Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cyril Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Siklofosfamid merupakan obat antikanker yang umum digunakan dalam regimen kemoterapi untuk penyakit kanker payudara. Namun, penggunaan siklofosfamid dapat menyebabkan efek samping yaitu sistitis hemoragik yang dapat menyebabkan pendarahan saat berkemih dan berkembang menjadi kanker kandung kemih. Efek samping tersebut disebabkan oleh hasil samping dari metabolisme siklofosfamid yaitu akrolein. Akrolein akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk metabolit yaitu 3-HPMA. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kadar 3-HPMA dalam urin pasien kanker. Sampel urin diambil 4 jam setelah pemberian siklofosfamid dan urinalisis dilakukan untuk melihat resiko terjadinya hematuria. Analisis dilakukan secara KCKUT-SM/SM fase terbalik yang dilengkapi dengan sistem deteksi spektrometri massa triple quadrupole ESI positif. Preparasi sampel dilakukan dengan pengasaman dan dilusi. Metode analisis yang digunakan linier dengan rentang analisis 40-10000 ng/mL untuk 3-HPMA. Hasil analisis kadar 3-HPMA dalam 40 pasien kanker menunjukkan hasil yang sangat bervariasi, dengan konsentrasi terukur berkisar antara 113-9495 ng/mL dan kadar ternormalisasi kreatinin berkisar antara 650-5596 ng/mg kreatinin. Pasien dengan hasil positif hematuria menunjukkan rata-rata kadar 3-HPMA yaitu 4839 ng/mg kreatinin, sementara untuk pasien dengan hasil negative hematuria menunjukkan rata-rata kadar yaitu 2419,431 ng/mg kreatinin.
ABSTRACT
Cyclophosphamide is an alkylating agent commonly used in chemotherapy regimens for breast cancer, non-Hodgkins lymphoma, leukemia, and lung cancer. However, the use of cyclophosphamide can cause toxic side effects on the bladder, namely hemorrhagic cytitis which can cause hematuria and can later develop into bladder cancer. These side effects are caused by the byproduct of cyclophosphamide metabolism, acrolein. 3-HPMA is a stable metabolite of acrolein found in urine that serves as biomarker of acrolein. In this study, we developed a method to quantify 3-Hydroxy Propyl Mercapturic Acid (3-HPMA) in cancer patients urine. Urine samples were taken 4 hours after cyclophosphamide administration and urin alysis was done to observe the risk of hematuria. Analysis of 3-HPMA was performed by reversed phase UPLC-MS/MS equipped with triple quadrupole mass spectrometer positive ESI mode detection. The mobile phase used for analysis is 0,1% formic acid in water and in acetonitrile (90:10 v/v). The MRM was set at m/z 222.10>90.97 for 3-HPMA and 164.10 > 122.02 for the internal standard NAC. Sample preparation was done by acidification and simple dilution. The analytical method used is linear within the consentration range of 40-10000 ng/mL. The results showed varied levels of 3-HPMA in 40 cancer patients urine, with measured concentrations ranging from 113-9495 ng/mL and creatinine-adjusted levels ranging from 650-5596 ng/mg creatinine. Patients with positive results of hematuria showed 3-HPMA levels that were relatively high with mean level of 4839 ng/mg creatinine.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeline Melhan
Abstrak :
ABSTRACT
Siklofosfamid merupakan salah agen kemoterapi tertua yang masih banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara di Indonesia. Siklofosfamid diketahui dapat menimbulkan efek samping kerusakan kandung kemih dan memicu kanker kandung kemih sekunder. Dalam penelitian ini, dikembangkan metode untuk mengukur kadar Asam 3-Hidroksipropil Merkapturat (3-HPMA) dalam urin, penanda dari senyawa akrolein atau metabolit siklofosfamid yang bertanggung jawab menimbulkan toksisitas. Analisis dilakukan secara KCKUT-SM/SM fase terbalik dengan sistem deteksi spektrometri massa triple quadrupole ESI+. Fase gerak yang digunakan analisis adalah asam format 0,1% dalam air dan dalam asetonitril (90:10 v/v) dengan waktu analisis 7 menit. Nilai transisi dari MRM untuk 3-HPMA adalah 222,10>90,97 dan untuk baku dalam NAC adalah 164,10 > 122,02. Preparasi sampel urin dilakukan dengan mikrofiltrasi, pengasaman dan dilusi. Kurva kalibrasi untuk analisis dibuat pada rentang 40-10000 ng/ml. Metode divalidasi sesuai EMA 2011. Metode diaplikasikan kepada 17 pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi siklofosfamid dan hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan kadar 3-HPMA dalam urin pasien.
