Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhiajeng Cinthya Prativi
Abstrak :
Angka residivis tahun 2020 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 24.000 residivis dengan tingkat residivis global 18.12%. Tidak dipungkiri bahwa Klien Balai Pemasyarakatan (Bapas) juga turut andil dalam angka tersebut. Penting untuk melakukan studi tentang bagaimana jajaran internal Bapas mempersepsikan kinerja mereka sendiri karena kinerja yang sesuai dengan harapan atau ideal dinilai dapat memberikan hasil kerja yang efektif, efisien, dan adaptif, namun apabila kinerja tidak mencapai standar atau harapan maka diskrepansi akan terjadi dan akan memberikan efek domino pada hal yang lain. Penelitian ini terkhusus akan membahas kinerja atas tugas pokok dan fungsi dalam program pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan Klien oleh PK. Terdapat dugaan bahwa pada 4 kantor Bapas wilayah DKI Jakarta telah memunculkan diskrepansi atau kesenjangan antara persepsi harapan dengan persepsi realita perihal pelaksanaan tupoksi PK yang didasari oleh persepsi kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan total 197 responden yang kemudian dilakukan Crosstab Chi-Square dan Uji F pada item atau indikator yang didasari oleh teori Masa Percobaan, teori Rehabilitasi, dan Teori Intervensi Sosial, serta konsep Penilaian Dimensi Kinerja SDM. Hasil menunjukkan bahwa pada 4 kantor Bapas wilayah DKI Jakarta, kinerja SDM Bapas tidak mampu mencapai persepsi harapan sehingga diskrepansi terjadi. Konsep yang dapat melengkapi teori pada penelitian ini dan sekaligus sebagai aspek yang tidak ditemukan pada tiap – tiap Bapas di wilayah DKI Jakarta yakni: (1) Work-Performance Aspect; (2) Self-Motivation Aspect; (3) Five Competency Aspect; dan (4) Climate Organization. ......The 2020 recidivism rate shows that Indonesia has 24,000 recidivists with a global recidivism rate of 18.12%. It is undeniable that Correctional Center Clients (Bapas) also contributed to this figure. It is important to conduct a study of how the internal ranks of Bapas perceive their own performance because performance that is in accordance with expectations or ideal is considered to be able to provide effective, efficient and adaptive work results, but if performance does not reach standards or expectations then discrepancies will occur and will have an effect dominoes on other things. This research will specifically discuss the performance of the main tasks and functions in the assistance program, mentoring, and supervision of Clients by PK. There is an allegation that in the 4 Bapas offices in Jakarta there has been a discrepancy or gap between perceptions of expectations and perceptions of reality regarding the implementation of the duties and functions of PK based on work perceptions. This study used a descriptive quantitative method with a total of 197 respondents who then carried out the Chi-Square Crosstab and F test on items or indicators based on the theory of Trial Period, Rehabilitation theory, and Social Intervention Theory, as well as the concept of HR Performance Dimensional Assessment. The results show that in the 4 offices of Bapas DKI Jakarta, the performance of Bapas' human resources is not able to achieve the perception of expectations so that discrepancies occur. Concepts that can complement the theory in this research and at the same time serve as aspects that are not found in each of the Bapas in the DKI Jakarta area, namely: (1) Work-Performance Aspect; (2) Self-Motivation Aspect; (3) Five Competency Aspects; and (4) Climate Organization.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Riza Widyarsa
Abstrak :
ABSTRAK
Libanon adalah sebuah negara di Timur Tengah yang menerapkan pola patron-client dalam dinamika politik. Pola ini berjalan sejak jaman Usmani sampai pada masa pemerintahan Republik Libanon dan terns berjalan dalam memasuki abad ke-21. Di Libanon zaim (tokoh masyarakat) adalah sang patron, sementara masyarakat adalah para client. Kepemimpinan zaim (jamak: zuama') di Libman sangat dominan pada masa terbentuknya Republik Libanon pada tahun 1943, perang saudara dan pada pemilu parlementer. Ini menunjukkan bahwa pola patron-client yang feodal, dapat eksis pada sebuah negara dan masyarakat yang telah mengadopsi ideologi republik. Metode yang diterapkan dalam penulisan tesis ini adalah metode studi kasus. Di mana tesis ini hanya menjelaskan pola patron-client di Libanon. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui studi pustaka. Pola patron-client dapat tetap berjalan di Libanon, karena pola ini adalah sebuah pola yang 'nail?. Pola patron-client dapat memasuki dan 'berasimilasi' dengan sistem republik. Zuama' juga dipandang sebagai pengikat sebuah komunitas, tidak hanya sekedar pemimpin komunitas. Sistem patriarchal yang telah membudaya di Libanon selama berabad-abad juga menjadi penyebab mengapa pola patron-client tetap berjalan di Libanon. Zuama' dipandang sebagai sang ayah dan provider, yang otoritasnya tidak dapat diganggu gugat oleh komunitas. Namun dengan berjalannya waktu, kekuasaan zuama' tergeser dengan naiknya pamor politisi-politisi non-zuama', khususnya dari warga Syiah. Hal ini dikarenakan zuama' tidak dapat memberikan sesuatu kepada komunitas, khususnya warga Syiah.
