang tepat dan hati-hati akan mencegah
timbulnya permasalahan di kemudian hari."
Depok: [Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ], 2008
S22443
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Edward Kurniawan
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S22623
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>