Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayatun Izma
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek kerja profesi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan selama 2 bulan pada bulan September-Oktober 2016. Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi ini adalah agar calon apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, sedangkan untuk pelayanan farmasi klinik yang belum terlaksana yaitu Pemantauan Kadar Obat dalam Daram PKOD .
ABSTRACT
Intership at Gatot Soebroto Ditkesad Indonesian Central Army Hospital was done for 2 months in September October 2016. This intership was intended to make Apotechary student understand the roles, duties and responsibilities of Pharmacists in pharmaceutical care, includes managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools and also clinical pharmacy activities. Managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools in Gatot Soebroto Ditkesad Indonesian Central Army Hospital are appropriate with Regulation of Minister of Health No. 58 Year 2014 about Standarization of Pharmaceutical Care in Hospital, while for clinical pharmacy activities has not done is monitoring of drug levels in blood.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Suharto
Abstrak :
Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk Organisasi yang unik dan komplek yang padat dana, padat waktu dan padat karya. Untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat dan perdagangan bebas rumah sakit harus proaktif dimana setiap unit kerja harus saling bekerja sama dengan baik, terkoordinasi, terarah dan terpadu sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu efektif dan efesien. RSPAD Gatot Soebroto sebagai Rumah Sakit rujukan tertinggi bagi ABRI, memerlukan Sumber Daya Manusia, baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Keinginan mengabdikan diri menjadi dokter militer saat ini cenderung menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena ada ketidakpuasan kerja sebagai dokter militer. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yakni : faktor Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Kerja. Belum ada informasi tingkat kepuasan dokter militer di RSPAD Gatot Soebroto. Di lakukan penelitian apakah ada hubungan antara Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Kerja dokter militer di RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metoda survei dengan pengumpulan data secara Cross Sectional terhadap total sampel 69 dokter militer RSPAD Gatot Soebroto. Instrumen penelitian ini adalah Kuisioner yang dibuat berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep penelitian. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah Kepuasan Kerja dengan Sub variabel otonomi, citra profesi dan jabatan. Sedang variabel bebasnya adalah : Karakteristik dengan Subvariabel umur, masa kerja, pangkat., Kondisi kerja dengan Subvariabel Lingkungan Fisik, Interaksi, Kepemimpinan, Pola Karir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1.Sebagian besar responden (76,81%) akan pensiun dalam waktu 10 tahun mendatang. Perlu dilakukan upaya regenerasi personil dan kebijaksanaan penugasan dokter militer muda terpilih di RSPAD Gatot Soebroto yang mempunyai potensi akademik dan kepedulian terhadap organisasi yang tinggi. 2.Terhadap pola karier sebagian besar responden menyatakan puas terhadap pola karir (79,72%). Demikian juga terhadap jabatan yang dipangkunya rasa puas dinyatakan oleh 71,02% responden. Rasa puas responden ini menurut penulis lebih disebabkan oleh karena adanya proses peminjaman jabatan, sehingga perlu diberlakukan pola karir alternatif dengan jabatan fungsional dengan mempergunakan nilai kredit prestasi. 3.Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, masa kerja, pangkat dengan Kepuasan Kerja p > 0,05. 4.Terdapat hubungan yang bermakna antara Lingkungan Fisik, Interaksi, Kepemimpinan, Pola Karir dengan Kepuasan Kerja p< 0,05. Untuk meningkatkan kepuasan dokter militer di RSPAD Gatot Soebroto disarankan langkah-langkah : 1.Revalidasi Organisasi RSPAD Gatot Soebroto yang menampung baik jabatan Struktural maupun jabatan Fungsional. 2.Diberlakukannya Pola Karir alternatif lain melalui Pola Karir jabatan fungsional dengan memakai nilai kredit prestasi. Selain pola karir Perwira yang saat ini berlaku Skep Kasad 327 /V1/ 1987. 3.Mengembalikan Kewenangan RSPAD Gatot Soebroto menjadi RS pendidikan mandiri (Hospital Base), sehingga dapat memenuhi kebutuhan tenaga dokter spesialisnya sendiri baik untuk kepentingan RSPAD Gatot Soebroto maupun RS ABRI lainnya.
