Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nariyah Azzahra
"Distribusi obat harus memenuhi aspek yang tercantum pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agat obat dapat ditangani dengan baik untuk menghindari kerusakan atau penyalahgunaan obat. Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat Tertentu (OOT) merupakan produk obat yang dapat menyebabkan kecanduan sehingga berpotensi tinggi untuk disalahgunakan diluar tujuan medis. Diperlukan juga adanya dokumentasi, pencatatan dan pelaporan yang berfungsi untuk memonitor transaksi sediaan farmasi yang keluar dan masuk di PBF. Adanya dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan dapat memudahkan dalam melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu sediaan dan harus ditarik dari peredaran. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan membahas tentang Implentasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 dengan metode observasi dan wawancara kepada Apoteker Penanggung Jawab dan Petugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

Medicine distribution must fulfill the aspects listed in Good Medicine Distribution Practices (CDOB) so that medicines can be handled properly to avoid damage or misuse of medicines. Narcotics, Psychotropics, Precursors and Certain Drugs (OOT) are medicinal products that can cause addiction so they have a high potential for abuse for other than medical purposes. There is also a need for documentation, recording and reporting which functions to monitor transactions of pharmaceutical preparations coming in and out of the PBF. The existence of documentation, recording and reporting can make it easier to carry out investigations if there is a problem with the quality of the preparation and it must be withdrawn from circulation. Based on the explanation above, the author will discuss the implementation of Standard Operating Procedures (SOP) for documentation, recording and reporting of narcotic drugs, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 using observation and interview methods with Responsible Pharmacists and Officers. . Based on the results of observations and analysis of the implementation of Standard Operating Procedures (SOP), documentation, recording and reporting of narcotics, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Drug Distribution Methods (CDOB) and has carried out in accordance with applicable Standard Operating Procedures (SOP).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Pricilia
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF memegang peran penting untuk melaksanakan distribusi obat dengan mutu yang aman dan terjamin bagi masyarakat. Dalam kasus tertentu dimana obat yang akan dipasarkan tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasian dan/atau mutu, kegiatan penarikan kembali (recall) perlu dilaksanakan. Prosedur penarikan kembali wajib dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) tertentu dan pedoman teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agar seluruh rangkaian dapat ditelusuri dengan baik. Pada tugas khusus ini dilakukan evaluasi terhadap prosedur dan peran apoteker dalam kegiatan penarikan kembali Obat X oleh PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kegiatan penarikan obat yang dilakukan dengan SOP yang telah ditetapkan. Kegiatan penarikan kembali obat meliputi penerimaan instruksi recall dari industri farmasi, penerimaan nota dinas elektronik dari PBF KFTD Pusat, pemeriksaan stok fisik obat di gudang, pengumpulan obat dan karantina yang akan dilakukan recall, pembuatan laporan distribusi dan berita acara recall dan penyerahan obat hasil recall ke KFTD Pusat. Seluruh prosedur penarikan kembali obat telah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan dan pedoman teknis CDOB dimana apoteker melaksanakan perannya sebagai penanggung jawabuntuk seluruh rangkaian proses penarikan kembali obat di PBF. Adapun evaluasi berupa perluasan area gudang dan kecepatan alur perpindahan barang yang perlu ditingkatkan agar proses penarikan kembali obat dapat menjadi lebih efektif.

