Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Melati Timur Agtaputri
"Mangiferin berperan sebagai antioksidan dan bersifat kardioprotektif, di mana jantung merupakan organ yang esensial pada kehidupan manusia. Namun, absorpsi dan bioavailabilitasnya rendah, sehingga distribusi pada organ juga rendah. Absorpsi dan distribusi obat yang rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan nanopartikel kitosan-alginat sebagai sistem pengirimannya. Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kadar mangiferin dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada organ jantung tikus. Organ jantung tersimpan dari 24 tikus jantan Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu organ jantung dari tikus yang diberikan mangiferin konvensional dan diterminasi pada jam ke-3 (MK3), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dan diterminasi pada jam ke-3 (MNP3), mangiferin konvensional dan diterminasi pada jam ke-5,5 (MK5,5), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jam ke-5,5 (MNP5,5). Pemberian mangiferin dilakukan secara oral dengan dosis 50 mg/kgBB. Kadar mangiferin diukur menggunakan HPLC dan mengacu pada metode Estuningtyas. Kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jantung tikus Sprague-Dawley di jam ke-3 berturut-turut adalah 344.80 ± 254.78 ng/g dan 412.48 ± 268.99 ng/g dengan Sig = 0.664. Kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jantung tikus Sprague-Dawley di jam ke-5,5 berturut-turut adalah 1102.21 ± 241.25 ng/g, dan 1429.26 ± 311.45 ng/g dengan Sig = 0.069. Kadar mangiferin di jantung tikus Sprague-Dawley setelah pemberian mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat tidak berbeda bermakna baik pada jam ke-3 maupun jam ke-5,5.

Mangiferin acts as an antioxidant and has cardioprotective properties, in which the heart is an organ that is essential to human life. However, mangiferin has a very low absorption and bioavailability, thus low organ distribution. The low absorption and distribution of the drug can be increased by using chitosan-alginate nanoparticle as the delivery system. Therefore, this study aimed to compare the levels of mangiferin and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle in Sprague-Dawley rat heart organs. The stored heart organs of 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups, which are heart organs from rats given conventional mangiferin and sacrificed after 3 hours (MK3), chitosan-alginate nanoparticle mangiferin and sacrificed after 3 hours (MNP3), conventional mangiferin and sacrificed after 5.5 hours (MK5.5), and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin and sacrificed after 5.5 hours (MNP5.5). Mangiferin was administered orally at a dose of 50 mg/kgBW. Mangiferin levels were measured using HPLC and referred to the Estuningtyas method. The levels of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 3 hours respectively are 344.80 ± 254.78 ng/g and 412.48 ± 268.99 ng/g with Sig = 0.664. The levels of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 5,5 hours respectively are 1102.21 ± 241.25 ng/g and 1429.26 ± 311.45 ng/g with Sig = 0.069. The levels of mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 3 and 5.5 hours oral administration of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin are not significantly different."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadina Sabila Amany
"ABSTRAK
Fortifikasi pangan dianggap merupakan upaya yang paling sesuai untuk mengurangi penderita anemia akibat kekurangan zat besi atau Anemia Defisiensi Besi ADB. Namun, fortifikasi besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan karena besi mudah mengalami oksidasi pada kondisi pH tertentu. Metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode yang tepat untuk melindungi besi pada kondisi fluida tubuh, seperti lambung dan usus halus. Untuk mendapatkan mikropartikel yang efektif dalam mengkapsulasi besi II, modifikasi pada jumlah polimer diperlukan. Metode enkapsulasi yang digunakan adalah gelasi ionik yaitu menyalut 0,1g besi fumarat dengan polimer kitosan-alginat yang divariasikan berdasarkan rasio kitosan:alginat 0,5:0,5; 0,75:0,5; 1:0,5; serta 1,25:0,5g. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi enkapsulasi terbesar terdapat pada mikropartikel dengan kitosan 1,25g yaitu 62,66 dan loading capacity terbesar pada mikropartikel dengan kitosan 1g yaitu 1.92. Berdasarkan hasil uji karakteristik mikropartikel dengan analisis SEM dan FTIR, dapat diketahui bahwa besi fumarat berhasil terjerap dalam mikropartikel kitosan-alginat. Seluruh mikropartikel menghasilkan pola pelepasan cepat dengan pelepasan kumulatif terendah pada jumlah kitosan 0,5g yaitu 58 dan tertinggi pada kitosan 2,5g yaitu 94. Hasil uji pelepasan dari mikropartikel kitosan-besi fumarat tersalut alginat menunjukan potensi formulasi untuk digunakan dalam fortifikasi pangan yang memilki target pelepasan sistem pencernaan.