Hospital is a unique and complex organization which needs a lot of fund, person time consuming and numerous personnel. To anticipate the public demands and free trade era, hospital has to be proactive. Every unit in the hospital has to cooperate to provide quality care effectively and efficiently. The Central Army Hospital Gatot Soebroto as a top referral hospital among the Armed Forces hospital, needs a qualitative and quantitative reliable human resources. The new graduated doctor's desire to serve the medical armed forces department is decreasing currently. One of the reason is probably related to job satisfaction. Job satisfaction is influenced by two factors, individual characteristics and the work condition. This research is about the relationship between the individual characteristics and the work condition with job satisfaction among military medical doctors in The Central Army Hospital Gatot Soebroto. The research represents quantitative, applying survey method with cross sectional data collection from the total sample of 69 military doctors. The research instrument is a structured questionnaire which is based on literature and research frame work. The dependent variable is job satisfaction which includes autonomy, profession image, and position. The independent variables consists of individual characteristics with which includes age, work period, rank, and work condition which includes physical environment, interaction, leadership, and career path. The study result shows that : 1. Most of the respondent (76,81%) will retired within the next ten . years, therefore regeneration and recruitment of the younger military medical doctors need to be done. 2. Most of the respondents are satisfied with their career path (79,72%) and current position (71,02%), even though some of their position are "borrowed" from different working units. Alternative career patterns with functional positions should be applied. 3.There are no significant relationship between age, work period, and rank with job satisfaction (p > 0,05). 4.There are significant relationship between physical environment, interaction, leadership and career path with job satisfaction (p< 0,05). To increase. the military medical doctor's job satisfaction in The Central Army Hospital Gatot Soebroto, it is suggested that some steps should be carried out, such as : 1.Reorganization of The Central Army Hospital Gatot Soebroto that accommodate both structural and functional positions. 2.Adopt alternative career pattern which accommodate career paths for functional positions. 3.Return the authority of the Central Army Hospital Gatot Soebroto as a teaching hospital so it can train specialists both for the Gatot Soebroto Hospital itself and other military hospitals.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
Abstrak :
Standarisasi benang bedah di bedah sentral rumah sakit penting untuk tujuan efisiensi biaya dan sumber daya, mengurangi terjadinya benang kadaluarsa dan kehilangan. Kesulitan untuk standarisasi sering kali disebabkan pemakai mempunyai kesukaan terhadap benang tertentu, munculnya dokter bedah baru menyebabkan muncul pula kode kode baru dan kode-kode sebelumnya menjadi tidak bergerak lagi atau lambat bergeraknya. Standarisasi akan menghilangkan resiko yang akan datang terhadap stok yang berlebihan. Secara keseluruhan mengurangi kesulitan dalam administrasi dari inventors yang juga berarti mengurangi biaya inventori. Tersedianya data yang akurat pemakaian benang dapat dijadikan dasar yang lebih baik untuk menganalisa, memperkirakan dan merencanakan pemakaian berikutnya. Data sekunder persediaan benang bedah di Bedah Sentral RSPAD Gatot Soebroto periode Maret 1997 sampai dengan April 1998 diteliti dengan Analisis ABC sehingga diketahui pemakaian yang banyak ( fast moving) dan sedikit ( slow moving) demikian pula diketahui nilai investasi yang tinggi, sedang dan rendah. Dipilih 14 dokter spesialis sebagai respondens mewakili semua spesialis pemakai bedah sentral untuk mengisi kuesioner, sehingga didapatkan nilai kritis dari masing-masing benang bedah. Dengan pembobotan nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis tersebut didapatkan indeks kritis dari masing-masing benang. Hasil Analisis Indeks Kritis ABC sebagai berikut : Kelompok A merupakan kelompok kritis tinggi terdapat 44 jenis benang bedah (28,39%) dengan nilai kumulatif pemakaian Rp 188.834.636,- (46,31 %) dan kelompok B merupakan kelompok kritis sedang terdapat 65 jenis benang (41,84%) dengan nilai kumulatif Rp 75.132.959,- (18.42%) dan