Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adela Ayu Dawani
"Penelitian ini membahas maskulinitas tokoh Alfi sebagai tokoh utama laki-laki dalam novel adaptasi Wattpad Dignitate (2017) karya Hanna Margaretha. Novel Dignitate tergolong ke dalam sastra populer oleh kecenderungannya sebagai karya yang bertujuan memenuhi selera pembaca. Jenis sastra ini sering diabaikan dalam pembicaraan sastra dan kajian akademik karena dianggap sebagai sastra kelas dua, meskipun berpotensi menyimpan penemuan yang menarik. Seiring revolusi industri 4.0, khazanah sastra populer mulai dimasuki oleh produk sastra siber Wattpad. Beberapa novel Wattpad yang terkenal telah diadaptasi ke bentuk tercetak dan dialihwahanakan menjadi film. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya motif komersial yang mendorong sejumlah penulis menghasilkan karya-karya serupa. Salah satu yang menonjol adalah kesamaan karakteristik pada tokoh utama laki-laki yang umumnya digambarkan maskulin. Maskulinitas adalah sesuatu yang bersifat kelelakian sehingga laki-laki ideal adalah yang memenuhi kriteria maskulinitas. Adapun konstruksi maskulinitas tidak bersifat tunggal dan dipengaruhi oleh budaya dan zaman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dan teori maskulinitas. Penelitian memfokuskan pada tokoh Alfi untuk mengungkapkan karakteristik maskulinitas yang digemari oleh pembaca Wattpad. Analisis dijabarkan menggunakan konsep maskulinitas Chafetz (1978) yang terdiri dari tujuh area karakteristik, yakni fisik, fungsional, seksual, emosional, intelektual, interpersonal, dan karakter personal lainnya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat citra maskulin yang dimiliki oleh tokoh Alfi pada tujuh area karakteristik tersebut.
......This study discusses the masculinity of the character Alfi as the main male character in the novel adaptation of Wattpad Dignitate (2017) by Hanna Margaretha. The novel, Dignitate, is classified as popular literature by its tendency as a work that aimed to satisyfying the readers’s taste. This type of literature is often ignored in literary discourse and academic studies because it’s considered as second-class literature, although it has the potential to hold interesting discoveries. Along with the revolution industry 4.0, popular literature has begun to be entered by cyber literature products: Wattpad. Some of Wattpad's well-known novels were printed and ecranized into film. This can lead to creating a commercial motive that encourage many writers to produce similar works. One that stands out is the similarity of characteristics in the main male characters, who are usually described as masculine. Masculinity is something associated with men so the ideal men is the one fulfilling the criteria of masculinity. The construction of masculinity is not singular and influenced by culture and time. This study used descriptive-qualitative method and masculinity theory. The study focuses on the character Alfi to reveal the characteristics of masculinity favored by Wattpad readers. The analysis is described using the concept of masculinity Chafetz (1978) which consists of seven characteristics areas, namely physical, functional, sexual, emotional, intellectual, interpersonal, and other personal characteristics. The results show that there is a masculine image possessed by Alfi in these seven characteristics areas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adhie Prasetyo P Wirawan
"Film layar lebar adalah salah satu bentuk hiburan yang sangat populer. Namun, kini film telah berkembang menjadi alat yang efektif bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang beragam isu, mencakup ekonomi, lingkungan, politik, dan banyak lagi. Never Back Down (2008) adalah sebuah film yang menggambarkan tema toxic masculinity dan tekanan untuk patuh pada norma-norma maskulinitas tradisional. Dua pertanyaan diajukan untuk menggali tentang toxic masculinity dalam film ini (1) bagaimana toxic masculinity direpresentasikan dalam Never Back Down (2008), dan (2) bagaimana film ini menawarkan evaluasi kritis tentang toxic masculinity yang memberikan pemahaman baru tentang maskulinitas. Dengan menggunakan teori Janet Chafetz, konsep-konsep Michael Kimmel tentang toxic masculinity, dan analisis perangkat sinematiknya, temuan menunjukkan bahwa film ini menggambarkan bahayanya toxic masculinity yang merugikan bagi para pria. Penelitian ini memberikan penilaian tentang cara Never Back Down (2008) menyajikan dan mengungkap konsekuensi negatif dari toxic masculinity yang dapat menyebabkan kekerasan, agresi, dan penekanan emosional. Selain itu, film ini juga menawarkan kritik terhadap norma-norma tradisional tentang maskulinitas dengan memberi penonton kesempatan untuk mengevaluasi kembali pandangan mereka tentang maskulinitas. Penelitian ini menyajikan wawasan tentang bagaimana sebuah film dapat berfungsi sebagai alat kritik sosial.
......Motion picture is one of the many popular forms of entertainment. However, it has now developed into a powerful tool for people to raise awareness regarding diverse issues covering economy, the environment, politics and many more. Never Back Down (2008) is a film that portrays the theme of toxic masculinity and the pressure of conforming to traditional masculine norms. Two questions are presented to grapple with toxic masculinity in the film (1) how is toxic masculinity represented in Never Back Down (2008), and (2) How does the film offer a critical evaluation of toxic masculinity that sheds new light on the understanding of masculinity. Using Janet Chafetz’s theory, Michael Kimmel’s concepts on toxic masculinity, and analyses of its cinematic devices, the findings show that the film presents the perniciousness of toxic masculinity that is harmful to men. This study provides an evaluation of the ways Never Back Down (2008) presents and exposes the negative consequences of toxic masculinity that can lead to violence, aggression, and emotional suppression. Moreover, the film also offers a critique of traditional norms of masculinity by providing viewers with the opportunity to reevaluate their perception of masculinity. This research presents insight into how a film can serve as a tool for social critique."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library