Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thea Nirta Kumala
"Fenomena Childlessness yang berkembang pesat di seluruh dunia sudah menjadi perbincangan menarik di negara berkembang, terutama Indonesia. Memilih untuk tidak memiliki anak sebagai jalan hidup seseorang sudah mulai berkembang di Indonesia. Isu ini sangat menarik ketika melihat Indonesia sebagai negara dengan budaya yang berbeda dengan negara maju yang mendukung childfree sebagai kebebasan untuk bertindak dan hidup. Pilihan hidup ini masih merupakan stigma dan banyak menimbulkan kontroversi di Indonesia. Studi ini mempelajari bagaimana pendapat masyarakat umum mengenai penafsiran atas childlessness dengan cara mengukur hambatan dan dorongannya. Kami menerapkan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikumpulkan dari 430 responden yang tinggal di Jakarta, Indonesia, dan mengadopsi skala Likert sebagai ukuran variabel perilaku manusia. Kami menggunakan model multinomial logit logistic regression untuk mengestimasi karakteristik responden yang memilih untuk tidak memiliki anak (childless). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan keluarga merupakan hambatan utama childfree, sedangkan gerakan childfree, pengaruh dari negara Barat, dan kebebasan berkehendak menjadi dorongan utama atas childfree.
......Childlessness discourse is interesting and important to be discussed since it has become a phenomenon, not only in developed countries but also in the developing world. Specifically, being childfree as a willing decision of childlessness has become pervasive in Indonesia. Indonesia is a country where cultures promote stigmas, which contradict the choice of childlessness which is now valued as the freedom to act and live. This study examines how the community is affected by the interpretation of childlessness by measuring its barriers and encouragement. We applied primary data collected using a survey questionnaire collected from 430 adults living in Jakarta, Indonesia, and adopted Likert scale questions as human attitude measure variables. We used a multinomial logit logistic regression model to estimate the characteristics of respondents who choose to be childless. The result showed that family pressures are the main barriers to childless behavior, while the childfree movement, Western influence, and freedom become prominent encouragements."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzroo Asca Az Zahra
"Fenomena childfree telah menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat karena dianggap bertentangan dengan institusi, wacana dan praktik moral di Indonesia. Sikap masyarakat yang buruk terhadap keputusan untuk tidak memiliki anak membuat individu childfree rentan mengalami kehancuran moral. Ini terjadi ketika beberapa peristiwa atau orang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan memaksa mereka untuk secara sadar merenungkan tanggapan etis yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik etika oleh individu childfree sebagai upaya keluar dari kehancuran moral. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai literatur yang terkait dengan topik kehancuran moral dan etika oleh individu childfree di Indonesia. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa individu childfree yang mengalami kehancuran moral melakukan 5 praktik etika, antara lain: (1) tidak secara terbuka membahas pilihan untuk childfree kepada orang lain; (2) mengabaikan orang-orang yang kontra dengan childfree; (3) bergabung dengan orang-orang atau lingkungan yang menerima childfree; (4) berkomunikasi dengan individu yang kontra dengan childfree; (5) fokus terhadap kehidupan pribadi dan hal-hal positif lainnya.
......The childfree phenomenon has raised pros and cons in society because it is considered contrary to institutions, discourse and moral practices in Indonesia. Poor societal attitudes toward the decision not to have children make childfree individuals vulnerable to moral breakdown. It occurs when some event or person interferes with a person's daily life and forces them to consciously contemplate an appropriate ethical response. This study aims to analyze ethical practices by childfree individuals as an effort to get out of moral decay. The research method used in this research is literature study by collecting various literature related to the topic of moral and ethical destruction by childfree individuals in Indonesia. The findings of this study indicate that childfree individuals who experience moral breakdown carry out 5 ethical practices, including: (1) not openly discussing choices for childfree with others; (2) ignoring those who are against childfree; (3) joining people or environments that accept childfree; (4) communicating with individuals who are against childfree; (5) focusing on personal life and other positive things."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shepriyani Miftajanna
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang dialektika pada pasangan suami-istri yang menjalani keputusan childfree serta memperoleh pemahaman akan pola komunikasi pasangan suami-istri dalam menjalani keputusan childfree dan upaya mengelola dialektika yang dilakukan pasangan dalam hubungan pernikahan itu sendiri. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi dengan informan penelitian yang terdiri dari dua pasangan suami-istri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan childfree mengalami variasi dialektika dalam analisis internal dan eksternal. Pasangan pertama (P dan R) menghadapi dialektika keterpisahan dan kebersamaan (autonomy-connection), dengan P ingin hidup tanpa anak sementara R ingin memiliki anak. Pasangan kedua (W dan I) menghadapi dialektika kepastian dan ketidakpastian (certainty-uncertainty), dengan W meragukan komitmen childfree mereka karena I menyukai anak kecil. Dalam dialektika eksternal, pasangan childfree menghadapi ketegangan pengungkapan dan penyembunyian (revelation-concealment). Secara umum, pasangan cenderung tidak ingin secara terbuka mengungkapkan pilihan mereka karena adanya stigma negatif masyarakat terhadap childfree. Pada intinya teori dialektika relasional menawarkan diskusi rasional di antara pasangan ketika menghadapi ketegangan terkait menjalani keputusan childfree dari pengaruh secara internal dan eksternal. Diskusi rasional yang dilakukan pasangan adalah dengan mengelola kontradiksi-kontradiksi yang ada secara seimbang. Pengelolaan dialektika internal cenderung menggunakan strategi seleksi dan integrasi berupa reframing, sementara dialektika keterbukaan dan ketertutupan (openness-closedness) menggunakan strategi segmentasi dan diskualifikasi dalam masalah finansial. Dalam dialektika eksternal, pasangan menggunakan strategi netralisasi dan alterasi siklik yang sesuai dengan kategori dialektika yang dihadapi. Upaya kompromi dan pergantian menjadi ciri khas pasangan dalam mengungkapkan dan menyembunyikan (revelation-concealment) keputusan childfree kepada lingkungan sosial.