Pharmaceutical Wholesalers are companies that are legally entitled to perform procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF plays an important role in carrying out the distribution of medicines with safe and guaranteed quality for the community. In certain cases where the drug to be marketed does not meet the safety, efficacy and/or quality requirements, recall activities need to be carried out. The recall procedure must be carried out in accordance with certain standard operating procedures (SOP) and technical guidelines for Good Drug Distribution (CDOB) so that the entire recall activity can be properly traced. In this report, an evaluation for the procedure and role of the pharmacist in the recall of Drug X by PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch. Evaluation is carried out by comparing drug withdrawal activities carried out with predetermined SOPs. Drug recall activities include receiving recall instructions from the pharmaceutical industry, receiving electronic official notes from the Central PBF KFTD, checking the physical stock of drugs in note, collecting and quarantining drugs that will be recalled, preparing distribution reports and recall minutes and submitting the recalled drugs to KFTD Center. All drug recall procedures in KFTD Bogor have been carried out in accordance with the stipulated SOPs and CDOB techenical guidelines where the pharmacist carries out his role as the person in charge for the entire activity of drug recall process. The evaluation is in the form of expanding the warehouse area and to improve flow of goods movement so that the drug recall process can be more effective"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qinthara Alifya Pramatiara
"Kesenjangan atau Gap merupakan suatu ketidakseimbangan, perbedaan, atau ketidaksimetrisan antara suatu hal terhadap hal yang lain. Pada proses distribusi oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus berkaca pada CDOB sehingga seluruh aspeknya diharapkan sesuai dengan pedoman tersebut. Kesenjangan dapat terjadi pada proses ini ketika pelaksanaan teknis yang terjadi di lapangan memiliki sedikit banyak perbedaan dengan yang tercantum dalam pedoman. Oleh karena itu, perlu dilakukan Gap assessment sebagai alat penilaian untuk mengevaluasi proses distribusi tersebut. Tugas khusus ini disusun dengan melakukan proses pengamatan atau observasi pada proses pelaksanaan distribusi di PT. Enseval Putera Megatrading (EPM) Cabang Jakarta 1 terhadap penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Selanjutnya, dilakukan penilaian terhadap kesesuaian penerapan atau implementasi CDOB berdasarkan daftar aspek penerapan CDOB. Bedasarkan daftar periksa yang digunakan, terdapat 121 aspek detail terkait CDOB pada proses distribusi oleh PT EPM Cabang Jakarta 1 yang perlu dinilai kesesuaian dengan yang terlaksana. Namun, terdapat 6 aspek yang tidak terpenuhi. Semua aspek yang tidak sesuai dengan ketentuan diharapkan dapat dibuat aksi perbaikan dan pencegahannya.

A gap is an imbalance, difference, or asymmetry between one thing and another. The distribution process by Pharmaceutical Wholesalers (PBF) must reflect on CDOB so that all aspects are expected to comply with these guidelines. Gaps can occur in this process when the technical implementation that occurs in the field is more or less different from what is stated in the guidelines. Therefore, it is necessary to carry out a Gap assessment as an assessment tool to evaluate the distribution process. This special task is prepared by carrying out an observation process or observations on the distribution implementation process at PT. Enseval Putera Megatrading (EPM) Jakarta Branch 1 regarding the implementation of Good Distribution Practice (GDP). Next, an assessment is carried out on the suitability of the application or implementation of GDP based on the list of GDP implementation aspects. Based on the checklist used, there are 121 detailed aspects related to GDP in the distribution process by PT EPM Jakarta Branch 1 which need to be assessed for suitability with what is being implemented. However, 6 aspects are not fulfilled. It is hoped that all aspects that are not by the provisions can be taken to corrective and preventive actions"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Narkotika dan psikotropika merupakan senyawa yang dikategorikan sebagai senyawa yang diawasi dan terkendali, karena risiko penyalahgunaan yang tinggi serta dapat menimbulkan adiksi dan efek buruk pada tubuh, Apoteker memegang peran penting pada proses pengendalian narkotika dan psiktropika yaitu salah satunya pada proses distribusi. Distribusi substansi terkontrol seperti narkotika dan psikotropka tentunya diatur oleh pihak yang berwenang, melalui peraturan seperti Cara Distribusi Obat yang Baik dan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 untuk memastikan substansi tersebut peredaran yang terkendali dan penggunaan dengan tujuan yang tepat. Mengingat hal tersebut, prosedur yang berlaku di Pedangang Distribusi Farmasi selaku distributor narkotika dan psikotropika haruslah sesuai dengan peraturan legal yang berlaku. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi kesesuaian standar operasi prosedur penyaluran narkotika dan psikotropika KFTD cabang 3 dengan peraturan legal. Hasil evaluasi kesesuaian menunjukan bahwa hampir seluruhnya sesuai dengan CDOB dan juga Permenkes No 3 Tahun 2015. Hanya satu poin yang belum tertera pada standar operasi prosedur yaitu pemeriksaan kebenaran komponen surat pesanan berupa tanggal pemesanan. Namun, pada kondisi aktualnya, tetap dilakukan pemeriksan komponen tanggal pemesanan pada surat pesanan.