ABSTRACT
Lebanon is a country in the Middle East that's still use patron-client relationships in her political dynamics. Patron-client relationships in Lebanon have existed since the Ottoman time up to the present time. In Lebanon zuama' (community leaders) act as the patrons, while the clients are the rest of the populations. Zaim or zuama' (p1.) have been very dominant during the establishment of the republic in 1943, civil wars, and parliamentary elections. It shows that, even though patron-client system is feudal in nature, it has survived in a country which adopting republican system of government. The method use for this thesis is a study case method. Since this thesis is concentrate in explaining patron-clients patterns in Lebanon. Researched for this thesis was done through library researches. Patron-client patterns still exist in Lebanon because of its 'fluidity'. It can 'penetrate' and 'assimilate' with the republican system. As for the community, zuama' are seen as someone who holds the community together, not only as a mere leader. Patriarchal system in Lebanon, which had become a part of the local culture, had contributed to the existence of patron-clients patterns. Zaim is seen as the father and the provider of the community with unquestioned authority. However, as the time moves on, the authority of zuama' had been challenged by non-zuama' politicians, especially among the Shi'a community. These changes occur because some zuama' are unable to fulfill the needs of their communities.
2007
T20729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Setyani
Abstrak :
Kemandirian klien pemasyarakatan dapat terwujud apabila klien mendapatkan pendampingan yang baik dari orang terdekatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku mandiri klien pemasyarakatan dalam proses pengembangan kemandirian, mengetahui bentuk pendampingan sosial yang diterima oleh klien pemasyarakatan guna pengembangan kemandirian serta pelaksanaan bimbingan kemandirian di Bapas Kelas I Jakarta Pusat guna mendukung pengembangan kemandirian klien pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan studi literatur, wawancara mendalam dan observasi, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah tujuh orang klien dewasa yang telah bekerja, dua orang anggota keluarga klien, satu orang tokoh masyarakat, dan tiga orang pembimbing kemasyarakatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada klien yang mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, namun klien mampu mengembangkan kemandiriannya berkat pendampingan yang diberikan dari orang terdekatnya. Klien yang telah mandiri memiliki perilaku mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah, menguatkan diri untuk menjadi lebih baik, mampu mengembangkan potensi diri serta mampu mengakses lapangan pekerjaan sesuai keterampilan yang dimiliki. Selain itu, klien juga mendapatkan pendampingan dari keluarga dan pembimbing kemasyarakatannya berupa sikap menerima klien kembali, dukungan, saran serta informasi yang berhubungan dengan pengembangan potensi dirinya. Klien belum mendapatkan pendampingan sosial dari masyarakat karena ada rasa ketidakpedulian masyarakat terhadap upaya klien untuk mandiri. Masyarakat sekitar tempat tinggal klien hanya sebatas memenuhi hak sosial klien dengan menerima kembali keberadaan klien di lingkungan dan belum memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan kemandiriannya.