kelompok C merupakan kelompok kritis rendah terdapat 46 jenis benang (29,77%) dengan nilai investasi Rp. 143.807.411,- (35,27%). Hasil Analisis Indeks Kritis ABC tersebut selanjutnya didiskusikan untuk disederhanakan dengan cara menghapuskan jenis benang yang spesifikasinya sama dari berbagai produk dan dengan pertimbangan penilaian kritisnya benang oleh para dokter spesialis. Hasil dari penyederhanaan jenis benang tersebut dari semula 155 jenis dapat disederhanakan menjadi 62 jenis benang. Susunan 62 jenis benang bedah tersebut merupakan standar benang bedah di Bedah Sentral RSPAD Gatot Soebroto dan ditetapkan sebagai Daftar Benang Esensial RSPAD Gatot Soebroto. Saran selanjutnya kepada rumah sakit adalah mengembangkan suatu formula benang bedah yang tepat yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam prosedur standar operasi dan lapisan jaringan. Menyusun Efficient Pack (Paket Hemat) dengan cara mengidentitikasi pemakaian benang bedah yang paling efisien dengan menentukan jumlah yang dibutuhkan dan meminimalkan benang yang terbuang. Rumah Sakit diharapkan dalam situasi krisis moneter saat ini dapat menetapkan biaya Palle (Paket Hemat) setiap prosedur dengan tetap mengutamakan kualitas penanganan pasien, sehingga harga terjangkau dengan kualitas terjamin.
The standardization of surgical suture at the Central Surgery Unit is of great importance for cost efficiency and human resources. It checks the possibility of using expired suture and prevents loss. There are several difficulties in developing a standard on suture. First, standardization would be more difficult if surgeons has different preferences for certain kinds of suture. Second, new surgeons would devise new codes and thus make old codes unworkable or just too slow-moving. Standardization could decrease a possibility of over-stocking. On the whole, it helps in inventory control and saves cost. The availability of accurate data on the use of sutures is useful for analyzing, estimating and planning future needs. Secondary data on the inventory of surgical sutures at the Central Surgery Unlit of the Central Army Hospital (RSPAD Gatot Soebroto ) during the period March 1997 to April 1998 were used and analyzed using ABC Analysis. This analysis separated fast-moving and slow-moving sutures. In addition the analysis who divided high investment value of suture from the low one. Fourteen specialist doctors representing deferent specialties and who frequently used the Central Surgery Unit for surgery were asked using questionnaires. A critical score of the use of each type of suture was gathered. After compiling the investment score, usage score, and critical score. A critical index for each type of suture were developed. The result was as follows Group A represented the high critical group. This group used 44 different types of surgical suture ( 28.39 %) amounting to a cumulative usage value of Rp. 188.834.636,- ( 46.31 % ). Group B which represented the medium critical group, used 65 different types of surgical suture ( 41.84 %) amounting to a cumulative usage value of Rp. 75.132.959,- ( 18.42 % ).Group C , which represented the low critical group, used 46 different types of sugical suture (29.77 %) amounting to a cumulative usage value of Rp. 143.807.411,- ( 35.27 % ). Based on the importance of critical index value of sutures used by specialist doctors, the ABC Critical Index Analysis was further simplified by eliminate sutures of the same specification from different producers. Finally, 62 types of sutures out of originally 155 were chosen to be the standard surgical suture to be used at the Central Surgery Unit of the Central Army Hospital (RSPAD Gatot Soebroto ) ,and called as the Essential Sutures of the Central Army Hospital ((RSPAD Gatot Soebroto ). It is suggested that a special formula for surgical suture should be developed, in accordance to appropriateness of standard operating procedure and tissues layer. An Efficient Pack (Paket Hemat) should also be devised by identifying the most efficient use of surgical suture and by determining the amount to be used, to minimize its wastage. In conclusion, during this monetary crisis, hospitals should try to establish the cost of such an Efficient Pack (PaHe) for each procedure affordable to the patient without even decreasing the quality of care for patients. Bibliography : 35 (1978 - 1993)
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T8220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Abdullah Yahya
Abstrak :
