Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisa Shahrestani
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai campur kode yang terdapat dalam buku Kampus Kabelnaya-Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet karya Koesalah Soebagyo Toer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis menganalisis tipe pembentukan campur kode dengan teori Hoffmann dan Musyken, sedangkan faktor pemicu campur kode dengan teori Holmes, Hoffmann dan Saville-Troike. Dari analisis pada bab tiga diperoleh hasil bahwa tipe pembentukan campur kode pada buku Kampus Kabelnaya karya Koesalah Soebagyo Toer adalah campur kode dalam kalimat, bukan dalam makna dan juga tidak ada perubahan secara fonologis. Selain itu, campur kode dalam buku ini adalah berupa kata, frasa, idiom, dan kalimat. Faktor pemicu campur kode yang tidak pernah muncul dalam buku ini yaitu faktor pengulangan, partisipan, dan kutipan langsung atau pernyataan ideologis. Secara umum, Koesalah dalam buku ini bertujuan untuk menunjukkan kekhasan bahasa Rusia, terutama ungkapanungkapan yang tidak dapat ditemukan padanan katanya dalam bahasa utama, yaitu bahasa Indonesia.
Abstract
This final paper discusses about the code mixing in the book Kampus Kabelnaya-Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet by Koesalah Soebagyo Toer. The method used in this research is descriptive method. The writer analyzes forming types of code mixing by the theories of Hoffmann and Musyken, whereas the triggering factor influencing the code mixing by the theories of Holmes, Hoffmann and Saville- Troike. From the analysis in chapter four obtained results that the types of codemixing forming in the in this book is a type of code-mixing forming in a sentence, not in meaning and also no change in phonological side. In addition, the forming of code-mixing in this book are formed from words, phrases, idioms, and sentences. The triggering factor that never appears in this book is the repetition factor, participants, and direct quotations or ideological statement. In general, Koesalah in this book aims to show Russian peculiarities, especially the expressions that can not be found equivalent in the primary language, namely the Indonesian language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S238
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Aulia Fachmi
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji tentang campur kode yang terdapat pada lirik lagu ciptaan rapper asal Arab Saudi, yaitu Qusai Kheder. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui bentuk campur kode yang terdapat pada lagu-lagu Qusai dan faktor apa saja yang mempengaruhi campur kode dalam lirik lagu tersebut. Penulisan penelitian ini dilandasi dengan teori campur kode oleh Muysken (2004) dan Yen (2009). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan studi pustaka dan dianalisis secara deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dan observasi tidak langsung melalui kanal YouTube dan situs-situs kumpulan lirik lagu. Dalam delapan lagu yang dianalisis, yaitu The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, ditemukan tiga bentuk campur kode menurut Muysken, yaitu Insersi, Alternasi, dan Leksikalisasi Kongruen. Bentuk campur kode yang terjadi berupa kata, frasa, dan klausa. Faktor-faktor yang menyebabkan campur kode dalam lirik lagu ciptaan Qusai adalah persepsi tentang latar belakang pencipta lagu dan sikap bahasa dalam lirik lagu tersebut sebagai usaha lokalisasi sekaligus globalisasi.