ABSTRACT
Food fortification is considered to be the most suitable way to reduce iron deficiency anemia IDA. However, iron fortification can directly decrease organoleptic quality and shorten the shelf life because iron is susceptible to oxidation under certain pH conditions. The microencapsulation method is seen as an appropriate method for protecting iron in the fluid conditions in human body. To obtain microparticles that effective in encapsulating iron II, modification of polymer used is needed. Encapsulation was using 0.1 g of ferrous fumarate and coated with chitosan alginate polymer using ionic gelation method, which is varied on chitosan quantity in the microparticle as 0.5g, 0.75g, 1g, and 1.25g. Microencapsulation with 1.25 g of chitosan resulted the largest encapsulation efficiency as 62.66 and the largest loading capacity from microparticle with 1g chitosan that is 1.92. Based on the result of characteristic test with SEM and FTIR analysis, it can be seen that ferrous fumarate succeed to be encapsulated in chitosan alginate microparticles. Microparticle chitosan ferrous fumarate coated with alginate were found showing variated release profil in pH 7.4 58,8 94,8. Observations on in vitro release test of iron compounds indicate the potential of this formula used as food fortification that target is for digestive system."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnindito Rizhandi
"Bromelain merupakan ekstrak dari buah nanas yang belakangan ini sedang banyak diteliti karena khasiat antiinflamasinya. Khasiat bromelain sebagai suplemen makanan akan diserap oleh tubuh dengan baik pada usus halus. Namun, pemberian suplemen secara oral memiliki tantangan berupa kondisi asam lambung dapat mendegradasi bromelain. Oleh karena itu, dibuatlah suatu matriks menggunakan biopolimer kitosan-alginat-pektin yang bertujuan untuk mengenkapsulasi bromelain agar dapat lepas secara berkelanjutan di dalam usus halus. Pembuatan matriks dilakukan menggunakan metode pengeringan beku, karena dengan metode ini terbukti dapat meningkatkan pemuatan matriks hingga 10,53%. Scanning electron microscope dilakukan untuk melihat morfologi permukaan dari sampel. Untuk memastikan bromelain terinkoorporasi di dalam matriks dilakukan uji menggunakan Fourier-transform infrared spectroscopy dan differential scanning calorimetry. Profil rilis yang dihasilkan melihat adanya pengaruh komposisi biopolimer dan pengaruh jumlah bromelain. Rilis bromelain dari matriks hasil pengeringan beku dari salah satu sampel mencapai 88,32%. Adanya pengaruh baik dari variasi komposisi biopolimer dan jumlah bromelain terhadap profil rilis membuat pengembangan dari enkapsulasi bromelain untuk suplemen makanan terlihat menjanjikan.

Bromelain is a pineapple fruit extract that is currently being widely studied for its anti-inflammatory properties. Bromelain as a food supplement is well absorbed in the human intestine. However, during oral administration, the extreme environment in the stomach might degrade bromelain. Therefore, chitosan-alginate-pectin is used to encapsulate bromelain so it can achieve sustained release in the intestine. The preparation of matrices is carried out using the freeze-drying method because this method is proven to increase the loading capacity up to 10.53%. Scanning electron microscope was performed to evaluate the surface morphology of the matrices. Fourier-transform infrared spectroscopy and differential scanning calorimetry were carried out to ensure the drug entrapment. Bromelain release from the freeze-dried matrices reaches up to 88.32%. The variation of biopolymer composition and the amount of bromelain added into the matrices show a good result. Thus, the development of bromelain encapsulation for food supplements seems promising.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwantiningsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan enkapsulasi ketoprofen dengan kitosan-alginat berdasarkan jenis surfaktan dan ragam konsentrasinya.
Ragam konsentrasi baik Tween 80 (polietilena sorbitanmonooleat) maupun Span 80 (sorbitanmonooleat) yang
digunakan berada pada kisaran 1-3% dengan lamanya pengadukan berkisar antara 15-60 menit. Penggunaan Tween 80
menghasilkan efisiensi enkapsulasi dan ukuran partikel
berukuran nano dalam kisaran 100-1000 nm lebih tinggi
dibandingkan dengan Span 80.

