Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwantyastuti
"ABSTRACT
Coronary Heart Disease (CHD) morbidity and mortality rate is increasing dramatically in the last 15 years in Indonesia. Available data show that among the contribution factor changes in life style and demographic transition are prominent.
A hypothetical risk factor for CHD is lipid peroxidation, a reaction between oxygen free radical and lipid parts of cell membranes and low density lipoprotein (LDL). Food habit is following a pattern of nutrient and non-nutrient intakes, including fatty acids and antioxidants. Fatty acid intakes determine the susceptibility of the lipid parts of eell membranes and LDL to peroxidation by free radicals. Theoretically, antioxidants will protect against oxidative damage caused by oxygen free radicals. Commercially available and advertised antioxidants such as vitamin E are widely used inspite of limited information on the interrelation between lipid peroxide levels in the Indonesian elderly with CHD risk factors such as food habits, dyslipidemia and obesity.
A two-phase study on the elderly (55-85 years.) guided by the health centers was undertaken in Jakarta. Data for both phases were collected through interviews, anthropometric measurements, blood analysis and blood pressure measurements. Univariate, bivariate and multivariate analysis were done using SPSS and WorldFood 2 programs.
The first phase was a cross-sectional study to see the association between lipid peroxides and fatty acids, vegetables, fruits, tempe intakes, obesity, smoking, dyslipidemia and hypertension. The samples were 394 elderly. The variables
found correlated with lipid peroxides were LDL, intake of mono and poly-unsaturated fatty acids, tempe, and vitamin E. The study showed an increase level of lipid peroxides with age and ethnic differences with the highest level of lipid peroxides among the Minangkabau.
The second phase is a randomized double-blind trial giving 600 mg/day vitamin E supplementation or placebo for 12 weeks to 152 elderly with the high level of lipid peroxides found in the cross-sectional study. The objective was to see if there was a change of lipid peroxide levels after the intervention. The results showed a significant decrease of lipid peroxides level in the vitamin E group compared to placebo after being adjusted with age, waist-hip ratio (WHR), plasma cholesterol, and saturated fatty acids (SAFA) intake. The high density lipoprotein (HDL) was also increased significantly in the vitamin E group compared to placebo group.
Randomized controlled trial taking into account the confounding variables such as age, sex, ethnic, waist-hip ratio, saturated fat intake, carbohydrate intake and plasma cholesterol might be able to elucidate the specific beneficial effect of vitamin E supplementation. Health education and information concerning foods that have effect on lipid peroxidation, such as tempe should be endorsed. More studies should be undertaken to find other food or beverage that have protecting effects against lipid peroxides."
2000
D40
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, Medical, 2007
617.412 Int
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Saheta, N.P.,
Bombay: Bharata Medical Journal, 1969
616.123 SAH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zetira Muchtar
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26611
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian : ?Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pola eliminasi; konstipasi pada klien post operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)?. Desain penelitian yang di gunakan adalah metode deskriptif sederhana, dengan responden sebanyak 30 orang klien post operasi CABG. Alat pengumpulan data berupa angket/ kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti, dengan menyediakan 4 pilihan jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Penelitian dilakukan pada bulan April dan Mei 2002 di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Angket yang memenuhi syarat untuk di lakukan pengolahan data sebanyak 30 orang klien Dari hasil pengolahan data penelitian temyata pola eliminasi buang air besar pada klien berubah yang sebelum operasi sekali sehari menjadi tiga hari bahkan lebih setelah operasi bam bisa buang air besar. Faktor penyebab dari hal tersebut antara Iain: mobilisasi klien post operasi sangat terbatas, pola diet jumlah serat dan intake makanan kurang, konsumsi cairan perhari tidak adekuat, dan pengaruh usia lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian : "Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pola eliminasi; konstipasi pada klien post operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)".
Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif sederhana, dengan responden sebanyak 30 orang klien post operasi CABG. Alat pengumpulan data berupa angket/ kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti, dengan menyedial-can 4 pilihan jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Penelitian dilakukan pada bulan April dan Mei 2002 di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Angket yang memenuhi syarat untuk di lakukan pengolahan data sebanyak 30 orang klien.