This final project analyzes about code mixing in the lyrics of songs by rapper from Saudi Arabia, Qusai Kheder. This research conducts in order to find out the forms of code mixing found in Qusai`s songs and what factors influence the code mix in the lyrics. The writing of this research is based on the mixed code theory by Muysken (2004) and Yen (2009). This research is a qualitative research with literature study and analysed descriptively. Data collection methods used are the method of listening and indirect observation through YouTube platform and song lyrics collection websites. In the eight songs analysed, titled The Wedding, Beware, The Job, From Jeddah to LA, Yalla, Like Gold, dan That’s Life, three forms of code mixing according to Muysken were found, those are Insertion, Alternation, and Congruent Lexicalization. Code mixing that occurs is in the form of words, phrases, and clauses. The factors that cause code mixing in the lyrics of the songs created by Qusai are perceptions about the background of the song’s writer and the language attitude in the songs` lyrics as an effort of localization as well as globalization.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Valerie Immanuella
Abstrak :
Campur kode adalah penyisipan kode atau sebagian kecil bahasa lain ke dalam percakapan atau wacana dalam bahasa yang lebih dominan. Fenomena bahasa ini lumrah terjadi pada masyarakat multilingual, termasuk masyarakat Indonesia. Selain ditemukan dalam percakapan sehari-hari, campur kode juga ditemukan dalam karya fiksi, salah satunya novel dewasa muda berjudul Butterflies karya Ale. Penelitian ini membahas kemunculan bentuk-bentuk campur kode di dalam novel dan alasan penggunaan campur kode berdasarkan landasan teori dan bukti kutipan di dalam korpus data. Data diperoleh dengan melakukan pembacaan menyeluruh, penganotasian, dan pengelompokkan berdasarkan kategori campur kode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa bentuk campur kode yang paling banyak ditemukan adalah campur kode dengan unsur sisipan kata berkelas kata nomina (69 kali) dan campur kode dengan arah bahasa keluar (202 kali). Adapun alasan penggunaan campur kode tersebut adalah 1) latar belakang penutur; 2) penggunaan kosakata lain yang lebih populer; 3) mitra bicara; 4) topik pembicaraan; 5) pokok pembicaraan; dan 6) modus pembicaraan. ......Code-mixing is the mixing of a code or a small part of another language into a conversation or discourse into a more dominant language. This language phenomenon is commonly found in multilingual societies, including Indonesian. Besides being found in everyday conversation, code-mixing is also found in works of fiction, such as Butterflies by Ale, a young adult novel. This research discusses the emergence of forms of code-mixing in the novel and the reasons for using code-mixing based on theory and evidence in the novel. The data was obtained by doing a thorough reading, annotation, and grouping based on code-mixing categories. This research uses a descriptive qualitative method. Based on the study, it was found that the most common forms of code-mixing were code-mixing with insertion elements of noun (69 times) and outer code-mixing (202 times). The reasons for using code-mixing are 1) the background of the speaker; 2) the use of other more popular vocabulary; 3) talking partner; 4) topics of conversation; 5) subject matter; and 6) talk mode.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Rahma Dewi
Abstrak :
Campur kode merupakan fenomena menggunakan lebih dari satu bahasa untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Penggunaan campur kode juga dapat ditemukan dalam berbagai media, salah satunya melalui film Mencuri Raden Saleh karya Angga Dwimas Sasongko dan Nussa karya Bony Wirasmono. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bentuk campur kode, jenis campur kode, dan faktor penggunaan campur kode yang dituturkan oleh orang dewasa dalam film Mencuri Raden Saleh dan anak-anak dalam film Nussa. Analisis dilakukan dengan pendekatan sosiolinguistik dengan teori bentuk campur kode berdasarkan bentuk dan jenisnya yang dikemukakan oleh Suwito (1983), serta teori faktor terjadinya campur kode yang dikemukakan oleh Suandi (2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan bentuknya, film Mencuri Raden Saleh memiliki lima bentuk campur kode, yaitu kata, frasa, klausa, baster, serta ungkapan atau idiom, sedangkan film Nussa memiliki empat bentuk campur kode yaitu, kata, frasa, klausa, dan baster. Berdasarkan jenisnya, film Mencuri Raden Saleh hanya menggunakan satu jenis, yaitu campur kode ke luar, sedangkan film Nussa menggunakan dua jenis, yaitu campur kode ke luar serta campur kode ke dalam. Berdasarkan faktor penggunaan campur kode, film Mencuri Raden Saleh memiliki tujuh faktor, yaitu keterbatasan penggunaan kode, adanya penggunaan kosakata lain yang