Narcotics and psychotropics are compounds that are categorized as controlled compounds, due to the high risk of abuse and can cause addiction and adverse effects on the body. Pharmacists play an important role in the process of controlling narcotics and psychotropics, one of which is in the distribution process. The distribution of controlled substances such as narcotics and psychotropic substances is of course regulated by the authorities, through regulations such as Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) and Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 to ensure controlled distribution of these substances and proper use. In view of this, the procedures used by Pharmaceutical Distribution Traders as distributors of narcotics and psychotropics must comply with the applicable legal regulations. In this study, an evaluation of the suitability of standard operating procedures for the distribution of narcotics and psychotropic substances from KFTD branch 3 with legal regulations was carried out. The results of the conformity evaluation show that almost all of them are in accordance with CDOB and Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015. Only one point has not been stated in the standard operating procedure, namely checking the correctness of the components of the order letter which is the order date. However, in actual conditions, the inspection of the order date on the order letter is still being carried out."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fionna Christie Emmanuela
"Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik, harus ada seorang apoteker penanggung jawab (APJ) di sebuah Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang bertanggung jawab untuk memastikan mutu produk obat di sepanjang jalur distribusi agar sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Dalam laporan ini telah dilakukan observasi terhadap peran apoteker di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk (EPM) dalam melaksanakan CDOB, khususnya pada pelaksanaan kualifikasi kinerja area penyimpanan suhu terkontrol 2-8°C pada container chiller yang dilakukan dengan melakukan pemetaan suhu, studi buka tutup pintu, dan uji notifikasi alarm. Secara keseluruhan, EPM telah menerapkan CDOB dengan baik, khususnya pada manajemen mutu, bangunan dan peralatan, inspeksi diri, transportasi, dokumentasi, dan ketentuan khusus produk rantai dingin (cold chain product/ CCP). Selain itu, seorang APJ di EPM berperan dalam melakukan pengawasan, pengendalian dan pencatatan terhadap keluar-masuknya produk serta melaksanakan pekerjaan berdasarkan prosedur kerja yang berlaku sesuai standar ISO 9001, CDOB, Quality Manual, GDP, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di sisi lain, kualifikasi kinerja yang telah dilakukan pada container chiller menunjukkan bahwa hasil pemetaan suhu memiliki rata-rata suhu terendah 4,26°C dan rata-rata suhu tertinggi 5,39°C. Kemudian, hasil studi buka tutup pintu menunjukkan dan suhu yang terbaca pada sistem sensor suhu berada pada rentang 2,9 – 4,8°C, dan hasil uji notifikasi alarm menunjukkan bahwa sensor yang terhubung ke sistem keamanan dapat membaca penyimpangan suhu saat mesin dimatikan. Alarm buzzer dan alarm pada pos keamanan dapat menyala, serta sistem dapat mengirimkan pemberitahuan penyimpangan suhu melalui whatsapp ke personel terkait dalam waktu 10 menit. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat serta peran apoteker yang dilaksanakan di Distribution Center PT. Enseval Putera Megatrading Tbk memenuhi aspek-aspek CDOB. Selain itu, kualifikasi kinerja terhadap container chiller diluluskan, dan container chiller tersebut dapat digunakan untuk menyimpan produk rantai dingin (2-8 °C).