Dalam era globalisasi saat ini dunia berada dalam situasi perubahan yang cukup hebat. Terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi termasuk bisnis. Tidak terkecuali dunia perumahsakitan yang merupakan kegiatan "sosio ekonomi", dan cenderung menjadi "industri kesehatan" atau "bisnis rumah sakit" juga mengalami dampak perubahan global ini. Menghadapi dampak perubahan semacam ini diperlukan adanya manajer yang memiliki kemampuan sebagai pemimpin yang mampu membuat perubahan. Kepemimpinan yang efektif akan mampu menghasilkan perubahan yang sangat bermanfaat bagi organisasi perumahsakitan. RSPAD Gatot Soebroto sebagai rumah sakit yang cukup besar dan berskala nasional juga membutuhkan kepemimpinan yang efektif dari para manajernya guna menghadapi tantangan global yang kompetitif. Dalam pelaksanaan tugas selama ini dilingkungan RSPAD Gatot Soebroto dirasakan masih ada kesenjangan kepemimpinan terutama pada tingkat manajer menengah sebagai pelaksana fungsi . Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya gejala-gejala seperti misalnya : penegakan disiplin sulit dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, penatalaksanaan "reward and punishment " yang tidak memadai , konflik internal di lingkungan eselon pelaksana masih menjadi masalah pimpinan, kebijakan pimpinan seringkali tidak terjabarkan secara sempurna pada tingkat pelaksana dan tenaga-tenaga profesional yang sulit diatur. Hal - hal semacam ini menjadi bahan penelitian bagaimana sesungguhnya situasi kepemimpinan tingkat manajer menengah di jajaran RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini berdasarkan pendekatan kesesuaian pemimpin dengan menggunakan perangkat penilaian efektifitas kepemimpinan dari Fred E. Fidlrer dan Martin M Chemers untuk menilai gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan . Gaya kepemimpinan menggunakan skor LPC sedang untuk situasi kepemimpinan yang dinilai adalah tingkat kendali situasi (situational control scale) yang komponennya terdiri dari : Hubungan Pemimpin - Bawahan dengan alat ukur Leader- Member Relations Scale , Susunan Tugas dengan alat ukur Task Structure Rating Scale dan tingkat Kewenangan Jabatan menggunakan alat ukur Position Power Rating Scale. Dari hasil penelitian dengan menggunakan perangkat tersebut diatas ditemukan gaya kepemimpinan pada manajer menengah RSPAD sebagian besar adalah LPC tinggi atau termotivasi hubungan, sedangkan sebagian kecil LPC rendah atau termotivasi tugas, satu orang dengan LPC sedang (Socio-Independent). Untuk tingkat kendali situasi ditemukan bahwa sebagian besar memiliki tingkat kendali tinggi dan sebagian kecil dengan tingkat kendali rendah. Dari penyesuaian gaya kepemimpinan dengan kendali situasi ditemukan bahwa 55 % menunjukan kinerja " jelek ", 40 % kinerja " Baik" dan 5 % kinerja " sedang ". Untuk lebih mendalami masalah yang diteliti dilakukan studi kasus yang diambil dari kelompok dengan kinerja "baik" , kelompok dengan kinerja"jelek"dan "sedang". Dari studi kasus untuk kelompok dengan kinerja " jelek " dan "sedang" dibahas tentang perlunya tindakan - tindakan tertentu untuk meningkatkan kinerja tersebut. Selain itu untuk menilai efektifitas kepemimpinan yang nyata pada saat ini, dilakukan wawancara mendalam guna menilai tingkat pemahaman/penghayatan akan peran kepemimpinan serta tugas pokok yang harus dilaksanakan. Dari hasil wawancara mendalam dengan manajer menengah ini ditemukan bahwa sebagian masih belum menyadari/memahami betul tentang peran kepemimpinannya, selain itu sebagian juga masih belum memiliki persepsi yang benar tentang tugas pokok yang harus dilaksanakannya. Untuk menilai hasil kinerja kelompok yang menggambarkan efektifitas kepemimpinan digunakan indikator mutu rumah sakit. Dari hasil penelitian dengan menggunakan data audit medik RSPAD, ditemukan bahwa masih terdapat beberapa indikator mutu yang perlu ditingkatkan. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah telah teridentifikasi gaya kepemimpinan para manajer menengah RSPAD serta tingkat kendali situasinya, sehingga dapat ditemukan tingkat efektifitas kepemimpinannya. Dari hasil tersebut disarankan untuk para kepala departemen dan pimpinan RSPAD perlu melakukan tindakan-tindakan intervensi untuk merubah situasi kepemimpinan pada tingkat departemen di RSPAD yang berpenampilan "jelek " dan "sedang", dari aspek hubungan pimpinan - bawahan, susunan tugas maupun tingkat kewenangan untuk mencapai tingkat kesesuaian pemimpin yang optimal yang tnencerminkan tingkat efektifitas kepemimpinannya. Daftar Kepustakaan : 29 ( 1984-2003)