lebih populer, latar belakang budaya dan kepribadian penutur, mitra bicara, topik pembicaraan, pokok pembicaraan, dan modus pembicaraan, sedangkan film Nussa memiliki empat faktor, yaitu latar belakang budaya dan kepribadian penutur, mitra bicara, pokok pembicaraan, dan modus pembicaraan. ......Code mixing is a phenomenon of using more than one language to communicate in society. The use of code mixing can also be found in various media, one of which is film Mencuri Raden Saleh by Angga Dwimas Sasongko and Nussa by Bony Wirasmono. This study aims to compare the forms of code mixing, the types of code mixing, and the factors of using code mixing spoken by adults in film Mencuri Raden Saleh and children in film Nussa. The analysis was carried out using a sociolinguistic approach with the theory of code-mixing forms based on their forms and types put forward by Suwito (1983), as well as the theory of occurrence factors of code-mixing put forward by Suandi (2014). The method used in this research is descriptive qualitative. The search shows that based on the form, film Mencuri Raden Saleh has five forms of code mixing, namely words, phrases, clauses, basters, and expressions or idioms, while film Nussa has four forms of code mixing, namely words, phrases, clauses, and basters. Based on its type, film Mencuri Raden Saleh uses only one type, namely outer code-mixing, while film Nussa uses two types, namely outer code-mixing and inner code-mixing. Based on the use of code-mixing, film Mencuri Raden Saleh has seven factors, namely the limited use of the code, the use of other more popular vocabulary, the cultural background and personality of the speaker, the interlocutor, the topic of conversation, the subject matter, and the mode of conversation, while film Nussa has four factors, namely the cultural background and personality of the speaker, the addressee, the subject matter, and the mode of conversation
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Hardianti
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini menjelaskan campur kode yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dalam percakapan sehari-hari dan alasan mengapa mereka menggunakan campur kode dalam percakapan sehari-hari di lingkungan kampus maupun di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode penulisan deskriptif analisis dengan metode pengumpulan data: angket, wawancara, dan pengamatan terlibat. Teori yang digunakan dalam menganalisis masalah tersebut adalah teori campur kode. Hasil penelitian ini adalah campur kode bahasa Rusia- Indonesia terjadi pada mahasiswa program studi Rusia, Universitas Indonesia dalam percakapan di kelas dan kantin, serta di media sosial: Line dan Instagram dengan berbagai alasan. Berdasarkan hasil analisis campur kode lebih banyak ditemukan dalam percakapan secara lisan di kelas dan kantin dibandingkan dalam tulisan melalui media sosial. ABSTRACT
This article explains the code mixing carried out by students of the Russian studies, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia in daily conversations and the reasons why they use code mixing in daily conversations on campus and social media. This research is a qualitative research that uses descriptive analysis writing method with data collection methods: questionnaire, interviews, and involved observations. The theory used in analyzing the problem is code mixing theory. The results of this study are mixed Russian-Indonesian language codes that occur in students of Russian studies, Universitas Indonesia in conversations in classrooms and canteen, as well as on social media: Line and Instagram for various reasons. Based on the results of mixed code analysis, more is found in verbal conversations in class and canteen than in writing through social media.
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Kusuma Wardani
Abstrak :
ABSTRAK Majalah merupakan media massa yang memuat artikel dari berbagai penulis dan dipublikasikan secara berkala yang tersedia dalam bentuk online dan cetak. Pada penelitian ini akan membandingkan majalah bahasa Belanda dan Indonesia, yaitu majalah untuk perempuan dewasa dan remaja yang membahas langkah perawatan kulit wajah menggunakan kajian sosiolinguistik. Perbandingan ini dilihat dari penggunaan campur kode, gaya bahasa, pemaparan, isi artikel, dan juga penggunaan kalimat imperatif Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menyediakan hasil deskriptif dari hasil analisis. Hasil penelitian menemukan bahwa pada keempat majalah menggunakan campur kode, meski lebih banyak digunakan pada majalah Indonesia. Pada majalah remaja bahasa Belanda dan Indonesia menggunakan bahasa yang informal dan penjelasan yang sederhana. Sementara majalah dewasa menjelaskan langkah secara detail dan bahasa yang lebih formal. Pemaparan yang digunakan pada empat artikel adalah personal karena melibatkan pembaca.