ABSTRACT
Cyclophopshamide is one of the oldest chemotherapeutic agents that are still actively being used to date for breast cancer treatment in Indonesia. Cyclophosphamide is known to cause bladder toxicity and may trigger secondary bladder cancer growth due to its metabolite called acrolein. In this study, we developed a method to quantify 3-Hydroxypropyl Mercapturic Acid (3-HPMA) as surrogate marker of acrolein level in urine sample. Analysis was performed by reversed phase UPLC-MS/MS triple quadrupole (+) ESI mode. The mobile phase used were 0.1% formic acid in water and in acetonitrile (90:10 v/v) with 7 minutes run time for each sample. The MRM was set at m/z 222,10>90,97 for 3-HPMA and 164,10 > 122,02 for internal standard. Sample preparation was done by microfiltration, acidification and simple dilution. The calibration curve ranged from range 40 ng/ml to 10.000 ng/ml. The method developed was validated in accordance to EMA Bioanalysis Guideline 2011. The method was successfully applied to 17 breast cancer patients with cyclophosphamide chemotherapy and the result showed that 3-HPMA concentration was distinctive among each patient.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Nurahman
Abstrak :
ABSTRAK Siklofosfamid (CPA) merupakan obat sitotoksik golongan agen pengalkilasi yang telah terbukti efektif penggunaannya dalam kemoterapi kanker payudara dan berbagai jenis limfoma. Sebagai prodrug, siklofosfamid harus dimetabolisme terlebih dahulu oleh enzim sitokrom P450, salah satunya adalah CYP2B6 yang bersifat sangat polimorfik. Selain itu, siklofosfamid juga dapat menyebabkan efek samping berupa sistitis hemoragik yang ditandai dengan hematuria dan dapat berkembang menjadi kanker kandung kemih. Efek samping tersebut disebabkan oleh salah satu metabolit dari siklofosfamid, yaitu akrolein. Akrolein akan dimetabolisme kembali menjadi beberapa metabolit, salah satunya adalah asam 3-hidroksipropil merkapturat (3-HPMA) yang berada di urin dengan kelimpahan yang paling banyak. Oleh karena itu, sifat toksik akrolein dapat dimonitor dari kadar 3-HPMA dalam urin. Namun, polimorfisme enzim CYP2B6 juga perlu dianalisis karena enzim tersebut merupakan salah satu enzim pertama yang mengubah siklofosfamid menjadi metabolitnya, yaitu 4-hidroksisiklofosfamid, yang nantinya akan diubah menjadi metabolit turunan lain. Skripsi ini memuat hubungan antara kadar 3-HPMA dalam urin, polimorfisme CYP2B6, dan kejadian hematuria setelah pemberian siklofosfamid beserta metode bioanalisisnya. Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, diperoleh bahwa KCKUT-SM/SM tipe ESI positif dengan metode preparasi sampel pengasaman dan dilusi menghasilkan hasil analisis kadar 3-HPMA dalam urin setelah pemberian siklofosfamid yang optimal. Selain itu, terdapat tipe polimorf CYP2B6 yang dapat meningkatkan hidroksilasi siklofosfamid sehingga kadar 3-HPMA juga dapat meningkat. Risiko kejadian hematuria turut bertambah tinggi seiring meningkatnya kadar 3-HPMA dalam urin. Skripsi ini dapat digunakan sebagai pertimbangan tenaga medis dalam pemberian siklofosfamid untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan terapi.
