Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tansa Qurrota A`Yuna
"Google mampu meningkatkan keuntungan hingga $200 juta dengan melakukan sebuah eksperimen di mana mereka menguji beberapa warna biru pada tulisan iklan di tampilan website nya. Namun demikian, dalam menemukan tampilan website yang memberikan performa terbaik dari jutaan pengunjung tidaklah mudah. Salah satu kriteria bahwa sebuah website memiliki performa yang baik adalah dengan tingginya click through rate yang dimiliki website tersebut. Untuk menangani permasalahan ini, salah satu metode yang dapat digunakan adalah A/B testing. Cara A/B testing bekerja adalah  dengan membagi pengunjung laman website menjadi dua kelompok; treatment group dan control group. Masing-masing kelompok akan disajikan varian laman website yang berbeda. Respons dari pengunjung atas laman website kemudian dicatat dan diuji performa antara varian A dan varian B. Pada tahap pengujian, ada dua metode yang dapat digunakan yaitu frequentist dan Bayesian. Metode frequentist membuat prediksi hanya menggunakan data yang ada dari percobaan yang dilakukan. Sedangkan metode Bayesian menggunakan prior yang akan akan diperbarui seiring dengan bertambahnya data yang diterima. Output dari metode Bayesian A/B testing berupa keyakinan akan rentang nilai sebenarnya dari click through rate. Keyakinan ini dituangkan dalam bentuk distribusi posterior. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa metode Bayesian A/B testing  mampu memberikan inferensi yang cukup baik meskipun dengan pemilihan prior yang tidak informatif. Dari hasil tersebut, maka sebuah perusahaan bisa memanfaatkan metode ini menguji tampilan laman website.

Google was able to increase profits by up to $200 million by conduction experiments where they tested some shades of blue of the advertisement link in their website display. However, finding the website display which provides the best performance from millions of visitors is not easy. One of the criteria that a website has a good performance is that it has a high number of click through rate. To solve this problem, one of the method that can be used is A/B testing. A/B testing works by dividing the website visitors into two groups; treatment group and control group. Each group will be presented with different website page variants. The responses from visitors are recorded and tested for knowing which variant performs better. At the testing stage, there are two methods that can be used, frequentist and Bayesian. The frequentist method makes predictions using only the data available from the experiments. While the Bayesian method uses priors that will be updated as the data is received. The output from Bayesian A/B testing method is a belief of range from the actual value of click through rate. This belief is expressed in the form of posterior distribution. From this research, Bayesian A/B testing method is able to provide quite good inference even though we select a non informative prior. From this result, a company can apply this method to test the website display."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Dexon
"Penelitian ini menyelidiki faktor-faktor yang terkait dengan kegiatan membaca pada mahasiswa baru. Self-efficacy membaca, perceived behavior com:-ol (PBC) terhadap kegiatan membaca dan dukungan kelompok ditcmukan mempunyai hubungan erat dengan kegiatan membaca. Temuan ini digunakan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan frekuensi membaca melalui vriabel dukungan kelompok yang digunakan untuk mcningkatkan sel-efficacy membaca dan perceived behavior control terhadap kegiatan membaca. Partisipan dalam intervensi terdiri dari mahasiswa dan siswa SMA yang secara sukarela mengikuti program intewensi. Melalui pre dan pos! IGSI, ditcmukan peningkatan signifikan pada PBC, ikatan antar partisipan dalam kelompok (ingroup ties), sense of belonging terhadap kelompok dan persepsi partisipan mengenai penghargaan orang lain alas keberhargaan dan kemampuannya (dimensi dukungan sosial reassurance of worih). Evaluasi terhadap hasil intervensi memperlihatkan keberhzmilan program dalam menciptakan dukungan kelompok dan meningkatkan PBC, namun tidak meningkatkan frckuensi membaca partisipan. Evaluasi terhadap proses intcrvensi memperlihatkan program intervensi tidak dijalankan sesuai rancangan dengan adanya terminasi prematur dari program. Temuan-temuan dari proses intervensi beserta saran terhadap pengembangan penelitian dan program intcrvunsi didiskusikan secara rink......This study investigates variables related to reading activities in college students. Reading sellletiicaey, perceived behavior control in reading activities (PBC), and social provision in reassurance of worth are identified as variables that strongly related to reading activities. An intervention programme using group support to increase reading self-efficacy and PBC are then designed to increase reading activities. The participant are college freshmen and high school students that listed themselves voluntarily. Pre and post test showed significant increase in PBC, ingroup ties, sense of belonging to the group, and participant perception in reassurance of others to their competence, skill and value. Although there is no significant increase on reading frequency, the evaluation of programme results showed a success in creating group support and increasing PBC. The evaluation of process showed that the programme wasn?t go as planned and prematurely ended. Other findings for further research and program development are later discussed in details."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Munir
"Nyeri pinggang bawah merupakan masalah kesehatan kerja yang paling tua dalam sejarah. Sampai sekarang masih tetap merupakan masalah yang sering dijumpai. Di perusahaan ini nyeri pinggang bawah selama dua tahun terakhir ini menduduki urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi keluhan nyeri pinggang bawah ini.