ABSTRACT The magazine is a mass media that contains articles from various authors and is published regularly which is available in online and print form. This study will compare Dutch and Indonesian language magazines, magazines for adult women and adolescents that discuss facial skin care steps using sociolinguistic studies. This comparison is seen from the use of code mixing, language style, exposure, content of the article, and also the use of imperative sentences. This study uses qualitative methods that provide descriptive results from the findings from the analysis. The results found that all four magazines used code mixing, although they were more widely used in Indonesian magazines. Dutch and Indonesian youth magazines used informal language and simple explanations. While adult magazines explain the steps in detail and in a more formal language. The presentation used in the four articles is personal because it involves the reader.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Lie
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang campur kode bahasa Korea dalam tuturan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk dan faktor kemunculan campur kode bahasa Korea dalam tuturan mahasiswa program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia. Pertanyaan penelitian ini adalah apa bentuk satuan bahasa yang paling banyak muncul dalam campur kode yang dituturkan oleh informan? Kedua, faktor apa yang mempengaruhi munculnya campur kode bahasa Korea-Indonesia dalam tuturan informan? Hasil penelitian studi kasus ini adalah teridentifikasi 64 ujaran yang mengandung campur kode. Frekuensi campur kode yang muncul dalam ujaran tersebut sebanyak 72 kali, yang dapat dikelompokkan berdasarkan satuan bahasanya. Satuan bahasa yang paling dominan adalah kata dengan persentase 66,66% dan diikuti satuan bahasa lain, seperti frasa, baster, klausa, dan kata ulang. Kemudian, faktor yang mempengaruhi informan untuk menggunakan campur kode dalam tuturan adalah sosial, oversight, kontak frekuensi tinggi dengan bahasa asing, lawan bicara, istilah yang lebih familier, dan low frequency of words. ......This study discusses the mixing of Korean language codes in Indonesian speech. This study aims to examine the forms and factors of the emergence of Korean language code mixing in the speech of students of the Korean Language and Culture study program at the University of Indonesia. The question of this research is what forms of the language units that appears the most in the code mixing spoken by the informants? Second, what factors influence the appearance of Korean-Indonesian language code mixing in the informant's speech? The results of this case study research identified 64 utterances containing code mixing. The frequency of code mixing that appears in these utterances is 72 times, which can be grouped based on the unit of language. The most dominant language units are words with a percentage of 66.66% and followed by other language units, such as phrases, basters, clauses, and repetitions. Then, the factors that influence informants to use code mixing in speech are social, oversight, high frequency contact with foreign languages, interlocutors, more familiar terms, and low frequency of words.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghasyiya Kaifa Syaqima Syahir
Abstrak :
Instagram merupakan aplikasi media sosial yang sangat populer dan para penggunanya dapat dengan mudah berkomunikasi dengan mengunggah foto dan video tentang kehidupannya. Setiap foto dan video yang diunggah dapat ditambahkan caption atau takarir oleh para penggunanya. Penelitian ini menganalisis campur kode pada takarir Instagram milik Paulien Tilstra (@paulientilstra), seorang selebriti Instagram Belanda, yang diunggah selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020 hingga 2022 dengan tema berkegiatan di rumah. Penelitian berfokus pada bentuk dan jenis campur kode serta alasan digunakannya campur kode. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, jenis, dan alasan digunakannya campur kode pada takarir Instagram Paulien Tilstra. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendapat campur kode oleh Muysken (2000) dan Hoffmann (1991). Hasil dari penelitian ini adalah campur kode pada takarir Instagram Paulien Tilstra didominasi oleh bentuk kata, bentuk frasa dan jenis penyisipan. Alasan dilakukannya campur kode yang paling banyak ditemukan adalah untuk membicarakan topik tertentu, penegasan sesuatu, dan memperjelas isi pesan kepada mitra bicara. Paulien Tilstra melakukan campur kode pada takarir Instagram miliknya saat mempromosikan produk dan bekerja sama dengan berbagai merek. ......Instagram is a very popular social media application where users can easily communicate by uploading photos and videos about their lives. Each uploaded photo and video can be added with captions by its users. This research analyzed code-mixing in Instagram captions of Paulien Tilstra (@paulientilstra), a Dutch Instagram celebrity, which were uploaded during the COVID-19 pandemic from 2020 to 2022 with the theme of activities at home. The research focused on the forms and types of code-mixing as well as the reasons for using code-mixing. The purpose of this research was to describe the forms, types, and reasons for code-mixing in Paulien Tilstra's Instagram captions. The research method used was descriptive qualitative using the code-mixing opinions of Muysken (2000) and Hoffmann (1991). The results of this research showed that code-mixing in Paulien Tilstra's Instagram captions were dominated by word forms, phrase forms and insertion types. The most common reasons for code-mixing were to discuss a particular topic, emphasize something, and clarify the content of the message. Paulien Tilstra did code-mixing in her Instagram captions when promoting products and collaborating with various brands.