The self-reliance of correctional clients can be realized if the client gets good assistance from the people closest to him. This study aims to describe the self-reliance behavior of correctional clients in the process of developing self-reliance, to find out the forms of social assistance received by correctional clients for the development of self-reliance and the implementation of self-reliance guidance at Correctional Center in Central Jakarta for supporting correctional client independence development. This study uses a qualitative approach with a descriptive design. Data gathering techniques include literature and documentary search, in-depth interviews and observations, while the informants in this study were seven adult clients who had worked, two members of the clients family, one community leader, and three community counselors. This study result described that there are still clients who get a negatif stigma from the community, but clients are able to develop their self-reliance thanks to the assistance provided from their closest people.The client who has independent has a behavior able to identified and solved their problem, reinforced themselves to be better, be able to developing their potency and be able to has a job accessed which could appropriate with their skills. Moreover, the clients also got a good social assistance from their family and community mentors in the form of accepting returning clients, support, advices and information which connected with their potential development. The client has not received social assistance from the community because there is a sense of public indifference to the clients efforts to be independent.Their neighborhood society just fulfilled client social rights with reacceptance them in society and has not paid more attention to the development of its self-reliance.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kompetisi, yang lebih kompetitif di pasar asuransi kendaraan bermotor, memimpin masing-masing perusahaan asuransi untuk meningkatkan kualitas layanan mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan klien mereka dan dapat menciptakan loyalitas yang ada pada akhir tujuan perusahaan dalam rangka mencapai profit
330 JMM 5:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kompetisi, yang lebih kompetitif di pasar asuransi kendaraan bermotor, memimpin masing-masing perusahaan asuransi untuk meningkatkan kualitas layanan mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan klien mereka dan dapat menciptakan loyalitas yang ada pada akhir tujuan perusahaan dalam rangka mencapai profit
330 JMM 5:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ice Yulia Wardani
Abstrak :
Bagian Keperawatan Jiwa Komunikasi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia (FIK UI) sejak bulan September 2000 mengembangkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam area keperawatan jiwa di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. MPKP Jiwa, RS Dr, H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan MPKP pertama khusus jiwa. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan metode kuantitatif, menggunakan rancangan cross sectional, yang dilakukan pada periode rawat 4 Februari sampai dengan 30 Juli 2001 terhadap status klien jiwa sebanyak 79 kasus. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya karakteristik klien yang dirawat di ruang MPKP. Pada penelitian didapatkan bahwa kelompok terbesar adalah kelompok usia dewasa (20-55 tahun) dan kelompok jenis kelamin laki-laki yang terutama berdomisili di daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi), khususnya di Bogor yaitu area terdekat dengan rumah sakit. Sebagian besar tidak bekerja, berpendidikan SMU sedangkan jumlah dengan status pernikahan "belum menikah" hampur sama dengan yang "sudah menikah"dan termasuk golongan etnik Sunda. Megenai diagnosis karakteristik keluarga klien yang terbanyak ditemukan sebagai berikut: tipe keluarga besar dengan anak lebih dari 2, pola komunikasi tertutup dan mengadakan pertemuan keluarga saat makan bersama. Status kesehatan yang terbanyak adalah alasan masuk rumah sakit adalah marah, marah dan bicara-tertawa sendiri dan kelompok sebelumnya tidak pernah dirawat dibandingkan dengan kelompok yang sebelumnya tidak pernah dirawat dibandingkan dengan kelompok yang pernah dirawat jumlahnya hampir sama, dengan rata rata lama rawat klien adalah 9 hari. Masalah keperawatan yang terbanyak adalah masalah halusinasi. Pendidikan kesehatan yang dilakukan adalah terutama terhadap masalah waham curiga dan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ditujukan terhadap upaya sosialisasi. Sebagai diagnosis medik ditemukan terbanyak schizofrenia paranoid. Dengan demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik klien di ruang MPKP sangat bervariatif. Untuk melakukan terapi keperawatan yang optimah perlu adanya penetapan karakteristik klien yang akan dirawat di ruang MPKP