Dari hasil pengolahan data penelitian temyata pola eliminasi buang air besar pada klien berubah yang sebelum operasi sekali sehari rnenjadi tiga hari bahkan lebih setelah operasi bam bisa buang air besar. Faktor penyebab dari hal tersebut antara Iain : mobilisasi klien post operasi sangat terbatas, poia diet jumlah serat dan intake makanan kurang, konsumsi cairan perhari tidak adekuat, dan pengaruh usia lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5252
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Marsini
"Penyakit jantung koroner dan asma masih menjadi beban bagi kesehatan masyarakat global. Pada penderita asma diketahui terjadi peningkatan penanda inflamasi yang berperan dalam patogenesis terjadinya aterosklerosis hingga menimbulkan sakit jantung koroner. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara asma dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013. Sampel penelitian adalah individu berusia > 19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yakni tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, dislipidemmia dan obesitas berdasarkan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita asma adalah 0,9% (95% CI 0,7-1,1). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asma dengan penyakit jantung koroner dan berbeda menurut kelompok umur. Penderita asma pada kelompok umur ≤45 tahun memiliki OR sebesar 2,7 (95% CI 2,0-3,7) sedangkan pada penderita asma yang berusia >45 tahun memiliki OR sebesar 7,9 (95% CI 5,8-10,9) untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukan penderita asma. Oleh karena itu, penderita asma diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisiknya seperti berolahraga secara teratur serta menerapkan pola hidup sehat dengan tidak merokok dan pengaturan pola makan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung koroner.<

Coronary heart disease and asthma still becoming burden for global public health. In patients with asthma have been known to increase the inflammantory markers which have role in pathogenesis to make atherosclerosis until being coronary heart disease. This study was conducted to see the relations of asthma between coronary heart disease by using cross sectional study design and data of National Basic Health Survey 2013. The samples of study were individuals aged >19 years who fulfilled inclusion criteria such as individuals who don’t have diabetes melitus, hypertension, dyslipidemia and obesity based on interview. The results showed that the prevalence of coronary heart disease in patients with asthma was 0,9% (95% CI 0,7% -1,1%). There was a statistically significant relations between asthma and coronary heart disease with differed by age group. Asthma in the age group ≤45 years had OR 2,7 (95% CI 2,0-3,7) whereas in patients with asthma aged >45 years had OR 7,9 9 (95% CI 5,8-10,9) for coronary heart disease compared with non-ashmatics. Therefore, the people with asthma are expected to increase physical activitysuch as exercising regularly and apply a healthy lifestyle with no smoking and dietary patterns to reduce the risk of coronary heart disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irman Firmansyah
"Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebagai masalah kesehatan di Indonesia. Terdapat peningkatan kejadian PJK dihubungkan dengan peningkatan sindrom metabolik. Sampai saat ini belum ada data prevalensi sindrom metabolik pada subyek dengan PIK di RSCM.
Tujuan: Untuk melihat proporsi sindrom metabolik pads populasi penderita PAC, serta profil komponen sindrom metabolik.
Metode Penelitian bersifat deskriptif, dilakukan pada bulan Maret-Nopember 2005 di Poli Kardiologi, Divisi Kardiologi Departemen Penyakit Dalam RSCM.. Subyek adalah penderita PIK di RSCM dengan jumlah responden 92 subyek.
Hasil: Dari 92 responden didapatkan hasil yang mengalami sindrom metabolik pada PJK sebesar 45 (48,9%) lebih besar dibandingkan populasi umum (16,5%-31,1%), dengan komposisi laki-laki 30 (66,7%) clan perempuan 15 (33,3%). Rerata usia 59 tahun (1K 95% 55-63), rerata tekanan darah sistolik 133,9 mmHg (IK 95% 129,7-138,1), rerata tekanan darah diastolik 83,2 mmHg (IK 95% 80,8-85,6), rerata indeks massa tubuh 25 kg/m2 (IK 95% 24,3-25,7), rerata lingkar perut 86,5 cm (IK 84,6-88,4), rerata HDL 42,9 mg/dL (IK 95% 41,04,8), rerata LDL 133,7 mg/dL (IK 95% 126,3-141,1), rerata trigliserida 149,9 mgldL (1K 95% 131,6-168,2), rerata glukosa darah puasa 110,4 mg/dL (1K 95% 101,9-118,9).
Simpulan Sindrom metabolik ditemukan pada sebagian besar populasi penderita PJK.
