Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gregorius Seto Harianto
Abstrak :
Masyarakat Indonesia sangat beraneka-ragam, baik dari sisi etnik, adat istiadat, agama yang dianut maupun bahasa yang digunakan. Terbentuknya baraneka kelompok etnik terjadi melalui proses yang panjang dan rumit sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu melalui kedatangan bangsa Austro-Melanesoid dan Paleo-Mongoloid dan lainnya. Mereka mendiami wilayah jajahan belanda dan kini menjadi wilayah Negarea Kesatuan Republik Indonesia. Tumbuhnya tekad untuk merdeka sebagai satu bangsa, yang diawali dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 1908, Sumpah Pemuda pada 1928 dan akhirnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, telah menyebabkan segenap kelompok etnik tersebut menjadi satu bangsa Indonesia yang memposisikan pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara dan ideologi nasionalnya. Mereka tidaklagi menjadi kelompok etnik yang eksklusif , tetapi dalam kesatuan Indonesia. Terbentuknya NKRI mendudukan setiap anggota kelompok etnik menjadi warga negara Indonesia yang ditetapkan dengan undang-undang. Ada yang ditetapkan sebagai warga negara asli dan ada pula yang harus melalui proses pewarganegaraan. Atas dasar itu maka secara politis dipertegas bahwa Negara Indonesia asli adalah warga Ngera Indoensia yang manjadi wrag negara tanpa proses pewarganegaraan. Dengan demikian mempermasalahkan etnik tertentu yang telah menyatu sebagai bangsa Indonesia, Justru berarti mempersoalkan kembali tekad menjadi satu bangsa dalam satu wadah tanah air Indonesia dan berbicara denga bahasa Indonesia; Juga berarti menepis tekad ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Jakarta : Lembaga Pengkajian MPR RI , 2019
342 JKTN 013 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
Abstrak :
ABSTRAK
Olahraga, khususnya pada olahraga prestasi, adalah arena dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi Individu yang berhasil pada dasarnya adalah mereka yang Inemiliki keunggulan, tidak saja dalam hal fisik tetapi juga mental. Menurunnya prestasi olahraga Indonesia secara makro dewasa ini diyakini karena kita lemah, terutama pada faktor mental, atau karakteristik mental seperti apakah yang pada dasarnya dibutuhkan untuk meraih prestasi tinggi? Bagaimana menumbuh kembangkan ciri atau karakteristik tersebut? Lingkungan seperti apakah yang kondusif untuk memunculkan atlet berprestasi tinggi? Inilah sebetulnya yang menjadi titik tolak penulisan disertasi ini. Sudah barang tentu, mengingat ini disertasi psikologi, maka kajian ditinjau dari disiplin psikologi dengan menjadikan teori kepribadian sebagai kerangka berpikir yang utama.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap I untuk mendapatkan jawaban tentang ciri kepribadian yang menunjang pencapaian prestasi dan lingkungan yang mempengaruhi atlet yang bersangkutan dalam meraih prestasi. Pada tahap ini penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan subjek sebanyak 10 atlet Indonesia yang memiliki prestasi tingkat dunia. Pengumpulan data diiakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada atlet yang bersangkutan dan orang-orang yang memiliki interaksi intensif dengan atlet seperti pelatih dan orang tua; Serta didukung dengan data sekunder seperti autobiografi, artikel berita media masa, dan dokumen lain yang relevan. Pada tahap II, penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban tentang sejauhmana ciri kepribadian yang oleh atlet yang berprestasi tinggi berbeda dengan atlet yang berprestasi rendah atau mereka yang bukan atlet. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Inventori Kepribadjan Atlet yang dikembangkan berdasarkan hasil studi kualitatif dan teori kepribadian dari Allport. Pengolahan data dilakukan dengan analisis faktor dan Analisis Varian Multivariat.

Secara umum, hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni: ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali. (2) Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi. Secara berturut-turut, peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen, ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali. (3) Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga, individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu, di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet. (4) Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga, pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial, model dan sparring partner.