Analysis of the Leadership Effectiveness within Middle Management in Gatot Soebroto Central Army Hospital, Year 2004 (Based on Leader Match Approach)Today?s globalization had made a quite drastic changes with in our social , cultural and even economics, which include business and the health industry goes with out exception. Highly skilled professionals are needed to tackle and effectively overcome these problems. We need "change leaders" or "transformational leaders", that willl be able to bring the organization including hospital organization into dramatic changes to faces the competition. Even Gatot Soebroto Hospital considered to be our large and nationwide hospital which provides superior health services would also need a team of skilled people to run it effectively within competitive global market. But there are still gaps within the management of Gatot Soebroto Hospital which still have to be overcome. Discipline and responsibility in the hierarchy is still lacking, directions from the superior are not clearly received by subordinates that can also create misunderstanding. According to the researcher's observation these conditions are caused by lacking of leadership within the middle managers. This research is done based on written work by Fred E.Fiedler and Martin M.Chemers that stipulate the concept of leadership style and leadership situation. We use Least Preferred Coworker (LPC) score to identify the "Leadership style", whilst leadership situation is judged by : - the leader - member relationship, task structure and position power. This research shows that most of the middle managers at Gatot Soebroto hospital belong to the High LPC people. Relationship motivated group, while the rest belong to the low LPC people - Task Motivated group and Middle LPC people ( Socio-Independent). The matching of leadership style and leadership situation found fifty five percent shows" poor" performance, forty percent shows" good" performance and five percent " moderate". To study it further, some more case study was done from the samples of the "poor" performance, "good" performance and "moderate" performance. To identify the leadership effectiveness factually , the indepth interview was done to judge the level of visualizing the implementation of leadership functions, and jobs to be done. The result of case study from the "poor" and "moderate" performance groups , indicated that steps has to be taken to upgrade the performance of these particular groups. The result of in depth interview shows that. some of the middle managers still not able to comprehend the implementation of leadership functions , and also lack of perception about the jobs criteria. To identify the leadership effectiveness by the group outcomes, we use the hospital quality indicators. The result of the Gatot Soebroto Hospital's medical audit study shows the need to upgrade some services. The conclusions of this research shows that the leadership style and leadership situations are identified, so the degree of leadership effectiveness can be stated. From this result suggestions are made for the middle managers and head of Gatot Soebroto Hospital's to take actions to change the leadership situations for the " poor" and " moderate" performance group, by intervene the leader-member relationships ,task structure and position power of the related departments, in order to achieve the optimum leader match condition that reflect the optimum leadership effectiveness. References : 29 ( 1984-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Mailana
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam pelayanan kefarmasian di IFRS yang meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Praktek Kerja Profesi Apoteker PKPA dilakukan pada 18 Juli-31 Agustus 2016 di Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Melalui PKPA tersebut, diharapkan calon apoteker dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit sesuai dengan PMK No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah terlaksana dengan cukup baik namun belum semua dilaksanakan dengan maksimal seperti kegiatan visite, edukasi kepada pasien yang akan pulang, home care, dan pemantauan kadar obat dalam darah. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Drug Related Problem Pasien Ulkus DM Pedis Sinistra dengan CKD Stage V On HD. Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisa, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat atau DRP yang terjadi pada rejimen pengobatan pasien Ulkus DM Pedis Sinistra dengan CKD stage V on HD.