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauziah
Abstrak :
De Oost, adalah film perang di tahun 1946 antara orang Belanda dengan orang Indonesia. Hal menarik dalam film ini adalah digunakannya alih kode dan campur kode oleh dua tokoh utama Johan dan Raymond. Pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana wujud dan latar belakang penggunaan alih kode dan campur kode dalam film De Oost oleh dua tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan wujud dan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode oleh dua tokoh utama film De Oost dengan menggunakan metode kualitatif dan teori tentang alih kode dan campur kode menurut pendapat Appel, Soewito dan Chaer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan penyebab terjadinya alih kode dan campur kode adalah faktor tuturan dan mitra tutur diikuti oleh faktor perubahan situasi, dan tidak adanya pilihan kata yang tepat. ......The Dutch film De Oost, is a war film in 1946 between the Dutch and the Indonesians. The interesting thing in this film is the use of code switching and code mixing by the two main characters Johan and Raymond. The research question is what is the form and background of the use of code switching and code mixing in the film De Oost by the two main characters. The purpose of this study is to describe the form and background of the occurrence of code switching and code mixing by the two main characters of the film De Oost using qualitative methods and theories about code switching and code mixing according to Appel, Soewito and Chaer's opinion. The results showed that the dominant factor causing code switching and code mixing was the speech factor and the speech partner followed by the situation change factor, and the absence of the right choice of words.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Katya Mazaya Kinanti Santoso
Abstrak :
Campur kode adalah penggabungan dua atau lebih bahasa ke dalam satu tindak tutur dengan syarat masing-masing unsur yang disisipkan sudah tidak lagi mendukung fungsinya sendiri. Memasuki era globalisasi, campur kode menjadi fenomena yang umum ditemukan dalam keseharian masyarakat, termasuk di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan membahas campur kode bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Korea pada acara podcast ‘Unboxing’. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana wujud campur kode dalam acara podcast ‘Unboxing’. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan pendekatan deskriptif-analitis. Sementara itu, pengumpulan data menggunakan teknik simak catat. Dari hasil penelitian, ditemukan 344 data campur kode yang terdiri atas 171 data berwujud kata, 102 data berwujud frasa, 64 data berwujud bastar, 3 data berwujud ungkapan atau idiom, 2 data berwujud reduplikasi kata, dan 2 data berwujud klausa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menambah wawasan pembaca, serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian terkait sosiolinguistik dan campur kode yang akan datang, khususnya terkait campur kode bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Korea. ......Code mixing is the mixing of two or more languages in one utterance under the condition that the elements inserted are no longer supporting their own function. Entering the globalization era, code mixing has become a common phenomenon in our daily life, including in South Korea. This research aims to discuss code mixing cases between English and Korean language found in the podcast show titled ‘Unboxing’. This research also answers the question regarding the forms of code mixing found in the podcast show ‘Unboxing’. The research is done using mixed method with descriptive-analytical approach. The datas are collected using observational note-taking technique. According to the result, there is a total of 344 code mixing cases classified as 171 data in the form of word, 102 data in the form of phrase, 64 data in the hybrid form, 3 data in the form of idiom, 2 data in the form of reduplicative word, and 2 data in the form of clause. Through the result of this research, it is hoped that it will provide readers with additional knowledge and reference materials for upcoming researches regarding sociolinguistics and code mixing, especially code mixing between English and Korean language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>