Characteristics of clients nursed in Professional Nursing Model, Psychiatric Unit, Dr. H. Marzuki Mahdi Hospital Bogor. Since September 2000, Community and Mental Health Department Faculty of Nursing University of Indonesia, have developed Professional Nursing Practice Model (PNPM) on Psychiatric Nursing at Dr. H. Marzoeki Mahdi Health Hospital. PNPM at Marzoeki Mahdi Hospital is the first PNPM especially for mental health. The study was a quantitative cross sectional study conducted during the period February 4th to July 30th 2001 and covering 79 client. The aim of the study was to identify characteristics of clients at PNPM. It was found that most of the clients were males, aged 20-55 years, living in the area of Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi), especially in Bogor, the city of the hospital. Most of them had no job, with a senior high school education whereas the number with unmarried status was nearly the same with the number with married status and belonged to the Sundanese ethnic group. Characteristics of the family were mostly as followed: big family, with more than 2 children, closed communication and family meeting during meals. On health status it was found that clients were admitted to the hospital because of angry/violence, angry/violence and talking/laughing by themselves, whereas the number of clients in the group never nursed in a hospital before were nearly the same as the number in the group ever nursed before, with average length of staying in hospital 9 days. It was revealed that the problem of hallucination was mostly found among the nursing problems. Health education was mostly on efforts to eliminate paranoid problems and Activity Group Therapy was focused on efforts to socialize the clients. The medical diagnosis of most of the clients was paranoid schizophrenia. It was concluded that in this study characteristics of the clients in PNPM was very varied. For optimal nursing criteria of clients at PNPM who should be admitted should be established.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rusbi Azhar
Abstrak :
Belum adanya gambaran kepuasan klien merupakan masalah di Poliklinik Penyakit Dalam lnstalasi Rawat Jalan RSMH Palembang. Kepuasan klien yang rendah akan berdampak kunjungan pasien pada rumah sakit, sehingga pada akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan klien dan Faktor yang diduga herhubungan dengan kepuasan klien yaitu interaksi perawat-klien dan karakteristik klien. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSMH Palembang dari tanggal 12 Maret sampai 17 Maret 2001 dengan pendekatan kuantitatif, crossc sectional pada 114 klien rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan klien sebesar 55,3 % yang merupakan gambaran komposit dari respon perawat, kecepatan pelayanan, keramahan dan kejelasan informasi yang dilakukan oleh perawat. interaksi perawat-klien dicerminkan dengan 4 komponen yaitu perilaku, tampilan emosional, waktu dan tahapan interaksi. Keempat komponen ini seluruhnya berhubungan dengan kepuasan klien dan salah satu diantaranya yaitu perilaku merupakan faktor yang paling dominan. Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Kepala lnstalasi Rawat Jalan untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat melalui petugas kesehatan untuk dapat memperhatikan klien yang mempunyai harapan yang tinggi terhadap perilaku perawat dan cenderung tidak puas terhadap layanan perawat. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kepuasan ini terutama menyangkut tentang kepuasan klien diruang-ruang rawat inap dan kualitas pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan.
Universitas Indonesia, 2001
T568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Taryana
Abstrak :
Tindakan pembedahan sebagai salah satu upaya terapi medis, selain bertujuan untuk menyembuhkan klien, juga dapat menimbulkan beberapa penyulit, seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, gangguan saluran perkemihan serta terlambatnya penyembuhan luka pembedahan. Selain itu pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca bedah. Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah, yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien dalam menghadapi pembedahan. Di USA pelaksanaan pendidikan kesehatan terbukti telah dapat mengurangi pemakaian obat-obatan, mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, mengurangi lama hari rawat yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang harus dikeluarkan klien. Bahkan sejak 1972, perhimpunan rumah sakit di Amerika telah menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pra bedah adalah hak klien, sehingga merupakan keharusan bagi perawat untuk melaksanakannya. Di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung pendidikan kesehatan pra bedah telah dilaksanakan, namun belum maksimal. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman perawat, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta pengawasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kepada hal di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan klien pra bedah di RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilaksanakan melalui kegiatan cross sectional survei dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada 99 orang perawat sebagai responden (total sampel) yang bertugas di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan dari 6 variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah. Dari hasil analisis regresi logistik ternyata variabel pendidikan mempunyai hubungan yang paling bermakna dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka peluang perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah yang baik mencapai 15.29 kali dibanding tingkat pendidikan rendah. Rata-rata perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah didapatkan hasil baik 44.4% dan kurang 55.6%. Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah di RSU.Dr. Hasan Sadikin Bandung, disarankan untuk terus memelihara dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat, melengkapi protap yang sudah ada dengan protap pendidikan kesehatan pra bedah, serta melengkapi sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.