......This study aims to gain knowledge about dialectics in married couples who undergo childfree decisions and understand the communication patterns of married couples in undergoing childfree decisions and efforts to manage dialectics carried out by couples in the marriage relationship itself. The research method for this study is qualitative with a case study approach. Research data were obtained through in-depth interviews and observations with research informants consisting of two married couples. The results of this study indicate that childfree couples experience dialectical variations in internal and external analysis. The first couple (P and R) face a dialectic of autonomy-connection, with P wanting to live without children while R wanting to have children. The second couple (W and I) face a dialectic of certainty and uncertainty, with W doubting their childfree commitment because I likes small children. In the external dialectic, childfree couples face the tension of revelation-concealment. In general, couples tend not to want to openly express their choices because of the negative social stigma against childfree. In essence, the theory of relational dialectics offers a rational discussion between partners when facing tensions related to making decisions child-free from internal and external influences. The rational discussion conducted by the pair is to manage the contradictions that exist in a balanced way. Management of internal dialectics tends to use selection and integration strategies as reframing, while openness-closedness uses segmentation and disqualification strategies in financial matters. In the external dialectic, the couple uses neutralization and cyclic alteration strategies that are appropriate to the dialectical category they are facing. Attempts to compromise and change are characteristic of couples in revelation-concealment childfree decisions to the social environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arum Asyfa Azahra
"Artikel ini merupakan penelitian analisis filosofis mengenai childfree yang dipolitisasi terhadap tubuh perempuan ditinjau melalui teori politik seksual Kate Millett. Adanya sistem patriarki yang berkuasa mengendalikan kehidupan sosial-politik, perlahan mengancam eksistensi tubuh perempuan. Bentuk dari politisasi patriarki telah mengakar pada ranah ideologis, biologis, dan sosiologis yang mempengaruhi pengalaman perempuan. Upaya revolusi seksual yang sudah dilakukan masih mendapati polemik yang begitu besar, sehingga patriarki belum maksimal dimusnahkan. Penulis menggunakan metode riset feminis yang bertujuan untuk mencari contoh pengalaman perempuan yang memiliki kaitan dengan persoalan politik seksual, childfree, dan motherhood. Selain itu, ada metode kritik feminis yang digunakan sebagai alat mengkritisi sistem patriarki yang telah mendiskriminasi kehidupan perempuan, baik itu haknya, pilihannya, atau tubuhnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menemukan adanya tindakan politis yang dilakukan oleh sistem patriarki terhadap perempuan childfree melalui konsepsi motherhood.
......This article is a philosophical analysis research on the politicized childfree of women's bodies in terms of Kate Millett's theory of sexual politics. The existence of a patriarchal system that controls socio-political life slowly threatens the existence of women's bodies. This form of patriarchal politicization has its roots in the ideological, biological, and sociological domains that influence women's experiences. The efforts of sexual revolution that have been carried out still find such a big polemic, so that patriarchy has not been maximally annihilated. The author uses a feminist research method that aims to find examples of women's experiences that are related to issues of sexual politics, childfreedom, and motherhood. In addition, there is a method of feminist criticism that is used as a tool to criticize the patriarchal system that has discriminated against women's lives, be it their rights, choices, or bodies. Based on the research conducted, the authors found that there were political actions carried out by the patriarchal system against childfree women through the conception of motherhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raveena Zahwa Annisa
"Artikel ini merupakan penelitian tentang childfree yang menjadi animo khusus terhadap sistem patriarki ditinjau dari pemikiran feminisme radikal libertarian yang berperan menjadi dasar teori untuk argumentasi kritis atas permasalahan yang dikaji. Childfree yang berkonotasi negatif karena ketidakpekaan masyarakat tertentu dengan persoalan perempuan childfree yang akhirnya dirugikan oleh sistem patriarki membuat para perempuan yang memilih childfree menjadi dibatasi, dihalangi, dan dirintangi hak dan pilihan hidupnya. Childfree tidak hanya menjadi masalah bagi otoritas tubuh, hak reproduksi, maupun otonomi kebebasan. Akar masalah yang lebih dalam juga muncul dari kaum perempuan lainnya, lantas fenomena childfree dipandang sebagai fenomena perempuan yang tidak berdaya. Permasalahan yang jarang disadari justru menjadi urgensi, seperti pengalaman perempuan yang memilih childfree mendapatkan situasi bermasalah. Pemberdayaan perempuan childfree membentuk diskursus baru terhadap sistem patriarki yang mengendalikan kehidupan ranah privat perempuan. Metode penelitian ini menggunakan metode kritis feminis untuk mengkritisi perdebatan childfree pada sisi pemberdayaan perempuan dan konformitas. Penelitian ini juga berdasar pada pengalaman, argumentasi, diskusi, dan kekhawatiran perempuan terhadap perdebatan childfree. Oleh karena itu, pilihan childfree harus kembali kepada perempuan yang memilih childfree tersebut dengan keputusan seorang perempuan menjadi haknya sebagai pribadi yang utuh dan memahami pemenuhan akan kebutuhannya sendiri.