Kata Kunci : PJK, sindrom metabolik, proporsi.

Background: Coronary heart disease (CHD) has become one of health problems in Indonesia. The increment in CHD incidence is associated with increment in metabolic syndrome. Currently, there is no data about metabolic syndrome in patient with CHD at Dr. Cipto Mangunkusumo hospital.
Purpose_ (1) To find out the proportion of metabolic syndrome among CHD patients. (2) To find out the profiles of the components of metabolic syndrome.
Methods: We conducted a descriptive study during March - November 2005 in Cardiology outpatient unit, Dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The subjects for this study were CHD patients who came to the outpatient unit. The numbers of subjects included were 92 people.
Results: From 92 subjects who participated in this study, we found 45 subjects (48.9%) had metabolic syndrome more than general population 16.5%-31.1%). Thirty six subjects (66.7%) were male. Mean age was 59 years old (95% CI = 55 - 63 years old)_ Mean systolic pressure was 133.9 mmHg (95% CI = 1293 - 138.1 mmHg). Mean diastolic pressure was 83,2 mmHg (95% CI = 80.8 --- 85.6 mmHg). Mean Body Mass Index was 25 kglm2 (95% CI = 24.3 - 25.7 kglm2). Mean waist circumference was 86.5 cm (95% CI = 84.6 - 88.4 cm). Mean HDL level was 42.9 mg/dL (95% CI = 41,0 - 44.8 mg/dL). Mean LDL level was 133.7 mg/dL (95% CI = 126.3 - 141.1). Mean triglyceride level 149.9 mg/dL (95% CI = 131.6 - 168.2 mg/dL). Mean fasting blood glucose level was 110.4 mg/dL (95% CI = 101.9 -118.9).
Conclusion. Metabolic syndrome was found in the majority of CHD patients.
Keywords : coronary heart disease, metabolic syndrome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniati
"Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penyebab kematian terbanyak di Indonesia yaitu PJK yang semakin meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke-3 (1986) dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995 dan 2001. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian utama pada 58,3% pekerja di perusahaan minyak di Jawa Tengah tahun 2005 dan 40% pekerja di sebuah pabrik semen di Jawa Barat tahun 2006 & 2007 Kurniawidjaja, 2007).
Kasus kematian karena PJK (serangan jantung) juga terjadi di PT ITP Citeurep- Bogor. Pada tahun 1984-2005 sebanyak 28% kasus kematian karena PJK (serangan jantung) terjadi pada karyawan yang masih aktif di PT ITP. Sedangkan pada tahun 2007, kasus karyawan aktif yang meninggal oleh karena PJK di PT ITP yaitu sebanyak 4 kasus dari 10 kasus (40%). Pada tahun 2005-2007 tercatat 62 kasus PJK pada karyawan PT ITP. Dan 39 kasus diantaranya sudah mengalami tindakan pemasangan balon/ring dan operasi by pass jantung. Dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan
setiap tahun oleh PT ITP, pada tahun 2006 dan 2007 didapatkan adanya peningkatan faktor risiko PJK seperti kolesterol total, Body Mass Index, dan glukosa terganggu pada karyawan. Karyawan dengan kolesterol total tinggi (>200mg/dL) dari 46,9% meningkat
menjadi 64,1%. Karyawan dengan BMI ¡Ý25 kg/m2 dari 13,8% meningkat menjadi 42,3%. Karyawan dengan glukosa tergangu pada tahun 2006 dari 11,4% meningkat menjadi 13,8%. Data lain mengenai faktor risiko PJK pada karyawan PT ITP tahun 2007 yaitu sebanyak 7,3% karyawan memiliki hipertensi (tekanan darah ¡Ý140/90 mmHg) dan 43,2% karyawan merokok (Health Dept, PT ITP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko PJK berdasarkan faktor risiko kumulatif (Framingham), gambaran faktor risiko PJK berdasarkan usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan darah sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, dan hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, jabatan dengan tingkat risiko PJK serta besar peluang untuk memiliki risiko tinggi PJK. Desain studi potong lintang digunakan dalam penelitian 232 karyawan PT ITP tahun 2007. Berdasarkan kalkulasi skor risiko PJK Framingham, didapatkan prediksi bahwa dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, 8,2% karyawan PT ITP memiliki peluang yang besar untuk sakit jantung koroner. Dan 57,7% karyawan PT ITP memiliki peluang yang cukup besar untuk sakit jantung koroner. Diketahui pula 34,1% karyawan PT ITP memiliki peluang yang kecil untuk sakit jantung koroner. Proporsi risiko tinggi PJK lebih banyak pada karyawan yang berusia ¡Ý 50 tahun, pada karyawan dengan kolesterol total ¡Ý 200 mg/dL, pada karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL, pada karyawan dengan kadar HDL <40mg/dL, pada karyawan dengan
