Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Prasetyo Wiranto
"Dewasa ini masalah kejahatan tidak semata-mata dilihat sebagai masalah dalam hukum pidana, tetapi hal itu dikaji dalam kerangka berpikir yang lebih luas, yaitu dipadang pula sebagai masalah sosial. Hal itu menyebabkan penanggulangan kejahatan harus dikaitkan dengan persoalan-persoalan lain di luar hukum pidana, terutama dengan masalah kebijakan. Sebagai konsekuensinya aparat peradilan pidana dalam melaksanakan tugasnya mesti benar-benar memperhatikan berbagai kebijakan yang ditetapkan terhadap suatu kejahatan tertentu karena selain sebagai pedoman yang menentukan ke arah mana penegakan hukum pidana itu harus dilakukan. Hal itu juga menjadi batu ujian apakah upaya penanggulangan yang dilakukan telah benar efektif dan efesien. Adakalanya ditentukan untuk mengadakan penegakan hukum sepenuhnya terhadap suatu kejahatan, tetapi adakalanya pula kepada aparat peradilan pidana diberikan wewenang diskresi.
Subsistem kepolisian sebagai "gatekeepers" sistem peradilan pidana memainkan peran sentral karena proses peradilan pidana diawali dari subsistem ini. Adanya wewenang diskresi mengakibatkan kepolisian merdeka untuk menentukan apakah suatu tindak pidana akan disidik dan akan diteruskan kepada subsistem peradilan pidana setanjutnya atau tidak. Meskipun demikian, subsistem kepolisian juga sedapat mungkin mengupayakan pencegahan terhadap terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini aparat kepolisian juga dipandang sebagai "goat prevention officers".
Terhadap tindak pidana narkotika dan psikotropika ada beberapa kebijakan khas yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas Polri. Terhadap peredaran gelap narkotika dan psikotropika Polri dituntut untuk dapat mengadakan penegakan hukum secara tegas, untuk itu Polri "dipersenjatai" dengan berbagai wewenang tambahan agar lebih proaktif memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Bagi Polri dibuka kemungkinan kerja sama internasional dalam menghadapi masalah ini, baik bersifat bilateral, regional maupun multilateral. Terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, Polri lebih banyak melakukan pendekatan kesejahteraan mengingat karakter khas tindak pidana ini yang memandang pelaku sekaligus korban dan kecenderungan pelakunya adalah anak-anak dan remaja atau generasi muda pada umumnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmanofa Yunizaf
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Afif Muhammad
"ABSTRACT
Saat ini telah lahir sistem alternatif penyelesaian sengketa investasi yaitu Investment Court System yang unggul dalam beberapa aspek seperti kepastian hukum, konsistensi, transparansi dan lain sebagainya. Skripsi ini mengambil tiga rumusan masalah yaitu untuk mengetahui apa itu Investment Court System, apa keunggulan dan kelemahan dari gagasan Investment Court System, dan untuk mengkaji penerapan gagasan Investment Court System ini pada hukum Indonesia.Metode penelitian skripsi ini adalah yuridis-normatif mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma lain yang berlaku dan mengikat di masyarakat. Perolehan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan yakni melalui pengumpulan data sekunder. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa Investment Court System memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem arbitrase dan mampu melengkapi mekanisme arbitrase. Kesiapan hukum Indonesia dalam penerapan gagasanini dapat dikatakan belum siap karena belum memiliki infrastruktur hukum untuk menerapkannya secara paripurna. Diperlukan penyesuaian UU Penanaman Modal, khususnya dalam ketentuan penyelesaian sengketa penanaman modal. Saran Penulis untuk Pemerintah Indonesia adalah perlu kembali mengkaji mengenai sistem penyelesaian sengketa investasi asing yang selama ini diterapkan dalam UU Penanaman Modal dan mempertimbangkan alternatif baru, yaitu Investment Court System. Saran Penulis bagi kalangan akademisi Indonesia adalah untuk mengkaji lebih lanjut mengenai gagasan Investment Court System ini dan bagaimana penerapannya.