Sehubungan dengan temuan studi ini, perlu disarankan hal-hal berikut. Pertama, ketujuh ciri kepribadian di atas perlu dijadikan rujukan dalam pembinaan atlet Indonesia ke depan dan pada saat yang sama juga dijadikan inclikator psikologis dalam melakukan seleksi atlet Indonesia. Kedua, lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga yang merupakan lingkungan utama atlet perlu dioptimalkan fungsi dan perannya untuk menumbuh-kembangkan ciri-ciri kepribadian dan prestasi atlet. Ketiga, budaya olahraga yang berintikan partisipasi perlu dibangkitkan dalam masyarakat yang dimulai dari institusi keluarga. Keempat, atlet perlu diberikan pembinaan kepribadian. Kelima, pembinaan atlet perlu dilakukan dengan menempatkan atlet sebagai individu yang utuh, bukan sekadar menuntut mereka untuk berlatih dan berprestasi, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka.
2006
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks naskah ini membahas tentang wontenipun pangeran, kekuasaannya, keluhurannya, kemuliaannya, kesuciannya, keabadiannya, dan keadilannya, serta membahas tentang pambukaning manah. Naskah disalin oleh Raden Pujaharja, di Surakarta, pada tahun 1922. Penyalinan naskah ini dilakukan di atas buku catatan harian daftar penjualan TOKO MANAHAN pada tahun 1921. Pada halaman sebaliknya, terdapat daftar kata yang disertai dengan arti keterangannya yang didasarkan atas penggolongannya (Kawi, Arab)
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.174-B 12.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Ahmad Mukharror
Abstrak :
Pariwisata penyelaman hiu di Indonesia telah berkembang dengan pesat sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan penghasilan dari pariwisata hiu peringkat empat di dunia. Pengelolaan pariwisata hiu yang baik dapat menyediakan dukungan kepada kehidupan komunitas lokal masyarakat pesisir serta memberi manfaat bagi upaya konservasi. Oleh karena itu, studi perilaku hiu dibutuhkan untuk mempelajari interaksi yang bertanggung-jawab antara hiu karang dan manusia dalam konteks pariwisata hiu dan konservasi. Penelitian ini mengkaji ciri-ciri individu hiu yang khas dan mengevaluasi perilaku agonis hiu karang pada saat interaksi dengan manusia dengan perlakuan pemberian umpan makanan, perlakuan pemberian medan magnet, dan perlakuan pengenalan diri dengan cermin. Penelitian perilaku hiu karang dilakukan dengan metode diver operated video di timur laut pulau Mitita, Kabupaten Pulau Morotai dan dilakukan dengan teknik observasi dan pengukuran panjang tubuh hiu antara Februari 2013 hingga September 2019. Hasil penelitian menunjukkan hiu karang sirip hitam dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri individu yang khas dan menunjukkan perbedaan perilaku agonis pada saat berinteraksi dengan manusia sesuai usia hiu dan jenis kelamin hiu. Identifikasi hiu karang sirip hitam di Morotai dapat sebagai alat bantu kegiatan konservasi hiu oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Perilaku hiu karang sirip hitam pada saat berinteraksi dengan manusia digunakan pengaman pada aktifitas penyelaman wisata hiu. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui secara lebih rinci perilaku-perilaku hiu yang baru ditemukan
Shark watching tourism in Indonesia has been growing vastly and put Indonesia as rank four in the list of countries that economically benefitting from shark tourism. Responsible shark diving management provides supports for local coastal community and gives benefit to the conservation efforts. Hence, shark behavior study is required to examine the responsible interaction between sharks and human underwater in the context of shark tourism and conservation. This research analyses the natural marking identification of blacktip reef shark individuals and evaluates the agonistic behaviors of shark during shark-human interactions based on their characteristics when they are treated with hand feeding, magnet exposure, and mirror self recognition. This research employs diver underwater video method in north eastward Mitita island, in Morotai Island Regency and conducted with behavior observation and shark total length measurement techniques from February 2013 to September 2019. Research results showed that blacktip reef shark can be identified using their individual natural markings and poses set of agonistic behaviors during interaction with human based on their ages and sex. Identification of blacktip reef shark in Morotai can be utilized to assist conservation activities by local government and public. Shark behavior knowledge can be used to improve safety precaution during shark diving activities. However, further detailed study is needed to evaluate newly found behavior of this blacktip reef sharks.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T55003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1975
S2224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Djunaidy
Abstrak :
Dalam makalah ini dibahas hasil desain dan implementasi perangkat lunak pencarian ciri-ciri wajah dengan masukan berupa citra wajah yang memiliki ukuran tertentu, dengan menggunakan gabungan metode model distribusi titik dan algoritma genetika. Perangkat lunak dibagi menjadi dua sub-sistem, yaitu sub-sistem pelatihan, data pelatihan diproses dengan menggunakan metode model distribusi titik untuk mendapatkan serangkaian parameter yang berguna pada proses pencarian. Selanjutnya dalam sub-sistem pencarian, parameter-parameter tersebut dimodifikasi dan dikombinasi dengan menggunakan metode algoritma genetika untuk mendapatkan ciri-ciri wajah yang dimiliki oleh citra. Uji coba perangkat lunak dilakkukan terhadap 30 citra wajah yang berbeda, dian setiap citra diuji coba dengan 24 parameter algortitma genetika yang berbeda. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tingkat kesalahan yang merepresentasikan perbedaan koordinat titik-titik dari citra uji coba terhadap citra pelatihan berada pada interval 2% - 17% dengan tingkat kesalahan minimum, maksimum dan rata-rata berturut-turut sebesar 2.5%, 16.18% dan 5.92%.