ABSTRACT
Hospital is a health care institution which organizes plenary personal health services that provides inpatient, outpatient, and emergency services. Pharmacists have an important role in pharmaceutical services in IFRS which includes the management of pharmaceutical and clinical pharmacy services. Profession internship at Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad was held for two months started from July, 18th 2016 until August, 31th 2016. The internship was intended to make prospective pharmacists understand roles and responsibilities of pharmacist in hospital, understand managerial activities of pharmaceutical products, medical devices, and single use medical tools in Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad are appropriate to Regulation of Minister of Health No. 58 Year 2014 about Standardization of Pharmaceutical Care in Hospital. Clinical pharmacy activities in Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad that are not done maximum are visite, home pharmacy care, educating the patient will go home, and monitoring of drug concentration in blood. The internship given spesific assigment titled Analysis of Drug Related Problem for patient diabetic ulcer with CKD Stage V On HD. The purpose of this spesific assignment is to identify, analyze, prevent, and resolve drug related problems or DRP that occurs in treatment regimens patients diabetic ulcer with CKD stage V on HD.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Rahmi Zaen
Abstrak :
Praktek kerja profesi di RSPAD Gatot Soebroto bertujuan untuk memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik di RSPAD Gatot Soebroto telah sesuai dengan Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sedangkan tugas khusus yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peranan apoteker pada kegiatan pemantauan terapi obat serta dalam mengatasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien skizofrenia. ...... Pharmacist Internship at Gatot Soebroto Indonesia Central Army Hospital aims to understand the role and responsibilities of Pharmacist in Hospital. Managerial activities of pharmaceutical products, medical devices, and single use medical tools, and also clinical pharmaceutical cares at Gatot Soebroto Indonesia Central Army Hospital are appropiate to Regulation of Ministry of Health No.58 2014. Meanwhile, the purpose of spesific asignment is knowing therapeutic drug monitoring and also pharmacist role in solving skizophrenia patient rsquo s drug related problems.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyantoro
Abstrak :
ABSTRAK Pelayanan kesehatan bagi peserta asuransi kesehatan (Askes) wajib, merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah (Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI). Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi perbedaan kepentingan yaitu pihak rumah sakit menganggap tarif yang diterapkan bagi peserta Askes wajib terlalu rendah sehingga menjadi beban biaya operasional, sedangkan pihak PT (Persero) Askes kemampuannya terbatas , karena premium yang diterima hanya sebesar 2% dari gaji pokok peserta. Supaya ada titik temu antara pihak manajemen rumah sakit sebagai penyedia pengelola dana Askes wajib, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya pelayanan sebagai pedoman dalam penentuan kebijakan tarif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan melakukan analisis biaya terhadap salah satu bentuk pelayanan bagi peserta Askes wajib yaitu paket rawat inap harian yang terdiri atas kamar perawatan, paket ronsen, paket laboratorium, paket obat (sesuai DPHO / Daftar dan Plafon Harga Obat), jasa medik dan paket fisioterapi. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien Askes wajib di ruang Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto pada Tahun Anggaran 1997/1998, menunjukkan bahwa tarif yang berlaku untuk paket rawat inap harian bagi pasien Askes wajib (Rp 35.000,00) masih lebih rendah sebesar Rp 11.200,55 dibanding biaya satuan aktual (Rp 46.200,55). Disamping itu bagi RSPAD Gatot Soebroto juga harus melaksanakan kebijakan MENHANKAM yaitu bagi peserta Askes wajib yang berasal dari pumawirawan ABRI dan pensiunan PNS Hankam / ABRI serta keluarganya, harus mendapatkan fasilitas rawat inap sesuai pangkat / golongan terakhir (kelas VIP, I, II, atau III), padahal hak semua pasien Askes wajib hanya di kelas Kebijakan tersebut tanpa disertai dengan dukungan dana / anggaran untuk subsidi biaya pelayanannya. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan bagi peserta Askes wajib, RSPAD Gatot Soebroto harus menanggung beban subsidi ganda yaitu tarif Askes wajib yang lebih rendah dan biaya satuan dan beban dan pasien yang dirawat melebihi haknya sebagai peserta Askes wajib (lebih tinggi dari kelas III ). Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu pengkajian ulang terhadap komponen paket dan nilai tarif Askes, serta kebijakan MENHANKAM terutama yang terkait dengan penambahan beban biaya. Kepustakaan : 36 (1982 - 1998)