According to Regulation of The Indonesian Food and Drug Authority (BPOM) Number 6 of The Year 2020 about Good Distribution Practices for Drugs, there must be a responsible pharmacist in a Pharmaceutical Distributor who is accountable for ensuring the quality of drug products along the distribution chain to comply with requirements and intended use. This report presents observations on the role of pharmacists at PT. Enseval Putera Megatrading Tbk (EPM) in implementing Good Distribution Practices, particularly in the performance qualification of the controlled temperature storage area of 2-8°C in the chiller room. This was done through temperature mapping, door open-close studies, and alarm notification tests. Overall, EPM has successfully implemented Good Distribution Practices, especially in quality management, infrastructure and equipment, self-inspection, transportation, documentation, and specific requirements for cold chain products (CCP). Additionally, a responsible pharmacist at EPM plays a role in supervising, controlling, and documenting the flow of products, while complying with ISO 9001, Good Distribution Practices, Quality Manual, GDP, and relevant regulations. The performance qualification conducted on the chiller room indicated that the temperature mapping results had an average low temperature of 4.26°C and an average high temperature of 5.39°C. The door open-close study showed that the temperature recorded by the sensor system ranged from 2.9°C to 4.8°C, and the alarm notification test indicated that the security system could detect temperature deviations when the machine was turned off. The alarm buzzer and security alarm were triggered, and the system could send the notifications via WhatsApp to relevant personnel within 10 minutes. Based on the informations, it can be concluded that the storage and distribution processes of the products, as well as the role of pharmacists carried out at the Distribution Center 1 of PT. Enseval Putera Megatrading Tbk are comply with the aspects of Good Distribution Practices. Furthermore, the performance qualification of the chiller container has been approved, and the chiller container can be used to store cold chain products (2-8°C)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Dalam melaksanakan fungsinya, pedagang besar farmasi (PBF) harus mengimplementasikan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik (CDOB), yang bertujuan untuk memastikan penyaluran dilakukan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. CDOB merupakan standar yang sangat penting dalam upaya mempertahankan mutu dan integritas distribusi obat di setiap rantai distribusi mulai dari industri farmasi hingga fasilitas pelayanan kefarmasian. Dengan demikian, pengawasan pasca pemasaran dalam kerangka penerapan CDOB dimaksudkan untuk memastikan bahwa mutu, khasiat, dan keamanan obat di sepanjang jalur distribusi tetap dipertahankan sesuai dengan karakteristik pada saat obat dimaksud disetujui untuk beredar. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan memahami kesesuaian penerapan CDOB di Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 pada periode 03 Juli – 14 Juli 2023. Pelaksanaan dilakukan dengan studi observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 pada periode 3 Juli – 14 Juli 2023 telah menerapkan CDOB sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

In carrying out its function, pharmaceutical wholesale traders (PBF) must implement the technical guidelines for Good Distribution Practices (CDOB), which aim to ensure that distribution is carried out in accordance with established requirements. CDOB is a very important standard in maintaining the quality and integrity of drug distribution in every distribution chain from the pharmaceutical industry to pharmaceutical service facilities. Therefore, post-marketing supervision within the framework of implementing CDOB is intended to ensure that the quality, efficacy, and safety of drugs along the distribution chain are maintained in accordance with the characteristics when the drug was approved for circulation. This study aims to observe and understand the suitability of CDOB implementation at Kimia Farma Trading & Distribution Branch Jakarta 2 from July 3 to July 14, 2023. The implementation was conducted through observation studies or direct field observations. Based on the observations conducted, it can be concluded that Kimia Farma Trading & Distribution Branch Jakarta 2 during the period of July 3 to July 14, 2023, has implemented CDOB in accordance with applicable requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kholid Abdul Hafidz
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution bertujuan agar mahasiswa program profesi apoteker dapat 1 Mengetahui dan memahami Cara Distribusi Obat yang Baik di PT. Kimia Farma Trading and Distribution, dan 2 Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Pedagang Besar Farmasi PBF . Selain itu, pembuatan tugas khusus bertujuan agar mahasiswa program profesi apoteker dapat 1 Mengetahui dan memahami penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik, khususnya dalam manajemen penyimpanan obat yang efektif sistem pergudangan , dan 2 Memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam menjamin penyimpanan obat yang efektif peran logistik.