tekanan darah ¡Ý120/80 mmHg, pada karyawan yang diabetes, pada karyawan yang merokok, pada karyawan dengan IMT ¡Ý25kg/m2, dan pada karyawan yang jabatannya rendah. Ada hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, dan merokok dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun
2007. Tidak ada hubungan antara HDL, IMT, dan jabatan dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun 2007. Karyawan dengan kolesterol total ¡Ý200 mg/dL mempunyai peluang 2,07 kali
untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL mempunyai peluang 2,53 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan tekanan darah ¡Ý120/80mmHg mempunyai peluang 2,21 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang diabetes mempunyai peluang 6,41 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang
merokok mempunyai peluang 7 kali untuk berisiko tinggi PJK.
Saran yang dianjurkan sebagai upaya pengendalian risiko PJK yaitu Program olahraga yang sudah ada dan sudah dilaksanakan secara teratur, hendaknya juga terukur. Perlunya mewajibkan seluruh karyawan untuk mengikuti kegiatan olahraga dan penyuluhan umum mengenai gerakan hidup sehat sebagai usaha untuk meningkatkan
kesadaran karyawan dalam mengendalikan kadar kolesterol, kadar gula darah, dan tekanan darah yang merupakan faktor risiko PJK. Perlunya pencantuman laporan aktifitas fisik karyawan pada MCU. Perlunya upaya yang dapat mendorong pekerja untuk stop merokok karena peluang karyawan yang merokok untuk sakit jantung koroner lebih besar dari pada karyawan yang tidak merokok. Upaya tersebut dapat berupa pemberian penghargaan (reward) pada pekerja yang berhenti merokok. Perlunya mewajibkan karyawan yang menderita hipertensi atau diabetes untuk mengikuti penyuluhan hipertensi atau diabetes. Hendaknya pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan kadar gula puasa sudah dilakukan pada karyawan yang berusia ¡Ý30 tahun."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rea Ariyanti
"Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi sorotan utama. Di Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama dari seluruh kematian, dengan angka mencapai 26,4 , dimana angka ini empat kali lebih besar jika dibandingkan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Desain penelitian adalah case control. Sampel berjumlah 164 responden, terdiri dari 82 kelompok kasus dan 82 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan regresi logistik. Pada kelompok PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 50 sedangkan pada kelompok yang tidak menderita PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 17,1 . Hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner berbeda menurut status hipertensi. Setelah dikontrol usia, pada responden yang hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 19,8 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia, sedangkan pada responden yang tidak hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 2,5 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia. Direkomendasikan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan secara berkala dan mengubah gaya hidup dengan melakukan diet makanan sehat guna mengontrol profil lipid dan tekanan darah.

Coronary heart disease CHD is one of the major cardiovascular disease in the spotlight. CHD is the leading cause of death from all deaths, reaching 26,4 , where this figure is four times greater when compared with deaths caused by cancer. This study aims to determine the relationship of dyslipidemia and coronary heart disease in the National Cardiovascular Center Harapan Kita. Research design is case controll. The sample amounted to 164 respondents, consisting of 82 case groups and 82 control groups. Data analysis using logistic regression analysis. The finding shows, in patients with CHD, the percentage of respondents with dyslipidemia is 50 , while non CHD is 17,1 . The relationship of dyslipidemia with coronary heart disease differs according to hypertension status. After controlled by age, in hypertension respondents, dyslipidemia were 19,8 times more likely to have CHD than resondents who had not dyslipidemia. While in non hypertensive respondents, dyslipidemia were 2,5 times more likely to have CHD than respondents who had not dyslipidemia. It is recommended to the public to carry out regular medical checkup, and changing lifestyles by consuming healthy foods to control lipid profiles and blood pressure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>