ABSTRACT Cyclophosphamide (CPA) is an alkylating agent cytotoxic drug that has been proved effective in breast cancer and many types of lymphoma chemotherapy. As a prodrug, cyclophosphamide needs to be metabolized by cytochromes P450 enzymes, like CYP2B6 which is a very polymorphic one. Cyclophosphamide can also cause hemorrhagic cystitis that defined by hematuria that can lead to bladder cancer. That adverse effect is caused by one of the metabolites of cyclophosphamide that is acrolein. Acrolein will be metabolized into some other metabolites, one of them is 3-hydroxypropyl mercapturic acid (3-HPMA) that has the biggest abundance in the urine. Thus, acrolein toxicity can be monitored from 3-HPMA concentration in urine. However, CYP2B6 polymorphisms also must be analyzed because CYP2B6 is one of the first enzymes that breakdowns cyclophosphamide into its metabolite, which is 4-hydroxycyclophosphamide, that also will be metabolized into some other derivatives. This thesis informs the correlation between 3-HPMA urine concentration, CYP2B6 polymorphisms, and hematuria occurrences after cyclophosphamide administration and its bioanalysis methods. After the literature review, I found that positive ESI mode LC-MS/MS with acidification and dilution sample preparation method produces an optimal result for the 3-HPMA urine concentration after cyclophosphamide administration. Also, there is a type of CYP2B6 polymorph that increases CPA 4-hydroxylation which can lead to the rising of 3-HPMA concentration. The risk of hematuria also increases with the rising of 3-HPMA concentration in urine. This thesis can be used by medical personnel as a consideration in cyclophosphamide administration to increase the effectiveness and safety of the therapy.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Samuel
Abstrak :
Siklofosfamid merupakan senyawa pengalkilasi golongan oksazafosforin, berkhasiat sebagai antineoplastik yang mengalkilasi DNA sehingga sel kanker gagal bereplikasi. Siklofosfamid dapat memberikan efek terapi apabila sudah termetabolisme menjadi 4-hidroksisiklofosfamid (4-OHCP). Analisis 4-OHCP dilakukan pada 26 orang pasien kanker Rumah Sakit Kanker ?Dharmais? yang mendapatkan regimen siklofosfamid. Darah yang digunakan sebagai sampel diambil pada 0,5 dan 1 jam setelah pemberian kemoterapi masing-masing sebanyak 3 ml. Analisis 4-OHCP dilakukan setelah plasma diderivatisasi dengan semikarbazid HCl menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi ? tandem spektrometer massa. Metode ini telah divalidasi pada penelitian sebelumnya, Hasil validasi metode secara parsial menghasilkan akurasi dan presisi intra hari dengan % diff dan koefisien variasi (KV) tidak lebih dari 15% dan tidak lebih dari 20% pada konsentrasi LLOQ. Kurva kalibrasi yang linear didapat pada rentang 50 ? 15.000 ng/ml untuk siklofosfamid dan 5 ? 1.000 ng/ml untuk 4-OHCP. Metode ini telah memenuhi syarat akurasi dan presisi intra hari sesuai EMEA Guidelines. Hasil analisis kadar 4-OHCP pada 26 pasien kanker menunjukkan kadar 4-OHCP yang terukur berada pada rentang 5,25 ng/ml hingga 832,44 ng/ml. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan dengan siklofosfamid pada 26 pasien kanker tersebut sudah tepat dan diharapkan dapat menyembuhkan kanker. ...... Cyclophosphamide is an alkylating agent from oxazaphosphorine compound, used as antineoplastic which alkylate the DNA cause the cancer cell fail to replicate. Cyclophosphamide is able to give therapeutic effect if it has been metabolized into 4-hydroxycyclophosphamide (4-OHCP). 4-OHCP analysis performed on 26 cancer patients in ?Dharmais? Cancer Hospital who get cyclophosphamide. Blood used as samples taken at 0,5 and 1 hour after administration of chemotherapy respectively 3 ml. Analysis of 4-OHCP done after plasma was derivatized with semicarbazide HCl by Ultra High Performance Liquid Chromatography ? Tandem Mass Spectrometry. This method has been validated in the previous research. Results of partial method validation produced intra-day accuracy and precision which % diff and coefficient of variation (CV) not more than 15% and not more than 20% at LLOQ concentration. A linear calibration curve produced in the range of 50 ? 15.000 ng/ml for cyclophosphamide and 5 ? 1.000 ng/ml for 4-OHCP. This method has been qualified for intra-day accuracy in accordance to EMEA Guidelines. Results of the analysis of 4-OHCP in 26 cancer patients showed the measured value of 4-OHCP are in the range of 5,25 ng/ml to 832,44 ng/ml. This suggests that treatment with cyclophosphamide in 26 cancer patients were appropriate and is expected to cure the cancer.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Maria Vianney
Abstrak :
Siklofosfamid merupakan salah satu obat kemoterapi golongan nitrogen mustar yang merusak DNA melalui alkilasi pada basa DNA dan menghasilkan DNA adducts. Alkilasi yang terjadi pada posisi N7 basa guanin menimbulkan efek sitotoksik yang berguna untuk terapi kanker. Akan tetapi, alkilasi yang terjadi pada posisi O6 basa guanin dapat memberikan efek mutagenik dan karsinogenik yang dapat memicu terbentuknya kanker sekunder. Senyawa karsinogenik tersebut dapat ditemukan dalam kadar yang sangat rendah pada pasien yang memperoleh terapi kanker agen pengalkilasi. Analisis O6-metilguanin dapat menjadi salah satu cara pemantauan terapi obat untuk menghindari risiko kanker sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode analisis yang sensitif dan selektif serta tervalidasi menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi-tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Analisis O6-metilguanin dilakukan menggunakan sampel Dried Blood Spot (DBS) dan allopurinol sebagai baku dalam. Kondisi analisis optimum diperoleh dengan menggunakan kolom C18 Acquity® Bridged Ethylene Hybrid (BEH) 1,7 µm, 100 mm x 2,1 mm; fase gerak larutan asam formiat 0,05%-asetonitril (95:5 v/v); laju alir 0,1 mL/menit; elusi gradien selama 6 menit; dan deteksi pada m/z 165,95 > 149 untuk O6-metilguanin dan m/z 136,9 > 110 untuk allopurinol. Metode analisis tervalidasi berdasarkan Food and Drug Administration (FDA) tahun 2018 dengan rentang konsentrasi linear antara 0,5-20 ng/mL.