Factors Which Related to Nurse Behavior in the Implementation of Pre - Operative Health Education Clients in Surgical Department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, in 2001Operation as one among other efforts of medical therapies, besides the aims of healing the clients, also able to cause various complication, such as respiratory system disorders, gastrointestinal system disorders, urinary system disorders and the delayed of wound healing. On the other hand operation leads to stress, because of threaten to the body, integrity and human soul. This unsolved stress can make problems on pre-operative, during operation and post operative. (Perioperatively) One of the efforts that should be undertaken by nurses to solve the problems above is to implement the pre-operative health education, which in principal purpose is to prepare physical and mental of the clients facing operation. In USA the implementation of health education proven could decrease drug consumption, lessen the painful and anxiety. These all would cut down the duration of treatment days, and at last could decrease the hospital payment that should be paid by the client. More over since 1972, the American Hospital Association has declared that pre-operative health education is a right of the client, so it should be a necessity for nurse to implement it. In the surgical department in RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, pre-operative health education has been implemented, but not maximum yet. There are many factors that might be influenced the implementation of the pre-operative health education, such as; education, knowledge, attitude, nurse experiences, instruments, the provided facilities and the supervision of the implementations. Based on those mentioned above, the objective of this research was to obtain information concerning factors which related to nursing behavior in the implementation of pre-operative health education clients, in surgical department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. The research was conducted through activities of cross sectional survey, using respondents of nurses which worked at the surgical department in RSU. Dr.Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 99 respondents, and data collection was done through observation of nursing activities and interview. Statistical analysis used distributions frequencies and chi-square analysis to find the relationships among the dependence variable and each independence variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also used to find the dominance independence variable which gave the highest relation. The research results showed there was a significant relationship among nurses behavior in the implementation of pre-operative health education with education level and knowledge. The nurses which higher level education were usually done better in implementing pre-operative health education, 15.29 times compared with the low level education. On the average nurse behavior of the pre-operative health education got the good results 44.4% and less than 55.6%. To RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung suggested to complete operational procedure with the pre-operative health education guidance, to complete the instruments and facilities, also the continuation of effort in increasing the nurse education, should be kept and increased.
2001
T9338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munaya Fauziah
Abstrak :
Vaginosis bakterial merupakan ISR semakin menjadi perhatian terutama oleh bidang kebidanan dan kandungan setelah ditemukannya hubungan antara vaginosis bakterial pada perempuan hamil dengan kejadian prematuritas atau endometritis pasca persalinan. Vaginosis bakterial ditemukan berhubungan dengan kelahiran preterm pada bayi BBLR dan keguguran pada kehamilan sebelumnya, dapat menjalar ke traktus genitalis bagian atas dan menyebabkan penyakit radang panggul dan dihubungkan dengan selulitis pada pasien pasca histerektomi jika sebelumnya dijumpai vaginosis bakterial. Vaginosis bakterial juga berkaitan erat dengan kejadian infeksi menular seksual yang perlu menjadi perhatian terutama pada era infeksi HIV saat ini. Sekitar 50% perempuan seksual aktif menderita vaginosis bakterial. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian AKDR dengan kejadian infeksi vaginosis bakterial pada klien klinik mobil Yayasan Sehati di Bali tahun 1998-2000. Hasil penelitian pada 308 pasien menunjukkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 36,7% dan persentase pengguna AKDR 45,5%. Dari seluruh sampel, prevalensi trikomoniasis sebesar 15,9%, gonore 0,3%, klamidia 7,8% dan kandidiasis 7,8%. Sedangkan persentase pasien yang melakukan bilas vagina sebesar 5,5% dan suami/partner yang memiliki pasangan seks >1 dalam 3 bulan terakhir 15,3%. Dari hasil analisis bivariat, terdapat empat variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap infeksi vaginosis bakterial yaitu: 1) AKDR (POR=1,72; 95% CI: 1,08-2,75), 2) Kandidiasis (POR=0,07; 0,01 - 0,50), 3) Klarnidia (POR= 2,18; 95%CI: 0,94 - 5,03), 4) Bilas vagina (POR= 0,22; 95% CI: 0,05-0,96). Hasil analisis multivariat menunjukkan tidak ada interaksi antara variabel independen utama AKDR dengan kovariat lain dan tidak ditemukannya variabel confounding pada hubungan antara penggunaan AKDR dengan kejadian infeksi vaginosis bakterial. Kesimpulan dari penelitian ini penggunaan AKDR berhubungan dengan peningkatan peluang infeksi bakterial vaginosis (POR=1,72; 95%CI: 1,08-2,75). Secara statistik hubungan ini bermakna dengan nilai-p=0,023. Mengingat dampaknya yang cukup serius maka perlu dilakukan pelatihan pelatihan secara terus menerus untuk upaya deteksi dan penatalaksanaan ISR khususnya vaginosis bakterial pada tenaga kesehatan yang bertugas dalam pelayanan KB. Saran kepada petugas pelayanan kesehatan reproduksi agar dilakukan upaya skrining pada saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim maupun pada saat dilakukannya kontrol. Saran kepada para peneliti agar melakukan penelitian dengan menggunakan desain yang lebih kuat dalam mengukur sebab akibat seperti desain cohort dan mencari faktor-faktor lain yang memiliki kemungkinan hubungan dengan vaginosis bakterial yang belum diteliti pada penelitian ini serta melakukan penelitian secara luas pada IMS lain. Daftar Bacaan: 58 (1982-2004)
The Association of Intrauterine Device Use and Vaginosis Bacterial Infection Among Clients of Mobile Clinic of Sehati Foundation, Bali 1998-2000Bacterial vaginosis have been associated with prematurity and endometritis and become major concern particularly by obstetric and gynecology division. The presence of bacterial vaginosis was related to preterm delivery low birth weight infant, and the loss of an earlier pregnancy and infection of upper genital tract. Bacterial vaginosis was related to sexually transmitted disease, which become major concern in the era of HIV/IDS nowadays. About 50% sexually active women infected with bacterial vaginosis. The goal of this cross sectional study design is to know the effect of intrauterine device to bacterial vaginosis among clients of Sehati Foundation mobile clinic in Bali 1998-2000. This study found that among total sample (308), the prevalence of bacterial vaginosis is 36,7% and proportion intrauterine device use is 45,5%. Prevalence of trichomoniasis is 5,9%, gonorrhea is 0,3%, chlamydia is 7,8% and candidiasis is 7,8%. Women who douch is 5,5% and husband/partner who have more than one sexual in the past three months is 15,3%. Bivariat analysis show 4 variable which have significant association with bacterial vaginosis, they are: I) IUD (POR=1,72; 95% CI: 1,08-2,75), 2) Candidiasis (POR=0,07; 0,01 - 0,50), 3) Chlamydia (POR= 2,18; 95%CI: 0,94 - 5,03), 4) Douch (POR= 0,22; 95% CI: 0,05-0,96). The result of the study that IUD uses is associated with the raise of bacterial vaginosis infection risk (POR=1,72; 95%CI: 1,08-2,75). This association significant statistically with p-value =0,023. In a multivariate analysis there is no association between IUD and other covariates and there are not variables, which confound the relation between IUD and bacterial vaginosis. Based on the result above, it is recommended to do a sustainable training on detection program on sexually transmitted infection particularly bacterial vaginosis to the health official in the family planning clinic. The health official before IUD insertion and when it is controlled should do screening. Future study should be done to review the variable which have not study in this research with design which can give more strength association to estimate the causal and effect relation, for example is cohort study, and to review sexually transmitted infection comprehensively. References: 58 (1982-2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyo Santoso
Abstrak :