Pharmacist Internship at PT. Kimia Farma Trading and Distribution aims toapothecary professional program student can get the information about 1 To know and understand about Good Distribution Practice at PT. Kimia Farma Trading and Distribution, and 2 To know about roles and responsibilities of apothecary at Pedagang Besar Farmasi PBF . Moreover, special assignment was made in order to apothecary professional program student can get the information about 1 To know and understand about Good Distribution Practice, especially ineffectiveness in drug logistic management logistic system , and 2 To know and understand about roles and responsibilities of apothecary in guarantee effectiveness in drug logistic logistic role .
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Salsabillah Amelano
"Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pekerjaan farmasi adalah pemuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, pengelolaan, pelayanan obat, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada proses distribusi, pemerintah juga membuat suatu peraturan mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang tercantum dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik yang bertujuan untuk memastikan mutu obat sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya sepanjang jalur distribusi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di PBF dan untuk mengetahui penerapan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis Cara Pembuatan Obat yang Baik di KFTD Cabang Jakarta 2. Studi literatur dilakukan terhadap Peraturan BPOM No. 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik dan diamati penerapannya di Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) Jakarta 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apoteker berperan dalam menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem mutu serta mengelola kegiatan dan menjaga akurasi dan mutu dokumentasi. Proses distribusi obat pada Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 2 telah menerapkan aspek-aspek Peraturan BPOM nomor 6 tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik.

Based on the Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 51 of 2009 concerning pharmaceutical work, pharmaceutical work is loading including quality control of pharmaceutical preparations, security, procurement, storage and distribution, management, drug services, drug information services and development of drugs, medicinal ingredients and traditional medicines. In the distribution process, the government also makes a regulation regarding Good Distribution Practice (GDP) which is listed in the Drug and Food Control Agency Regulation Number 6 of 2020 concerning Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods which aims to ensure the quality of drugs according to the requirements and intended use along the distribution channel. This study aims to determine the role of pharmacists in carrying out pharmaceutical work at PBF and to find out the application of the Food and Drug Supervisory Agency Regulation No. 6 of 2020 concerning Technical Guidelines for Good Drug Manufacturing Practices at KFTD Jakarta 2. A literature study was conducted on BPOM Regulations No. 6 of 2020 concerning Good Distribution Practice (GDP) and its implementation was observed at Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) Jakarta 2. The results showed that pharmacists play a role in preparing, ensuring and maintaining the implementation of a quality system as well as managing activities and maintaining the accuracy and quality of documentation. The drug distribution process at Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 has implemented aspects of BPOM Regulation number 6 of 2020 concerning Good Methods of Drug Distribution."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Chairunnisa
"Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan/industri farmasi hingga kepada pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Pedoman yang digunakan dalam melaksanakan distribusi adalah Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) merupakan cara distribusi atau penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Salah satu prinsip dalam CDOB adalah penarikan kembali atau recall. Penarikan obat merupakan proses penarikan obat yang telah diedarkan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label. Tujuan dilaksanakannya PKPA ini adalah mengetahui peran apoteker dalam melakukan simulasi penarikan kembali (mock recall) dan mengetahui proses simulasi penarikan kembali (mock recall) di Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Jakarta III. Peran apoteker di Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Jakarta III dalam simulasi penarikan kembali (mock recall) adalah menyediakan informasi mengenai ketersediaan produk yang akan dilakukan penarikan beserta riwayat distribusi produk terkait ke outlet-outlet. Proses simulasi penarikan kembali (mock recall) di Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Jakarta III telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Penarikan Kembali yang mengacu pada Petunjuk Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (Juknis CDOB).

Distribution is a series of activities in the framework of distributing or delivering raw materials, pharmaceutical preparations, medical devices, and medical consumables from pharmaceutical storage/industries to patients while still guaranteeing quality, stability, type, quantity, and timeliness. The guideline used in carrying out distribution is the Good Distribution Practice (GDP). Good Distribution Practice (GDP) is a method of distribution or distribution of drugs and/or medicinal substances that aims to ensure quality along the distribution channel according to the requirements and intended use. One of the principles in GDP is recall or recall. Drug recall is the process of recalling drugs that have been distributed which do not meet safety, efficacy, quality and label standards and/or requirements. The purpose of implementing this report is to find out the role of pharmacists in conducting mock recall simulations and to find out its process at Kimia Farma Trading & Distribution, Jakarta III Branch. The role of the pharmacist at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta III Branch in the mock recall simulation is to provide information regarding the availability of the product to be recalled along with the distribution history of related products to outlets. The mock recall simulation process at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta III Branch has been carried out in accordance with the Standard Operational Procedure (SOP) for Withdrawals which refers to the Technical Instructions for Good Distribution Practice."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>