Cyclophosphamide is a nitrogen mustard chemotherapy drug that damage DNA through alkylation in the DNA base and produce DNA adducts. Alkylation that occurs in the N7 position of guanine base has a cytotoxic effect which is useful for cancer therapy. However, the alkylation that occurs in the O6 position of guanine bases can have mutagenic and carcinogenic effects that can trigger secondary cancer. This carcinogenic compound can be found in very low concentration in cancer patients who had been receiving alkylating agent as their anticancer therapy. Analysis of O6-methylguanine can be one of the ways of therapeutic drug monitoring to avoid secondary cancer risk. The aim of this study is to develop a sensitive, selective and validated analytical method using Ultra-High-Performance Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). In this study, analysis of O6-methylguanine was done in Dried Blood Spot (DBS) and using allopurinol as an internal standard. The optimal analysis conditions were obtained using a C18 Acquity® Bridged Ethylene Hybrid (BEH) column (1.7 µm, 100 mm x 2.1 mm); mobile phase was 0.05% formic acid-acetonitrile (95:5 v/v); flow rate 0.1 mL/minute; gradient elution for 6 minutes; and detection at m/z 165.95 > 149 for O6-methylguanine and m/z 136.9 > 110 for allopurinol. The validated analysis method is based on the Food and Drug Administration (FDA) in 2018 with a linear concentration range between 0.5-20 ng/mL.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seruni Puspa Rahadianti
Abstrak :
Siklofosfamid merupakan senyawa antineoplastik golongan pengalkilasi yang banyak digunakan untuk mengobati penyakit keganasan. Alkilasi yang terjadi pada posisi N7 basa guanin di kedua untai rantai DNA mengakibatkan kegagalan replikasi sel yang berguna untuk terapi kanker. Kesalahan posisi alkilasi, salah satunya pada posisi O6 basa guanin, ternyata dapat memberikan efek mutagenik dan bahkan karsinogenik, yang dapat memicu kanker sekunder. Oleh karena itu, addition product (adduct) yang terbentuk akibat alkilasi tersebut, yaitu O6-metilguanin, dapat menjadi penanda biologis terhadap risiko terbentuknya kanker sekunder. Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi senyawa O6-metilguanin dalam darah pasien kanker yang mendapatkan siklofosfamid dalam regimen kemoterapi selama minimal 4 siklus. Sampel yang digunakan adalah DNA yang diisolasi dari darah pasien kanker. Isolat DNA kemudian dihidrolisis dan dianalisis menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi penukar kation kuat dengan fase gerak amonium format 30 mM pH 3,95 - metanol (94:6), suhu kolom 30°C, laju alir 1,2 ml/menit, dengan sistem deteksi fluoresensi menggunakan panjang gelombang eksitasi 300 nm dan emisi 370 nm. Penentuan O6-metilguanin dalam sampel dilakukan dengan membandingkan data waktu retensi sampel dengan standar, yaitu menit ke 7,600 dengan batas deteksi sebesar 20,74 ng/ml (setara dengan 128813,52 μV/s). Sampling dilakukan terhadap 27 pasien, tetapi hanya 17 sampel DNA pasien yang dapat teranalisis dan O6-metilguanin terdeteksi dalam 1 sampel DNA pasien.