Abstract
Ketoprofen has been encapsulated by chitosan-alginate based on types of surfactant and it?s
concentration. The variations of concentration either
Tween 80 (polietilena sorbitanmonooleat) or Span 80
(sorbitanmonooleat) that used were around (1- 3)% concentrations with stirring around (15-60) minutes. The using of
Tween 80 resulted efficiency of encapsulated ketoprofen and nano particle size (100-1000) nm are higher than Span 80. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhany Fikri Setiawan
"

Latar belakang: Besi berlebih yang terakumulasi di dalam tubuh akibat transfusi darah berulang pada pasien talasemia-β mayor dapat menyebabkan kerusakan pada banyak organ, terutama hati. Besi berlebih di dalam tubuh dapat dikurangi kadarnya dengan agen kelasi besi. Mangiferin yang berasal dari sumber alami telah terbukti memiliki kemampuan sebagai agen kelasi besi, antioksidan, dan antiinflamasi. Namun, mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan bioavailabilitas mangiferin yaitu menjadikannya dalam formulasi kitosan-alginat nanopartikel. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek mangiferin dan mangiferin dalam kitosan-alginat nanopartikel pada gambaran histopatologi organ hati tikus yang diberi besi berlebih.

Metode: Dua puluh lima tikus Sprague-Dawley dibagi menjadi 5 kelompok: normal (N), kontrol negatif (KN), terapi mangiferin dosis 50 mg/kg BB/hari (M50), terapi mangiferin dalam kitosan-alginat nanopartikel dosis 50 mg/kg BB/hari (MN50), dan terapi mangiferin dalam kitosan-alginat nanopartikel dosis 25 mg/kg BB/hari (MN25). Setelah diberikan perlakuan selama 28 hari, tikus dikorbankan dan organ hati diambil untuk membuat preparat jaringan. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan menggunakan uji lapang pandang. Parameter yang diteliti adalah gambaran nekrosis, inflamasi, dan steatosis hati.

Hasil: Pemberian mangiferin dapat memperbaiki kerusakan hati akibat besi berlebih dalam bentuk nekrosis, inflamasi, dan steatosis, secara signifikan (p <0,05) dibandingkan dengan kelompok KN. MN50 dan MN25 menunjukkan perbaikan yang signifikan pada nekrosis dan steatosis hati dibandingkan dengan M50. Kemampuan mangiferin dalam kitosan-alginat nanopartikel untuk memperbaiki nekrosis, inflamasi, dan steatosis hati, menunjukkan kecenderungan meningkat secara berurutan dari M50, MN50, dan MN25.

Kesimpulan: Mangiferin dalam kitosan-alginat nanopartikel lebih baik dalam memperbaiki gambaran histopatologi hati tikus yang diberi besi berlebih dibandingkan dengan mangiferin saja.

 


Background: Iron overload that accumulates in the body due to repeated blood transfusions in β-thalassemia major can cause damage to many organs, especially the liver. Iron overload can be reduced by iron-chelating agents. Mangiferin from natural sources has been proven to have the ability as an iron-chelating agent, antioxidant and anti-inflammatory agent. However, mangiferin has a low bioavailability. To increase mangiferin bioavailability, formulated mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles has been made. This study is aimed to determine the effect of mangiferin and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles on liver histopathology of iron overload rats.

Methods: Twenty-five Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups: normal (N), negative control (KN), mangiferin therapy dose of 50 mg/kg BW per day (M50), mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles therapy dose of 50 mg/kg BW per day (MN50), and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles therapy dose of 25 mg/kg BW per day (MN25). After treatment, the rats were sacrificed and the livers were taken to make preparations. Observations under the microscope were carried out using visual field test. The parameters studied were features of liver necrosis, inflammation, and steatosis.