......This article is a research on childfree which is a special interest in the patriarchal system in terms of radical libertarian feminism which serves as a theoretical basis for critical argumentation on the issues studied. Childfree, which has a negative connotation due to the insensitivity of certain people to the problems of childfree women who are ultimately disadvantaged by the patriarchal system, makes women who choose childfree become restricted and obstructed by their rights and life choices. Childfree is not only a problem for body authority, reproductive rights, and freedom autonomy. The root of the deeper problem also arises from other women, then the childfree phenomenon is seen as a phenomenon of women who are powerless. Problems that are rarely realized actually become urgency, such as the experience of women who choose childfree to get problematic situations. The empowerment of childfree women forms a new discourse against the patriarchal system that controls women's private lives. This research method uses feminist critical methods to criticizethe childfree debate on the side of women's empowerment and conformity. This research is also based on women's experiences, arguments, discussions and concerns about the childfree. Therefore, the choice of childfree must return to the woman who chooses childfree with a woman's decision being her right as a whole person and understanding the fulfillment of her own needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Kesuma
"Childfree merupakan keputusan untuk tidak memiliki anak atau tidak mengambil peran menjadi orang tua. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memahami bagaimana stigmatisasi terhadap perempuan childfree melalui komentar atas Instagram story @gitasav sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dan teori stigmatisasi dengan analisis isi kualitatif terhadap komentar tidak mendukung pilihan childfree perempuan pada unggahan akun Instagram @linetoday. Penulis mengidentifikasi sejumlah komentar menstigma berdasarkan komponen-komponen stigma Link dan Phelan (2001): labelling, stereotyping, separation, dan discrimination. Hasil analisis menunjukkan bahwa akar dari stigmatisasi terhadap perempuan childfree adalah konstruksi seksualitas perempuan, sistem seks/gender patriarki, dan heteronormativitas. Ketiga konstruksi turunan patriarki ini menjadi dasar lahirnya motherhood mandate bagi perempuan. Mandat ini telah terinternalisasi dalam norma-norma sosial sehingga pengaruhnya semakin kuat di masyarakat. Akibatnya, perempuan childfree mengalami diskriminasi dari masyarakat. Stigmatisasi terhadap perempuan childfree merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan. Di mana perempuan korban mengalami penderitaan, pemaksaan, dan perampasan kemerdekaan karena identitas biologis mereka sebagai perempuan. Stigmatisasi sebagai kekerasan terhadap perempuan memengaruhi semua perempuan dengan merampas kebebasan dan kadaulatan perempuan atas tubuhnya sendiri. Dalam hal ini, stigma menjadi alat yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan kontrol laki-laki atas perempuan dan tubuh perempuan.
......Childfree is a decision not to have children or take the role of a parent. This writing aims to understand how stigmatization against childfree-woman through comments on @gitasav’s Instagram story can constitute violence against women. This writing utilizes the radical feminism and stigmatization theory with qualitative content analysis of comments that do not support women’s choice for childfree on the Instagram post of @linetoday. The writer identified several stigmatizing comments according to components of stigma by Link and Phelan (2001): labeling, stereotyping, separation, and discrimination. The result shows that this stigmatization is rooted from the construction of women's sexuality, patriarchy's sex/gender system, and heteronormativity. These patriarchy-derived constructions became the base of the emergence of the motherhood mandate. This mandate was internalized into social norms which strengthen its influence in society. The effect of that stigmatization is discrimination suffered by childfree women. Stigmatization of childfree-women is violence against women where they receive suffering, coercion, and deprivation of liberty because of their biological identity as women. Stigmatization as violence against women affects every woman by taking their sovereignty towards their body. In this case, stigma became a tool to perpetuate the power and control of men towards women and women's bodies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library