2002
JIKT-2-2-Nov2002-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pattirajawane, Herman
Abstrak :
ABSTRAK Dalam telaah tentang efektivitas kepemimpinan melalui pendekatan teori kontinjensi (situasional), dikatakan bahwa efektivitas pemimpin tergantung atau merupakan kontinjensi dari interaksi berbagai faktor, yaitu: karakteristik pemimpin, anggota, dan.situasi atau lingkungan di sekitar kelompok itu. Dalam pendekatan kontinjensi bisa didapati dua asumsi yang berbeda dalam hal meningkatkan efektivitas kepemimpinan; yaitu: pertama, lebih mudah mengubah situasi dimana pemimpin itu berada disbanding mengubah gaya kepemimpinannya yang relatif tetap. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya. kedua, lebih mudah mengubah gaya kepemimpinan seorang pemimpin dibanding mengubah situasi dimana pemimpin itu berada. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah gaya dan perilakunya agar sesuai dengan situasi yang ada. Asumsi pertama bisa ditemukan pada teori kontinjensi Fiedler, yang mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan ditentukan oleh adanya 'kesesuaian' antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu. Sebagai contoh pemimpin yang mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' akan efektif pada situasi yang sangat terkendali (high control situation) dan juga pada situasi yang kurang terkendali (low control situation). Situasi tersebut dibentuk oleh kesatuan dari variabel hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas , dan derajat keberdayaan kedudukan (position power) pemimpin. Semakin tinggi atau kuat derajat variabel-variabel situasi itu, semakin tinggi pengendalian pemimpin atas kelompoknya. Asumsi kedua, bisa didapati pada teori teori kontinjensi lainnya; antara lain: teori situasional Hersey & Blanchard yang menganjurkan pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kematangan anggota dan tingkat kompleksitas tugas serta situasi; demikian juga dengan teori Vroom & Yetton yang menganjurkan bagaimana pemimpin mengadakan penyesuaian dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan anggota dalam berbagai situasi. Kemampuan fleksibel ini juga dapat dilihat melalui teori 'self monitoring' yang mengatakan adanya kemampuan individu dalam memantau berbagai situasi kemudian beradaptasi serta menyesuaikan dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak rumusan-rumusan teori Fiedler berlaku, khususnya di PT Caltex Pacific Indonesia. Dengan demikian, dapat dijajaki pemanfaatan teori ini untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Selain itu ingin diketahui juga sejauh mama peran ciri kemampuan self monitoring pemimpin dalam pengkajian teori Fiedler, dan efektivitas kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan studi kajian lapangan dengan sampel non probability yang tergolong purposive, terhadap 54 subyek yakni para 'penyelia' atau supervisor dengan kelompoknya di PT Caltex Pacific Indonesia. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji binomial menunjukkan, bahwa dari 44 penyelia yang mempunyai 'efektivitas kelompok tinggi' terdapat 25 (56%) penyelia dengan kelompoknya, yang berinteraksi sesuai dengan teori Fiedler. Sedangkan 19 penyelia (44%) tidak menggunakan penerapan sesuai dengan teori Fiedler, tetapi mempunyai efektivitas kelompok tinggi. Pada 25 penyelia yang sesuai atau in-match dengan teori Fiedler, terdapat 4 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' dan 16 penyelia mempunyai 'orientasi pada sosial mandiri' atau socio independent, dan 5 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada hubungan' Selain itu suatu kemampuan 'high self monitoring' (kecendrungan mempunyai gaya fleksibel) ditemukan pada 19 dari 25 penyelia yang sesuai (in-match); dan 14 dari 19 penyelia yang tidak sesuai (out of match) teori Fiedler. Kesimpulan: Penelitian ini mendukung teori Fiedler, tetapi hanya bagi penyelia yang mempunyai LPC rendah dan LPC tengah. Penyelia dengan LPC rendah (gaya orientasi pada tugas) akan efektif pada situasi yang terkendali. Sedangkan penyelia dengan LPC tengah (gaya orientasi sosial mandiri) akan efektif pada situasi yang terkendali dan situasi agak terkendali. Teori Fiedler tidak didukung bagi penyelia yang mempunyai LPC tinggi (gaya orientasi pada hubungan). Interaksi antara kemampuan self monitoring tinggi dengan situasi lebih berperan dibanding interaksi antara LPC dengan situasi, dalam peningkatan efektivitas kepemimpinan. Saran-saran: - Mengadakan pelatihan bagi penyelia yang agak sulit mengubah gaya kepemimpinannya agar bisa mengetahui ciri kepribadian serta kesesuaiannya dengan situasi. - Mengadakan pelatihan agar penyelia lebih fleksibel dalam gaya kepemimpinan terutama menghadapi situasi yang terus berubah. - Mengadakan penelitian lanjutan mengenai orientasi, ciri kepribadian, dan perilaku penyelia dalam hubungannya dengan situasi dan efektivitas kepemimpinan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Respati Winedar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariq Fauzan
Abstrak :
ABSTRACT
Umumnya untuk membedakan antara lidah perokok dan lidah bukan perokok adalah dengan melihat secara visual yang dilakukan oleh praktisi medis dan masih bersifat invasif. Dalam penelitian ini, sistem pengenalan lidah perokok dibangun dengan menggunakan teknik pencitraan hiperspektral dengan rentang spektrum panjang gelombang VNIR Visible Near Infrared berbasis kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur. Tujuan penelitian ini adalah membangun sistem pengenalan lidah perokok berbasis kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur untuk meningkatkan nilai akurasi pada sistem pengenalan lidah perokok yang berbasis ciri spektral saja. Ciri spektral yang digunakan adalah nilai reflektansi yang didapat langsung dari ROI Region of Interest citra lidah, sedangkan untuk ciri tekstur yang digunakan adalah nilai energi, homogenitas, korelasi, dan kontras yang didapat pada metode ekstraksi ciri GLCM Gray level Co-occurence Matrix. Kedua ciri tersebut dikombinasikan sebagai input yang digunakan pada tahapan seleksi ciri dengan metode PLS Partial Least Square, yang kemudian akan diklasifikasikan menggunakan metode SVM Support Vector Machine. Hasil klasifikasi SVM kemudian dilakukan validasi dengan menggunakan metode k-cross validation. Nilai Akurasi yang didapat dari hasil klasifikasi SVM dengan kombinasi ciri spektral dan ciri tekstur di 4 bagian lidah, lebih baik dibandingkan dengan nilai akurasi yang didapat dari hasil klasifikasi SVM dengan ciri spektral saja, dengan kenaikan akurasi sebesar 1,19 untuk lidah bagian anterior, 3,35 untuk lidah bagian posterior, 7,95 untuk lidah bagian lateral A, dan 1,02 untuk lidah bagian lateral B.