Meningkatnya peran Investor Kesehatan Swasta, baik domestik maupun asing, disertai semakin tingginya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, mengakibatkan persaingan yang semakin ketat antar-pelaku pelayanan kesehatan di Tanah Air. Lakespra 'Saryanto', lembaga kesehatan milik TNI-AU/ABRI, mengalami pula dampak perkembangan tersebut berupa banyaknya keluhan atas lamanya waktu penyelesaian hasil General Medical Check-up yang dilaksanakannya. Upaya menekan waktu penyelesaian yang berkisar antara 7 (tujuh) sampai 14 (empat betas) hari ini, adalah dengan melaksanakan Penelitian Kerja. Penelitian ini dibatasi pada Penelitian Waktu terhadap 207 (dua ratus tujuh) berkas General Medical Check-up Klien Swasta, serta difokuskan pada proses penyelesaian hasil saja. Janis penelitian adalah deskriptif-analitik, dan menurut waktunya adalah penelitian cross sectional. Populasi penelitian berkas General Medical Check-up klien swasta selama bulan November 1995, dengan jumlah sampel sebesar 207 (dua ratus tujuh) berkas. Data Primer dan Data Sekunder diamati dan dicatat melalui Lembar Pengumpul Data oleh beberapa anggota Aeroklinik serta siswa Sekolah Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa angkatan XIV. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan yang sangat besar antara Waktu Penyelesaian Sebenarnya dan Waktu Standar, dengan penyebab yang bervariasi dari Laju kerja, Sifat Produk, Cara Kerja, Kegagalan Manajemen, sampai Hal-hal dalam Batas Kemampuan Karyawan. Kesimpulan penelitian adalah bahwa usaha Lakespra 'Saryanto' meningkatkan income belum diimbangi mutu pelayanan manajerial yang sesuai, tercermin dari keterlambatan penyelesaian yang disebabkan oleh, pertama sebagian besar pekerjaan masih manual, kedua banyaknya waktu idle akibat dari hal-hal yang bersifat teknisprosedural maupun yang bersifat doktrin-prinsipiil. Upaya penanggulangan dilaksanakan dengan mengacu aspek-aspek tertentu, seperti hakekat Lakespra 'Saryanto', tugas dan fungsi, kekuatan, prioritas masalah, alternatif pemecahan, prosedur penanggulangan, dan lain sebagainya; yang terangkum dalam 2 (dua) pilihan yaitu menambah Modal Investasi dengan memanfaatkan Teknologi Komputer, atau melalui Teknik Manajemen Mempersingkat Kadar Kerja. Daftar Bacaan : 36 (1973-1994)
Besides higher health-service quality required by the public; the recent booming of non-governmental health investors' role, of either local or of foreign origin, have caused tighter competition among Health Services in the country. The 'Saryanto' Institute of Aerospace Medicine, an Armed-Forces Health Institution, is also suffering from the impact of this situation. Lots of complaints on the production time of its non-governmental patient's general medical check-up result have been addressed to this Institution. In an effort to minimize the delay, which usually takes 7 (seven) to 14 (fourteen) days, we have conducted a Work Sampling Study. This study is limited only to Time Expedience on 207 (two hundred and seven) non-governmental patient's general medical check-up files, and especially focused on their completion process. Typologically the study is an analytically descriptive, while according to the time of observation it is cross-sectional. The population is all of the non-governmental patient's general medical check-up files; and its sample is made up of the files of the second and third weeks of November 1995. Both primary and secondary data have been observed and written down on a Data Collecting Form by Data Collectors consisting of some Aero clinic?s personnel and students of the School of Aerospace Medicine XIV. Final result of the study reveals a large gap between the Current Production Time and the Standard Time. It is caused by certain factors such as Rating Factor, Product Variety, Working Method, Management Failure, and Limitations of Working Capability. This study concludes, in spite of the effort to promote its market and income; this Institute still falls short of servicing its clients properly. This is easily concluded from the time spent to complete its non-governmental patient's check-up files. Causes can be grouped into 2 (two) categories; too much of the routine is carried out manually, and too much idle time occurred as the result from either technical-procedural problems or basic-doctrinal ones. Solving this problem should be done by reconsidering certain aspects, such as the nature of the 'Saryanto' Institute, its assignments, resources, priorities, problem-solving alternatives, etc. In conclusion to the alternatives, to achieve immediate improvement and eliminate idle time, either Capital Investment by computerization or improve Managerial Efficiency is recommended.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>