Metoda penelitian: Berupa studi kros seksional dengan analisis kasus kontrol. Jumlah sampel pada kelompok terpajan (bagian mixing) sebanyak 230 orang dan pada kelompok tidak terpajan (bagian quality control) sebanyak 109 orang. Data penelitian didapat dari medical records, medical check up, kuesioner, observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Hasil penelitian : Pada kelompok mixing (n=230) didapatkan angka prevalensi untuk keluhan nyeri pinggang sebesar 92,2% dan pada kelompok quality control (n=109) sebesar 21,1%. Dan faktor-faktor yang berpengaruh secara bermakna pada terjadinya keluhan nyeri pinggang dari yang paling kuat pengaruhnya adalah berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (pada kelompok mixing dan quality control). Untuk kelompok mixing saja faktor yang paling kuat mempengaruhi adalah umur (p=0,0000; 13 ,325). Untuk yang quality control yang besar pengaruhnya adalah pendidikan (p=0,000 ;B=0,412).
Diskusi : Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa faktor berat beban, merokok, status, umur, masa kerja, pengetahuan cara mengangkat, frekuensi mengangkat dan pendidikan (p = < 0,05) bermakna dalam mempengaruhi keluhan nyeri pinggang . Dan faktor lain seperti pelatihan, SOP dan alat pelindung diri yang tidak bisa dibuktikan secara statistik tetapi kenyataannya berpengaruh. Ini terbukti dari penelitian yang dilakukan di Rusia oleh Toroptsova NV (et al). Maka dan itu untuk mencegah dan mengurangi keluhan nyeri pinggang perlu kerjasama yang baik dari pihak manajemen, tenaga kerja dan dokter perusahaan.
......Low Back Pain Among the Workers Food Spices Factory in Purwakarta and the Factors that Related Low back pain is the very old occupational and safety problem in history. Until now still as an occupational and safety problem that most happen. In this factory, low back pain became the second top of ten kinds of diseases that often happen after upper respiratory tract infection. That's why, this case study done with goal to know the prevalence and the factors that related with low back pain.
Method: A cross sectional study with case control analysis. Sample consisted of mixing group 230 workers and quality control group 109 workers. Data were collected from medical records, medical check up results, questioners, observation, interview and physical examination.
Results: The prevalence of low back pain among mixing group is 92,9% and among quality control group is 21,1%. The factors that related significantly with low back pain are: weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education among mixing group and among quality control group (p=<0,05). For the mixing group the factor that is strongly influents low back pain is age (p ,0000 : B-0,325). And for the quality control group is education (p=0,0000; B= 0,412).
Discussion: There were statistically significant relation between weight of load, smoking, status, age, duration of working, knowledge of the technique for lifting, frequency of lifting and education (p<0,05) with low back pain. The other factors like training, SOP (Standard Operation Procedure) and protection equipment that were statistically can not proved but in fact these factors can significantly related with low back pain In Toroptsova NV (et a!) study already proved those factors could cause low back pain. That's why for preventing and reducing this problem needs cooperation between management, workers and occupational and safety doctor in factory."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library