Cyclophosphamide is one of alkylating agent which widely use in chemotherapy. Alkylation occurred in N7-guanine position in both DNA strand causes the cancer cell failed to replicate, hence gives the cytotoxic effects which is beneficial for the cancer therapy. Contrary, if the alkylation occurres in O6-guanine position, the drug gives mutagenic and carcinogenic properties which vulnerably leads to secondary cancer. Therefore, detection of the adduct formed, O6-methylguanine, is able to become a biomarker for the risk of secondary cancer?s development. In this research, O6-methylguanine was identified from patient which had been receiving cyclophosphamid in their chemotherapy for minimum 4 cycles. Patient?s DNA which isolated from their blood, were being hydrolized and identified. Analytical method which use in this research was High Performance Liquid Chromatography with strong cation exchange column, mobile phase consisted of 30 mM ammonium formate pH 3,95-methanol (94:6), flow rate 1,2 ml/min, column temperature 30°C and detected at excitation wavelength 300 nm and emission wavelength 370 nm. Standart of O6-methylguanine in samples was conducted with comparing retention time data from sample and standar, which was eluted in 7.600 minute and with limit of detection as 20,74 ng/ml (equals to 128813,52 μV/s). Sampling was conducted in 27 patients but only 17 patient?s DNA samples were able to be analyzed and O6-methylguanine was detected in 1 sample.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Theda Tanujaya
Abstrak :
Siklofosfamid merupakan salah satu obat golongan agen pengalkilasi nitrogen mustar yang sering digunakan dalam kemoterapi kanker. Namun demikian, penggunaan siklofosfamid dengan dosis yang tinggi dan jangka waktu yang panjang telah terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker sekunder. Hal ini dapat ditandai dengan terbentuknya DNA adduct yang mutagen, seperti N5-Nitrogen mustarformamidopirimidin (NM-Fapy-G). Oleh karena itu, adduct tersebut dapat dijadikan salah satu biomarker terjadinya kanker sekunder pada pasien yang menerima siklofosfamid. Beberapa peneliti telah mengembangkan metode untuk menganalisis NMFapy- G dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi – Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Namun demikian, seluruh penelitian tersebut masih menggunakan sel atau jaringan sebagai biospesimennya sehingga tidak aplikatif apabila ingin diimplementasikan kepada pasien. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk memaparkan gagasan terkait kesesuaian penggunaan Dried Blood Spot (DBS) sebagai metode biosampling darah; metode ekstraksi dan hidrolisis DNA yang tepat untuk memperoleh adduct NM-Fapy-G; dan metode analisis yang sesuai untuk menganalisis NM-Fapy-G. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, maka DBS telah terbukti dapat digunakan dalam penelitian ini; QIAamp DNA Mini Kit dapat digunakan untuk mengekstraksi DNA dari kertas DBS; metode yang telah dikembangkan oleh Gruppi et al., (2015) dapat digunakan untuk hidrolisis DNA; dan analisis dapat dilakukan dengan menggunakan kondisi analisis yang telah dikembangkan Chen et al., (2020) dengan sedikit modifikasi. Metode yang diajukan diharapkan dapat digunakan dalam penelitian NM-Fapy-G selanjutnya. Apabila hasil yang didapatkan positif, diharapkan dapat segera diimplementasikan untuk menganalisis NM-Fapy-G pada pasien kanker yang menerima siklofosfamid sehingga kemungkinan tejadinya kanker sekunder dapat diprediksi ......Cyclophosphamide is one of the alkylating nitrogen mustard agents that is frequently used for cancer chemotherapy. Nevertheless, long-term use of high dosage cyclophosphamide has been proven to increase the risk of secondary cancer. This can be traced by the mutagenic DNA adduct formation, for instance, N5-Nitrogen mustardformamidopyrimidine (NM-Fapy-G). Consequently, it may serve as one of the secondary cancer biomarkers in cancer patients who are receiving cyclophosphamide treatment. There are already several NM-Fapy-G analysis methods employing Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS) developed by experts. However, cells and tissues are still utilized as the biospecimens, thus it is discovered not applicative and hard to be performed in patients. Therefore, this summary is presented to emphasize the idea of adopting Dried Blood Spot as the blood's biosampling method; DNA extraction and hydrolysis method that is suitable for enriching NM-Fapy- G adduct; and method that is proper for NM-Fapy-G analysis. Based on the literature study, DBS has been proven beneficial for this analysis; DNA can be extracted from the DBS cards by using QIAamp DNA Mini Kit; DNA hydrolysis can be executed according to the method that has been developed by Gruppi et al., (2015); and method from Chen et al., (2020) research with a little bit of adjustment can be applied for NM-Fapy-G analysis. Hopefully, the proposed idea will be accepted in future NM-Fapy-G analysis, so it can soon be implemented for NM-Fapy-G analysis in cancer patients who have been administered cyclophosphamide. Hence, the possibility of secondary cancer may be predicted.
Depot: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library