Results: Mangiferin treatment can ameliorates the liver damage due to iron overload in the form of necrosis, inflammation, and steatosis, significantly (p < 0.05) compared to the KN group. MN50 and MN25 show significant amelioration in liver necrosis and steatosis compared to the M50. The ability of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles to ameliorates liver necrosis, inflammation, and steatosis, show a tendency to increase sequentially from M50, MN50, and MN25.

Conclusion: Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles ameliorates the liver histopathological features of iron overload rats better than mangiferin alone.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Pembalut luka yang ideal tidak hanya menutupi dan melindungi area yang terdampak, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan yang optimal di lokasi luka untuk memfasilitasi penyembuhan. Hidrogel merupakan kandidat pembalut luka yang ideal karena kemampuannya untuk menyerap air sehingga mampu menjaga lingkungan lembap di sekitar luka dan membantu menyerap eksudat dari permukaan luka. Pada penelitian ini, dibuat hidrogel menggunakan dua polimer alami, yaitu kitosan dan natrium alginat yang diketahui memiliki biokompatibilitas yang baik dan biodegradabilitas yang tinggi. Hidrogel kitosan/alginat dibuat menggunakan dua cara berbeda, yaitu dengan taut silang fisik menggunakan CaCl2 dan taut silang kimia menggunakan genipin. Untuk melihat perbedaan antara kedua hidrogel yang dibuat, dilakukan karakterisasi morfologi, struktural, pola difraksi sinar-X, dan stabilitas termal masing-masing menggunakan SEM, FTIR, XRD, dan DSC. Selain itu, juga dilakukan uji kemampuan mengembang, kecepatan evaporasi air, dan evaluasi sifat mekanis dari hidrogel. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa hidrogel kitosan/alginat berhasil ditaut silang dengan dua cara berbeda, serta menunjukkan kompatibilitas yang baik. Hasil evaluasi sifat mekanis menunjukkan kekuatan peregangan yang lebih rendah untuk hidrogel dengan taut silang fisik dibandingkan hidrogel dengan taut silang kimia. Nilai evaporasi air setelah 24 jam yaitu 12,12 ± 0,46% untuk hidrogel dengan taut silang fisik, dan 11,78 ± 1,33% untuk hidrogel dengan taut silang kimia. Sedangkan indeks mengembang maksimum berada pada nilai 105,71 ± 8,78% untuk hidrogel dengan taut silang fisik, dan 46,91 ± 8,49% untuk hidrogel dengan taut silang kimia. Meskipun terdapat perbedaan pada hasil karakterisasi dan evaluasi, baik hidrogel kitosan/alginat dengan taut silang fisik maupun kimia memiliki potensi sebagai pembalut luka yang baik.