ABSTRACT
Generally, to differentiate between smoker 39s tongue and non smoker 39s tongue is by doing an eye examination, which is invasive and performed by medical practitioners. In this research, smoker 39s tongue recognition system is built by using hyperspectral imaging technique with range of VNIR wavelength spectra, which is based on a combination of spectral features and texture features. The aim of this study is to built smoker 39s tongue recognition system based on a combination of spectral features and texture features to increase the value accuracy of smoker 39s tongue recognition system based on its spectral features only. The spectral features used are the reflectance value obtained from ROI Region of Interest from tongue images, while the texture characteristics used are the energy value, homogenity, correlation, and contrast obtained from extraction method of GLCM Gray Level Co occurence Matrix features. Both features are combined as an input used in the feature selection stage by using PLS Partial Least Square method, which then will be classified by using SVM Support Vector Machine method. After that, the SVM classification result will be validated by using k cross validation method. The value accuracy which is obtained from SVM classification result, by combining the spectral features and the texture characteristics in four regions of tongue, is better than the value accuracy from SVM classification result with spectral features only, with an accuracy increase of 1.19 for anterior region of tongue, 3.35 for posterior region of tongue, 7.95 for lateral A region of tongue, and 1,02 for lateral B region of tongue.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Yuniarti
Abstrak :
[ABSTRAK
Berdasarkan data WHO tahun 2014, diperkirakan sekitar 15 juta orang di dunia yang terinfeksi hepatitis B (HBsAg+) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi). Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus HBV dan penyakit hepatitis D disebabkan oleh virus HDV. HDV tidak dapat hidup tanpa HBV. Hepatitis D erat hubungannya dengan infeksi virus HBV, sehingga sangat realistis bila setiap usaha pencegahan terhadap hepatitis B, maka secara tidak langsung mencegah hepatitis D. Pada tesis ini akan dibahas bagaimana hasil pengelompokan barisan DNA HBV menggunakan algoritma k-means clustering dengan menggunakan perangkat lunak R. Dimulai dengan mengumpulkan barisan DNA HBV yang diambil dari GenBank, kemudian dilakukan ekstraksi ciri menggunakan n-mers frequency, dan hasil ekstraksi ciri barisan DNA tersebut dikumpulkan dalam sebuah matriks dan dilakukan normalisasi menggunakan normalisasi min-max dengan interval [0, 1] yang akan digunakan sebagai data masukan. Jumlah cluster yang dipilih dalam penelitian ini adalah dua dan penentuan centroid awal dilakukan secara acak. Pada setiap iterasi dihitung jarak masing-masing objek ke masing-masing centroid dengan menggunakan Euclidean distance dan dipilih jarak terpendek untuk menentukan keanggotaan objek di suatu cluster sampai akhirnya terbentuk dua cluster yang konvergen. Hasil yang diperoleh adalah virus HBV yang berada pada cluster pertama lebih ganas dibanding virus HBV yang berada pada cluster kedua, sehingga virus HBV pada cluster pertama berpotensi berevolusi dengan virus HDV menjadi penyebab penyakit hepatitis D.
ABSTRACT
Based on WHO data, an estimated of 15 millions people worldwide who are infected by hepatitis B (HBsAg+) are also infected by hepatitis D. Hepatitis D infection can occur simultaneously with hepatitis B (co infection) or after a person is exposed to chronic hepatitis B (super infection). Hepatitis B is caused by the HBV virus and hepatitis D is caused by HDV virus. HDV can not live without HBV. Hepatitis D virus is closely related to HBV infection, hence it is really realistic that every effort of prevention against hepatitis B can indirectly prevent hepatitis D. This thesis discussed the clustering of HBV DNA sequences by using k-means clustering algorithm and R programming. Clustering processes is started with collecting HBV DNA sequences that are taken from GenBank, then performing extraction HBV DNA sequences using n-mers frequency and furthermore the extraction results are collected as a matrix and normalized using the min-max normalization with interval [0, 1] which will later be used as an input data. The number of clusters is two and the initial centroid selected of cluster is choosed randomly. In each iteration, the distance of every object to each centroid are calculated using the Euclidean distance and the minimum distance are selected to determine the membership in a cluster until two convergent clusters are created. As the result, the HBV viruses in the first cluster is more virulent than the HBV viruses in the second cluster, so the HBV viruses in the first cluster can potentially evolve with HDV viruses that cause hepatitis D., Based on WHO data, an estimated of 15 millions people worldwide who are infected by hepatitis B (HBsAg+) are also infected by hepatitis D. Hepatitis D infection can occur simultaneously with hepatitis B (co infection) or after a person is exposed to chronic hepatitis B (super infection). Hepatitis B is caused by the HBV virus and hepatitis D is caused by HDV virus. HDV can not live without HBV. Hepatitis D virus is closely related to HBV infection, hence it is really realistic that every effort of prevention against hepatitis B can indirectly prevent hepatitis D. This thesis discussed the clustering of HBV DNA sequences by using k-means clustering algorithm and R programming. Clustering processes is started with collecting HBV DNA sequences that are taken from GenBank, then performing extraction HBV DNA sequences using n-mers frequency and furthermore the extraction results are collected as a matrix and normalized using the min-max normalization with interval [0, 1] which will later be used as an input data. The number of clusters is two and the initial centroid selected of cluster is choosed randomly. In each iteration, the distance of every object to each centroid are calculated using the Euclidean distance and the minimum distance are selected to determine the membership in a cluster until two convergent clusters are created. As the result, the HBV viruses in the first cluster is more virulent than the HBV viruses in the second cluster, so the HBV viruses in the first cluster can potentially evolve with HDV viruses that cause hepatitis D.]
2015
T44666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>