ABSTRACT Every privileged health insured (ASKES) member is entitled to health care and services of government hospitals (Department of Health, Provincial Government, the Armed Forces). However, a conflict of interest arises between hospitals and the health insurance company (PT. ASKES). There former considers the tariff imposed on health insured members too low and a burdensome operational cost while the latter seems to have very limited funds out of the 2% premium levied on the basic salary of every health insured (ASKES) member. Hence, an analysis of medical service cost is necessary in formulating a good tariff policy agreeable to both parties. This research is an analytical descriptive research taking into consideration the cost analysis of medical services such as daily hospitalization package cost comprising wardroom, X-Ray package, laboratorium package, medicine package (According to Price List of Drugs) medical service fee and physiotherapy package for privileged health insured (ASKES) member. The research carried out on privileged health insured (ASKES) member hospitalized in the General Care Ward of the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) for the Fiscal Year 1997/1998, shows that the tariff for daily hospitalization package for privileged health insured (ASKES) by Rp. 11.200,55 compared to an actual cost of (Rp. 46.200,55). The Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) is obliged to obey the policy of the Minister of Defense and Security (MENHANKAM) concerning medical care for privileged health insured (ASKES) members who are retired Armed Forces members and retired civilians of the Defense and Security Department / Armed Forces together with their family members. These people are entitled to hospitalization according to their ranks / last position (VIP Class, First Class, Second Class or Third Class). This instruction is contrary to the fact that all privileged health insured (ASKES) patients are only entitled to third class. Furthermore, no extra funds / budget / subsidy is provided for it Thus, the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) must bear the burden of double subsidy that is lower cost for privileged health insured (ASKES) members and the "Special Ones".
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Sari Purbandini
Abstrak :
ABSTRAK
Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi di RSPAD Gatot Soebroto bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara nyata terhadap tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh apoteker di rumah sakit. Melalui praktik kerja profesi ini, calon apoteker dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari dengan melakukan kegiatan pendistribusian, penerimaan, penyimpanan, pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, visite, serta pemantauan terapi obat. Praktik kerja profesi ini dilaksanakan selama enam minggu dengan tugas khusus yaitu ldquo;Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Anak dengan LLA Leukemia Limfoblastik Akut di Ruang Perawatan Anak IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto rdquo;. Tujuan dari tugas khusus ini adalah memonitoring, mengidentifikasi, mnganalisa, dan memberikan rekomendasi usulan terkait dengan penyelesaian masalah pemberian obat pada pasien serta mempelajari cara berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan perawat dalam penyelesaian masalah terkait pemberian pengobatan dengan kondisi pasien.
ABSTRACT
Internship at Gatot Soebroto Central Army Hospital Period January ndash; February 2018 aims to get knowledges and real illustrations about apothecary rsquo;s duties and responsilities at hospital. Through this internship, pharmacists are able to apply the knowledges which have been learnt. The activities that phamacists can do including distribution, acceptance, storage, prescription rsquo;s assessment and service, giving drugs information, visite, also drugs treatment monitoring. This internship was conducted for six weeks with special assignment ldquo;Drugs Treatment Monitoring to ALL Acute Lymphoblastic Leukemia Patient at Gatot Soebroto Central Army Hospital rdquo;. The purpose of this special assignment are to monitor, identification, analyze, and give recommendations related to patient rsquo;s medication also to learn how to communicate with the patient and others healthcare personnel like doctors and nurses.
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library