An ideal wound dressing covers and protects the affected area and creates an optimal environment at the wound site to facilitate wound healing. Hydrogel is an ideal wound dressing candidate because of its ability to absorb water which can help maintain a moist environment around the wound and absorb exudate from the wound surface. In this study, hydrogels were made using two natural polymers, chitosan, and sodium alginate, which are known to have good biocompatibility and high biodegradability. Chitosan/alginate hydrogels were made using two different methods: physical crosslinking using CaCl2 and chemical crosslinking using genipin. To observe the differences between the two hydrogels, morphological, structural, X-ray diffraction patterns, and thermal stability characterization was conducted using SEM, FTIR, XRD, and DSC, respectively. In addition, the swelling ability test, water evaporation rate, and the evaluation of the mechanical properties of the hydrogel were also carried out. The characterization results showed that the chitosan/alginate hydrogel was crosslinked in two different ways and showed good compatibility. The evaluation of the mechanical properties showed that the tensile strength was lower for hydrogels with physical crosslinks compared to hydrogels with chemical crosslinks. The value of water evaporation after 24 hours was 12.12 ± 0.46% for hydrogels with physical crosslinks and 11.78 ± 1.33% for hydrogels with chemical crosslinks. Meanwhile, the maximum swelling index was 105.71 ± 8.78% for hydrogels with physical crosslinks and 46.91 ± 8.49% for chemical crosslinks. Although there are differences in the results of the characterization and evaluation that have been done, both chitosan/alginate hydrogels with physical and chemical crosslinks have potential as good wound dressings."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Dedidy Mangalaptua
"Dewasa ini prevalensi penderita penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol dan inflamasi terus meningkat. Bromelain merupakan senyawa enzimatik dari buah nanas yang terbukti secara riset sebagai senyawa anti-kolestrol dan Antiinflamasi. Banyak studi menunjukkan bahwa bromelain dapat diserap dengan baik di dalam usus halus, akan tetapi metode oral memberikan tantangan berupa kondisi asam ekstrem pada lambung yang harus dilalui bromelain. Kondisi asam pada lambung dapat mendenaturasi bromelain sehingga diperlukan metode enkapsulasi agar khasiat penyembuhan bromelain tetap terjaga. Pada penelitian ini bromelain dienkapsulasi dalam mikropartikel kitosan-alginat-pektin dengan hasil rilis kumulatif tertinggi dari lima belas sampel mencapai 97,824%. Penelitian ini mengoptimasi komposisi formula matriks kitosan-alginat-pektin dengan metode surface response method (SRM) yakni dengan hasil formula rasio kitosan : alginat sebesar 1:1 (0,45 gram kitosan:0,45 gram alginat), jumlah pektin sebesar 0,0036 gram, dan jumlah ekstrak bromelain sebesar 0,539 gram. Bromelain terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi dan antikolesterol, pada konsentrasi 1000 ppm bromelain mampu menginhibisi denaturasi protein hingga 49,17% dan menginhibisi kolesterol hingga 76,68%

Nowadays the prevalence of cholesterol and inflammatory disease bearer keeps increasing. Bromelain is an enzymatic compound of pineapple fruit that has been proven by research as an anti-cholesterol and anti-inflammatory compound. Many studies have shown that bromelain can be well absorbed in the intestine, however oral drug delivery method has a challenge of extreme acid condition in the stomach that bromelain needs to surpass. The acidic fluid of stomach will denaturate bromelain, thus an encapsulation method is needed in order to keep bromelain’s efficacy intact. In this research the bromelain will be encapsulated with chitosan-alginate-pectin microparticle in order to enhance the release profile in intestine. This research aims to optimize the composition of chitosan-alginate-pectin formula with Surface Response Method (SRM) with the formulation result of 1 : 1  chitosan : alginate ratio (0.45 grams of chitosan : 0.45 grams of alginate), 0.0036 grams amount of pectin, and extract 0.539 grams amount of bromelain. Bromelain is proven to have anti-inflammatory and anti-cholesterol activity, at the concentration of 1000 ppm bromelain is able to inhibit protein denaturation up to 49.17% and inhibit cholesterol up to 76.68%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nadya Prabawanty
"Pendahuluan: Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) diketahui memiliki banyak pengaruh dalam aktivitas biologi. Salah satu potensi dari ekstrak kulit Garcinia mangostana L. (GM) ialah sebagai anti-kanker kolorektal. Untuk meningkatkan efektifitas ekstrak di organ target, ekstrak di mikroenkapsulasi dengan senyawa kitosan alginat. Penelitian ini bertujuan melihat efek toksik, efek kumulatif dan efek reversibilitas ekstrak GM pada pengamatan gambaran histologi hati mencit melalui pemberian selama 14 hari.
Metode: penelitian ini menggunakan 80 ekor mencit BALB/c jantan dan betina yang berusia 6-8 minggu. Mencit tersebut dibagi ke dalam 7 kelompok perlakuan yang terdiri dari kelompok dosis uji 0,5; 1; dan 2 g/kgBB, kontrol akuades, kontrol pelarut GOM, dan 2 kelompok kontrol satelit (kontrol akuades dan dosis uji tinggi 2 g/kgBB). Setiap kelompok diberikan perlakuan pemberian sediaan secara oral melalui sonde selama 14 hari. Proses terminasi dilakukan pada hari ke-15 dan untuk kelompok satelit proses terminasi dilakukan di hari ke-29.
Hasil: tidak ditemukan perbedaan gambaran histologi hati yang signifikan pada pemberian ekstrak GM dosis uji 0,5; 1; dan 2 g/kgBB dengan kelompok kontrol akuades dan pelarut (p>0,05), tetapi hasil yang signifikan ditemukan pada perbandingan gambaran histologi kelompok kontrol pelarut dan akuades p=0,008 (p<0,05).
Kesimpulan: pemberian mikroenkapsulasi fraksi etil asetat ekstrak GM pada dosis 0,5; 1 dan 2 g/kgBB tidak menimbulkan efek toksik pada hati dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai kandidat terapi kanker kolorektal.