ABSTRACT
An alternative system of investment dispute resolution has been born, namely Investment Court System that excels in several aspects such as legal-certainty, consistency, transparency and so on. This thesis takes three problems, namely to find out what Investment Court System is, what are the advantages and disadvantages of the Investment Court System, and the application of Investment Court System to Indonesian law. This thesis research method is juridical-normative refers to legal norms and other norms that bind in the community. Data acquisition is done through library research which is through secondary data collection. The thesis conclusion is that the Investment Court System has several advantages and able to complete the arbitration mechanism. It can be said that Indonesia is not ready to implement the idea because it does not yet have a legal infrastructure for it. Adjustments of law are needed, especially in terms of investment dispute resolution provisions. The authors suggestion for the Indonesian Government is to review the system of investment disputes that have been implemented in the Investment Law and consider an alternative, Investment Court System. The authors suggestion for Indonesian academics is to study more about this Investment Court System idea and how it is implemented."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JY 6:1 (2013) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Ray Kresnadi Murtommo
"ABSTRAK
Investor State Dispute Settlement ISDS yang terdapat di dalam sebagian besar Bilateral Investment Treaties secara global mengandung beberapa kekurangan utama. Kekurangan-kekurangan ini menyebabkan mekanisme ISDS ini dikritisi oleh berbagai pihak dalam masyarakat termasuk para pakar, masyarakat umum, dan juga pemerintah-pemerintah itu sendiri, terutama dalam wacana dimasukannya ISDS ini ke dalam Transatlantic Trade and Investment Partnership TTIP . Karena itu, pemikiran untuk dibuatnya Investment Court System ICS dimunculkan oleh Uni Eropa sebagai solusi dari kekurangan-kekurangan pada ISDS untuk TTIP beserta seluruh perjanjian investasi Uni Eropa di masa yang akan datang. Dengan demikian, kekurangan-kekurangan utama pada ISDS beserta dengan fitur-fitur ICS yang dirumuskan dalam mengatasi kekurangan-kekurangan ISDS tersebut merupakan topik utama sekaligus tujuan dari penelitian ini. Di sini, berdasarkan metode penelitian normative di mana analisa dari sumber data sekunder telah dilakukan, telah ditemukan bahwa terdapat enam kekurangan utama di ISDS. Kekurangan-kekurangan utama tersebut terdiri dari tiadanya kontrol terhadap putusan yang dikeluarkan, transparansi, kempetensi dari para arbitrator, benturan kepentingan, dan dampak pada kedaulatan. Berkenaan dengan hal demikian, ICS mengatasi masing-masing dari kekurangan tersebut dengan membentuk Appeal Tribunal, Judges yang bersifat tetap untuk menciptakan konsistensi, mengadopsi UNCITRAL Rules of Transparency, menentukan standar kualifikasi dari para Judges, menghilangkan system penunjukan arbitrator oleh pihak bersengketa serta dualisme fungsi arbitrator, dan perlindungan yang lebih kuat untuk kedaulatan Host States melalui diatasinya kekurangan-kekurangan tersebut. Kesimpulannya, fitur-fitur dari ICS yang diajukan akan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam mekanisme ISDS dan karenanya, ICS merupakan mekanisme yang lebih baik disbanding dengan ISDS yang sekarang ini ada.

ABSTRACT
The Investor State Dispute Settlement ISDS that exists in the most Bilateral Investment Treaties in the globe contains protuberant drawbacks. These drawbacks had lead the current ISDS mechanism to be criticized by many parts of society that includes the scholars, general society, and the governments themselves, especially in its inclusion in the current Transatlantic Trade and Investment Partnership TTIP . Thus, the idea to establish an Investment Court System ICS is conceived by the European Union EU as the solution to the drawbacks of ISDS for the TTIP and all prospective investment agreements of the EU. In relation to this, the prominent drawbacks of the current ISDS along with the ICS as the solution to those drawbacks had been the main questions and objectives of this research. Here, based on the normative research method, in which the analysis of secondary data sources is conducted, it had been found that there are six prominent drawbacks of ISDS. Those main drawbacks consist of the inexistence of control toward the awards, inconsistency, transparency, arbitrators rsquo competence, conflict of interest, and effects on the sovereignty. Respectively, ICS encounters each of the drawbacks through the establishment of Appeal Tribunal, Judges with secure tenancy in upholding the consistency, adopting the UNCITRAL Rules of Transparency, setting the minimum qualification for the Judges, eradicating the party appointment for the arbitrators along with the dual roles of the arbitrators, and a stronger protection to the sovereignty of the Host States through tackling the aforementioned drawbacks. In the conclusion, the features of the proposed ICS shall be able to fix the problems in the current ISDS and therefore, ICS is a better mechanism compared to the current ISDS. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library