Introduction: Garcinia mangostana L. (GM) pericarp has been known for their abundant effect in many biological activities. Anti-colorectal cancer is one of the biological potential of GM pericarp extract. In order to increase the effectivity in targeted organ area, the extract are microencapsulated with chitosan-alginate. The purpose of this study are to find the toxicity, cumulative, reversibility effect of GM extract on mice liver histology in 14 days administration.
Method: this study are using BALB/c mice (n=80), age 6-8 weeks, have same male and female proportion. Those mice are grouped into seven different treatment group that consist of test dose (0,5; 1; and 2 g/kgBW), aquades control, solvent control and two satellite group (aquades control and test group with 2 g/kgBW dose). Each treatment was given via oral administration for 14 days. The termination process is carried out on day 15th and for the satellite group the termination process is carried out on day 29th.
Results: No significant liver histology damage was found in the administration of the extract dose 0.5; 1; and 2 g / kgBW with the control group (aquades and solvent) p> 0.05, but significant differences was found in solvent and aquades control group p = 0.008.
Conclusion: microencapsulation of GM extract at a dose of 0.5; 1 and 2 g/kgBW do not cause significant liver damage and it has potention to develop as a candidate for anti-coloncancer therapy."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Hasanah
"Senyawa bioaktif dari kulit manggis yaitu mangostin berpotensi pencegah kanker, mangostin mampu menghambat pembentukan senyawa pencetus kanker usus besar. Masyarakat Indonesia telah banyak mengolah kulit manggis ini secara langsung yaitu menjadi minuman segar dengan cara di jus atau diseduh. Namun untuk mendapatkan kandungan senyawa mangostin yang lebih tinggi perlu dilakukan ekstraksi. Fraksinasi menggunakan etil asetat telah diteliti merupakan fraksi yang mengandung mangostin tertinggi disbanding pelarut etanol dan butanol.
Fraksi etil-asetat ekstrak kulit manggis (F002) ini nantinya akan menjadi bahan aktif obat kanker kolon yang di enkapsulasi menggunakan biopolimer kitosan-alginat. Kegunaan ekstrak yang terjerap dalam sediaan mikropartikel biopolimer kitosan-alginat adalah untuk meningkatkan kerja senyawa bioaktif yaitu dengan sistem pelepasan obat yang terkendali. Pelepasan ekstrak bioaktif mangostin terjerap dalam sediaan mikropartikel dilakukan pada dalam media fluida sintetik yang meniru cairan dalam sistem pencernaan.
Hasil analisa kandungan senyawa mangostin menggunakan spektrofotometer UV dan analisa aktivitas sitotoksistas menggunakan uji Brine Shrimp Test (BST). Dari hasil berbagai olahan jus kulit manggis didapat metode terbaik pengolahan dimana menghasilkan kandungan senyawa mangostin tertinggi dan aktivitas sitotoksistas terbaik yaitu dengan cara direbus dan kemudian di blender. Untuk senyawa mangostin dari fraksi F002 dibandingkan antara sebelum dan setelah enkapsulasi dari hasil rilis dalam media fluida sintetik. Dari hasil rilis didapatkan bahwa enkapsulasi tidak berpengaruh terhadap kandungan dan sitotoksisitas senyawa mangostin sehingga sediaan dalam mikropartikel dapat dikembangkan menjadi sistem pelepasan obat yang terkendali.

Bioactive compound from mangosteen pericarp namely mangostin can be obtained from various kind of process such as juice or tea. The main purpose of this research is to observe antiproliferative (inhibition of cancer cell growth) of mangostin bioactive compound from mangosteen pericarp in chitosan-alginate preparation. Extract in chitosan-alginate preparation improve performance of bioactive compound by controlling the drug release in gastrointestinal tract, until reaching colon.
Mangostin bioactive compound in chitosan-alginate preparation will be observed and tested in synthetic fluid, which is made alike gastrointestinal tract fluid. In vitro cytotoxicity test of mangostin bioactive compound in synthetic gastrointestinal tract fluid is using Brine Shrimp Test (BST). The best method of processing fresh mangostin pericarp is by boiling and blend it.
It result the highest mangostin bioactive. Result of comparison between mangostin compound before and after in microparticle chitosan-alginate is there is no effect to cytotoxity activity. So Sequential in vitro release study demonstrated that controlled release of mangostin-loaded microparticles were achievable which lead to potential application in gastrointestinal delivery for anticancer therapy purpose.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kianti Kasya Kiresya
"ABSTRAK
Good Manufacturing Practices atau GMP merupakan pedoman yang penting dan harus diterapkan dalam penelitian ndash; penelitian, terutama dalam bidang medis dan kimia. Namun, meskipun pengetahuan mengenai GMP telah diketahui secara luas, dalam penelitian yang dilakukan tidak menerapkan pedoman tersebut, sehingga hasil penelitian yang dilakukan saat diujikan lebih lanjut akan memberikan hasil yang berbeda nyata dan tidak memiliki efek farmakologis. Penelitian dilakukan dengan mengikuti pengaturan GMP dalam masalah penanganan bahan baku dan bahan mentah, peralatan, pengarsipan dan dokumentasi, serta dalam perihal kebersihan pribadi dan ruang kerja. Penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang medis ataupun kimia ialah pengembangan obat anti kanker. Herbal menjadi salah satu sebagai pengobatan alternative yang digunakan untuk menangkal efek negative tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan, dipilih bahan utama herbal yakni mangostin. Prinsip pelepasan terkendali sebagai sarana penghantaran obat digunakan untuk perancangan obat yang efektif pada organ target kolon. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikropartikel kitosan tersalut alginat sebagai bahan pembawa obat berdasarkan pedoman GMP. Pembuatan mikropartikel dilakukan dengan menggunakan metode taut silang antara kitosan ndash; TPP ndash; mangostin dan gelasi ionotropik Alginat - CaCl2 sebagai penyalut kitosan, dengan perbandingan kitosan:alginat yang digunakan ialah 1:0,25 w/w dengan variasi ekstrak 0,1, 0,2, dan 0,4 gram. Mikropartikel yang telah disiapkan dengan menerapkan pedoman GMP tersebut memberikan hasil ekstraksi dan loading mikropartikel yang lebih tinggi dibandingkan non-GMP dan mampu menahan pelepasan senyawa bioaktif hingga target pelepasan, yaitu kolon.

ABSTRACT
Good Manufacturing Practices or GMP is an important guide and should be applied in researches, especially in the medical and chemical field. However, despite the knowledge of GMP has been widely acknowledged, the researches done didn rsquo t implement GMP, so that the further research will give significantly different results when evaluated and did not have a pharmacological effect. Research is conducted by following GMP arrangements in handling ingredients and raw materials, equipment, filing and documentation, as well as in personal hygiene and workspace hygiene. Research is mostly done in the field of medical or chemical is the development of anti cancer drugs. Herbs become one as alternative medicine used to counteract such negative effects. In research conducted, the main ingredient called mangostin. The principle of controlled release as a means of delivery of drugs is used to design effective drugs on the target organ of the colon. In this experiment, crystallized chitosan microparticles of alginate was made as drug carrier based on GMP guideline. Microparticle preparation was performed using crosslinking method between chitosan TPP mangostin and ionotropic gelation Alginate CaCl2 as coating of chitosan, with chitosan alginate used was 1 0.25 w w with variation extract 0.1, 0.2, and 0.4 grams. The microparticles prepared by applying the GMP guidelines provide higher extraction and loading microparticles than non GMP and are able to withstand the release of bioactive compounds to release targets, the colon.
"
2017
S67298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>